Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

OBSERVASI LAPANGAN
di
Puskesmas Ibrahim Adjie

Apt.SHEILA JULLYAN,S.Farm
(Kelas 6 Gelombang 2 Tahun 2022)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian
merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan sediaan farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan kefarmasian di
puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial
berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian. Tenaga kesehatan termasuk tenaga kefarmasian harus
bertanggung jawab, memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan
kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya, salah
satunya melalui pelatihan.
Observasi Lapangan (OL) merupakan bagian dari rangkaian proses
pembelajaran, karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk
pengkayaan dari materi yang telah diajarkan. Tujuan yang hendak dicapai pada
kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi peserta dalam melihat
penerapan kegiatan pelayanan Kefarmasian Puskesmas rekomendasi guna
mendapatkan lesson learnt yang dapat diaplikasikan di Puskesmas peserta
masing-masing.
Selain untuk pencapaian tujuan diatas, OL juga mempunyai dasar
pertimbangan berdasarkan teori yang mengatakan bahwa proses belajar dapat
terjadi melalui 2 (dua) cara yang berbeda, yaitu :
1. Belajar melalui pemahaman, dimana seseorang mulai belajar ketika
munculnya pemahaman atau pengertian yang terjadi akibat adanya
hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya. Dalam kegiatan ini peserta
OL akan mendapat banyak pengalaman lain tentang bagaimana
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas rekomendasi.
2. Belajar melalui contoh, seseorang mulai belajar melalui pengamatannya
terhadap tingkah laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut
kemudian meniru tingkah laku yang baru itu. Dalam kegiatan ini peserta
akan banyak melihat berbagai macam gambaran contoh yang sesuai
ataupun tidak sesuai dengan pedoman tentang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas pada umumnya secara langsung dan hal ini tentunya akan
dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan peserta.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta pengalaman nyata tentang penerapan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas, sebagai satu pengalaman (lesson learnt) yang didapat dari
proses pelatihan
2. Tujuan Khusus
Peserta mengetahui cara yang dilakukan Puskesmas dalam melakukan
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas serta Pelayanan
Farmasi Klinik di Puskesmas dan memotret serta mempelajari program
inovasi pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan Puskesmas.

C. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksaaan Obervasi Lapangan Pelayanan Kefarmasian yang
dilakukan secara distance learning yaitu pada tanggal 17 April 2022.
Tempat Obervasi Lapangan Pelayanan Kefarmasian dilakukan secara
distance learning di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie yang beralamat Jl. Ibrahim
Adjie No. 88, Kel. Kebon Waru, Kec. Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat.
D. Proses Observasi Lapangan
Pembelajaran ini dilaksanakan dengan metode distance learning (full e learning),
sehingga kegiatan Observasi Lapangan juga dilaksanakan melalui kelas virtual.
Setiap peserta akan mengikuti 2 sesi, yaitu :
1. Observasi Lapangan sesi 1 - melalui pengamatan video pembelajaran
tentang
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Ibrahim Adjie. Melalui video visitasi
Puskesmas tersebut, peserta dapat mengamati, mendapatkan informasi,
dan mengambil kesimpulan tentang pelaksanaan pelayanan kefarmasian
di Puskesmas Ibrahim Adjie tersebut. Sehingga peserta dapat mengambil
pembelajaran lesson learnt untuk dapat diaplikasikan / dimodifikasi di
Puskesmas tempat kerja
2. Observasi Lapangan sesi 2 – melalui diskusi dengan nara sumber dari
Puskesmas Ibrahim Adjie, yang dihadirkan melalui kelas virtual. Pada sesi
ini peserta dapat menggali informasi yangdibutuhkan pasca melihat
tayangan video mengenai pelayanan kefarmasian puskesmas Ibrahim
Adjie. Peserta dapat pula menggali 1 program inovasi di layanan farmasi.
OL sesi ke 2 dilaksanakan melalui zoom meting untuk dapat menggali
pengalaman lebih dalam
BAB II
HASIL KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN

Kegiatan Obervasi Lapangan Pelayanan Kefarmasian dilakukan secara distance


learning dengan cara pengataman video pembelajaran tentang pelayanan kefarmasian
di puskesmas.
Lokasi Observasi Lapangan : UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
Jl. Ibrahim Adjie No. 88, Kel. Kebon Waru, Kec.
Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat
Rangkaian Kegiatan :
1. Pembukaan
a. Sambutan dari Kepala UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
b. Selayang pandang UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
c. Proses Perencanaan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
d. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
e. Upaya peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie
f. Hasil peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie
2. Pelayanan Kefarmasian
Apoteker : Iis Rukmawati, SSi, MM,Kes, Apt
a. Pengelolaan sediaan farmasi & BMHP
Meliputi perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan, pengadaan
obat, permintaan obat dan perbekalan kesehatan, enerimaan obat dan
perbekalan Kesehatan, penyimpanan, distribusi obat dan perbekalan
Kesehatan, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, pemantauan dan
evaluasi
b. Pelayanan Farmasi klinik.
c. Edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Hasil Kegiatan Observasi Lapangan, yaitu :

A. Penerimaan Obat
Sebelum proses penerimaan obat, terdapat proses perencanaan kebututuhan,
pengadaan obat dan permintaan obat.
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, BHMP dan alat Kesehatan,
berdasarkan formulir data laporan penggunaan dan lembar pemakaian obat
(LPLPO). Anggaran bersumber dari APBN, APBD I, Dana Alokasi Umum (DAU),
dan BLUD. Perencanaan dilakukan secara terpadu. Hal ini untuk menghindari
tumpang tindih penggunaan anggaran. Selain itu untuk menciptakan
keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan; menciptakan
koordinasi dan kesamaan persepsi antara pemakaian obat dan penyedia
anggaran; dapat mengestimasi kebutuhan secara tepat; dan agar pemanfaatan
dana pengadaan obat dapat lebih optimal.
Pengadaan sediaan farmasi, BMHP dan alkes yaitu dengan dilakukan
permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Bandung dan pengadaan mandiri
(pembelian langsung atau melalui e-katalog) . Hal-hal yang diperhatikan dalam
pengadaan antara lain kriteria obat dan perbekalan kesehatan, persyaratan
pemasok, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat, dan pemantauan
status pesanan. Pembelian sediaan farmasi, BMHP dan alkes melalui e-katalog /
e-purchasing dengan cara berkoordinasi dengan pejabat pengadaan barang.
Permintaan rutin ke Dinas Kesehatan Kota Bandung dilakukan satu
bulan satu kali. Jika terjadi peningkatan kebutuhan terjadi kekosongan obat,
atau ada kejadian luar biasa maka bisa dilakukan permintaan khusus.
Penerimaan sediaan farmasi, BMHP & alkes, disertai dengan dokumen
pengiriman / faktur (jika dari pembelian mandiri ke pbf) dan SBBK / Surat Bukti
Barang Keluar (jika dari permintaan rutin ke Dinas Kesehatan Kota Bandung)
lakukan. Dokumen tersebut harus diarsip. Pada proses penerimaan juga
dilakukan pencatatan pada buku penerimaan.
Petugas farmasi ketika menerima sediaan farmasi, BMHP & alkes,
melakukan proses pemeriksaan fisik, mutu secara organoleptik, kondisi, nama
obat, kedaluwarsa dan jumlah serta mengecek kesesuaiannya dengan dokumen
pengiriman / faktur atau SBBK. Setelah sesuai kemudian barang disimpan di
Gudang Obat dan ditulis penerimaan pada kartu stok.

B. Pendistribusian Obat
Sistem pengelolaan sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan di
Puskesmas Ibrahim Adjie sudah menerapkan sistem satu pintu yaitu dari
farmasi. Semua penerimaan sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan diterima
oleh bagian farmasi, kemudian bagian farmasi mendistribusikan ke bagian lain di
Puskesmas. Dokumen untuk pensdistribusian dibuatkan buku distribusi. Sediaan
farmasi, BMHP dan alat kesehatan didistribusikan kepada sub unit layanan
dengan floor stok di unit UGD dan tindakan, ruang persalinan, ruang gigi,
laboratorium dengan pengendalian satu pintu dari farmasi, serta didistribusikan
kepada pusling dan posyandu dengan pemberian sesuai kebutuhan.
Farmasi mendistribusikan obat emergency kepada tiap unit tindakan. Obat
telah dalam bentuk satu paket atau obat disimpan dimasukkan kedalam kotak
emergency di tiap unit tindakan. Disertai list obat emergency.
Distribusi sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan ke ruang Unit
Gawat Darurat dilakukan dengan metode floor stock. Tenaga kefarmasian selalu
memantau stok obat dengan monitoring 1 minggu sekali.
Distribusi sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan ke Ruang
Persalinan dilakukan oleh farmasi dengan menggunakan system paket-paket
sesuai kebutuhan persalinan. Bidan penanggung jawab akan melakukan
permintaan kepada bagian farmasi dengan periode trimester, per semseter dan
harian.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie terdapat ruang APD. Pendistribusian APD ke
tiap unit melalui bagian farmasi, APD telah dikelompokan berdasarkan level
APD.
Bagian Farmasi mendistribusikan semua kebutuhan ruang Laboratorium
seperti seperti alkes, BMHP dan reagen atau rapid test
Bagian Farmasi mendistribusikan semua kebutuhan Ruang Gigi sesuai
pengajuan dari ruang gigi setiap satu bulan sekali.
Distribusi sediaan farmasi dan BMHP ke Puskesmas keliling dilakukan 1
bulan sekali.
Distribusi sediaan farmasi dan BMHP ke Posyandu yaitu diserahkan
kepada petugas posyandu, dibuat berita acara, kemudian setelah selesai
dilaporkan kepada farmasi dan resepnya ke bagian farmasi.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie terdapat Ruang Someah yaitu untuk proses
penyerahan obat ke pada pasien HIV dan atau Infeksi Menular Seksual. Obat
disimpan di ruang farmasi kemudian ketika ada pasien, maka obat akan
diserahkan kepada pasien di Ruang Someah.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie terdapat Ruang TBC / DOTS. Untuk proses
penyerahan obat ke pasien TBC dilakukan di Ruang TBC. Obat disimpan di
ruang farmasi kemudian ketika ada pasien, maka obat akan diserahkan kepada
pasien di Ruang TBC.
Untuk Prolanis, obat disediakan dari pihak ketiga yang sudah bekerja
sama, tetapi bagian farmasi di puskesmas Ibrahim Adjie menyediakan obat
Prolanis untuk keadaan gawat darurat dan dengan jumlah terbatas.

C. Pengendalian Obat
Pengendalian obat di Puskesmas Ibrahim adjie menggunakan kartu stok,
buku pencacatan pengeluaran, kontrol stok setiap hari, setiap minggu, stok
opname bulanan dan LPLPO setiap bulan.
Pengendalian kedaluwarsa sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan
dilakukan dengan sistem FEFO. Untuk memonitor kedaluwarsa obat dengan
metode penandaan pada kartu stok obat, yaitu dengan tiga kategori warna hijau (
ED > 1 tahun ); warna kuning ( ED 6 bulan – 1 tahun ); warna merah ( ED < 6
bulan ). Untuk mencegah adanya obat kedaluwarsa maka pengadaan obat
dengan cara pembelian mandiri dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
maksimal 3 bulan.
Pengendalian obat emergensi dilakukan dengan cara selalu dilakukan
pengecekan setiap seminggu sekali, disetiap unit sudah ditunjuk
penanggungjawab dari bagian farmasi, dengan tujuan agar obat-obat emergency
disetiap ruangan tidak mengalami kekosongan.
Pengendalian obat high alert juga dilakukan dengan pemisahan tempat
penyimpanan dan penandaan high alert.
Pengendalian obat rusak dan kedaluarsa dilakukan karantina dan
dilakukan pendataan obat yang rusak dan kedaluasa serta diusulkan
pemusnahan ke dinas kesehatan kota Bandung untuk obat dari dana APBN dan
APBD. Sedangkan obat dari dana BLUD diusahakan tidak ada yang ED (oleh
karena itu pengadaan maksimal hanya untuk 3 bulan).
Pemusnahan dilakukan dengan cara mengajukan usulan pemusnahan
dan penghapusan barang persediaan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait (Dinas Kesehatan); menyiapkan tempat pemusnahan;
melaksanakan pemusnahan dan membuat berita acara pemusnahan.

D. Pencatatan, Pelaporan Obat


Bagian Farmasi di Puskesmas Ibrahim Adjie melakukan secara disiplin
dan konsisten pendokumentasian dan pengarsipan setiap kegiatan. Beberapa
pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Puskesmas Ibrahim Adjie, adalah
sebagai berikut :
 Buku pemakaian harian : untuk mencatat pemakaian harian obat dan
BMHP sesuai dengan pemakaian harian
 Buku dokumentasi pemberian informasi obat.
 Buku rekap pemakaian bulanan: untuk merekap pemakaian obat selama
satu bulan
 Buku Persediaan Obat untuk tahun anggaran : dilakukan minimal 6 bulan
sekali, stok persediaan dikalikan rupiahnya dilaporkan ke bagian keuangan
 Buku catatan penerimaan obat dan BMHP terdiri dari tiga sumber dana
 Buku distribusi / buku gudang obat dan BMHP buku yang digunakan untuk
mutasi/distribusi yangdilakukan setiap hari
 Buku pencatatan obat rusak dan kedaluarasa
 Buku pengelolaan Hibah
 Pencatatan PIO pada Form PIO
 Pencatatan Konseling dan Form konseling
 LPLPO bulanan untuk obat sesuai sumber pengadaanya, ada 3
pengendalian LPLPO yaitu LPLPO yang menggunakan dana APBD dari
Dinas Kesehatan Kab/Kota, LPLPO pengadaan dari dana BLUD, LPLPO
pengadaan dari Hibah. LPLPO ini dibuat terpisah dan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kab/Kota setiap bulannya.
 Laporan Narkotika dan Psikotropika setiap bulan
 Laporan Ketersediaan obat dan vaksin : dilaporkan setiap bulan
 Laporan catatan layanan pasien : direkap dari setiap ruangan setiap
sebulan sekali
 Surat pengajuan pengadaan obat : diajukan ke pejabat pengadaan
 Surat pesanan langsung untuk PBF : dibuat ketika ada pengadaan kepada
PBF dengan tanda tangan apoteker mengetahui pejabat pengadaan
 Rincian obat berdasarkan faktur yang diajukan kepad bagian keuangan
 Kartu Stok : direkap setiap bulan
 Laporan stock opname bulanan, dilakukan di setiap unit ruangan setiap
akhir bulan
 Berita acara dan laporan pengelolaan alat kontrasepsi dilakukan setiap
bulan
 Laporan konseling, PIO, jumlah pasien rawat inap, : tiap pasien yang
melakukan konseling dilaporkan setiap satu bulan sekali secara online
dikirmkan mellaui link khusus dari kementrian kesehatan.
 Laporan POR : ispa non pneumoni dan diare akut non spesifik , dilaporkan
sebulan sekali melalui link khusus dari Kemenkes.
 Laporan HIV
 Laporan / buku permintaan dari sub unit layanan.

E. Penyimpanan Obat di Puskesmas


Penyimpanan obat di Puskesmas Ibrahim Adjie selalu disertai kartu stok.
Setiap kegiatan penerimaan dan pengeluran dicatat di kartu stok. Penyimpanan
obat ada di Gudang Obat dan ada di Ruang Pelayanan & Gudang Kecil.
 Penyimpanan Obat di Gudang Obat
Penyimpanan sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan di gudang
puskesmas Ibrahim Adjie terdiri dari beberapa metode berdasarkan
jenisnya, bentuk sediaan, FEFO (First Expired First Out), alfabetis.
Bahan yang mudah meledak harus disimpan terpisah (namun di
Puskesmas Ibrahim Adjie tidak ada). Dan diberikan penandaan
kedaluarsa obat dengan tiga kategori warna hijau ( ED > 1 tahun );
warna kuning ( ED 6 bulan – 1 tahun ); warna merah ( ED < 6 bulan ).
Terdapat sarana prasarana yang mendukung penyimpanan obat yaitu
AC dan exhaustfan.
 Penyimpanan Obat di Ruang Pelayanan dan Gudang Kecil
Penyimpanan obat dengan menggunakan kategori farmakologi atau
kelas terapi dengan penandaan warna sesuai kelas terapinya untuk
memudahkan dalam layanan serta berdasarkan kategori fast moving
dan slow moving. Penyimpanan obat dengan High Alert disimpan
ditempat terpisah dengan penandaan. Obat termasuk kategori LASA
disimpan tidak saling berderkatan disertai stiker LASA. Dan diberikan
penandaan kedaluarsa obat dengan tiga kategori warna hijau ( ED > 1
tahun ); warna kuning ( ED 6 bulan – 1 tahun ); warna merah ( ED < 6
bulan ). Obat dengan suhu dingin disimpan terpisah seperti supositoria
disimpan di lemari es. Obat Psikotropika dan Narkotika disimpan
terpisah masing masing disimpan dalam lemari khusus dengan kunci
ganda sesuai Permenkes.
F. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan
keselamatan pasien. Tujuan dari pemantauan dan evaluasi adalah menurunkan
insiden keselamatan pasien dalam medication error, meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien,meminimalkan potensi terjadinya kerugian,
menanggapi pihak yang mengalami cedera dengan segera dan selayaknya,
mengantisipasi dan merencanakan pertanggung jawaban jika terjadi kerugian,
membantu praktisi kesehatan dan lembaga terkait utk dapat menelusuri
kesalahan obat. Pada pasein rawat inap dilakukan pemantauan dan evaluasi
penggunaan obat. Untuk memantau dan evaluasi mencegah terjadinya
kekosongan obat / pemakaian obat, maka dilakukan pengontrolan stok di tiap
unit, kartu stok, stok opname, LPLPO setiap bulan.

G. PIO
Pada pelayanan farmasi klinik, untuk pelayanan resep dilakukan proses
pengkajian resep meliputi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis. Setiap penyerahan obat dilakukan pemberian informasi obat
kepada pasien dan dicatat / didokumentasikan.
Pelayanan informasi obat di Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan kepada
pasien maupun tenaga kesehatan lain. Dilakukan dengan menjawab pertanyaan,
memberikan informasi secara verbal maupun tulisan berupa leaflet, label obat,
maupun poster. Dalam melakukan kegiatan ini disertai dengan melakukan
pendokumentasian pada form pelayanan informasi obat. Pelayanan informasi
obat juga dilakukan dengan menambahkan informasi pada etiket obat yang
diberikan kepada pasien.
Selain itu pelayanan informasi obat dilakukan dengan program Gema
Cermat yang dapat dilakukan di dalam gedung dan luar gedung mengikuti
program pusling, UKS maupun kerja sama dengan lintas sektoral dengan IAI dan
apotek jejaring.

H. Konseling
Kegiatan konseling di Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan oleh apoteker,
diruang konseling dengan dilengkapi form konseling. Apoteker bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan kegiatan konseling. Ketika
ada tenaga kesehatan yang menemukan masalah berkaitan dengan obat pasien,
maka petugas tersebut melaporkan pada Apoteker untuk dilakukan konseling.
Selama pandemi covid-19, konseling dilakukan via aplikasi Whatsapp.
Apoteker puskesmas Ibrahim Adjie melakukan kegiatan konseling dengan
menerapkan 3 prime question untuk pasien dengan kriteria konseling seperti
penyakit diabetes melitus & hipertensi. Tetapi untuk pasien-pasien tertentu yang
membutuhkan privasi khusus seperti pasien HIV, tidak bisa menerapkan 3 prime
question. Apoteker memiliki peran yang sangat penting untuk menumbuhkan
semangat kesembuhan pasien supaya patuh dalam minum obat. Konseling yang
baik dan benar yaitu melakukan pendekatan kepada pasien seolah-olah kita
merasakan apa yang mereka rasakan. Apoteker juga memberikan informasi dan
edukasi mengenai terapi non farmakologi yang dilakukan dan perubahan pola /
gaya hidup.

.
BAB III
LESSON LEARNT

Berdasarkan hasil Kegiatan Observasi Lapangan secara online di Puskesmas Ibrahim


Adjie, saya mendapatkan banyak pembelajaran dan motivasi serta menginspirasi dalam
melakukan pelayanan kefarmasian agar lebih baik lagi. Saya mendapatkan gambaran
yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan dalam pelayanan kefarmasian. Berikut
ini adalah hal-hal yang sayaj jadikan pembelajaran dan motivasi untuk saya, yaitu :
1. Sistem pengelolaan sediaan farmasi, BMHP dan alat Kesehatan yang sistematis
dan sudah menerapkan sistem satu pintu yaitu dari farmasi.
2. Perencanaan, pengadaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pemusnahan, pengendalian, serta pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh
bagian farmasi. Perkerjaan kefarmasian dalam pengelolaan sediaan farmasi dan
BMHP dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian. Namun tetap
tanggungjawab ada pada Apoteker.
3. Terdapat pengendalian sediaan farmasi dan BMHP , untuk memonitor
kedaluwarsa obat dengan metode penandaan pada kartu stok obat, yaitu dengan
tiga kategori warna hijau ( ED > 1 tahun ); warna kuning ( ED 6 bulan – 1 tahun );
warna merah ( ED < 6 bulan ).
4. Dalam sistem penyimpanan obat, untuk penataan di ruang pelayanan
menggunakan metode penyimpanan kategori slow moving – fast moving,
sehingga dapat memudahkan/ mempercepat pelayanan, serta memudahkan
dalam pengendalian, pemantauan dan evaluasi obat. Obat High Alert disimpan
terpisah.
5. Ada Inovasi etiket yang bagus, menarik dan bermanfaat. Etiket berisi gambar
kartun (untuk etiket pasien anak) agar lebih menarik dan meningkatkan
kepatuhan penggunaan obat. Terdapat etiket yang disertai edukasi/informasi,
sehingga dapat memudahkan penyampaian informasi obat, penyimpanan obat,
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dan membantu keberhasilan terapi.
6. Membangun dan menciptakan komunikasi yang efektif antar petugas farmasi
dengan dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Menciptakan
hubungan yang baik dan harmonis dengan dokter, perawat, bidan dan tenaga
kesehatan lainnya.
7. Pelayanan farmasi klinis, dispensing obat, pemantauan efektivitas terapi obat
pelayanan informasi obat dan konseling berjalan dengan baik dan
terdokumentasi.
8. Kegiatan edukasi dan pemberdayaan masyarakat dilakukan apoteker secara
aktif
Dan konsisten dengan melibatkan lintas program dan lintasl sektoral.
9. Disiplin dan konsisten melaksanakan tugas sesuai SOP dan pendokumentasian
dan pengarsipan setiap kegiatan jelas.
10. Inovasi pembinaan obat tradisional.
11. Manajemen SDM di farmasi jelas dan terdapat pembagian tugas yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai