Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT

Penyuluhan kesehatan “PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)”


di Wilayah Kerja Puskesmas Kumai

Oleh :

NIDN :

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA

PANGKALAN BUN

2021

1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT

1. Judul : Penyuluhan kesehatan “PENCEGAHAN


PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)” di
Wilayah Kerja Puskesmas Kumai

2. Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap dan gelar :
b. Golongan/ Pangkat/ NIDN :
c. Jabatan Fungsional :
d. Program Studi : DIII Analis Kesehatan
3. Jumlah Anggota :
4. Nama Anggota :

5. Lokasi Kegiatan : Wilayah Kerja Puskesmas Kumai


6. Jangka Waktu Kegiatan : 1 hari
7. Belanja : Rp 2.000.000,-

Pangkalan Bun, 18 Mei 2022

Mengetahui, Ketua Pelaksana


Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Borneo Cendekia Medika

Dr. Luluk Sulistiyono, Ir., M.Si


NIDN : 0729036701 NIDN :

Menyetujui,
Ketua LPPM STIKes Borneo Cendekia Medika

Angela Ditauli Lubis, S.ST., M.Tr.Keb.


NIDN :
106119201

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan limpahan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pengabdian kepada masyarakt ini.

Kegiatan penelitian ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
bersedia mengulurkan tangan dan membantu sehingga pengabdian masyarakat ini
dapat berjalan dengan lancar. Dengan terlaksananya pengabdian ini saya
mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan dana yang
diberikan oleh Ketua STIKes BCM dan kepada rekan rekan yang tidak bisa saya
sebutkan namanya satu-persatu.

Dalam penulisan laporan pengabdian ini, masih jauh dari sempurna, untuk
itulah saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan
terimakasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN..................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 19
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Tuberkulosis Paru (TBC)


Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksius menular melalui
droplet yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (WHO, 2014).
Sumber penularan penyakit ini adalah pasien tuberkulosis paru (TBC) terutama
pasien yang mengandung kuman TBC dalam dahaknya.Tingginya kasus
tuberkulosis paru (TBC) di Indonesia menunjukkan bahwa perlu dilakukan
tindakan untuk menurunkan angka penularan. Perilaku pencegahan penularan
ini ditujukan bagi keluarga dan orang di sekitar yang sering kontak langsung
dengan penderita. Kasus tuberkulosis paru (TBC) masih menjadi masalah
kesehatan yang serius. Kematian karena tuberkulosis mencapai diperkirakan
1,3 juta pasien dan ditemukan kasus baru sebanyak 6,4 juta Kasus tuberculosis
secara global. Kasus baru TBC sebanyak 319 per 100.000 penduduk dengan
angka kematian 40 per 100.000 penduduk tahun 2017 di Indonesia (WHO,
Global Tuberculosis Report, 2018, Kemenkes RI, 2019).

Pemerintah sendiri telah mengatur penanggulangan tuberkulosis paru


(TBC) dengan adanya PMK 67 tahun 2016 yang tujuannya adalah melindungi
masyarakat dari penulatan tuberkulosis paru (TBC) agar tidak terjadi
kesakitan, kematian dan kecacatan dengan target diharapkan dampak pada
tahun 2020 penurunan angka kesakitan karena tuberkulosis paru (TBC)
sebesar 30 persen dibandingkan angka 2014 dan penurunan angka kemarian
karena TBC sebesar 40 persen dibandingkan tahun 2014. Salah satu strategi
penanggulangan TBC dalam pencapaian eliminasi TBC nasional adalah
pengendalian faktor risiko dengan diantaranya peromosi lingkungan dan hidup
sehat, penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC (menteri
kesehatan RI, 2016). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. TB anak terjadi pada anak usia 0-14 tahun

1
(Kemenkes RI, 2016).

tuberkulosis paru (TBC) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia


dengan angka mortalitas dan morbiditas yang terus meningkat. Penyakit ini
sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat kumuh,
perumahan di bawah standar dan perawatan kesehatan yang tidak adekuat.
Mikobakterium tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Di
Indonesia penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program
pengendalian penyakit karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan
ekonomi serta menyebabkan kematian.

Penanggulangan penyakit TBC di Indonesia telah banyak kemajuan.


Indonesia kini bahkan hampir mendekati target Millenium Development Goals
(MDGs) karna bias meredam TB. Target MDGs pada tahun 2015 adalah 222
per 100.000 penduduk untuk rasio penderita TB. Keberhasilan ini perlu
ditingkatan agar dapat menurunkan prevalensi, incident dan kematian obat TB
(Kemenkes RI, 2011) Indonesia menduduki rangking 4 terbesar di dunia
menderita tuberkulosis paru (TBC). Peringkat Indonesia ini di bawah India,
China dan Afrika Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes), Kemenkes, memperkirakan ada 430.000 kasus tuberkulosis
paru (TBC) baru. Setiap hari terjadi 169 kematian terkait dengan tuberkulosis
paru (TBC). Baksil tuberkulosis paru (TBC) akan berkeliaran di udara ketika
seorang pengidap tuberkulosis paru (TBC) batuk. Basil tuberkulosis paru
(TBC) yang masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan akan
mengumpul di dalam paru-paru. Basil ini juga bisa menyebar keseluruh bagian
tubuh melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, maka infeksi
tuberkulosis paru (TBC) bisa terjadi di banyak organ tubuh, seperti paruparu,
otak, ginjal, saluran pernafasan, tulang, kelenjar getah bening dan lain-lain.
Yang paling sering terjadi adalah infeksi tuberkulosis paru (TBC) di paru-
paru.

Di Indonesia sendiri tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyebab


kematian kedua setelah penyakit stroke, bahkan di Indonesia bagian timur

2
tuberkulosis paru (TBC) telah menjadi penyebab kematian nomor satu
(Widoyono, 2011; Ditjen P2 & PL, 2014). Kegiatan penyuluhan tentang
pencegahan penyakit tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kumai
dilaksanakan karena lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang
adanya fasilitas ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan,
kepadatan hunian dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah. Oleh
karena itu diperlukan upaya untuk mencegah penyakit tuberkulosis paru
kepada warga di wilayah kerja Puskesmas Kumai. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah melalui pemberian informasi melalui penyuluhan kesehatan
“Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kumai”, dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah tersebut.

Untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi dalam pencegahan


tuberkulosis, maka berbagai upaya harus terus dilakukan agar dapat memutus
rantai penularan, menegakkan diagnosis cepat, mengendalikan infeksi dengan
baik, dan pengobatan yang efektif merupakan hal yang sangat penting dalam
memberantas tuberkulosis paru (TBC) di masyarakat. Secara umum
diasumsikan bahwa bila masyarakat mengetahui dan paham penyakit
tuberkulosis paru (TBC) ini maka masyarakat dapat secara mandiri mencegah
penularan penyakit tuberkulosis paru (TBC). Namun, kenyataan menunjukkan
bahwa individu ketika melakukan sesuatu umumnya tidak selalu memiliki
pengetahuan yang cukup atau sikap positif dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga pengetahuan sangat diperlukan dalam merubah perilaku. Pengetahuan
sangat penting agar dapat menambah wawasan dan mempengaruhi sikap dan
tindakan seseorang. Hal ini merupakan faktor penting dalam menghasilkan
perilaku positif pada individu sebagai bagian terkecil dari masyarakat
(Puspitasari R, et al., 2018).

Hal ini juga sejalan dengan strategi perubahan perilaku dari WHO,
dimana dengan memberikan informasi atau pengetahuan tentang kesehatan,
sehingga diharapkan pengetahuan masyarakat menjadi meningkat yang akan
menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya mereka akan berperilaku sesuai

3
dengan pengetahuan yang mereka miliki. Perubahan perilaku dengan cara ini,
memang membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga hasilnya kadang
tidak langsung terlihat (Notoadmodjo, 2010). Konsistensi penderita
tuberkulosis paru (TBC) masih memprihatinkan. Oleh karena itu, petugas
kesehatan yang bertanggung jawab terhadap masyarakat masih tetap
diperlukan. Petugas kesehatan dapat melakukan tindakan-tindakan pendidikan,
pengawasan dan juga pemberian motivasi (Suharyo, 2013).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Tuberkulosis

Tuberculosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang


disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan
hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bekteri ini dapat masuk melalui saluran
pernafasan, dan saluran pencernaan, luka terbuka pada kulit, tetapi paling
banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
tersebut. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman mycobacterium tuberculosis atau dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam
(BTA). Untuk pemeriksaan bakteriologis yang bisa mengidentifikasi kuman
mycobacterium tuberculosis menjadi sarana yang diagnosis yang ideal untuk
tuberculosis (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit infeksi yang menyerang


parenkim paruparu yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis.
Penyakit ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe . tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam
dua bentuk yaitu:

a. Tuberculosis primer yaitu jika terjadi pada infeksi yang pertama kali.

b. Tuberculosis sekunder yaitu kuman yang dorman pada tuberculosis primer


akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen
menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan
imunitas, misalnya karena malnutrisi, penggunaan alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal (Irman Somantri, 2017).

2. Epidemiologi

5
Epidemiologi Tuberkulosis paru (TBC) adalah salah satu penyakit
menular yang menjadi perhatian di dunia. Dengan upaya pengedalian yang
telah dilakukan, insidens dan kematian akibat tuberkulosis sudah menurun.
Pada tahun 2014 tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta orang yang
menyebabkan kematian 1,2 juta jiwa. India Indonesia dan China merupakan
Negara 19 dengan penderita tuberkulosis terbesar didunia (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).

Tuberkulosis paru (TBC) adalah salah satu dari sepuluh penyakit yang
menyebabkan angka kematian terbesar didunia. Pada tahun 2015 jumlah
penderita tuberkulosis paru (TBC) baru diseluruh dunia sekitar 10,4 juta
yaitu laki-laki 5,9 juta, perempuan 3,5 juta dan anak-anak 1,0 juta.
Diperkirakan 1,8 juta meninggal antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4 juta
akibat tuberkulosis paru (TBC) dengan HIV (WHO, 2016). Tuberculosis
adalah masala kesehatan dunia, WHO melaporkan sejak dahulu dan faktanya
menurut etimasi WHO prevalensi tuberkulosis paru (TBC) setiap tahun selalu
meningkat. Epideomologi tuberculosis di Indonesia walaupun prevalensinya
menunjukkan penurunan yang signifikan survey epidemiologi tahun 1980-
2004 secaa nasional telah mencapai target yang sudah ditetpkan tahun 2015
yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO memprediksikan kurang lebih
690.000 tau 289/1000 terdapat penderita tuberculosis di Indonesia.
tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke
pada usia 15 tahun ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita
(Nizar,2017).

Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang


mengekskresikan dari saluran pernafasan sejumlah besar bakteri
mycobacterium tuberculosis. Riwayat kontak (contoh dalam keluarga) dan
sering terpapar (petugas medis) menyebabkan kemungkinan tertular melalui
droplet. Kerentunan terhadap bakteri mycobacterium tuberculosis merupakan
faktor yang ditentukan oleh resiko untuk mendapatkan infeksi dan resiko
munculnya penyakit klinis setelah infeksi terjadi. Orang beresiko tinggi
terkena tuberculosis yaitu bayi, usia lanjut kurang gizi, daya tahan tubuh yang

6
rendah, dan orang yang mempunyai penyakit penyerta (Brooks, Carroll,
Butel, Morse, & Mietner, 2010)

3. Etiologi

Agen infeksius utama mycobacterium tuberkulosis adalah batang aerobic


tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar matahari. Mycobacterium bovis dan mycobacterium avium adaalah
kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis
(Wijaya dan Putri, 2013). Mycobacterium tuberkulosis termasuk family
mycobacteriaceace yang mempunyai berbagai genus, salah satunya adalah
Mycobaterium dan salah satu speciesnya adalah mycobacterium tuberkulosis.
Bakteri ini berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid
sehingga tahan asam. Bakteri ini memerlukan waktu untuk mitosi 12-24 jam
mycobacterium tuberkulosis sangat rentang terhadap sinar matahari dan sinar
ultraviolet sehingga dalam beberapa menit mati. Bakteri ini juga rentang
terhadap panas-basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada dalam
lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 100 c. Bakteri ini juga
akan mati dalam beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5%
(Danusantos, 2012).

Mycobacterium tuberkulosis berbentuk batang berwarna merah dengan


ukuran panjang 1-10 mikron, dan lebar 0,2-0,6 mikron. Kuman mempunyai
sifat tahan asam terhadap pewarnaan metode ziehl Neelsen. Memerlukan
media khusus untuk biakan contoh media lowenstin Jensen dan media ogawa.
Tahan terhadap suhu rendah dan dapat mempertahankan hidup dalam jangka
waktu yang lama bersifat dorment (Tidur dan tidak berkembang) pada suhu
40 ᵒC samapai-70C akan mati dalam waktu kurang lebih 1 minggu
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

4. Patofisiologi

7
Mycobacterium tuberkulosis permukaan alveoli biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit. Setalah berada di ruang alveolus di bagian awah
lobus atau bagian atas lobus bakteri mycobacterium tuberkulosis ini 21
membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tadi dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag.

Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul


gejalagejala pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan kerusakan jaringan paru atau biasa dikatakan proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
Bakteri juga menyebar melalui kalenjar limfe regional. Makrofag yang
mengalami inifiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
mementuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya berlangsung 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi nekrosis ini
diseut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari epilteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru disebut focus ghon dan gabungan terserang


kalenjer limfe regional dan lesi primer dinamakan komplek ghon. Komplek
ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
mengalami pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan di mana bahan cair lepas kedalam bronkus
dan menimbulkan kavitas. Bakteri tuberculosis yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk ke percabangan treakeobronkial. Proses ini dapat terulang
kembali pada bagian lain dari paru atau bakteri mycobacterium tuberculosis
dapat terbawah ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meningalkan jaringan parut fibrosa.

8
Bila peradanagan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengenal sehingga tidak mengalir melalui saluran yang ada
dan lesi mirip dngan lsei berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini tidak
dapat menimbulkan gejala dalam waktu yang lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradanagan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen).

Organisme yang lolos dari kalenjar limfe akan mencapai aliran darah
dalam jumlah lebih kecil yang kadangkadang dapat menimbulkan lesi pada
organ lain (ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberculosis milier. Hal ini
terjadi focus netrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke
organ-organ tubuh (Wijayadan Putri, 2013).

5. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) Manifestasi Klinis yang muncul pada
penderita tuberkulosis adalah:

1. Demam 40-41

2. Batuk disertai dengan batuk darah

3. Sesak nafas dan nyeri dada

4. Malaise, keringat malam

5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

6. Napsu makan menurun

7. Penurunan berat badan

8. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

9. Badan lemas

9
6. Pencegahan Penyakit Tuberkulosis

Menurut Ruswanto (2016) pencegahan penyakit tuberkulosis adalah:

a. Penderita tidak menularkan kepada orang lain

a) Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau
tisu.

b) Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama


pengobatan.

c) Tidah meludah disembarang tempat, tapi dalam wadah yang diberi


lisol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun dalam tanah.

d) Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapatkan udara


bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman tuberkulosis
dapat mati

b. Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberkulosis

a) Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain makan makanan yang


bergizi

b) Tidur dan istirahat yang cukup.

c) Segera periksa bila timbul batuk lebih dari 3 minggu.

d) Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.

7. Faktor-faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis

Menurut Hiswani (2014) faktor-faktor risiko kejadian tuberkulosis


adalah:

a. Jenis kelamin Penderita tuberkulosis cenderung lebih tinggi pada laki-laki


dibandingkan perempuan. Laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena
merokok, tembakau dan alcohol sehingga dapat menurunkan sistem
pertahan tubuh sehingga lebih mudah terpapar dengan agen penyebab
tuberkulosis.

10
b. Umur Penyakit tuberkulosis paru nlebih sering ditemukan pada usia muda
atau usia produktif di atas 15 tahun dengan tingginya transisi geografi saat
ini menyebabkan usia harapan hidup lansia lebih tinggi. Pada usia lanjut
lebi dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat
rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit tuberkulosis.

c. Gizi Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi
dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga
rentan terhadap penyakit termasuk tuberculosis paru. Keadaan ini
merupakan faktor penting yang berpengaruh di Negara miskin bai pada
orang dewasa maupun anak-anak.

d. Faktor sosial ekonomi Sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan


hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi kerja yang buruk
dapat memudahkan penularan tuberculosis.

e. Penyakit penyerta (Infeksi HIV dan DM) Faktor yang mempengaruhi


kemungkinan seseorang menderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh
yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (Gizi buruk).

f. Ventilasi Ventilasi adalah rumah memiliki banyak fungsi, selain menjaga


agar aliran udara dalam rumah tetap segar juga membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen. Kelembaban
ruangan yang tinggi menjadi media yang baik untuk tumbuh dan
berkembang biak bakteri-bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis.

g. Pencahayaan sinar matahari Cahaya matahari yang masuk ke dalam


rumah dalam jumlah cukup berfungsi untuk memberikan pencahayaan
secara alami. Cahaya matahari membunuh bakteri-bakteri patogen dalam
rumah, termasuk basil tuberkulosis. Oleh karena itu rumah, rumah yang
sehat harus memiliki jalan masuk cahaya yang cukup yaitu dengan
insetitas cahaya minimal atau tidak menyilaukan, cahaya masuk minimal
15-20% dari luas lantai, cahaya matahari masuk melalui jendela rumah
atau genteng kaca.

11
8. Komplikasi
Menurut Zulkoni (2015) komplikasi tuberkulosis adalah:
a. Komplikasi tersebut sering terjadi pada penderita stadium lanjut seperti:
perdarahan di saluran napas bawah yang dapat menyebabkan kematian
karena syok hipovolemik atau sumbatan jalan napas. Kolaps dari lobus
akibat akibat retraksi bronchial.
b. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal
dan sebagiannya.
c. Pneumotorik (adanya udara dalam rongga pleura) spontan karena
kerusakan jaingan paru.

9. Penatalaksanaan

a. Non farmakologi

Kegiatan pemberian konseling, dukungan psikologi, edukasi


kesehatan, dan motivasi pada pasien tuberculosis dan anggota keluarga
tentang penyakit dan perluhnya pengobatan teratur sampai selesai adalah
sangat penting. Penyuluhan khusus yang diberikan kepada pasien
mengenai etika batuk atau higien respirasi (menutup mulut dengan tangan
ketika batuk atau bersin, atau disarangkan mengunakan masker, mencuci
tangan dengan sabun setelah batuk atau bersin). Anjurkan kepada
penderita agar makan makanan yang bergizi, dan melakukan akitivitas
sesuai dengan kemampuan pasien (Kemenkes, 2015).

b. Farmakologi

Menurut Bararah (2013) dalam pengobatan tuberkulosis dibagi


menjadi 2 fase:

a) Fase Intensif (2-3 bulan) Pada fase intensif (awal) penderita


mendapatkan obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama Rifampisin.
Bila pengobatan fase intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita yang menularkan penyakit menjadi tidak

12
menularkkan penyakit dalam kurung waktu 2 minggu. Sebagian
besar penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negative
(Konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam
tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan
obat.

b) Fase Intermiten (4-7 bulan) Pada fase intermiten penderita


mendapatkan jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu
yang lama pengobatannya setiap 2 kali seminggu, selama 13-18
bulan. Fase intermiten ini penting untuk membunuh kuman persistem
(dormant) sehingga dapat mencegah 26 terjadinya kekambuhan.
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai rekomendasi dari
Word Health Organiation (WHO) adalah Rifampisin, INH,
pirasinamid, Sterptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat
tambahan adalah Kanimisin, Kuinolon, Makrolodee, Amoksilin, asan
Klavulanat, derivate Rifamisin/INH.

10. Penularan dan Pencegahan Tuberculosis Paru

a. Penularan
Menurut saferi & Mariza (2017) Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular Tuberculosis adalah:
a) Mereka yang kontak dengan seseorang yang mempunyai penyakit
Tuberculosis aktif
b) Individ Imunosupresif (Lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
terinfeksi dengan hiv) .
c) Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya
(misalnya: Diabetes, Gagal Ginjal Kronis, Silikosis, penyimpangan
gizi)
d) Individu yang tinggal diperumahan supstandard kumuh
e) Petugas kesehatan

b. Pencegahan

13
Pencegahan Menurut Hudoyo A. (2017) penyakit tuberkulosis
paru (TBC) yang utama bertujuan memutus rantai penularan yaitu
dengan menemukan pasien tuberkulosis paru (TBC) dan kemudian
mengobatinya sampai benar-benar sembuh. Penularan tuberkulosis paru
(TBC) dari pasien ke orang lain dapat terjadi bila kuman pasien
tuberkulosis paru (TBC) terhirup orang lain. Kuman yang terhirup tadi
terkandung dalam “Droplet”, yaitu bercak-bercak ludah yang
beterbangan di udara. Droplet yang beterbangan terjadi saat batuk dan
bersin, sehingga pasien tuberkulosis paru (TBC) diharuskan menutup
mulut saat batuk atau bersin. Ludah seorang pasien yang menempel di
dinding atau dilantai disuatu rumah yang tanpa ventilasi dan sinar
matahari tidak masuk kedalam rumah, kuman tuberkulosis paru (TBC)
yang terkandung dalam ludah tersebut dapat bertahan hidup sampai 2
tahun.

Kuman tuberkulosis paru (TBC) akan mati dalam waktu 1 jam


bila terkena sinar matahari. Sangat dianjurkan rumah seorang pasien
tuberkulosis paru (TBC) harus ada ventilasi yang baik dan sinar
matahari dapat masuk. Kuman TB akan mati dalam 5 menit bila terkena
zat antiseptik misalnya yang murah dan mudah didapat yaitu Karbol.
Oleh karena itu seorang pasien tuberkulosis paru (TBC), kalau meludah
dianjurkan dimasukkan dalam suatu tempat yang tertutup dan
didalamnya mengandung karbol. Ada beberapa tips untuk membantu
menjaga dan mencegah penyakit tuberkulosis paru (TBC) kepada teman
dan keluarga dari infeksi kuman ( kemenkes, 2011).
a) Tinggal dirumah
Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur dikamar orang lain selama
beberapa minggu pertama pengobatanuntuk TB aktif.
b) Ventilasi ruangan
Kuman tuberkulosis paru (TBC) lebih mundah menyebar dalam
ruangan tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi
ruangan masih kurang, buka jendela dan gunakan kipas untuk
meniupo udara dari dalam ruangan keluar.
c) Tutup mulut menggunakan masker.
d) Meludah hendaknya ditampung pada tempat tertentu yang sudah

14
diberikan ( Lysol 5% ).
e) Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan.
f) Usakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam
tempat tidur.
g) Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
h) Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah dan tidak
boleh digunakan orang lain.

II. PERMASALAHAN MITRA


Permasalahan kesehatan pada masyarakat seringkali berakar dari
kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai hidup
sehat. Akses untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat banyak yang
tertutup terutama pada jajanan anak sekolah dasar. Dengan memperluas akses
informasi tentang kesehatan yang benar dan jujur akan membuat masyarakat
makin sadar terhadap kesehatannya. Dengan makin banyaknya persoalan
kesehatan, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan
menjadi sangat penting.

tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang salah satu


penularannya melalui droplet. Hal ini membuat setiap orang yang menghirup
partikel udara yang sudah ada kuman tuberkulosis paru (TBC) akan terinfeksi.
Maka untuk mencegah kuman tuberkulosis paru (TBC) tersebut menjadi aktif
dibutuhkan pentingnya diketahui 4 faktor resiko terkena tuberkulosis paru
(TBC) ini, agar penderita TB tidak bertambah banyak dan program pemerintah
berhasil. Pengetahuan tentang prevalensi berbagai faktor risiko tuberkulosis
paru (TBC) dapat membantu memperluas strategi pengendalian tuberkulosis
paru (TBC). Jika salah satu warga/penduduk sudah ada yang menderita
tuberkulosis paru (TBC), penyebarannya akan sangat cepat karena penderita
tuberkulosis paru (TBC) tinggal dilingkungan yang sama, selalu bersama
setiap saat.

Penularan ini bisa diantisipasi dengan meningkatkan daya tahan tubuh


melalui nitrisi yang bergizi, pola hidup sehat dan lingkungan yang sehat. Efek

15
dari tuberkulosis paru (TBC) menurunkan produktifitas warga. Karena batuk
menganggu konsentrasi dalambekerja, lemah, dan sering lelah. Pencegahan
penyakit tuberkulosis paru (TBC) ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
produktifitas warga. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan edukasi pada warga tentang pencegahan penyakit tuberkulosis
paru (TBC). Maka dari itu pengabdian masarakat ini perlu dilakukan untuk
mencegah penyakit tuberculosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kumai.

III. ALTERNATIF SOLUSI YANG DITAWARKAN


Kegiatan yang dilakukan untuk mencegah penularan tuberkulosis paru (TBC) adalah:

a. Berkolaborasi dengan Puskesmas Kumai dalam memberikan edukasi tentang faktor


resiko kejadian tuberkulosis paru (TBC) pada warga di wilayah kerja puskesmas
Kumai.

b. Memberikan edukasi pada warga di wilayah kerja puskesmas Kumai tentang


pentingnya mencegah penularan tuberkulosis paru (TBC) dengan edukasi kesehatan.

IV. TARGET LUARAN


Merupakan tujuan kami dalam memberikan penyuluhan di wilayah

kerja puskesmas Kumai yaitu agar masyarakat lebih mengerti dan memahami

dengan baik bagaimana kesehatan yang sesungguhnya, serta mengetahuai

bagaimana cara pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru (TBC). Setelah

melakukan penyuluhan tersebut warga bisa mengerti dan memahami dengan

baik, hal tersebut dibuktikan dengan respon yang baik dari audiens.

16
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan ini yaitu masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kumai.

B. Metode Kegiatan
Pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kumai. Kegiatan ini dilakukaan

pada tanggal 18 Mei 2020, alat bantu pengabdian masyarakat diantaranya

alat pengeras suara, slide power point serta LCD proyektor dan lembar

Leaflet. Mitra pengabdian masyarakat ini adalah pihak Puskesmas Kumai.

Dalam pengabdian masyarakat ini kami melibatkan juga mahasiswa DIII

Analis Kesehatan. Perannya sebagai asistensi lapangan. Setelah penyegaran

suasana kami membagikan kuesioner pre test untuk mengukur sejauh mana

pengetahuan pada masyarakat terkait pencegahan TBC. Setelah pre test

selesai dilanjutkan dengan materi pencegahan tuberkulosis. Sesi

selanjutnya adalah Tanya jawab. Lalu dilanjutkan dengan post test. Setelah

semua selesai. Hasil pre test dan post test dilakukan analysis untuk

mengukur keberhasilan pengabdian masyarakat apakah ada perbedaan

setelah dilakukan penyuluhan kesehatan.

17
C. Anggaran Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2020/2021

1. Kesekretariatan
No Uraian Jumlah Harga Satuan Total
1 Pointer 1 Buah Rp. 300.000 Rp. 300.000
2 Spanduk 2 Buah Rp. 105.000 Rp. 210.000
3 Pembuatan Laporan 2 Set Rp.100.000 Rp. 200.000
4 Lembar leaflet 60 lembar Rp. 3.000 Rp. 180.000
5 Souvenir 2 Set Rp.150.000 Rp. 300.000
SUB TOTAL Rp. 1.190.000
2. Konsumsi & Transport
No Uraian Jumlah Harga Satuan Total
1 Snack 60 orang Rp. 10.000 Rp. 450.000
2 Air Mineral 5 kardus Rp. 20.000 Rp. 90.000
(gelas)
3 Tranportasi - - Rp. 180.000
SUB TOTAL Rp. 720.000
3. Bahan Habis Pakai
No Uraian Jumlah Harga Satuan Total
1 Masker 3 pack Rp. 30.000 Rp. 90.000
SUB TOTAL Rp. 90.000

Judul : Penyuluhan kesehatan “PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)” di


Wilayah Kerja Puskesmas Kumai

Rekapitulasi penggunaan dana pengabdian masyarakat


1. Kesekretariatan Rp. 1.190.000,-
2. Konsumsi dan Transport Rp. 720.000,-
3. Bahan Habis Pakai Rp. 90.000,-

Total Rp. 2.000.000,-

Terbilang : Dua Juta Rupiah.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian masyarakat tentang Penyuluhan kesehatan


“PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) di Wilayah Kerja
Puskesmas Kumai”, yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kumai pada
hari Senin, 18 Mei 2020, pukul 08.00-11.00 WIB. Peserta yang ikut dalam kegiatan
ini berjumlah 50 orang. Warga masyarakat yang datang di Puskesmas, diperiksa
suhu badan, pemberian masker, dan diatur tempat duduknya berjarak sesuai dengan
protokol kesehatan sebelum kegiatan dimulai. Kemudian selanjutnya dilakukan sesi
perkenalan dari para tim PKM oleh ketua Tim. Setelah sesi perkenalan, dilakukan
pemaparan materi penyuluhan oleh Ketua Tim. Para peserta yang ikut menyimak
dengan baik, sehingga pada sesi tanya jawab banyak pertanyaan dan diskusi dari
peserta dan pemateri.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan penyuluhan kesehatan


Pencegahan Penyakit Tuberkulosis (TBC) yang dilakukan ditujukan kepada para
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kumai adalah untuk memberikan edukasi
sosialisasi dan penyuluhan pencegahan penyakit tuberkulosis paru (TBC) untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit tuberkulosis paru
(TBC), tentang risiko penularan penyakit tuberculosis (TBC) dan memastikan
masyarakat memahami mengenai penyakit tuberkulosis paru (TBC), pengobatan,
dan pencegahannya. Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk dalam membantu
program pemerintah dalam sosialisasi tentang penanggulangan tuberkulosis,
menetapkan target program penanggulangan tuberkulosis paru (TBC) nasional
yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas tuberkulosis paru (TBC)
Tahun 2050.

Hasil dari kegiatan pengabdian menunjukan bahwa masyarakat sangat


antusias mengikuti kegiatan penyuluhan terlihat dengan adanya respon yang sangat
baik. Mengingat kegiatan ini sangat penting untuk menambah pengetahuan
masyarakat maka kegiatan ini dapat dilanjutkan di lingkungan masyarakat lainnya
agar dapat menjaga kesehatan dan kebersihan di lingkungan rumah sehingga
terhindar dari penyakit menular seperti tuberkulosis paru (TBC).
19
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan
pencegahan penyakit. Demikian kegiatan PKM ini, kami sampaikan dengan
harapan agar dapat memberikan dampak dan manfaat yang baik bagi STIKes
Borneo Cendekia Medika, dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kumai.
Kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara rutin dan dapat bekerja sama dengan
instansi terkait sehingga kesehatan masyarakat kota Pangkalan Bun dapat
termonitor dengan baik.

B. SARAN

Kegiatan ini sebagai langkah awal yang dapat dilanjutkan oleh


stakeholder (Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kumai) untuk dapat terus
melakukan edukasi kepada masyarakat agar dapat meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat di lingkungannya, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan. Atas perhatian dan dukungannya kami ucapkan terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. World Health Organization. 2018.


Global Tuberculosis Report 2018.

Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta. Menteri


Kesehatan. 2016.

Kemenkes RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Kementeri Kesehatan


RI. 2018;1–582.

Notoatmodjo,S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi revisi.


Jakarta: Rineka Cipta.2014.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS. Menteri Kesehatan. Jakarta.

Puspitasari R, NurlaelaHadi E, Anggun Dimar Setio K. Tuberculosis (TB)-


Preventive Behavior and Its Determinants among Students Boarded in
Islamic Boarding Schools (Pesantren) in Garut, West Java, Indonesia.
KnE Life Sci. 2018;4(4):281.

Rahman F, Adenan A, Yulidasari F, Laily N, Rosadi D, Azmi AN. Pengetahuan


Dan Sikap Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan Tuberkulosis.
Media Kesehat Masy Indones. 2017;13(2):183.

Wahyudi WT, Suprihatin S. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi


Dini Penyakit Tb Paru. Holistik J Kesehatan. 2019;13(2):92–101.
WHO. Glbal Tuberculosis Report. ; 2018.

World Health Organization (WHO). 2014. Global Tuberculosis Report, Geneva:


WHO Library. S

21

Anda mungkin juga menyukai