Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TEORI PENDUKUNG
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumentari yaitu suatu cara atau metode, yang
menggunakan larutan yang disebut titrn, dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret.
Proses titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagi
fungsi jumlah titran yang ditambahkan gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva
titrasi yang didalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik dimana titrasi dihentikan (Ika,2009).
Untuk mengetahiu kapan penambahan larutan satandar itu harus dihentikan, digunakan suatu zat
yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator yang ditambahkan dlam larutan yang
diuji sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indicator ini menanggapi munculnya
kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik
kesetaraan. Titrasi asm-basa pada saaat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja
diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk
menghimpitkan kedua titik itu (atau mengkoreksi silsilah diantara keduanya) merupakan salah satu
aspek penting dari analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit
kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sujono,2003)
Sifat suatu larutan dapat diajukan dengan menggunakan indicator asam-basa. Yaitu zat-zat
warna yang warnanya berbeda dalam larutan asam, basa dan garam. Untuk mengidentifikasi sifat dari
asam, basa dan garam dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indicator atau indicator alami,
secara sederhana, kertas lakmus dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari larutasn asam,
basa dan garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah
larutan bersifat asam, basa atau netral adalah larutan indicator fenolftalein, metil merah dan metil
jingga (Azziah,2004).
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.
Apabila dalam suatu titrasi asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik
ekivalen akan mempunyai pH=7 tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan elektrolit lemah,
garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH>7
(beraksi basa) atau pH <7 (beraksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tatapan ionisasi
dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi
asam basa dapat ditentukan dengan indicator asam basa (Harjanti,2008).
Suatu indicator merupakan asam atu basa lemah yang berubah warna diantra bentuk terionisasinya
dan bentuk tidak terionisasinya. Kisaran penggunaan indicator adalah 1 unti pH disekitar nilai pKa
nya. Sebagai contoh fenolftalein (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan arna antara pH 8,4 – 10,4).
Struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton akan terjadi
perubahan warna (sudjadi,2007).

Anda mungkin juga menyukai