Anda di halaman 1dari 44

RANCANGAN PROPOSAL SKRIPSI

K-POP dan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi FISIP UNSRI di Masa Pandemi

Disusun Oleh :

Nadya Puti Fatiha 07021281924037

Dhea Nur Meyliza Ananda 07021381924043

Chika Prista Prameswari 07021281924057

Dinar Try Akbar 07021281924160

Nurhidayati 07021181924172

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tren berubah dengan sangat cepat, baik musik maupun tren dibidang lain seperti
halnya gaya berpakaian maupun gaya rambut. Dengan hadirnya tren baru, menjadikan
masyarakat terpengaruh hingga akhirnya mengikuti tren yang ada. Inilah yang disebut dengan
budaya popular atau budaya pop. Perubahan budaya seiring dengan perkembangan zaman
membuat definisi budaya popular menjadi semakin kompleks. Adorno dan Horkheimer
(Barker, 1979) mengungkapkan bahwa budaya kini sepenuhnya saling berpautan dengan
ekonomi politik dan produksi budaya oleh kapitalis. Budaya pop merupakan budaya yang
menyenangkan, trendi, dan banyak disukai oleh masyarakat tanpa adanya batasan geografis.
Kini, budaya pop tidak hanya dikuasai oleh budaya Barat, melainkan negara-negara Asia
mulai unjuk gigi menjadi pengekspor budaya pop dengan menyajikan tayangan hiburan.
Salah satunya Korea Selatan.

Budaya pop Korea kini sedang berada dipuncak dunia. Korean Wave atau Gelombang
Korea adalah istilah untuk menggambarkan popularitas Korea yang tersebar diseluruh
penjuru dunia. Adapun produk-produk yang dibawa oleh arus Korean Wave adalah music,
drama, makanan, hingga style berpakaian. Di Indonesia sendiri mudah sekali untuk mencari
produk-produk asal negeri gingseng tersebut karena beberapa tahun terakhir masyarakat
gemar sekali dengan hal-hal yang berbau Korea Selatan sehingga merambat ke selera beli
masyarakat Indoensia. n bahwasannya budaya popular atau budaya pop ini merupakan
penjahat sekaligus sumber kenikmatan. Dikatakan penjahat karena secara tidak langsung
mengikis budaya asli, sebagai contoh saat ini masyarakat Indonesia lebih senang untuk
mendengarkan lagu-lagu Korea dibandingkan dengan lagu-lagu dari penyanyi Indonesia,
bahkan tak jarang dari mereka justru membandingkan hingga menjelekkan suatu genre music
asal negaranya sendiri. Tapi di sisi lain, budaya pop ini juga menjadi sumber kenikmatan
karena telah memberikan penghiburan yang menarik.
(https://kumparan.com/rizqia-sakina/korean-wave-di-indonesia-saat-pandemi-covid-19-
1usGiUzBJvL/3, diakses pada ( 18 Februari 2022 )
Salah satu budaya pop Korea yang sedang tren saat ini di Indonesia ialah boygroup
dan girlgroup. Penggemar boygorup dan girlgroup asal Korea ini didominasi oleh kalangan
remaja. Berdasarkan sensus penduduk 2020, dari 270,2 Juta penduduk Indonesia, ada 25,87%
generasi milenial dan 27,94% generasi Z, hal ini dapat menjadi pangsa pasar yang bagus
untuk perusahan atau agensi di Korea Selatan untuk menghasilkan pemasukan dengan
mengandalkan idol mereka. Alasan para remaja menyukai Idol Group Korea ialah karena
lagu-lagu yang dinyanyikan easy listening, dan relate dengan kehidupan remaja masa kini.
Tak hanya bertemakan cinta, namun juga menggambarkan tentang, kesedihan, harapan, dan
juga cita-cita, sehingga lagu ini terasa sangat dekat dengan kehidupan remaja. Selain itu,
visual dari para Idol Group yang memikat dan mempunyai daya tarik atau pesonanya sendiri.
Hal ini terbukti dengan banyaknya remaja saat ini yang menyatakan diri mereka sebagai K-
Popers dan Indonesia menempati posisi keempat dengan jumlah penggemar K-Pop terbanyak
di twitter sebagaimana data yang dirilis oleh K-Pop Chart. (https://blog.amartha.com/brand-x-
idol-kpop/, diakses pada( 18 Februari 2022 )

Remaja yang menyukai K-Pop akan melakukan apa saja sebagai salah satu
pembuktian diri mereka untuk mendukung para idola mereka. Salah satunya adalah dengan
melakukan streaming video music idola mereka di youtube. Beberapa waktu yang lalu,
terdapat perilisan sebuah grafik yang disebut “2019 Global K-Pop Map” yang didasarkan
pada penelitian data dari pandangan Youtube yang dilakukan oleh BLIP. Terdapat 10 negara
dengan jumlah penggemar K-Pop terbesar untuk periode antara Juli 2018 hingga Juni 2019.
Indonesia berada di posisi kedua dengan berhasil meraih 9,9% dari total viewers di Youtube.
Kecintaan masyarakat Indonesia kepada K-Pop terus tumbuh kuat karena semakin banyak
artis K-Pop yang memasukkan Indonesia ke dalam tur mereka. Tak hanya itu, salah satu
agensi K-Pop terbesar di Korea yakni SM Entertainment bahkan telah bekerja sama dengan
perusahaan media Indonesia, yaitu Transmedia Corp.
(https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00269788.html, diakses pada ( 18 Februari 2022 )
Gambar 1.1

Berdasarkan gambar diatas, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah


penggemar K-Pop terbesar di dunia maya pada 2021, hal ini berdasarkan dari laporan Twitter
yang dirilis pada Rabu 26 Januari dan didasarkan menurut unique authors. Lalu diikuti oleh
negara Jepang di posisi kedua dan Filipina di posisi ketiga. Meskipun demikian, Twitter tidak
merilis secara resmi soal jumlah akun yang teridentifikasi sebagai penggemar K-Pop tersebut.
Tidak hanya sebagai negara dengan jumlah penggemar K-Pop terbanyak di Twitter,
Indonesia juga tercatat sbagau negara yang paling banyak membicarakan K-Pop di platform
media sosial tersebut (https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220126202028-227-
751687/indonesia-jadi-negara-dengan-k-poper-terbesar-di-twitter, diakses pada 6 April 2022)

Saat ini kita mengetahui bahwa dunia tengah dilanda pandemi yaitu wabah virus
Corona. Korea Selatan dan Indonesia pun ikut mengalami pandemi virus Covid-19. Selama
Pandemi ini, agensi di Korea Selatan harus mengatur ulang seluruh kegiatan para idolnya
karena tak memungkinkan untuk mengadakan World Tour Concert dan Fanmeeting secara
offline dan dalam ranah internasional. Namun, itu tidak berarti popularitas idol asal negeri
gingseng tersebut kian surut. Justru sebaliknya, semakin banyak masyrakat yang menyatakan
diri sebagai K-Popers selama pandemic ini. Di masa pandemi Covid-19, menjadikan
masyarakat harus mengurung diri dirumah, sehingga membuat para remaja tak bisa
bersosialisasi sebagaimana mestinya. Selama masa pandemic ini masyarakat dipaksa untuk
menarik diri dari keramaian dan mengisolasi diri mereka sendiri sekaligus mengatasi
kesehatan mental.

Berdasarkan Jurnal dari Drianda, Kesuma, dan Lestari (2021), orang-orang yang
mengonsumsi konten K-Wave selama pandemi yang mana hal ini biasa membawa
kenyamanan di tengah merebaknya virus corona, tulisan ini pun berfokus pada kasus di
Indonesia saja. Temuan studi ini memberikan potongan-potongan bukti tentang peningkatan
konsumsi konten K-Wave di Indonesia selama pandemic. Konten K-Wave dapat dianggap
sebagai bentuk hiburan yang menyelamatkan orang dalam menghadapi pandemic. Dari hasil
kuisioner, responden memverifikasi bahwa mengonsumsi konten K-Wave merupakan pilihan
untuk mengisi waktu luang mereka, menjaga social dan emosional serta mengatasi beberapa
sindrom kesehatan mental yang mereka alami selama krisis Covid-19.

Hal ini menjadi kesempatan besar untuk agensi di Korea Selatan untuk memasarkan
Idol Group mereka. Korea Selatan kian gencar untuk menyebarkan Korean Wave ke seluruh
penjuru dunia. Ditambah lagi dengan semakin majunya teknologi dan banyaknya platform
yang memungkinkan agensi di Korea Selatan untuk memproosikan Idol maupun drama
mereka. Seperti dengan semakin banyaknya Serial Drama Korea di Netflix yang langsung
menjadi booming di kalangan masyarakat. Lalu yang kita tahu akhir-akhir ini banyak sekali
beredar video TikTok dengan mengguakan music atau lagu dari Idol Korea. Orang yang tidak
tahu mengenai lagu tersebut, jadi ikut penasaran ini lagu siapa karena memang rata-rata
lagunya sangat bagus dan easy listening. Setelah mencari tahu, akhirnya mereka menyukai
salah satu idol group tersebut dan akhirnya masuk atau menjadi salah satu fandom. Hal ini
kian berlanjut hingga dititik dimana para remaja atau fans dari Idol Grop Korea ini menjadi
celebrity worship yang artinya memiliki kekaguman lebih terhadap artis yang disukainya.
Dengan kekaguman berlebih inilah yang menjadi masalah utama para remaja berperilaku
konsumtif dengan membeli barang atau merchandise dari Idol Group yang digemarinya.

Merchandise dalam kamus Bahasa Inggris artinya adalah barang dagangan atau bisa
juga disebut dengan pernak-pernik. Setiap agensi atau manajemen yang menaungi boygroup
dan girlgroup K-Pop selalu meluncurkan merchandise untuk Group K-Pop tersebut.
Merchandise-nya berupa album DVD, lightstick, kaos, photobook, dan masih banyak lagi.
Merchandise yang dijual pun memiliki harga yang beragam dan tentunya tidak murah.
Berkisaran di harga Rp 300.000,- hingga Rp 2.000.000. Mirisnya adalah penjualan album dan
merchandise K-Pop justru meroket di masa pandemi ini.
Berdasarkan data Gaon Chart, penjualan album fisik K-Pop di dalam dan luar negeri
diperkirakan bisa mencapai 35 Juta keping hingga akhir 2020. Angka tersebut melonjak
dibandingkan data penjualan pada 2019, yakni 25 Juta keeping album K-Pop. Peningkatan itu
sudah terlihat dari semester pertama 2020. Pada bulan Juli 2020, Gaon Chart merilis bahwa
18,08 juta copy album telah terjual dalam enam bulan. Penjualan itu meningkat 40%
dibandingkan periode yang sama pada 2019. Faktor pendorong dari semakin konsumtif nya
para K-Popers selama pandemic ini terjadi karena sebagian besar aktivitas Idol Group Korea
tertunda, terutama seperti konser dan Fanmeeting sehingga mereka “membalas dendam”
dengan membeli album fisik idola mereka. Bahkan ada beberapa dari para penggemar yang
membeli album dalam jumlah banyak demi mengumpulkan foto para member kesukaan.
Serta, saat ini setiap pembelian album, bisa ditukarkan dengan kupon untuk diundi yang
kemudian akan terpilih untuk bisa berinteraksi langsung dengan idola mereka melalui acara
panggilan video. Beberapa factor inilah yang menyebabkan sebagian besar remaja yang
menyukai K-Pop menjadi konsumtif untuk membeli barang-barang atau merchandise K-Pop
(https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20201124134023-227-573801/penjualan-album-k-
pop-meroket-di-masa-pandemi-covid-19, di akses pada 6 April 2022)

Hal ini merupakan fenomena yang sangat miris. Dimana saat ini dunia, termasuk
Indonesia tengah mengalami bencana wabah pandemi yang menyebabakan banyak
masyarakat yang mengalami kemerosotan ekonomi. Seperti yang kita tau bahwa selama
pandemi banyak masyarakat yang terkena dampak langsung, seperti terkena PHK untuk
buruh. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat sebanyak 72.983 karyawan telah
menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat Covid-19. Data ini didapat dari
hasil survey yang dilakukan Kemnaker pada November 2021 lalu
(https://www.liputan6.com/bisnis/read/4750566/kemnaker-72983-pekerja-kena-phk-selama-
pandemi-covid-19, diakses pada 18 Februari 2022)
Serta pandemi Covid-19 ini pun berdampak kepada pedagang UMKM yang mana
penjualan mereka kian merosot. Berdasarkan data survey yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, sebanyak 77,95 persen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia
terdampak pandemic Covid-19. Masalah utama yang dihadapi UMKM selama pandemi
adalah turunnya pendapatan dan peningkatan biaya operasioanal, hal ini dikarenakan
keterbatasan mobilitas social maupun ekonomi selama pandemi Covid-19 berlangsung
(https://www.liputan6.com/bisnis/read/4876398/7795-persen-umkm-terdampak-pandemi-
covid-19-selama-2021, diakses pada 18 Februari 2022)

Maka dari itu, sebaiknya selama masa pandemi ini ada baiknya untuk senantiasa
menghemat pengeluaran dan mementingkan kebutuhan terlebih dahulu dibandingkan dengan
keinginan. Namun, ada beberapa orang yang malah membeli merchandise K-Pop dengan
alibi sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Idol group dan sebagai bentuk penghilang
stress. Mereka tidak segan untuk mengeluarkan uang ratusan ribu bahkan jutaan rupiah hanya
untuk membeli pernak-pernik atau merchandise K-Pop yang sebenarnya tidak ada
manfaatnya sama sekali.

Menurut teori masyarakat konsumsi yang dikemukakan oleh Jean Baudrilard,


rasionalitas konsumsi dalam masyarakat konsumen telah berubah, karena saat ini masyarakat
membeli barang bukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan (Needs) namun lebih
sebagai pemenuhan hasrat (Desire). Kebutuhan mungkin saja dapat dipenuhi dengan
mengonsumsi objek, namun hasrat tidak akan pernah terpenuhi. Konsumsi melibatkan hasrat,
oleh karena itu proses konsumsi bukan hanya sekedar proses ekonomi melainkan melibatkan
proses psikologis, aspek bawah sadar manusia yang dapat dikaji melalui psikoanalisis
(Martono, 2018)

Perilaku konsumtif para penggemar musik Kpop ini sangat menarik untuk dibahas.
Kegemarannya dengan music K-Pop menjadikan mereka memiliki sifat loyal terhadap Idol
Group yang disukainya. Sifat loyal inilah yang bisa dilihat dari perilaku konsumtif para fans
untuk membeli merchandise yang dilakukan secara berulang-ulang. Berdasarkan uraian latar
belakang diatas, penulis tertarik dalam meneliti mengenai permasalahan yang berkaitan
dengan perilaku konsumtif para remaja dimasa pandemi Covid-19 dalam karya yang berjudul
“K-POP dan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi FISIP UNSRI di Masa Pandemi”.
1.2 Rumusan Masalah

agar dapat dilaksanakan sebaik-baiknya penulis harus merumuskan masalah sehingga


lebih jelas dari mana harus memulai dan kenana haru pergi dan denga melakukan penelitan
Berdasarkan pada latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan penelitian yaitu
Bagaimana perilaku konsumtif mahasiswi FISIP UNSRI pada merchandise k-pop di masa
pandemic. Untuk menggali lebih dalam informasi mengenai rumusan masalah agar dapat
dianalisis, maka diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana perilaku
konsumtif Mahasiswi FISIP UNSRI dalam membeli merchandise K-Pop?

1.3 Tujuan penelitian

Mengetahui perilaku konsumtif Mahasiswi FISIP UNSRI dalam membeli


merchandise K-Pop.

1.4 Manfaat Penelitian

penelitan ini dapat dijadian sebagai referensi bagaimana konsumtif mahasiswi FISIP UNSRI
pada marchandise k-pop penelitian.selanjutnya untuk menambah ilmu pengetahuan.
Mengigat bahwa penelitian di bidang prilaku penemuan informasi pada konsumtif mahasiswi
FISIP UNSRI pada merchandise k-pop pada masa pandemi.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat kepada khalayak luas.
Adapun hasil dari penelitian ini, harapannya dapat memberi manfaat dalam hal:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi, bahan bacaan dan bahan
kajian yang bisa bermanfaat untuk menambah wawasan dalam kajian studi sosiologi industry
untuk mempermudah penelitinya selanjutnya dalam meneliti tentang perilaku konsumtif
penggemar K-Pop.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu sumber informasi, masukan, maupun sarana referensi acuan bagi mahasiswa yang
berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memberikan informasi tentang
perilaku konsumtif remaja membeli merchandise K-Pop dimasa pandemi Covid-19.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Dengan Tinjauan Pustaka, peneliti mencoba menelaah penelitian terdahulu yang


memiliki keterkaitan dan juga relevansi dengan penelitian yang sedang diteliti. Hal ini
dilakukan agar peneliti mendapat bahan rujukan pendukung, pelengkap, serta pembanding
sehingga penulisan penelitian ini lebih memadai.

1. Penelitian oleh Achmada dan Sadewo (2014) meneliti tentang “Pola Perilaku Konsumtif
Pecinta Korea di Korea Lovers Surabaya Community (Kloss Community)” merupakan
jurnal ilmiah Paradigma dari Universitas Negeri Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola perilaku konsumtif para pecinta Korea di Korea Lovers Surabaya
Community (Kloss). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi dari Alfred Schutz, yang mana peneliti berusaha
memahami bagaimana kehidupan bermasyarakat itu terbentuk. Hasil dari penelitian ini
adalah terdapat perubahan sejak mereka menjadi anggota dari Korea Lovers baik dari segi
pola konsumsi, sikap, dan juga selera. Mereka juga cenderung lebih konsumtif dalam
menggunakan uang bulanan atau gaji mereka untuk membelanjakan kebutuhan mereka
yang bersifat absurd dan tidak penting. Mereka mencoba untuk menjadi berbeda antara
dirinya dengan orang lain sebagai “pecinta Korea” dengan membeli produk Korea dan
berpenampilan layaknya artis atau idola mereka.

2. Penelitian oleh Mariono Ananda, Nur Hadi, dan Nanda Harda Pratama Meiji (2021) yang
meneliti tentang “Di balik Perilaku Konsumtif NCTZen dalam Pembelian Merchandise
NCT (Studi Kasus Komunitas NCTZen Malang).” Merupakan Jurnal Ilmiah Integrasi dan
Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial dari Universita Negeri Malang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perilaku konsumtid yang dilakukan ileh NCTZen. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus yang dilakukan pada
komunitas NCTZen Malang dengan beberapa anggota nya yang menjadi informan. Data
penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang yang menyebabkan mereka menyukai
NCT sehingga mereka mulai masuk kedalam komunitas penggemar NCT yakni NCTZen
karena mulai muncul sikap fanatisme. Dari sikap fanatisme tersebut mereka akan memberi
dukungan untuk NCT seperti melakukan streaming, voting, dan membeli merchandise.
Hal ini semata-mata hanya sebagai bentuk dukungan dan kesetiaan mereka terhadap
idolanya, NCT sehingga terus melakukan pembelian.

3. Penelitian oleh Hurun Iin Driana dan Aniek Indrawati (2021) yang meneliti tentang
“Pengaruh Celebrity Worship, Gaya Hidup Hedonisme, dan Kecanduan Internet
Terhadap Pembelian Kompulsif Merchandise Band Day6 Pada Online Shop Uriharu Id.”
Merupakan Jurnal Ilmiah Ekonomi, Bisnis dan Pendidikan dari Universitas Negeri
Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari celebrity Worship
terhadap pembelian kompulsif merchandise Band Day6 pada online shop Uriharu Id,
Pengaruh Gaya Hidup Hedonis terhada pembelian kompulsif merchandise Band Day6
pada online shop Uriharu Id, dan juga Pengaruh dari kecanduan internet terhadap
pembelian kompulsif merchandise Band Day6 pada online shop Uriharu Id. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
dan explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap pemujaan terhadap
selebriti (Celebrity Worship) yang dimiliki oleh pelanggan Uriharu Id yang juga
merupakan penggemar band Day6 dapat mendorong mereka untuk melakukan pembelian
secara kompulsif terkait produk-produk idola mereka. Kedua, gaya hidup hedonis yang
dimiliki oleh pelanggan Uriharu Id mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian
barang-barang yang kurang dibutuhkan secara terus menerus hanya untuk memuaskan
keinginan dan rasa senang mereka. Ketiga, kecanduan internet dapat menyebabkan mereka
melakukan pembelian kompulsif terhadap suatu produk secara online, seperti membeli
merchandise band Day6 di online shop Uriharu Id.
4. Penelitian oleh Johanna Ruthllianie dan Diah Ayu Candraningrum (2020) yang meneliti
tentang “Studi tentang Motivasi ARMY Jakarta dalam Membeli Merchandise Idola (Studi
Kasus Kaos Uniqlo X BT21.” Merupakan Jurnal Ilmiah Prologia dari Universitas
Tarumanegara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi individu dalam
mengambil keputusan pembelian merchandise idola dalam hal ini adalah boygrup BTS.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Metode pengummpulan datanya dengan melakukan wawancara dan juga observasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi parasosial terbukti mampu untuk
mempengaruhi pembelian merchandise. Semakin lekat sebuah hubungan parasosial, maka
semakin tinggi pula motivasi untuk membeli merchandise karena muncul keinginan untuk
diakui sebagai seorang penggemar sejati.

5. Penelitian oleh Milla Riauzie Poetri, Ikma Citra Ranteallo dan Nazrina Zuryani (2015)
yang meneliti tentang ”Perilaku Konsumtif Remaja Perempuan Terhadap Trend Fashion
Korea di Jakarta Selatan.” Merupakan Jurnal Ilmiah Sosiologi dari Universitas Udayana
bertujuan untuk mengidentifikasi tren fashion melalui drama, music, toko online dan mall.
Juga untuk menggambarkan perilaku konsumtif anak perempuan untuk membeli kosmetik,
pakaian dan aksesoris lainnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
yag digunakan untuk menggambarkan teori fetisisme komoditas Karl Marx. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa gadis-gadis di Jakarta Selatan membeli produk fashion
Korea karena unik, sederhana, berkualitas tinggi dan terbuat dari bahan-bahan alami.
Kedua, kecantikan dari idola atau artis Korea telah mempengaruhi para remaja dalam
mengkonsumsi dan rela mengeluarkan uang agar dapat berpenampilan mode Korea,
mereka merasa puas jika bisa membeli branded stylis dan produk.

6. Dalam jurnal Al Amroshy( 2014 ) Hegemoni Budaya Pop Korea pada Komunitas Korea
Lovers Surabaya ( KLOSS ), Al Amroshy membahas mengenai munculnya fanatisme dari
anggota KLOSS akan budaya pop Korea tidak dapat lepas dari adanya hegemoni media
yang dilakukan oleh pihak- pihak yang lebih dominan di balik media, yaitu melalui
ideologi image positif Korea dan juga konsumerisme yang disebarkan dalam budaya pop
Korea yang kemudian dapat menciptakan kesadaran palsu yaitu munculnya anggapan
bahwa budaya pop Korea adalah suatu kebenaran dimana tidak ada yang salah dengannya
sehingga banyak hal - hal yang bisa didapatkan dari mengkonsumsi tayangan dari Korea
serta munculnya perasaan bahwa budaya pop Korea merupakan suatu hal yang sangat
mereka inginkan dan butuhkan sehingga segala hal yang berkaitan dengan budaya pop
Korea menjadi salah satu prioritas utama yang harus dipenuhi.

7. Dalam jurnal Nadya (2016 ) menjelaskan pengaruhdari Korean Wave terhadap


Fanatisme kaum Muda Indonesia, Nadya membahas mengenai Pengaruh dari Korean
Wave terhadap perilaku kaum muda di Indonesia yang sangat beragam, dimulai dari
menunjukkan identitas mereka sebagai penyuka Korean Wave, lalu membeli merchindes
yang berhubungan dengan Korean Wave, berpenampilan sama seperti Korean Idol-nya,
mengakses internet hingga berjam-jam lamanya untuk stalking idolanya, dan sampai
berperilaku anarkis di sosial media seperti fanwar.

8. Dalam jurnal Olivia (2013) Analisis Gaya Hidup Remaja Mengimitasi Budaya Pop
Korea Melalui Media Massa ( studi pada siswaSMA Negeri 9 Manado ) Olivia
membahas mengenai budaya pop Korea yang sangat terlihat mulai mendominasi remaja
SMA Negeri 9 Manado dan tampak jelas mereka mulai meninggalkan bahkan tidak
peduli dengan budaya Indonesia sebagai pegangan hidup keseharian. Mereka bahkan
rela menghabiskan banyak waktu untuk memperoleh informasi mengenai budaya ini
daripada untuk mempelajari dan memahami budaya sendiri. Hal ini temtunya
membuktikan bahwa adanya pergeseran budaya dan hal tersebut perlu ditindaklanjuti
dari sekarang. Selain itu musik yang trendi dan mengandung candu yang menyenangkan
dengan tarian – tarian yang energik dan menampilkan lekuk tubuh membuat remaja
SMA Negeri 9 Manado banyak yang menyukainya.

9. Dalam jurnal Tiara Putri Ayunita, Fizi Andriani (2018) Fanatisme remaja perempuan
penggemar musik K-pop. Pada jurnal penelitian tersebut terdapat beberapa temuan yang
sangat menarik yang menggambarkan bagaimana penggemar remaja perempuan mampu
mengekspresikan fanatisme musik K- Pop. Ada berberapa perilaku yang menunjukkan
bagaimana penggemar remaja perempuan dalam mengekspresikan fanatisme musik K-
Pop. Yaitu dengan berberapa aktivitas yang dilakukan penggemar musik K-Pop.
Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain mengikuti perkembangan musik K-Pop melalui
internet, menghadiri konser musik K-Pop , membeli merchindes yang berkaitan dengan
idola mereka, membeli mercehdiseofficial, membeli album, ikut melakukan donasi yang
mengatasnamakan idola dan menghadiri event yang berkaitan dengan musik K-Pop.
Ekspresi sebagai penggemar dilakukan dengan cara mendukung grup idolanya dengan
cara membeli album nya. Penggemar musik K-Pop cenderung mengoleksi album yang
berkaitan dengan idola mereka, bahkan saat idol mereka baru debut hingga sekarang,
tidak hanya membeli album grup saja melainkan juga album solois dari salah satu
member boyband atauidol gruptersebut.

10. Dalam Jurnal Pintani Linta Tartila ( 2015)FanatismeFans Kpop Dalam Blog
Netizenbuzz, Pintani membahas Secara keseluruhan mengenaifanatismefans yang
digambarkan pada blogNetizenbuzzmerupakan perilaku maupun aktivitas penggemar
yang dilakukan secara berlebihan karena kekaguman akan artis idolanya sesuai dengan
pengertian fanatisme sendiri yaitu keyakinan atau juga paradigma tentang sesuatu dapat
bersifat positif maupun negatif yang tidak berdasar pada teori atau realitas yang nampak
dan kemudian diyakini secara mendalam sehingga sangat sulit untuk diluruskan atau
diubah. Diluar dari perilaku maupun aktivitas seseorang, fans yang menunjukkan afeksi
kekagumannya tanpa melakukan tindakan dianggap sebagai fans yang biasa dan bukan
fans yang fanatik atau fans yang rela melakukan apapun untuk idolanya. Fans biasanya
akan melakukan Fanwar apabila idolanya dijelek – jelekan oleh fandom lain.

11. Penelitian oleh Brahmastra Nandiwardhana seorang magister ilmu komunikasi Universitas
Diponegoro dan meneliti tentang “Studi Literature Korean Wave, Pop Culture, dan
Konstruksi Perilaku Konsumerisme”. Penelitian ini menggunakan metode studi
kepustakaan yang tahapannya diawali dengan identifikasi masalah yang kemudian
dianalisis dan penyempurnaan terkait dengan perilaku konsumtif dan budaya populer,
dimana hasil dari penelitian ini adalah perkembangan budaya populer yang salah satunya
disebabkan oleh peran media dalam menyajikan informasi kepada publik dan
mempengaruhi perilaku dan sikap individu, salah satunya terhadap konsumerisme.

12. Penelitian oleh Roosita Cindrakasih yang meneliti tentang “Dinamika Globalisasi Budaya
Korea di Indonesia dan Pola Konsumsi Remaja Korean Wave di Media Sosial Instagram”.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma
Interpretatif serta melakukan studi pustaka dan observasi diakhiri dengan triangulasi
data. Dari penelitian ini didapatkan fakta bahwa globalisasi budaya Korea di Indonesia
begitu mudah terserap dan dikonsumsi oleh remaja melalui media sosial terutama
Instagram dan adanya perubahan pola konsumsi kawula muda atas budaya Korea di
Indonesia.
13. Penelitian oleh Melly Ridaryanthi yang meneliti tentang “Bentuk Budaya Populer dan
Konstruksi Perilaku Konsume Studi Terhadap Remaja” Penelitian ini menggunakan
metode Focus Group Discussion yang merupakan teknik perbincangan terhadap beberapa
kelompok informan dalam jumlah kecil. Temuan lapangan menunjukkan adanya minat
dan preferensi yang tidak berjalan beriringan. Responden umumnya menyukai barang-
barang produk Korea, namun hal ini tidak berbanding lurus dengan preferensi pembelian
mereka. Hal disebabkan karena faktor finansial yang tidak sepenuhnya mendukung.

14. Penelitian oleh Riela Provi Drianda, Meyriana Kesuma, Nadia Ayu Rahma Lestari yang
meneliti tentang Konten K-Wave Sebagai Sumber Kenyamanan Selama Penyebaran Virus
Corona di Indonesia. Makalah ini bertujuan untuk lebih memahami mengapa orang
mengonsumsi konten K-wave selama pandemi dan apakah mengonsumsinya dapat
memberikan kenyamanan di tengah merebaknya virus corona. Survei pertama dilakukan
secara online pada Agustus 2020 dan mengumpulkan 254 tanggapan melalui random
sampling. Sedangkan survei kedua dilakukan pada awal Januari 2021 dan diperoleh 100
jawaban. Temuan penelitian ini memberikan potongan-potongan bukti tentang
peningkatan konsumsi konten K-wave di Indonesia selama pandemi. Konten K-wave bisa
dibilang sebagai salah satu bentuk hiburan yang menyelamatkan masyarakat dari pandemi.
Dari hasil kuisioner, para responden memverifikasi bahwa konsumsi konten K-wave
adalah pilihan untuk mengisi waktu luang, menjaga hubungan sosial dan emosional, serta
mengatasi beberapa sindrom kesehatan mental yang mereka alami selama krisis COVID-
19.

15. Dalam artikel penelitian Dzakkiyah Nisrina et al (2020) “ Dampak Konsumerisme Budaya
Korea ( KPOP) Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang”
menjelaskan pesatnya arus globalisasi membuat budaya asing masuk melalui beberapa
platform media yang didukung oleh akses internet yang mudah. Termasuk budaya KPOP
yang masuk dan menyebar di kalangan remaja, terutama pelajar. Budaya KPOP sering
dikaitkan dengan konsumerisme karena tingkat pengeluaran uang untuk barang-barang
KPOP secara teratur dalam periode waktu tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak fenomena budaya KPOP pada aspek ekonomi, sosial dan budaya.
Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara. Teknik
analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu; reduksi data, kategorisasi atau
pengelompokan, proses data, dan analisis data.

16. Dalam artikel “Dampak Modernitas K-pop pada Gaya Hidup Siswi di Sekolah Berbasis
Pesantren”, oleh Sholihah dan Sudrajat (2019) dijelaskan mengenai budaya K-pop yang
sangat jauh berbeda dengan budaya islam berpengaruh besar terhadap siswa pesantren
dapat dilhat dari 3 dimensi, yaitu aktivitas, minat, dan opini. Bila dilihat dari dimensi
aktivitas, penggemar K-pop dari kalangan siswa pesantren tersebut kerap membelanjakan
produk yang terkait dengan K-pop. Pada minat, siswi Kpopers hanya menyukai dan
memprioritaskan hal-hal yang berkaitan dengan K-pop. Pada opini, siswi K-popers
berpendapat bahawa K-pop memberikan dampak positif dan negatif. Intensitas konsumsi
yang tinggi terhadap K-pop juga berdampak pada berkurangnya konsentrasi siswi pada
saat pembelajaran IPS sehingga pendidikan karakter pada pembelajaran IPS tidak
tersampaikan dengan baik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi dengan teknik analisis data model Miles dan
Huberman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup individu dapat diukur melalui
tiga dimensi yaitu aktivitas, minat dan opini.

17. Dalam jurnal yang berjudul “Perilaku Konsumtif Peserta Didik Penggemar Kpop di SMA
Negeri 4 Surakarta”, penelitian Wulandari, dkk. (2018), dijelaskan tentang aktivitas sosial
dan tindakan yang dilakukan oleh penggemar K-pop khususnya peserta didik di SMA
Negeri 4 Surakarta antara lain meliputi aktivitas fisik yang berupa menonton konser,
bergabung dengan komunitas, dan mengunjungi tempat yang memiliki nuanasa Korea dan
aktivitas non-fisik yang meliputi menonton dan men-download K-Drama dan MV, serta
stalking berita K-Pop dan K-Drama. Selain itu, perilaku konsumtif yang dilakukan oleh
penggemar K-pop di kalangan peserta didik SMA Negeri 4 Surakarta meliputi membeli
album K-pop dalam jumlah yang banyak, membeli kpopstuff, serta seperti mendatangi
restoran yang bernuansa Korea dengan harga yang relatif mahal.

18. Dalam “Analysis of the Impact of Korean Wave on Purchase Decision Making at
Patbingsoo Korean Dessert House, Flavor Bliss, Tangerang Selatan” Vienna Artina
Sembiring (2021) Korean Wave adalah fenomena yang mengembangkan dan
menyebarkan budaya populer Korea seperti Girl & Boy Group, fashion, dan bahkan
spesialisasi Korea seluruh dunia termasuk Indonesia, banyak lokal para pengusaha
berlomba-lomba membangun kuliner korea bisnis di Indonesia. Salah satu restoran Korea
tersebut adalah Rumah Makanan Penutup Korea Patbingsoo, Flavour Bliss, Selatan
Tangerang. Masuknya Korean Wave di Indonesia lambat laun dapat mempengaruhi gaya
hidup orang Indonesia masyarakat khususnya remaja. Dengan dampak yang ditimbulkan
oleh pengaruh ini, kemungkinan besar akan mempengaruhi konsumen keputusan
pembelian untuk produk tertentu. Itu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dari hasil pendistribusian kuesioner kepada
sejumlah 83 responden. Itu pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana
teknik pengambilan sampel. Pengolahan analisis data menggunakan SPSS. Berdasarkan
hasil penelitian ini adalah orang Korea Pernyataan gelombang (X) termasuk dalam
kategori tinggi dan pernyataan keputusan pembelian (Y) juga tinggi kategori. Hasil
penelitian ini menemukan besarnya pengaruh Gelombang Korea (X) pada pembelian
keputusan (Y) sebesar 12,2% dan sisanya dipengaruhi oleh pihak lain faktor yang tidak
dirangkum dalam penelitian ini. Begitulah menemukan bahwa pengaruh simultan dari
bahasa Korea Gelombang pada keputusan pembelian adalah 12,2%.

19. Dalam “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Made
In Korea Pada Mahasiswa di Kota Tarakan” yang diteliti oleh Ahmatang dan Irma Adelia
Saputri. penelitian ini mencoba melihat respon dari mahasiswa di tarakan terhadap
keputusan pembelian produk Korea.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Korean wave (X1),Perceived Quality (X2),Country of Origin (X3) terhadap Keputusan
pembelian (Y1). Berdasarkan Uji diketahui variable Korean wave dan perceived quality
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan country of origin tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.Dengan nilai R Square sebesar
0,253 yang berarti varibel depnden mempunyai pengaruh sebesar 25,3 % sisa nya 74,7%
di penagruhi oleh variable diluar penelitian ini.
20. Penelitian yang dibahas oleh Maria Veronica dkk yang berjudul “Eksploitasi Loyalitas
Penggemar Dalam Pembelian Album K-Pop”. Penelitian ini membahas tentang
eksploitasi yang dilakukan oleh agensi-agensi idola di Korea Selatan terhadap loyalitas
penggemar K-Pop dalam hal pembelian album. Eksploitasi loyalitas penggemar dilakukan
oleh agensi-agensi di Korea Selatan dengan cara mengeluarkan dan menjual album
dengan beragam versi sehingga menarik minat beli penggemar. Penggemar ini sendiri
menyadari bahwa dirinya telah tereksploitasi tetapi keputusan mereka dalam membeli dan
mengoleksi album dalam jumlah banyak dikarenakan adanya konsep diri yang timbul
karena munculnya identitas sebagai seorang penggemar. Mereka juga mempunyai rasa
kepuasaan diri sendiri ketika sudah membeli album dan sebagai bentuk untuk menghargai
karya-karya dari idolanya.

NO NAMA PENELITI & PERSAMAAN PERBEDAAN


JUDUL
1. Lailil Achmada dan Persamaannya adalah terletak Perbedaannya terletak pada
FX. Sri Sadewo pada sikap atau perilaku pendekatan yang akan diambil,
(2014): Pola Perilaku konsumtif penggemar grup band penelitian terdahulu ini
Konsumtif Pecinta (boy grup dan girl grup) asal menggunakan pendekatan
Korea di Korea Korea Selatan fenomenologi Alfred Schutz
Lovers Surabaya sedangkan peneliti menggunakan
Community (KLOSS pendekatan dari Jean Baudrilard
Community) mengenai masyarakat konsumsi.
Juga terletak dari subjek yang akan
diteliti, peneliti mengambil subjek
mahasiswi FISIP UNSRI untuk
melakukan penelitian
2. Mariono Ananda, Nur Persamaannya yaitu berkaitan Perbedaannya terletak pada subjek,
Hadi, dan Nanda dengan perilaku konsumtif lokasi, dan waktu yang digunakan
Harda Pratama Meiji terhadap merchandise K-Pop dalam penelitian. Juga peneliti
(2021): Di balik dan sama-sama menggunakan melakukan penelitian untuk
Perilaku Konsumtif Study Kasus keseluruhan fandom K-Pop sedankan
NCTZen dalam penelitian terdahulu ini berfokus lagi
Pembelian pada fandom NCT, yakni NCTZen.
Merchandise NCT
(Studi Kasus
Komunitas NCTZen
Malang
3. Hurun Iin Driana dan Persamaannya adalah sama- Perbedannya terletak pada subjek,
Aniek Indrawati sama mengangkat masalah lokasi dan waktu yang digunakan
(2021): Pengaruh mengenai pembelian dalam penelitian. Penelitian
Celebrity Worship, merchandise K-Pop secara terus terdahulu ini memiliki judul yang
Gaya Hidup cukup kompleks dengan
Hedonisme, dan menerus. menggunakan metode penelitian
Kecanduan Internet kuantitatif sedangkan peneliti hanya
Terhadap Pembelian meneliti mengenai perilaku
Kompulsif konsumtif dengan menggunakan
Merchandise Band metode penelitian kualitatif.
Day6 Pada Online
Shop Uriharu Id
4. Johanna Ruthllianie Persamaannya terletak pada Perbedaannya terletak pada fokus
dan Diah Ayu pemilihan masalahnya yakni penelitiannya yang mana penelitian
Candraningrum mengenai sikap konsumtif terdahulu ini berfokus pada fandom
(2020): Studi tentang pecinta K-Pop dalam membeli ARMY dengan membeli produk
Motivasi ARMY merchandise idolanya, dan yang berkolaborasi dengan Idolanya.
Jakarta dalam sama-sama menggunakan
Membeli Merchandise pendekatan study kasus
Idola (Studi Kasus
Kaos Uniqlo X BT21
5. Milla Riauzie Poetri, Persamaannya terletak pada Perbedannya adalah peneliti lebih
Ikma Citra Ranteallo masalah yang diangkat yakni menekankan atau memfokuskan pada
dan Nazrina Zuryani mengenai perilaku konsumtif sikap konsumtif untuk merchandise
(2015): Perilaku para perempuan dalam membeli K-Pop idolanya. Sedangkan
Konsumtif Remaja hal-hal yang berbau Korea. penelitian terdahulu ini, berfokus
Perempuan Terhadap pada trend Fashion Korea.
Trend Fashion Korea
di Jakarta Selatan.
6. Afidatul Ulum Al Relevansi dari kedua penelitian Tidak menggunakan teori
Amrofhy, A. I. ini sama – sama memiliki Hiperrealitas jean baudrillard
(2014): Hegemoni hiperealitas dalam suatu
Budaya Pop Korea komunitas penggemar K-
pada Komunitas Pop.Dimana dari sifat
Korea Lovers komsumerisme yang membeli
Surabaya ( KLOSS) barang – barang K-Pop,makan di
restoran Korea hingga meniru
apapun yang dikenakan oleh
idolanya, media mampu
mempengaruhi sudut pandang
seseorang
7. Nadya Tri Atika Relevansinya yaitu bagi tidak menggunakan teori
(2016): Pengaruh penggemar kpop mereka akan hiperrealitas jean baudrillard dan dan
Korean Wave dengan senang hati membeli hanya membahas perang antar
terhadap Fanatisme merchindes yang berkaitan fans(fanwar) saja
kaum Muda Indonesia dengan idolanya , menggunakan
pakian seperti layaknya idol –
idol korea dan sering kali para
fans – fans yang terhubung
dalam satu komunitas-
komunitas yang sama ini saling
fanwar atau saling berselisih
paham untuk saling
membanggakan idola mereka
masing – masing
8. Olivia M. Kaparang Relevansinya yaitu para Tidak menggunakan teori
(2013): Analisis Gaya penggemar kpop ini lebih suka Hiperrealitas Jean
Hidup Remaja dengan budaya korea dari pada baudrillard,penelitian tersebut lebih
Mengimitasi Budaya budayanya sendiri, sehingga menjelaskan perubahan kehidupan
Pop Korea Melalui terjadi pergeseran budaya sosial saja.
Media Massa dimana budaya indonesia
(studi pada siswa menjadi di nomor duakan atau
SMA Negeri 9 tersisihkan oleh budaya korea,
Manado ) karena para remaja khususnya
kpopers lebih tertarik dengan
budaya korea terlebih lagi
dengan musik dan tarian dan
konsep –konsep unik yang di
usung.
9. Ayunita, T. P., & Relevansinya yaitu penggemar Tidak menggunakan teori
Andriani, F. (2018): akan melakukan segala hiperrealitas Baudrillad.
Fanatisme Remaja macam cara untuk menunjukan
Perempuan rasa fanatismenya kepada
Penggemar Musik K- idolanya yaitu dengan
POP. menggunakan atribut yang
berhubungan dengan idolanya,
membeli album,melakukan aksi
donasi atas nama
idolanya,menghadiri konser dan
lainnya. Hal tersebut dilakukan
dengan suka rela dan bangga
karena telah melakukan hal yang
disukai oleh idolanya.
10. Pintani Linta Tartila Relevansinya yaitu ketika idola tidak menggunakan teori
(2015): Fanatisme dari fandom tersebut mengalami hiperrealitas jean baudrillard
Fans Kpop Dalam pemberitaan yang negatif
Blog Netizenbuzz maka fans dariidola tersebut
akan menyerang portal berita
yang memberitakan idolanya
dengan negatid bahkan fans
tersebut tidak segan – segan
untuk memboikot portal berita
yang tersebut. Selain itu jika di
ketahui fandom lain menghina
atau menjelek – jelekan
idolanyamaka fans tidak segan –
segan untuk fanwar baik di
dunia maya maupun di dunia
nyata.
11. Brahmastra Persamaann dengan penelitian Perbedaannya lebih global
Nandiwardhana ini adalah sama-sama menyoroti pembahasannya, karna pada
(2020): Studi bagian perilaku konsumerisme penelitian kali ini peneliti akan
Literature Korean sebagai dampak dari budaya berfokus pada objek-objek tertentu
Wave, Pop Culture, popular yaitu hallyu wave
dan Konstruksi
Perilaku
Konsumerisme
12. Roosita Cindrakasih Persamaannya yaitu dalam Perbedaannya penelitian ini lebih
(2021): Dinamika membahas pola konsumsi memusatkan penelitian pada cabang
Globalisasi Budaya remaja yang terpengaruh akibat sosiologi komunikasi yaitu dengan
Korea di Indonesia Korean wave yangmana menggunakan media social dan juga
dan Pola Konsumsi termasuk didalamnya penelitian membahas bagaimana
Remaja Korean Wave merchandise kpop, aksesoris. dinamika globalisasi budaya
di Media Sosial Dan juga pada penelitian ini tersebut.
Instagram menggunakan pandangan jean
Baudrillard dalam menyikapi
masyarakat konsumsi yang juga
akan digunakan dalam penelitian
penulis kali ini
13. Melly Ridaryanthi Persamaannya yaitu sama-sama Perbedaannya penelitian ini lebih
(2014): Bentuk membahas bagaimana perilaku berfokus pada penyebaran budaya
Budaya Populer dan konsumen yang dipengaruhi popular yang menyebar ke banyak
Konstruksi Perilaku oleh budaya popular yaitu hallyu negara khususnya Indonesia. Dan
Konsumen Studi wave atau yang biasa dikenal lebih mempertanyakan apakah para
Terhadap Remaja dengan gelombang Korea consumer akan selalu mengonsumsi
produk-produk korea yang tengah
pesat atau tidak.
14. Riela Provi Drianda, Persamaannya adalah membahas Perbedaannya ialah tidak membahas
Meyriana Kesuma, perkembangan budaya Korea pada bidang konsumsi nya hanya
Nadia Ayu Rahma dalam masa pandemic ini menganalisis “efek” dari K-wave di
Lestari (2021): yangmana menjadi sebuah masa pandemic.
Konten K-Wave kenyamanan sendiri bagi para
Sebagai Sumber penikmatnya khususnya di
Kenyamanan Selama negara Indonesia
Penyebaran Virus
Corona di Indonesia
15. Dzakkiyah Nisrina et Persamaannya yaitu sama-sama Perbedaannya lebih berfokus pada
al (2020): Dampak mengangkat bahasan tentang “dampak”
Konsumerisme konsumerisme oleh budaya
Budaya Korea Korean pop di kalangan
( KPOP) Di Kalangan mahasiswa.
Mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial
Universitas Negeri
Malang
16. Sholihah dan Sudrajat Persamaannya, memiliki kata Perbedaannya lebih berfokus pada
(2019): Dampak kunci yang sama dalam dampak modernitas, gaya hidup dan
Modernitas K-pop membahas penelitian yaitu juga memiliki objek sekolah berbasis
pada Gaya Hidup hallyu wave/gelombang korea agama.
Siswi di Sekolah dan pelajar dalam penelitian
Berbasis Pesantren
17. Wulandari, dkk. Persamaannya yaitu sama-sama Perbedaannya, karna penelitiannya
(2018): Perilaku membahas bagaimana perilaku dilakukan pada tahun 2018 jadi tidak
Konsumtif Peserta konsumtif yang dipengaruhi oleh menggunak pandemic sebagai
Didik Penggemar budaya popular yaitu hallyu Batasan masalah. Dimana dijelaskan
Kpop di SMA Negeri wave atau yang biasa dikenal pada penelitian sebelumnya bahwa
4 Surakarta dengan gelombang Korea dan bentuk konsumerisme subjek meliput
juga menjadikan penuntut ilmu menonton konser, mengunjungi
sebagai subjek penelitian ini. tempat yang bernuansa korea dimana
hal ini tidak dapat dilakukan di masa
pandemic covid 19.
18. Vienna Artina Relevansi nya terhadap Perbedannya adalah lebih
Sembiring (2021): penelitian ini adalah sama-sama memfokuskan terhadap dampak dari
Analysis of the Impact menyoroti Korean wave dan Korean wave. Dan lebih menyoroti
of Korean Wave on konsumerisme terhadap budaya budaya korea dari segi kuliner.
Purchase Decision korea
Making at Patbingsoo
Korean Dessert
House, Flavor Bliss,
Tangerang Selatan
19. Ahmatang dan Irma Relevansinya terhadap penelitian Lebih berfokus terhadap alasa-alasan
Adelia Saputri (2020): ini adalah sama membahas apa yang membuat mahasiswa
Analisis Faktor-Faktor perilaku “konsumsi” dan memiliki keputusan untuk
Yang Mempengaruhi memiliki subjek mahasiswa. memproduksi produk asal Korea.
Keputusan Pembelian
Produk Made In
Korea Pada
Mahasiswa di Kota
Tarakan
20. Maria Veronica, Sinta Persamaan dengan penelitian ini Perbedaanya pada penelitian ini
Paramita (2019): adalah sama-sama membahas meninjau dari perspektif agensi yang
Eksploitasi Loyalitas bagaimana para fans kpop memanfaatkan kesetiaan fans dalam
Penggemar Dalam mengonsumsi aksesori idol medistribusikan aksesori idol nya.
Pembelian Album K- mereka.
Pop

1.2 Kerangka Pemikiran

Korean Wave

Korean Wave, sebagai hibriditas budaya Barat dan lokal, adalah produk dari kebijakan
budaya dan teknologi neoliberal pemerintah Korea (Asia Timur), dengan tujuan utama untuk
mempromosikan ekspor produk media dan budaya ke pasar global di Asia. pada awalnya dan
kemudian Eropa dan Amerika kemudian. untuk menciptakan ruang identitas yang baru dan
kompleks dalam arus budaya global. Ini membahas implikasi budaya, ekonomi, dan politik
dari popularitas Gelombang Korea dengan perkembangan teknologi digital dalam konteks
struktur kekuatan global yang tidak merata. implikasi dari Korean Wave untuk branding
nasional Korea, konsumsi digital budaya media, dan ruang identitas. Sebagaimana dijelaskan
dalam Pendahuluan, Korean Wave menciptakan “kekuatan lunak” dalam strategi
pembangunan berkelanjutan, kontras dengan kekuatan militer dan politik. Korea
digambarkan sebagai merek nasional yang keren, menggunakan ekspor budaya dan citra
media sebagai strategi alternatif untuk pembangunan berkelanjutan. Peningkatan citra
nasional, seperti yang diharapkan, membawa pertumbuhan penjualan produk media seperti
drama TV dan musik pop, dan peningkatan besar pengunjung asing ke kota-kota di Korea.
Budaya penggemar digital muncul sebagai fenomena baru yang menunjukkan tidak hanya
konsumsi partisipatif budaya media, tetapi juga aliran multiarah melalui komunitas online
penggemar Hallyu. bahwa aliran budaya global saat ini tidak harus satu arah dari inti ke
pinggiran, tetapi lebih multi-arah dan interaktif karena "kekuatan tenaga kerja penggemar"
(hal. 13) dan digitalisasi. Seiring dengan kebangkitan ekonomi Asia, popularitas Gelombang
Korea mencerminkan penegasan Asiaisme imajiner di seluruh wilayah melalui pembangunan
kembali identitas.

Perilaku Konsumsi

Kita hidup di era ketika konsumen setiap hari berhubungan dengan sejumlah besar informasi
dan praktik yang berkaitan dengan inovasi budaya yang menarik pengakuan global atau lintas
batas. Misalnya, difusi produk budaya seperti drama, musik, film, makanan dan fashion yang
berasal dari luar negeri berdampak besar pada keinginan konsumen untuk mengejar
keragaman pilihan konsumsi dengan memperluas wawasan budaya mereka. Fenomena
budaya lintas batas ini telah menarik minat dari beberapa sarjana untuk dampak sosial,
ekonomi dan budaya pada keputusan pembelian konsumen produk budaya asing (Chae 2006;
Choe 2007; Hong et al. 2007; Hwang 2008; Iwabuchi 2008; Kim dkk.2007).

Perilaku konsumtif kerap kali juga dilakukan oleh remaja, yang mana mereka sudah tidak lagi
didasarkan pada factor kebutuhan, melainkan dilihat dari karakteristik perilaku konsumtif
mereka. Ciri-ciri perilaku konsumtif dapat dilihat sebagai berikut: (1) Mudah terpengaruh
oleh rayuan penjual, (2) Mudah terbujuk iklan, terutama pada ke estetikan barang tersebut,
(3) Tidak berpikir hemat, (4) Kurang realistis, romantic, dan mudah terbujuk atau impulsive
(Astasari & Sahrah, 2006). Sementara itu aspek-aspek konsumtif menurut Rosyid, Lina,
1997) adalah:

 Pembelian Impulsif. Aspek ini menunjukkan bahwa seseorang berperilaku konsumtif


semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat yang
dilakukan tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu juga tidak memikirkan apa
yang akan terjadi kemudian. Biasanya hal ini bersifat emosional.
 Pemborosan. Perilaku konsumtif sebagai salah satu perilaku boros yakni
menghambur-hamburkan banyak uang tanpa disadari. Perilaku konsumtif juga
cenderung bermakna pemborosan yang berdampak negative pada kehidupan.
 Mencari kesenangan. Perilaku konsumtif tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mencari kesenangan. Terutama selama masa pandemi yang menharuskan masyarakat
untuk di rumah saja, akan membuat bosan seseorang sehingga membutuhkan
kesenangan dan juga kenyamanan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitiaan Kualitatif

Desain penelitian ini adalah kualitatif yang mana untuk menjawab fenomena – fenomena
yang ada dan bertujuan untuk mengambarkan budaya K-POP Mercandise dan memahami
suatu fenomena yang ada di FISIP UNSRI ( Leady dan omrod, 2005 ). Metode penelitian ini
digunakan dalam penelitian ini mengunakan studi esploratif , menurut sekran dan Bougie
( 2009 ) studi ekspolaratif dilakukan jika tidak bayak diketahui mengenai situasi yang di
hadapi atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu
penelitiian yang mirip di selesaikan di masa lalu. Studi eksporatif dilakukan untuk memahami
dengan lebih baik sifat masalah, ketika sejumlah fakta diketahui, tatapu di perlukan lebih
banyak informasi untuk menyusun kerangka teori yang kukuh.

Pada dasarnya penelitian ini juga dilakukan untuk mencoba melihat perbedaan strategi
mahasiswi fisip unsri pada merchandise K-POP dimasa pandemic penelitian ini
menggunakan pedoman-pedoman analisis dari prinsip – prinsip dalam merumuskan strategy
yang dari strategy analisis ini membantu dan memberikan gambaran mahasiswi fisip unsri
pada merchandise K-POP dimasa pandemic.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan gambaran kejadian sebenarnya dari obyek yang akan
diteliti dan juga merupakan tempat pengambilan data dimana penelitian dilakukan. Lokasi
yang dijadikan tempat untuk melakukan penelitian adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sriwijaya. Lokasi ini dipilih karena setelah diamati sekilas dari keseharian
mahasiswi FISIP UNSRI yang tak jarang di upload ke media social, banyak dari mahasiswi
FISIP UNSRI yang menggemari Idol Group asal Korea Selatan. Hal ini menjadi alasan bagi
peneliti untuk melihat perilaku konsumtif mahasiswi FISIP UNSRI.

3.3 Strategi Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengidentifikasi
pengalaman manusia berupa kata-kata tertulis atau lisan (Moleong, 2010: 19). Maksudnya
adalah penelitian ini dianalisis secara cermat untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan
penelitian dan hasil dari analisis tersebut dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Strategi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian studi kasus terpancang. Studi
kasus terpancang digunakan karena masalah dan tujuan penelitian telah ditetapkan sejak awal
penelitian oleh peneliti (Sutopo, 2002: 112). Studi kasus digunakan karena strategi ini
difokuskan pada kasus tertentu. Sehingga, peneliti menggunakan studi kasus terpancang
yang menentukan masalah dan tujuan di awal sebelum terjun ke lapangan, serta penelitian ini
memfokuskan pada masalag perilaku konsumsi mahasiswi FISIP UNSRI pada merchandise
K-Pop selama masa pandemic.

3.4 Fokus penelitian

Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek penelitian yang diangkat
manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak pada banyak-nya data yang diperoleh
dilapangan. Fokus penelitian adalah garis besar dari pengamatan peneliti yang harus
dinyatakan secara eksplisit agar dapat memudahkan peneliti saat terjun ke lapangan sehingga
data yang didapat akan konsisten dan terarah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
penelitian yaitu perilaku konsumtif mahasiswi FISIP UNSRI pada merchandise K-Pop
selama masa pandemi yang kemudian dari perilaku tersebut akan diteliti apa yang menjadi
motif mahasiswi FISIP UNSRI melakukan sikap konsumtif barang-barang merchandise K-
Pop tersebut.

3.5 Jenis Dan Sumber Data


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif.
Berupa kata-kata, wawancara, yang tertulis yang menguraikan tentang bagaimana perilaku
konsumtif mahasiswi FISIP UNSRI. Dengan adanya pengamatan secara langsung atau
observasi dan wawancara. Peneliti dapat mengetahui gambaran tentang data-data yang
dibutuhkan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data (Sugiono, 2003:225). Maksudnya adalah data atau dokumen masih original yang
didapat langsung dari informan yaitu mahasiswi FISIP UNSRI. Dalam melakukan
pertanyaan, peneliti bertanya sesuai dengan pertanyaan yang sudah disiapkan dan
menghindari pertanyaan yang cukup sensitive untuk dibahas. Penelitian ini mengambil
beberapa informan tertentu (Key informan) sebagai subjek penelitian yang dianggap
mampu mewakili stack holder yang terlibat dalam permasalahan yang diteliti. Sehingga,
memberikan batasan jumlah agar dapat mempermudah peneliti dalam mencari data yang
konkrit.

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer guna mendapatkan informasi
yang relevan dan akurat untuk menjawab masalah penelitian seperti jurnal, dan
dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
penelitian, serta untuk mengetahui kebenaran narasumber dalam memberikan keterangan
tentang berbagai hal yang berkaitan tentang objek penelitian.

3.6 Penentuan Informan

Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai latar


belakang dan situasi yang ingin diteliti tersebut (Moleong,2009:132). Penelitian kualitatif
tidak mempersoalkan jumlah informan namun tergantung dari tepat atau tidaknya pemilihan
informan, dan kompleksitas dari keragaman fenomena yang diteliti. Penentuan informan yang
diambil oleh peneliti adalah model purposive. Secara sederhana, purposive merupakan teknik
untuk menentukan informan dengan beberapa pertimbangan atau ditetapkan secara sengaja.
Peneliti dapat menentukan sendiri informan yang dapat memberikan informasi dari orang-
orang yang benar-benar memahami permasalahan yang diteliti. Informan dalam hal ini adalah
mahasiswi FISIP UNSRI, hal ini dikarenakan penulis menemukan mahasiswi FISIP UNSRI
sebagai penggemar K-Pop bahkan ada yang sampai membeli merchandise K-Pop tersebut.

3.7 Peranan Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai
instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data dilapangan. Peneliti berusaha mencari
informasi dari informan secara langsung untuk mendapatkan instrument pengumpulan data
yakni mahasiswi FISIP UNSRI dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk
menunjukan keabsahan hasil penelitian. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung
dilapangan menjadi tolak ukur keberhasilan untuk memahami permasalahan yang diteliti.
Sehingga, hasilnya akan lebih akurat dan valid karena subyek semakin percaya dengan
peneliti dan akan memudahkan mereka untuk bercerita jujur dan meminimalisir kebohongan.

3.8 Unit Analisis Data

Unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda,
atau suatu latar peristiwa sosial seperti aktivitas individua atau kelompok sebagai subyek
penelitian (Hamidi, 2005:75-76). Penetapan unit analisis dalam penelitian ini adalah
kelompok yaitu mahasiswi FISIP UNSRI. Dari unit analisis yang telah ditentukan, maka
peneliti akan mengetahui bagaimana perilaku konsumtif pada merchandise k-pop.

3.9 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi dan
wawancara. Selain itu, dalam menentukan narasumber atau informan memiliki kriteria
tertentu yang bersifat ilmiah. Informan atau narasumber memliki kriteria sebagai berikut :
remaja berumur 19 sampai 21 tahun, berstatus mahasiswa, melakukan rutinitas pembelian
merchandise k-pop selama masa pandemi covid-19 dalam kurun waktu satu sampai tiga bulan
di tahun 2021 dengan subjek penelitian nya adalah mahasiswi FISIP UNSRI. Pengambilan
narasumber atau informan dengan rentan usia 19-21 tahun didasarkan pada perkembangan
psikologisnya menurut Havighurst (1998) dalam Kusmiran (2014) yang menyatakan bahwa
seseorang dalam usia tersebut telah sampai pada relasi yang baru dan lebih matang dengan
teman sebaya, baik sejenis maupun lawan jenis.

3.10 Teknik Pemeriksaan Data dan Keabsahan Data

Untuk menguji kredibilitas data dan keabsahan data dalam penelitian ini
menggunakan cara triangulasi teknik, menggunakan bahan referensi dan member check
( Sugiyono,2017). Dalam penelitian kualitatif data dapat dinyatakan bisa dipercaya ketika
persamaan antara yang ditemukan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
subyek yang diteliti.

Triangulasi teknik merupakan cara melakukan pengecekan data pada sumber yang sama,
namun dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang telah didapat melalui wawancara
mendalam pada informan A terkait persepsi, gagasan, harapan, sikap, gaya hidup, dan
lingkungan masyarakat terhadap perilaku konsumtif pembelian merchandises K-Pop, maka
dilakukan pengecekan informasi atau dokumentasi pada informan A tersebut, maupun
sebaliknya

Bahan referensi adalah bagian pendukung informasi untuk membuktikan keabsahan data
yang ditemukan oleh peneliti seperti data wawancara dengan informan yang dilengkapi
dengan record audio-visual pada saat melakukan proses wawancara tersebut. Kemudian
teknik member check agar informasi yang didapat dalam laporan penelitian memiliki
keselarasan dengan apa yang dimaksudkan oleh sumber data atau informan kunci. Member
check dapat dilakukan paska penelitian dengan peneliti bertemu dengan informan untuk
melakukan peninjauan kembali, dalam proses ini data bisa ditambah, dikurangi ataupun
ditolak oleh sumber data atau informan yang menjadi subyek penelitian dalam hal ini
mahasiswi FISIP UNSRI dengan kriteria yang telah ditentukan.

3.11 Teknik Analisis Data


Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data merupakan proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar (Patton dalam Moleong, 1998). Proses menganalisis data dilakukan sejak
pengumpulan data. Teknik analisis data kualitatif menggunakan model alir Miles dan
Hubermen, meliputi: reduksi, penyajian, dan verifikasi data (Bungin, 2003).

Reduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal pokok atau membuang data-data yang tidak
mendukung fokus penelitian. Proses reduksi data dilakukan setelah kegiatan penelitian
lapangan selesai sampai laporan penelitian lengkap tersusun. Melalui reduksi data dilakukan
analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa.

Penyajian data merupakan salah satu rangkaian dalam reduksi data. Tujuannya untuk
menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart, grafik, dan sebagainya. Konteks
penyajian data dalam hal ini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Sementara itu, pengambilan keputusan dan verifikasi dilakukan untuk menginterpretasikan
dengan mempertimbangkan pemahaman para informan. Tujuannya untuk mencari makna dari
data yang diperoleh. Caranya dengan mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-
hal yang sering muncul, dan sebagainya.
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Prodi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
4.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
Kebutuhan untuk mendirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Lingkungan
Universitas Sriwjaya bermula pada akhir tahun 1970-an. Menyadari hal tersebut, maka
dilakukan kegiatan persiapan dengan melaksanakan studi banding ke Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu dilakukan pula konsultasi
ke Konserium Ilmu-ilmu Sosial, Direktorat Pembinaan Sarana Akademik, Ketua Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial (YIIS), Bapak Gubernur Provinsi Sumatera Selatan periode tahun
1979sampai tahun 1989 yaitu Gubernur Saiman Sagiman, tokoh masyarakat maupun
pemerintahan hingga para alumni Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang ada di Sumatera
Selatan. Atas petunjuk Direktorat Pembinaan Akademik Dirjen Dikti, disarankan untuk
membentuk program studi terlebih dahulu dan dimasukkan dalam jajaran Fakultas Ilmu
Hukum Universitas Sriwijaya.
Untuk menindaklanjuti hasil kegiatan dan pengarahan tersebut, maka dibentuklah
panitia persiapan yang di ketuai oleh Drs. Zainal Alamsjah dan sekretaris Drs Manusr
Rahman serta panitia teknis yang di ketuai oleh HAS Natabaya, S.H. dan wakil ketua Drs.
AW Widjaja. Ketua panitia ini melahirkan Rekomendasi Surat Fakultas Hukum untuk
membuka program studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan SK nomor
7/DJ/Kep/1983 tanggal 12 Februari 1983 dengan satu jurusan yaitu Ilmu Administrasi
Negara. Ketua program studi yang pertama adalah Drs. H. Sjafran Sjamsuddin yang pada
saat itu juga menjabat sebagai Rektor Universitas Sriwijaya. Sementara kegiatan
akademiknya ditandai dengan kuliah umum Prof. Dr. Selo Sumarjan selaku Ketua Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial (YIIS) pada tanggal 1 Agustus 1983.
Upaya peningkatan status program Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terus dilakukan,
sampai akhirnya Menteri Pendidikan Nasional menyetujui pembukaan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya dengan SK nomor 033/0/2000 tanggal 9 Maret 2000.
Berdasarkan keputusan tersebut, maka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijaya resmi berdiri.

4.1.2 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
1. Visi
Menjadi fakultas yang unggul dan berbasis riset, yang memiliki keunggulan kompetitif
dalam bidang ilmu social, budaya dan politik tahun 2025.
2. Misi
a. Menghasilkan manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas,
berakhlak mulia, berbudaya, bersemangat ilmiah, memiliki moral akademik dan
menguasai serta mempergunakan dan mengembangkan ilmu social budaya dan politik
untuk meningkatkan kualitas hidup.
b. Menyelenggarakan, mengembangkan dan membina pendidikan tinggi secara efektif
dan efisien dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan social, budaya, dan politik
secara professional, berkepribadian, dan berkelanjutan.
c. Menyelenggarakan, mengembangkan dan membina penelitian dalam rangka
menghasilkan dasar-dasar pengetahuan, teori, konsep, metodologi, model dan produk
yang adaptif, kompetitif dan aplikatif sehingga mampu memberi solusi terhadap
masalah-masalah social, budaya dan politik yang berkembang pada masyarakat.
d. Menyelenggarakan, mengembangkan dan membina pengabdian kepada masyarakat
dengan menerapkan ilmu pengetahuan social, budaya dan politik sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat secara berkelanjutan.
e. Menyelenggarakan system manajemen pendidikan tinggi yang efektif, efisien,
professional, kompeten dan berkelanjutan.

4.1.3 Tujuan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
Tujuan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya adalah untuk
menyiapkan sarjana yang:
1. Berkepribadian serta berkesadaran bernegara dan bermasyarakat sesuai dengan
Pancasila.
2. Bersikap terbuka dan tanggap terhadap perubahan masyarakat dan politik serta
kemajuan ilmu-ilmu social pada umumnya.
3. Menguasai dasar-dasar metodologi ilmu sehingga mampu mengembangkan bidang
ilmu-ilmu social dan bertindak sebagai sarjana.
4. Mempunyai keahlian dasar dan mampu memahami, menjelaskan dan memecahkan
masalah-masalah bidang ilmu-ilmu social dengan tingkat keahliannya.

4.1.4 Struktur Organisasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijaya
4.2 Gambaran Informan Penelitian
Informasi dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara terhadap informan
penelitian yang telah diidentifikasi oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini.
Informan dalam penelitian ini didapatkan dari informan kunci yang mengetahui
perilaku konsumtif informan utama terhadap merchandise K-POP. Dimana informan
dalam penelitian ini menerapkan perilaku konsumtif tersebut di masa pandemic
informan penelitian yang dibahas dalam penelitian ini berasal dari Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya. Secara keseluruhan informan memiliki
gender yang sama yaitu perempuan.
4.2.1 Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah mahasiswi FISIP UNSRI, hal ini
dikarenakan penulis menemukan beberapa mahasiswi FISIP UNSRI sebagai penggemar K-
Pop bahkan ada yang sampai membeli merchandise K-Pop tersebut. Informan utama dalam
penelitian ini terdiri dari tiga orang, yang mana ketiganya berasal dari jurusan Sosiologi,
yaitu: AN, TSN, dan NPR.

1. Informan AN
Informan AN merupakan seorang informan yang telah lama mengikuti perkembangan
K-Pop, yakni sejak tahun 2015. Informan AN merupakan seorang mahasiswi jurusan
Sosiologi Angkatan 2019 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya.
Proses wawancara antara peneliti dengan AN dilakukan via Video Call Whatsapp
karena kondisi pandemic yang tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung.
Proses wawancara berjalan dengan lancar karena sebelumnya peneliti telah
melakukan observasi awal dam meminta persetujuan AN untuk diwawancarai.
2. Informan TSN
Informan TSN merupakan seorang informan asal Tangerang yang telah mengikuti K-
Pop sejak tahun 2016. Informan TSN merupakan seorang mahasiswi jurusan
Sosiologi Angkatan 2019 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya.
Proses wawancara antara peneliti dengan TSN juga dilakukan via Video Call
Whatsapp dikarenakan sedang terjadi pandemi Covid-19 sehingga tidak
memungkinkan untuk wawancara secara langsung. Wawancara dengan informan TSN
juga berjalan sangat lancer karena peneliti telah melakukan observasi awal dan juga
informan TSN bersedia untuk melakukan wawancara.
3. Informan NPR
Informan NPR merupakan informan yang telah lama mengikuti K-Pop, yakni dari
tahun 2011. Informan NPR merupakan seorang mahasiswi jurusan Sosiologi
Angkatan 2017 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya. Proses
wawancara antara peneliti dengan NPR dilakukan via Video Call Whatsapp karena
kondisi pandemic yang tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung. Proses
wawancara berjalan dengan lancar karena sebelumnya peneliti telah melakukan
observasi awal dam meminta persetujuan NPR untuk diwawancarai.
PEDOMAN WAWANCARA

“K-POP dan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi FISIP UNSRI di Masa Pandemi”

a. Identitas Informan

1. Nama :
2. Umur :
3. Jurusan :
4. Tanggal Wawancara :

b. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana perilaku konsumtif mahasiswi FISIP UNSRI dalam membeli


merchandise K-Pop?

1. Sejak kapan anda menjadi K-Popers?


2. Apakah anda masuk kedalam fandom tertentu?
3. Mengapa anda memutuskan untuk menjadi K-Popers?
4. Apakah anda sering membeli merchandise dari Grup idola anda?
5. Kapan pertama kali anda membeli merchandise K-pop?
6. Apa motif yang mendorong anda untuk membeli merchandise tersebut?
7. Bagaimana perasaan anda setelah membeli merchandise dari grup idola anda?
8. Apakah anda merasa lebih boros dalam pembelian merchandise selama pandemi ini?
9. Dimana biasanya anda mengetahui tempat pemjualan merchandise tersebut?
10. Apakah anda termasuk tipe ”Auto Buy” ketika melihat merchandise idol yang belum
dimiliki?
11. Apakah anda suka membeli produk yang berkolaborasi dengan idola anda?
12. Apakah ada hal yang anda dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum membeli
merchandise?
13. Apa respon keluarga/saudara/orang terdekat anda saat membeli merchandise tersebut?
14. Menurut anda, apa manfaat yang anda dapat setelah membeli merchandise grup idola
anda?
15. Menurut anda, adakah cara untuk menahan diri agar tidak melakukan pembelian
merchandise tersebut?

PEDOMAN WAWANCARA

“K-POP dan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi FISIP UNSRI di Masa Pandemi”

a. Identitas Informan

5. Nama : AN
6. Umur : 22 tahun
7. Jurusan : Sosiologi
8. Tanggal Wawancara : 15 Maret 2020

Pertanyaan Penelitian: Bagaimana Perilaku Konsumtif Mahasiswi FISIP UNSRI


Dalam Membeli Merchandise K-Pop?

No. Pertanyaan Jawaban


1. Sejak kapan anda menjadi K-Popers? “Jadi, saya menjadi K-Popers saat berumur
15 Tahun di tahun 2015. Yang membuat
saya menjadi K-Popers adalah salah satu
grup idol bernama Twice yang juga
memulai debutnya pada tahun 2015. Sejak
saat saya mulai kenal Boy grup dan Girl
Grup Korea dan akhirnya jadi K-Popers”
2. Apakah anda masuk kedalam fandom “Dalam K-Pop ada istilah seperti ‘Multi-
tertentu? fandom’ yang maksudnya K-Popers tidak
hanya suka pada satu boy grup atau girl
grup. Saya juga termasuk Multi-Fandom
karena saya tidak hanya suka Twice, tapi
saya juga suka Blackpink, Ive, juga Ikon.
Saya mendengarkan semua lagu Korea
apapun itu yang saya suka. Jadi saya
termasuk kedalam multi fandom, saya suka
semua hal yang berkaitan dengan K-Pop.”
3. Mengapa anda memutuskan untuk “Saya memutuskan jadi K-Pop karena saya
menjadi K-Popers? suka semua hal yang berkaitan dengan
Korea tepatnya Korea Selatan mulai dari
sejarah, tradisi, drama, K-Pop juga. Karena
saya suka dengan hal-hal yang berbau
Korea, dari situ saya memutuskan untuk
menjadi K-Popers.”
4. Apakah anda sering membeli “Saya membeli merchandise K-Pop pada
merchandise dari grup idola anda? saat-saat tertentu saja, seperti saat Girl grup
idola saya comeback atau ada hal yang saya
suka, maka saya beli,. Jadi saya nggak
begitu sering beli merchandise.”
5. Kapan pertama kali anda membeli “Saya pertama kali beli merchandise K-pop
merchandise K-Pop? itu di tahun 2019. Saya beli album
Blackpink.”
6. Apa motif yang mendorong anda untuk “Sebenerna kalau ditanya motif sih nggak
membeli merchandise tersebut? ada, saya lebih ke, misal saya suka sama
merchandise itu yaudah saya beli, kalo
nggak ya saya nggak beli.”
7. Bagaimana perasaan anda setelah “Pastinya perasaan saya setelah membeli
membeli merchandise dari grup idola merchandise dari grup idol saya itu pastinya
anda? saya happy dan seneng sih.”
8. Apakah anda merasa lebih boros dalam “Pandemi dan tidak pandemic sebenernya
pembelian mercendise selama pandemi sama saja sih karena saya beli merchandise
ini? itu pakai uang tabungan dari uang jajajn
saya sendiri. Jadi kalau ada merchandise
yang ingin saya beli yaudah saya beli gitu,
nggak ada kaitannya dengan pandemic,
sama aja sih. Saya nggak ngerasa boros juga
karena saya nggak yang sering beli
merchandisenya, hanya di saat-saat tertentu
saja.”
9. Dimana biasanya anda mengetahui “Saya tau tempat penjualan merchandise
tempat penjualan merchandise yang ingin saya beli itu biasanya dari
tersebut? Instagram, shopee atau tokopedia.”
10. Apakah anda termasuk tipe “Auto “Saya bukan tipe yang seperti itu, karena
Buy” ketika melihat merchandise idol saya tidak pernah memaksakan apa yang
yang belum dimiliki? tidak saya miliki yang berkaitan dengan
Grup idol saya. Jadi semisal saya nggak
punya merchandise idol saya yaudah,
mungkin suatu saat saya beli itu karena saya
juga beli merchandise yang memang saya
suka nggak terlalu memaksakan untuk beli
dan harus ada.
11. Apakah anda suka membeli produk “Waktu itu saya beli produk yang
yang berkolaborasi dengan idola anda? berkolaborasi dengan Blackpink. Produk itu
minuman bersoda namanya pepsi, jadi saya
beli itu karena produk itu collab dengan
idola saya.”
12. Apakah ada hal yang anda “Setiap K-Popers pasti mempertimbangkan
pertimbangkan terlebih dahulu dulu merchandise apa yang ingin dia beli
sebelum membeli merchandise? karena terkadang ada merchandise yang
harganya sampai jutaan. Jadi sebelum
membeli terkadang K-Popers mikir kira-kira
worth it ngga untuk di beli dan kegunaannya
apa. Jadi kalau saya pun untuk merchandise
lain selain album itu saya pasti
pertimbangkan karena biasanya itu mahal.
Kalau untuk album, contohnya album
Blackpink terkadang saya beli tidak
mempertimbangkan harga lagi karena masih
dalam batasan wajar untuk membeli.
Namun, untuk merchandise yang lain
terkadang masih saya pertimbangkan.”
13. Apa respon keluarga/saudara/orang “Respom keluarga saat saya beli
terdekat anda saat membeli merchandise idola saya itu, biasa aja.
merchandise tersebut? Karena saya beli merchandise itu pake uang
jajan saya sendiri, jadi saya tidak meminta
uang lagi untuk membeli merchandise
karena sudah dikasih uang lebih dan
ditabung jadi uang tabungan itu lah yang
saya gunakan.”
14. Menurut anda, apa manfaat yang anda “Kalau ditanya manfaat apa yang saya dapat
dapat setelah membeli merchandise dari membeli merchandise idola saya tuh
grup idola anda tersebut? nggak ada. Karena ujung-ujungnya bakal
dipajang. Tapi dengan saya membeli
merchandise idola saya, saya punya
kesenangan sendiri dalam membeli itu. Saya
merasa menjadi K-Popers sejati karena saya
membeli album dari idola saya itu berarti
saya sangat men-support dan sangat suka
dengan usaha dari grup idola saya. Jadi
kalua ditanya manfaat, saya sih ke lebih
membuat saya happy sih.”
15. Menurut anda, adakah cara untuk “Kalau menurut saya sih, masing-masing K-
menahan diri agar tidak melakukan Popers itu puny cara tersendiri untuk
pembelian merchandise tersebut? menahan diri dalam pembelian
merchandise. Kalua saya tidak terlalu
memaksakan diri untuk membeli
merchandise, kalau saya mau saya beli
kalau nggak ya nggak beli. Pembelian
merchandise juga tergantung situasi dan
konsisi, semisal memang tidak punya uang
untuk membeli merchandise ya tidak bisa
dipaksakan.”

a. Identitas Informan

1. Nama : TSN
2. Umur : 21 Tahun
3. Jurusan : Sosiologi
4. Tanggal Wawancara : 20 Maret 2022

Pertanyaan Penelitian: Bagaimana Perilaku Konsumtif Mahasiswi FISIP UNSRI


Dalam Membeli Merchandise K-Pop?

No. Pertanyaan Jawaban


1. Sejak kapan anda menjadi K-Popers? “Saya menjadi K-Popers sejak tahun 2016”
2. Apakah anda masuk kedalam fandom “Ya, saya masuk ke dalam fandom ARMY
tertentu? yaitu fans dari boygrup BTS”
3. Mengapa anda memutuskan untuk “berawal dari ajakan teman menonton MV
menjadi K-Popers? (Music Video) ‘FIRE’ Bangtan, lalu saya
tertarik jadi mencoba kepoin semua hal
mengenai BTS dan saat ini saya menjadi K-
Popers.”
4. Apakah anda sering membeli “Tidak terlalu sering”
merchandise dari grup idola anda?
5. Kapan pertama kali anda membeli “Tahun 2021, pada saat itu saya membeli
merchandise K-Pop? sebuah album ‘Butter’ BTS”
6. Apa motif yang mendorong anda untuk “Motifnya sih karena murni ingin
membeli merchandise tersebut? menaikkan chart pada penjualan album
digital BTS itu sendiri”
7. Bagaimana perasaan anda setelah “Sangat senang tentu saja karena itu barang
membeli merchandise dari grup idola K-Pop yang pertama kali saya punya”
anda?
8. Apakah anda merasa lebih boros dalam “Jujur iya, saya menghabiskan 300 ribu
pembelian mercendise selama pandemi untuk membeli album tersebut”
ini?
9. Dimana biasanya anda mengetahui “Melalui Shopee”
tempat penjualan merchandise
tersebut?
10. Apakah anda termasuk tipe “Auto “Nggak sih, saya tipe yang kalau ada duit ya
Buy” ketika melihat merchandise idol beli, kalau tidak ya nggak beli”
yang belum dimiliki?
11. Apakah anda suka membeli produk “Sangat suka. Saya pernah membeli kopi
yang berkolaborasi dengan idola anda? yang berkolaborasi dengan BTS terus saya
juga membeli MCD Meal, ya pokoknya
yang berbau BTS kalau harganya masih
wajar, saya pasti beli”
12. Apakah ada hal yang anda “Ya, tentu”
pertimbangkan terlebih dahulu sebelum
membeli merchandise?
13. Apa respon keluarga/saudara/orang “Orang tua saya tau, karena uangnya saya
terdekat anda saat membeli minta dari orang tua saya”
merchandise tersebut?
14. Menurut anda, apa manfaat yang anda “Manfaat dari segi saya sendiri yaitu bisa
dapat setelah membeli merchandise memuaskan hati saya, saya sangat senang
grup idola anda tersebut? jika saya bisa membantu menaikkan chart
idol saya tadi”
15. Menurut anda, adakah cara untuk “Menurut saya, dengan tidak membuka
menahan diri agar tidak melalukan media sosial setidaknya saya bisa menahan
pembelian merchandise tersebut? diri untuk tidak membeli merchandise
tersebut.”

a. Identitas Informan

1. Nama : NPR
2. Umur : 22 Tahun
3. Jurusan : Sosiologi
4. Tanggal Wawancara : 20 Maret 2022

Pertanyaan Penelitian: Bagaimana Perilaku Konsumtif Mahasiswi FISIP UNSRI


Dalam Membeli Merchandise K-Pop?

No. Pertanyaan Jawaban


1. Sejak kapan anda menjadi K-Popers? “Saya menjadi K-Popers dari tahun 2011”
2. Apakah anda masuk kedalam fandom “Iya
tertentu?
3. Mengapa anda memutuskan untuk “Karena menurut saya aliran music Korea
menjadi K-Popers? asik didengar dan juga para idol K-Pop yang
membawa pengaruh positif”
4. Apakah anda sering membeli “Jarang”
merchandise dari grup idola anda?
5. Kapan pertama kali anda membeli “Saya pertama kali beli merchandise K-Pop
merchandise K-Pop? itu tahun 2018
6. Apa motif yang mendorong anda untuk “Motifnya sih menurut saya rasanya kalo
membeli merchandise tersebut? suka idol K-Pop tapi belum punya
merchandisenya kayak belum lengkap.
Kalau punya merchandisenya artinya kita
juga turut mendukung para idol K-Pop yang
disukai”
7. Bagaimana perasaan anda setelah “Tentu sangat senang, karena dengan
membeli merchandise dari grup idola memiliki merchandise idol K-Pop saya
anda? sendiri merasa kayak lebih dekat dengan
idol K-Pop”
8. Apakah anda merasa lebih boros dalam “Iya, sedikit. Karena kan harga merchandise
pembelian mercendise selama pandemi itu lumayan merogoh kocek juga kalau
ini? keseringan”
9. Dimana biasanya anda mengetahui “Dari Instagram atau teman”
tempat penjualan merchandise
tersebut?
10. Apakah anda termasuk tipe “Auto “Nggak sih, biasanya pikir-pikir dulu ini ada
Buy” ketika melihat merchandise idol nilai gunanya nggak sih ya, maksudnya ada
yang belum dimiliki? nilai fungsinya nggak nih barang yang mau
kita beli. Kalau saya sendiri nggak langsung
auto buy gitu, ya dipikir-pikir dulu lah”
11. Apakah anda suka membeli produk “Ya tergantung produknya bisa kita pakai
yang berkolaborasi dengan idola anda? atau nggak. Kalau dirasa bisa nih kita pakai
untuk kiya ya beli ataupun misalkan
berkolaborasi dengan produk
makanan/minuman yang cocok dengan
selera kita, baru dibeli”
12. Apakah ada hal yang anda “Tentu ada ya pastinya uang sih mencukupi
pertimbangkan terlebih dahulu atau nggak, terus juga lebih ke mmikir ada
sebelum membeli merchandise? nilai fungsionalnya nggak”
13. Apa respon keluarga/saudara/orang “Biasa aja sih asal nggak kelewat batas”
terdekat anda saat membeli
merchandise tersebut?
14. Menurut anda, apa manfaat yang anda “Ya, sebenernya itu tadi kalau saya,
dapat setelah membeli merchandise sebelum beli merchandise idol K-pop
grup idola anda tersebut? banyak pertimbangan. Mikir ada nilai
fungsionalnya nggak, kalau misalkan ada ya
pasti ada manfaatnya kalau kita beli”
15. Menurut anda, adakah cara untuk “Tergantung orangnya juga sih. Ada yang
menahan diri agar tidak melakukan bisa nahan diri untuk nggak beli, mungkin
pembelian merchandise tersebut? karena faktor finansialnya yag belum cukup.
Ada juga yang nggak bisa nahan diri buat
nggak beli, biasanya ini fans fanatic sih.
Kalau udah fanatic apapun nggak
dipertimbangkan lagi, yang penting beli
semua merchandise dari idol K-Popnya”
DAFTAR PUSTAKA

Achmada, L., & Sadewo, F. S. (2014). Pola Perilaku Konsumtif Pecinta Korea di Korea
Lovers Surabaya Community (Kloss Community). Paradigma, 2(3), 1–7.

Marino Ananda, Nur Hadi, N. H. P. M. (2021). Di balik perilaku konsumtif NCTZEN dalam
pembelian merchaindise NCT (studi kasus komunitas NCTzen Malang). Jurnal
Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 1(9), 1011–1026.

Hurun Iin Driana, A. I. (2021). Pengaruh celebrity worship, gaya hidup hedonis, dan
kecanduan internet terhadap pembelian kompulsif merchandise band day6 pada online
shop Uriharu Id. Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Pendidikan, 1(5), 452–469.

Ruthllianie, J., & Candraningrum, D. A. (2020). Studi tentang Motivasi ARMY Jakarta
dalam Membeli Merchandise Idola (Studi Kasus Kaos Uniqlo X BT21). Prologia, 4(1),
128–134. https://doi.org/10.24912/pr.v4i1.6449

Milla Riauzie Poetri, Ikma Citra Ranteallo, N. Z. (2014). Perilaku Konsumtif Remaja
Perempuan Terhadap Trend Fashion Korea DI Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah Sosiologi,
1(3), 1–12.

Kim, Y. (2013). The Korean wave: Korean media go global. In The Korean Wave: Korean
Media Go Global. https://doi.org/10.4324/9781315859064

Apriliani, I., Muharsih, L., & Rohayati, N. (2021). Fanatisme dan perilaku konsumtif pada
komunitas penggemar K-Pop di Karawang. Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi
Universitas Buana Perjuangan Karawang, 1(1), 75–84.

Putri, I. P., Liany, F. D. P., & Nuraeni, R. (2019). K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di
Indonesia. ProTVF, 3(1), 68–80. https://doi.org/10.24198/ptvf.v3i1.20940

Drianda, R. P., Kesuma, M., & Lestari, N. A. R. (2021). K-Wave Content as a Source of
Comfort During Coronavirus Widespread in Indonesia. Proceedings of the International
Conference on Economics, Business, Social, and Humanities (ICEBSH 2021), 441–448.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210805.070

Afidatul Ulum Al Amrofhy, A. I. (2014). Hegemoni Budaya Pop Korea pada Komunitas
Korea Lovers Surabaya ( KLOSS). Jurnal Paradigma, 2(3), 1–8.

Kaparang, O. M. (2013). Analisis Gaya Hidup Remaja Mengimitasi Budaya Pop Korea
Melalui Media Massa (studi pada siswa SMA Negeri 9 Manado ). Jurnal Acta Diuma,
2(2), 1–15.

Ayunita, T. P., & Andriani, F. (2018). Fanatisme Remaja Perempuan Penggemar Musik K-
POP. Prosiding Konferensi Nasional Komunikasi, 2(1), 676–685.

Tartila, P. L. (2013). Fanatisme Fans Kpop Dalam Blog Netizenbuzz. Commonline, 2(3),
190–205.

Nandiwardhana, B. (2020). Studi Literatur Korean Wave, Pop Culture, dan Konstruksi
Perilaku Konsumerisme. Media Bina Ilmiah, 15(4), 1–9.

Cindrakasih, R. (2021). Dinamika Globalisasi Budaya Korea di Indonesia dan Pola Konsumsi
Remaja Korean Wave di Media Sosial Instagram. Public Relation-JPR, 2(1), 17–28.

Ridaryanthi, M. (2014). Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi Perilaku Konsumen Studi
Terhadap Remaja. Visi Komunikasi, 13(1), 87–104.

Nisrina, D., Widodo, I. A., Larassari, I. B., & Rahmaji, F. (2020). DAMPAK
KONSUMERISME BUDAYA KOREA (KPOP) DI KALANGAN MAHASISWA
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG. Jurnal Penelitian
Humaniora, 21(1), 78–88. https://doi.org/10.23917/humaniora.v21i1.8085

Solihah, N., & Sudrajat, A. (2019). DAMPAK MODERNITAS K-POP PADA GAYA
HIDUP SISWI DI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN (STUDI MTs ALI
MAKSUM PONDOK PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA). Jurnal Sosiologi
Reflektif, 13(1), 47. https://doi.org/10.14421/jsr.v13i1.1529

Vienna Artina Sembiring, W. D. P. (2021). Analysis of the Impact of Korean Wave on


Purchase Decision Making at Patbingsoo Korean Dessert House, Flavor Bliss,
Tangerang Selatan. International Journal of Innovative Science and Research
Technology, 6(3), 628–634.

Ahmatang, & Saputri, I. A. (2020). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MADE IN KOREA
PADA MAHASISWA DI KOTA TARAKAN. Dimensi, 9(3), 444–460.

Veronica, M., & Paramita, S. (2019). Eksploitasi Loyalitas Penggemar Dalam Pembelian
Album K-Pop. Koneksi, 2(2), 433–440. https://doi.org/10.24912/kn.v2i2.3920

Bakti, I. S., Nirzalin, N., & Alwi, A. (2019). Konsumerisme dalam Perspektif Jean
Baudrillard. Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi), 13(2), 146–165.
https://doi.org/10.24815/jsu.v13i2.15925

Ananda Wahidah, Siti Nurbayani, T. A. (2020). Korean Wave: Lingkaran Semu Penggemar
Indonesia. SOSIETAS, 10(2), 887–893. https://doi.org/10.17509/sosietas.v10i2.30111

Anda mungkin juga menyukai