Anda di halaman 1dari 11

IKATAN MAHASISWA SIPIL

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


IDRUS ZAILANI
03011282025039

BAB I
DASAR TEORI

1.1. Beton
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang pada umumnya digunakan
untuk membangunan suatu bangunan kokoh seperti gedung, jembatan, dan jalan raya.
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat-
agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen
dan air membentuk suatu masa mirip batuan.
Proses pencampuran beton adalah sebagai berikut: Pertama, air dicampur
dengan semen menghasilkan pasta. Kedua, setelah air dan semen tercampur
menghasilkan pasta, pasta tadi dicampur dengan agregat halus sehingga
menghasilkan mortar. Ketiga, campurkan mortar tadi dengan agregat kasar sehingga
menghasilkan beton. Pasta dalam hal ini berfungsi sebagai perekat atau pengikat
dalam proses pengerasan, dan sehingga terbentuklah satu kesatuan yang tahan padat
serta tahan lama.
Beton normal memiliki berat jenis 2300-2400 kg/m³, nilai kuat tekan 15-40
MPa, serta dapat menghantarkan panas dengan cukup baik. Nilai kekuatan dan daya
tahan beton terdiri dari beberapa faktor penting, diantaranya adalah nilai banding dan
mutu bahan susun, metode pengerjaan, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi
perawatan pengerasannya. Hal-hal tersebut dapat menghasilkan beton yang
memberikan kelecakan (workability), konsistensi dalam pengerjaan beton, ketahanan
terhadap korosi, serta dapat memenuhi uji kuat tekan beton yang direncanakan
(Dipohusodo, 1994).
Beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen sekitar 25% -
40%, dan agregat sekitar 60% - 75%. Agar mendapatkan kekuatan yang baik, sifat
dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.
Kekuatan beton semakin bertambah seiring bertambahnya umur beton itu sendiri.

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

Berdasarkan standar, karakteristik kuat tekan beton ditentukan ketika beton telah
berumur 28 hari. Sebab, kekuatan beton akan naik secara cepat atau linier sampai
umur 28 hari. Sifat-sifat beton meliputi: mudah diaduk, disalurkan, dicor, dipadatkan,
dan diselesaikan tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan adukan dan mutu
beton yang disyaratkan oleh konstruksi tetap dipenuhi.
Adapun karakteristik dari beton adalah memiliki kuat tekan yang baik, memiliki
sifat tahan korosi, dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Beton juga tahan
terhadap api sehingga memudahkan dalam perawatan. Kemudian, beton yang dalam
keadaan segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang. Beton juga
tahan terhadap perubahan temperatur, serta memiliki biaya pemeliharaan yang
rendah.
Hal ini yang membuat beton sering dipilih sebagai bahan konstruksi karena
faktor efisensi dan efektifitas. Oleh karena itu, beton menjadi sangat populer di dunia
konstruksi. Selain itu, beton mempunyai beberapa kekurangan, seperti cenderung
lemah terhadap gaya tarik, berat jenis beton tinggi, tidak dapat didaur ulang, dan
mudah mengeras yang membuat susah dalam pengubahan bentuk.

1.2. Agregat Halus


Agregat halus pada beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari bahan bahan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut
PBI 1971, antara lain yaitu pasir terdiri dari butir-butir tajam, bersifat kekal yang
artinya tidak pecah ataupun lapuk dari pengaruh cuaca, tidak mengandung lumpur
lebih dari lima persen, lumpur sendiri merupakan bagian-bagian yang bisa melewati
ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari lima persen maka harus dicuci
terlebih dahulu, khususnya pasir yang mengandung bahan-bahan organik terlalu
banyak yang dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Horder.
Agregat yang tidak memenuhi syarat percocokan ini bisa dipakai apabila kekuatan

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 18 hari kurang dari sembilan puluh
lima persen dari kekuatan adukan beton dengan agregat yang sama, tapi dicuci
dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air hingga bersih pada umur
yang sama.
Untuk mendapatkan beton dengan mutu yang baik, agregat yang digunakan
harus bergradasi baik yang berarti ukuran agregat bervariasi dengan perbandingan
yang telah diperhitungkan sebelumnya. Dengan menggunakan saringan dengan
berbagai macam ukuran, maka akan didapatkan agregat yang bergradasi sesuai
dengan yang kita inginkan. Dengan demikian beton yang dibuat akan memiliki
mutu yang tinggi dan berkualitas.
Agregat halus dapat dibedakan menjadi pasir sungai, pasir gunung, pasir laut,
pasir dari batu pecah dan pasir swarsa. Pasir sungai yaitu pasir yang kandungan
lumpurnya tinggi dan bentuk butirannya membulat. Pasir gunung yaitu pasir yang
biasanya berupa hasil letusan gunung api, bentuk butiran menyudut dan mempunyai
kadar lumpur yang rendah. Pasir laut yaitu pasir yang perlu dicuci terlebih dahulu
dan untuk pekerjaan tertentu perlu diadakan penelitian. Pasir dari batu pecah
biasanya diperoleh dari pemecahan bongkahan batu saat membuat batu pecah
alami. Bentuk butirannya pipih dan tajam. Yang terakhir yaitu pasir kwarsa akan
memberikan bleeding berlebihan dan harus diperiksa kemungkinan terjadinya AAR
(Alcali Aggregate Reaction).

1.3. Agregat Kasar


Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran butiran
lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm). Ukuran
maksimal dari beton bertulang diatur berdasarkan kebutuhan agregat tersebut harus
dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

diantara batang-batang baja tulangan. Berdasarkan berat jenisnya, agregat kasar


dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan [9] yaitu:

1. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2,5-2,7 gram/cm3
Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kwarsa dan sebagainya. Beton
yang dihasilkan mempunyai berat jenis sekitar 2,3 gram/cm3 .
2. Agregat Berat
Agregat berat adalah agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8
gram/cm3 , misalnya magnetic (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan
mempunyai berat jenis tinggi sampai 5 gram/cm3. Penggunaannya sebagai pelindung
dari radiasi.
3. Agregat Ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,3
gram/cm3, yang biasanya dibuat untuk beton non structural atau dinding beton.
Kebaikannya adalah berat sendiri yang rendah sehingga structural ringan dan
pondasinya lebih ringan.

Tabel 1. Gradasi Agregat Kasar

Persen bahan butiran yang lewat ayakan


Lubang ayakan (mm) Besar butiran maksimum

40 mm 20mm

40 95 - 100 100

20 30 - 70 95 - 100

10 10 - 35 25 - 55

4,8 0-5 0 - 10

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

Agregat yang dapat dipakai harus memenuhi


syarat-syarat :

1. Kerikil harus merupakan butir yang keras dan tidak berpori. Kerikil tidak boleh
hancur adanya pengaruh cuaca. Sifat keras diperlukan agar diperoleh beton
yang keras juga. Sifat tidak berpori untuk menghasilkan beton yang tidak
mudah tembus air.
2. Kerikil harus bersih dari unsur organik.
3. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10% berat kering,lumpur
yang dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter 0,063 mm, bila
lumpur melebihi 1& berat kering maka kerikil harus dicuci terlebih dahulu.
4. Kerikil mempunyai bentuk yang tajam. Dengan bentuk yang tajam maka timbul
gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan yang lebih baik, selain
itu dengan bentuk yang tajam akan membuat pasta semen mengikat agregat
dengan baik.

1.1 Saturated Surface Dry (SSD)


Saturated Surface Dry adalah keadaan pada agregat dimana tidak terdapat air
pada permukaannya teapi pada rongganya terisi oleh air sehingga tidak
mengakibatkan penambahan maupun pengurangan kadar air dalam beton. Agregat
merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan menggunakan uji
SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang sesuai sebagai bahan
campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit atau banyaknya air yang
dikandung oleh pasir tersebut. Saturated Surface Dry (SSD) disebut juga keadaan
jenuh permukaan kering, keadaan dimana di luar agregat terlihat kering tetapi
keadaan dalam agregat jenuh air.
Beberapa hal yang merupakan sifat fisik agregrat:
1. Spesific Gravity

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

Perbandingan massa ataupun berat di udara dari suatu unit volume bahan
terhadap massa air dengan volume sama.
2. Apparent Spesific Gravity
Perbandingan massa agregrat kering yang diberi pada suhu + 100℃ selama 24
jam terhadap massa air dengan volume sama.
3. Bulk Spesific Gravity
Perbandingan massa agregrat yang ada berada dalam kondisi SSD terhadap
massa air dengan volume sama.
4. Bulk Density
Massa aktual yang mengisi suatu penampang wadah dengan volume yang
memiliki satuan parameter.
5. Parasitas dan Absorbsi
Mempengaruhi keadaan daya lekat antara agregrat (Baik kasar maupun halus)
dan pasta semen.

1.5. Concrete Mix Design


Concrete mix design atau perencanaan campuran beton adalah suatu langkah
akan sangat penting dalam pengendalian mutu beton, campuran yang salah
mempengaruhi kemudahan dalam melakukan pelaksanaan maupun performa beton
dalam pemakaian.
Desain campuran beton membutuhkan pengetahuan lengkap dari berbagai
properti bahan penyusunnya, ini membuat tugas perencanaan campuran yang lebih
kompleks dan sulit. Desain campuran beton tidak hanya membutuhkan pengetahuan
tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisi plastis tetapi juga membutuhkan
pengetahuan yang lebih luas dan pengalaman dari kekerasan. Bahkan proporsi bahan
beton di laboratorium memerlukan penyesuaian modifikasi dan kembali disesuaikan
dengan kondisi lapangan.

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

Disisi lain perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk megetahui


komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton lainnya. Proporsi campuran
beton ini ditentukan melalui perhitungan yang telah kita lakukan.
Macam-macam tipe mix design:
1. Nominal mixes, rasio campuran semen-agregrat yang ditetapkan.
2. Standart mixes, rasio campuran dengan banyak spesifikasi teknis.

1.6. Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan jumlah
semen, agregat kasar, agregat halus, dan air. Suatu jumlah air tertentu diperlukan
untuk memberikan aksi kimiawi dalam pengerasan beton. Kelebihan air
meningkatkan kemampuan pekerjaan, akan tetapi menurunkan kekuatan dari beton.

1.1. Curing
Curing secara umum adalah metode yang dapat dipahami sebagai perawatan
beton, yang bertujuan untuk menjaga beton supaya beton tidak terlalu cepat
kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera
setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting yang tercapai.
Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami
atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah
pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk
memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia
yang terkandung dalam campuran beton.
Proses curing pada beton adalah salah satu metode penting untuk memelihara
kualitas beton karena tidak hanya menjaga kadar kelembaban pada bagian dalam atau

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

permukaan beton, tetapi juga untuk memastikan beton yang dihasilkan sesuai dengan
mutu yang diinginkan.
Terdapat tiga metode yang digunakan saat melakukan curing atau perawatan
beton. Ketiga metode tersebut adalah:
1. Curing Beton dengan Pembasahan
Komponen utama dalam metode ini adalah air yang diselimutkan ke beton
agar menghambat penguapan air pada proses pengadukan beton cor. Selain metode
penyelimutan air, terdapat beberapa metode lainnya:
 Menempatkan beton segar di ruangan dengan kelembaban yang baik.
 Menaruh beton segar ke dalam air atau sekedar digenangkan.
 Selimuti beton dengan beberapa karung basah.
 Menyiram beton segar beberapa saat dengan cairan kimia khusus yang biasa
disebut dengan curing compound.
Metode curing basah banyak digunakan pula pada produk beton pracetak. Hal
ini dikarenakan biayanya yang relatif terjangkau. Beberapa produk yang
menggunakan metode curing ini, yaitu paving block, uditch, box culvert dan buis
beton.
2. Curing Beton dengan Penguapan
Sebelumnya, pastikan beton sudah didiamkan pada suhu 10°-30°C dalam
beberapa jam. Metode curing beton dengan penguapan ini biasanya dilakukan pada
daerah yang terdapat musim dingin. Oleh karena itu, terdapat prosedur khusus, yakni
beton didiamkan terlebih dahulu kemudian harus diikuti dengan perawatan
pembasahan selama beberapa hari.
Metode ini bertujuan agar kekuatan dari beton bisa lebih tahan lama dengan
cuaca ekstrem di musim dingin. Curing beton dengan penguapan terdapat dua cara
yaitu:
 Perawatan tekanan rendah selama 10-12 jam.
 Lalu perawatan tekanan tinggi selama 10-16 jam.

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

3. Curing Beton dengan Membran


Membran yang dimaksud adalah penghalang fisik yang bertujuan untuk
mencegah penguapan air pada beton. Bahan yang digunakan sebagai membran harus
kering dalam kurun waktu empat jam, berbentuk selembar film, melekat dengan baik,
bebas dari lubang halus, dan tidak mengandung racun agar tidak membahayakan
beton.
Perawatan dengan penghalang membran ini adalah pilihan terbaik jika lokasi
pengecoran beton tidak memiliki sumber air yang cukup. Cara ini dapat dikatakan
fleksibel karena bisa dilakukan pada sebelum atau sesudah pembasahan beton.
Beberapa contoh sistem perawatan curing beton membran, yaitu menggunakan
kain geotextile, plastik cor, terpal dan sebagainya.
Adapun metode dan lama pelaksanaan curing tergantung dari:
 Jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan tambahan
atau pengganti yang dipakai.
 Jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan.
 Kondisi cuaca, suhu, dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan.
 Penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik
beton (28 hari atau selain 28 hari, tergantung dari spesifikasi yang ditentukan
oleh Konsultan Perencana/Desain).
Adapun manfaat yang diperoleh ketika melakukan perawatan pada beton
antara lain sebagai berikut :
1. Menjaga beton dari kehilangan kadar air selama proses pengerasan awal.
2. Menjaga perbedaan suhu beton dengan berbagai kemungkinan perubahan
cuaca.
3. Memelihara stabilitas dari dimensi struktur pada beton.
4. Membantu untuk menghasilkan kekuatan beton yang bermutu tinggi.
5. Menjaga bagian dalam atau bagian permukaan luar beton agar tidak
kehilangan air pada saat penguapan di hari-hari pertama.

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

6. Membantu proses perkembangan kuat tekan pada beton melalui curing beton
dengan penguapan.
Selain berbagai manfaat yang didapatkan pada perawatan beton, terdapat
durasi waktu tertentu pada pelaksanaan perawatan beton itu sendiri. Hal ini
dipengaruh oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Bagaimana mutu atau kekuatan suatu beton (strength)
2. Keawetan struktur dan stabilitas beton (durability)
3. Tingkat kedap air pada beton (water-tightness)
4. Resistensi permukaan beton dari keausan, yaitu hilangnya durabilitas dari
permukaan beton karena gesekan dari benda lain (wear resistance)
5. Kestabilan volume dari beton yang berhubungan dengan adanya penyusutan
atau pengembangan (volume stability : shrinkage and expansion)
Proses curing tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Oleh karena itu,
terdapat beberapa peraturan yang menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan
beton, yang sama-sama bertujuan untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan
pembetonan.
Adapun syarat-syarat yang telah ditentukan SNI 03-2847-2002 untuk
melakukan curing selama:
 Tujuh hari untuk beton normal
 Tiga hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
Adapun syarat-syarat yang telah ditentukan ASTM C-150 untuk melakukan
curing selama:
 Semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari
 Semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
 Semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
 Semen tipe IV atau V, waktu minimum curing 14 hari

Civil Engineering of SriwijayaUniversity


IKATAN MAHASISWA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
IDRUS ZAILANI
03011282025039

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Ari. 2017. Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Penambahan Serat Rooving
Pada Beton Non Pasir. Semarang: UNNES Journals.

Gunawan, Agustin. 2014. Pengaruh Campuran Dua Agregat Halus Terhadap Kuat
Tekan Beton. Jurnal Teknik Sipil, 6(1).

Toruan, Armin L. 2013. Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Berat Jenis


Maksimum Campuran. Jurnal Sipil Statik, 1(3), 190-195.

Syamsuddin, Ristinah, Agus Wicaksono, dan Fauzan Fazairin M. 2011. Pengaruh


Air Laut Pada Perawatan (Curing)Beton Terhadap Kuat Tekan dan Absorpsi Beton
Dengan Variasi Faktor Air Semen Dan Durasi Perawatan. Jurnal Rekayasa Sipil,
5(2).

Qomaruddin, Mochammad. 2019. Teknologi Bahan Konstruksi. Jepara: UNISNU


Press.

Civil Engineering of SriwijayaUniversity

Anda mungkin juga menyukai