Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERENCANAAN PENGELOLAAN (DAS)

OLEH:

FIKRY HAIKAL

(M1B119070)

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar,
juga untuk lebih memperluas pengetahuan khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk
dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki
akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa.

Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan,
maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan
semua pembaca  sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih
juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan  ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 pengertian pengelolaan DAS...............................................................................


2.2 tujuan dari pengelolaan DAS...............................................................................
2.3 teknologi yang dapat digunakan dalam pengelolaan DAS...................................
BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................

3.2 Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung
tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995). DAS
termasuk suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1).

Daerah aliran sungai ( Watershed)  atau dalam skala luasan kecil disebut Catchment Area
adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung bukit atau batas-batas pemisah
topografi, yang berfungsi menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di
atasnya ke alur-alur sungai dan terus mengalir ke anak sungai dan ke sungai utama, akhirnya
bermuara ke danau/waduk atau ke laut .Sub DAS bagian dari DAS yang menerima air hujan
dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke
dalam Sub DAS-Sub DAS.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS maka
DAS-DAS yang termasuk dalam Prioritas Nasional tersebut merupakan DAS dengan Klasifikasi
“DAS yang dipulihkan daya dukungnya”.  DAS mempunyai peran yang sangat besar sebagai
sistem perlindungan dan penyangga kehidupan, oleh karena itu keberadaannya perlu dikelola
dengan baik, sehingga dapat berfungsi secara lestari.

Menurut Soemarno (2006), menyatakan bahwa beberapa kebutuhan penting dalam


pengelolaan lahan di Daerah Aliran adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan dalam hal rehabilitasi lahan, konservasi tanah dan air.
2. Kebutuhan untuk mencapai pendapatan wilayah dan pendapatan perkapita sesuai dengan
kondisi kelayakan
3. Kebutuhan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara
sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud
kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi
manusia secara berkelanjutan, rencana pengelolaan DAS disusun untuk mempertahankan dan
dipulihkan daya dukungnya (PP No. 37 tahun 2012).  Selanjutnya Asdak (2010), ekosistem
adalah suatau sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berintegrasi
sehingga membentuk suatu kesatuan.  Komponen utama Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi
vegetasi, lahan dan air, dimana air berperan sebagai pengikat keterkaitan dan ketergantungan
antar komponen utama DAS/sub DAS.

1.2 Rumusan Masalah


1. bagaimana pengertian pengelolaan DAS?
2. apa tujuan pengelolaan DAS?
3. teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk pengelolaan DAS?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengartian Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS adalah bentang alam yang dimana dibatasi oleh punggung-punggung bukit
yang dapat menerima air, menyimpan, dan mengalirkan air sampai ke titik outlet atau patusan
(laut), sehingga seluruh daratan dibagi habis menjadi DAS. Pada mulanya pengelolaan DAS atau
watershed management merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh hutan di suatu DAS
terhadap hasil air (jumlah dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan kualitas memenuhi
standar kualitas penggunaan, dan tersedia sepanjang tahun)

Kemudian ilmu ini semakin berkembang dan fokusnya tidak hanya tentang air dalam DAS
melainkan membahas lebih menyeluruh segala hal yang ada di DAS (multi-objectives).

Pengelolaan DAS menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian adalah upaya manusia dalam
mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala
aktivitasnya, dengan tujuan membina kelestarian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan
sumber daya alam bagi manusia
Pengelolaan DAS Terpadu

Pengelolaan DAS secara terpadu merupakan suatu proses penyusunan dan penerapan suatu
tindakan yang melibatkan sumberdaya alam dan manusia di dalam suatu kawasan DAS, dengan
mempertimbangkan berbagai factor seperti sosial, politik, ekonomi, lingkungan dan
kelembagaan dalam DAS, untuk mencapai semaksimal mungkin tujuan masyarakat baik jangka
pendek maupun panjang (Boehmer et al., 1997). Pengelolaan DAS terpadu mengandung
pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek yang menyangkut kinerja DAS dapat dikelola
dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif yang akan meningkatkan kinerja DAS dalam
menghasilkan output, sementara itu karakteristik yang saling bertentangan yang dapat
melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak merugikan kinerja DAS secara
keseluruhan.

 Dalam menganalisa pengelolaan DAS, perlu melihat kinerja masing-masing komponen


pembangunan yang ada di dalam DAS, misalnya mengukur produktifitas sektor pertanian
atau  produksi hasil hutan kayu. Setelah itu dilihat bagaimana kinerja keseluruhan komponen
yang ada, baik output yang bersifat positif (produksi) maupun dampak negatif. Kinerja tersebut
didasarkan kepada adanya keterkaitan antara suatu sektor pembangunan dengan sector
pembangunan lain, sehingga apa yang dilakukan pada satu sektor akan mempengaruhi kinerja
sector lain.

Prinsip-prinsip Pengelolaan DAS

 Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan atau optimalisasi  penggunaan lahan untuk
berbagai kepentingan serta praktek lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai
dengan indikator kunci yaitu kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik
pengeluaran DAS.

 Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :

1. Pengelolaan DAS dilaksanakan secara terpadu didasarkan pada DAS sebagai satu
kesatuan ekosistem, perencanaan dan sistem pengelolaan;
2. Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan, terkoordinasi,
sinergis, integral dan berkelanjutan;
3. Pengelolaan DAS terpadu bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis
sesuai dengan karakteristik DAS;
4. Pengelolaan DAS terpadu dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya
dan manfaat antar para pemangku kepentingan secara adil;
5. Pengelolaan DAS terpadu berlandaskan pada azas akuntabilitas.

2.2 Tujuan Pengelolaan DAS


Persoalan banjir, tanah longsor dan kekeringan yang terjadi di Indonesia merupakan
dampak dari kerusakan Daerah Arliran Sungai (DAS). perencanaan pembangunan dan
penyusunan tata ruang itu harus berbasis DAS, karena permasalahan yang ada pada pengelolaan
DAS adalah pengelolaan yang harus terintegrasi dari hulu ke hilir. Jika pengelolaan dihulu tidak
dikelola dengan baik maka akan menimbulkan bencana pada hilirnya, begitu juga sebaliknya.

Adapun ekosistem DAS terbentuk dari kumpulan dari berbagai unsur, seperti vegetasi,
tanah, air, manusia dan segala daya upayanya yang dilakukan di daerah tersebut. Maka itu,
komponen DAS bisa dibagi dalam dua kelompok besar. Komponen DAS yang pertama dalah
lingkungan fisik, yakni meliputi: bentuk wilayah (topologi, bentuk, serta luas DAS); tanah (jenis
tanah, sifat kimia fisk, kelas kemampuan); air (kualitas dan kuantitas); vegetasi atau hutan (jenis,
kerapatan, penyebaran). Sementara komponen DAS yang kedua ialah manusia, yakni meliputi:
jumlah populasi penduduk di sekitar Daerah Aliran Sungai; dan kebutuhan hidupnya. Tujuan
Pengelolaan dan Konservasi DAS Peningkatan jumlah manusia yang bermukim ataupun
beraktivitas di sekitar DAS, yang sering kali dibarengi dengan tumbuhnya kegiatan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup bisa melahirkan aspek yang merusak di sekitar aliran sungai. Aspek
negatif itu dapat memunculkan tekanan pada lingkungan fisik DAS. Jika tekanan tersebut
semakin besar maka daya dukung lingkungan di DAS dan pun akan menurun. DAS sejatinya
selalu membawa banyak manfaat bagi makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, pemanfaatan
sumberdaya alam di sekitar DAS oleh manusia, sering kali berlebihan. Akibat dari itu, terjadi
degradasi lahan dan hutan dalam wilayah DAS yang menyebabkan dampak serius. Hal tersebut
tentu saja mempengaruhi fungsi dan keseimbangan lingkungan, termasuk di proses hidrologis.
Artinya, sekalipun sungai memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, ia juga
dapat membawa dampak negatif, sebagai konsekuensi dari kerusakan lingkungan atau bencana.
Dampak negatif itu seperti banjir, serta membawa sedimentasi ataupun limbah polutan. Berbagai
dampak negatif semakin besar potensi terjadinya jika daya dukung lingkungan di DAS menurun.
Maka itu, upaya pengelolaan DAS diperlukan. Jadi tujuan pengelolaan Daerah Aliran Sungai
ialah memperbesar pemanfaatan DAS dan sekaligus memperkecil dampak negatifnya, demikian
seperti dijelaskan dalam buku Konservasi Tanah dan Air terbitan Kemdikbud. Dengan kata lain,
tujuan pengelolaan DAS adalah terkendalinya hubungan timbal-balik antara dua komponen
Daerah Aliran Sungai, yakni kegiatan manusia dan lingkungan. Pengelolaan DAS yang baik
dapat menghasilkan dampak positif seperti produksi pertanian, hasil hutan, peternakan, rekreasi
air, dan pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Konservasi DAS dilakukan sebagai upaya buat
pelestarian lingkungan yang didasari maksud menjaga peran dan fungsi setiap wilayah dalam
DAS, serta mencakup aspek perlindungan, pemeliharaan, hingga pemanfaatan ekosistem
berkelanjutan.

2.3 . Teknologi yang dapat digunakan untuk pengelolaan DAS

DAS dapat dipandang sebagai suatu ekosistem yang menghasilkan produk berupa barang
dan jasa. Barang yang dihasilkan oleh komponen DAS yaitu yang dapat diukur berupa
produktivitas, sedangkan jasa merupakan produk ekonomis dari DAS yang tidak dapat diukur.
Oleh karenanya dalam pengembangan teknologi DAS diperlukan adanya keseimbangan antara
kepentingan ekosistem dengan kepentingan ekonomi sehingga teknologi yang diterapkan bisa
berkelanjutan (sustainable).

Perlakuan dan penentuan jenis kegiatan termasuk penerapan teknologinya di bagian hulu
sangat mempengaruhi pula pemanfaatan sumberdaya di bagian hilir. Dalam hubungan ini
pengaruh atau efek yang ada akan lebih nyata dirasakan. Efek tersebut dapat mempengaruhi
begiatan ekonomis baik on site maupun off site. Dampak ekonomis yang dimaksudkan di sini
termasuk dampak lingkungan seperti banjir dan kekeringan. Teknologi yang diterapkan dalam
pengelolaan DAS didasarkan pada faktor-faktor yang memepengaruhi ekosistem DAS yang
dapat dimanipulasi. Faktor-faktor tersebut adalah vegetasi dan lahan.

Pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan DAS berbasis pada teknologi konservasi
tanah dan air. Berdasarkan hal tersebut, maka teknologi pengelolaan DAS dikembangkan dengan
metoda : (1). vegetatif, (2) mekanik, (3). agronomi, dan (4) manajemen. Metoda vegetatif
merupakan kegiatan penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi
daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi.
Silvikultur merupakan salah satu teknik dalam penanaman kembali di kawasan hutan (reboisasi)
dan bisa juga digunakan untuk penanaman di luar kawasan hutan (penghijauan). Aspek-aspek
persyaratan tanaman yang perlu diperhatikan dalam teknologi vegetatif ini adalah perakaran,
pertumbuhan, evapotranspirasi, ekonomi dan penyuburan tanah.

Metoda mekanik dilakukan dengan memanipulasi fisik mekanik perlakukan terhadap tanah
terutama panjang dan kemiringan lahan, yakni dengan pembuatan bangunan untuk mengurangi
aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Contoh metoda
mekanik antara lain adalah : a). pengolahan tanah, b). pengolahan tanah menurut kontur (contour
cultivation), c). teras, d). saluran pembuangan air, e). dam pengendal (check dam), dam penahan,
gully erosi, rorak, tanggul, waduk (kolam).

Metoda agronomi menitik beratkan kepada pengaturan pola tanam sebagai kelanjutan dari
pilihan metoda vegetatif atau mekanik. Sebagai contoh antara lain pola tanam tumpang gilir,
berurutan, alley cropping, tumpangsari dll. Sedangkan metoda manajemen lebih diarahkan
kepada kebijaksanaan dalam pengelolaan DAS seperti mengenai pengaturan penggunaan lahan,
tata guna lahan dan kebijaksanaan teknis mengenai tata guna hutan misalnya.

Teknologi DAS yang selama ini dilaksanakan banyak mengadopsi dari hasil-hasil yang
dikembangkan oleh Upper Solo Watershed Management and Upland Development Project (TA.
INS. 72/006) yang high cost technologies, yakni teknologi mekanis/sipil teknis seperti
penterasan lahan, dam pengendali, gully erosion dan sebagainya. Penterasan lahan merupakan
mascot dalam teknologi DAS yang dilaksanakan melalui program bantuan penghijauan.
Permasalahan dalam aplikasi teknologi ini maupun teknologi pengelolaan DAS pada umumnya
adalah pemeliharaannya setelah proyek berakhir. Berbagai proyek konservasi tanah skala besar
di Jawa seperti Proyek Citanduy II (Harper, 1988), Upland Agriculture and Conservation
Project/UACP (Huszar & Pasaribu, 1994), Land Rehabilitation and Agroforestry Development
( Anonymous, 1990 dalam Edi Purwanto, 1999), melaporkan bahwa pemeliharaan teras merosot
drastis setelah proyek selesai. Pemeliharaan teras secara terus menerus tanpa subsidi setelah
proyek berakhir tidak terpenuhi karena berada di luar kemampuan petani lahan kering.

Pendekatan teknologi DAS seharusnya mengembangkan teknologi lokal yang dimiliki oleh
masyarakat (indigenous technology) yang sebenarnya telah lama dikenal masyarakat dengan
mempertimbangkan pendekatan sosial dan ekonomi. Demikian pula pengetahuan lokal
(indigenous knowledge) sebagai bagian dari social capital dimanfaatkan dan digali untuk
mengembangkan teknologi DAS yang sesuai dan untuk kepentingan masyarakat lokal.
Pengelolaan DAS partisipatif didasarkan pada pendekatan farming system dan pengelolaan milik
bersama (common property resouces management) yang dalam prakteknya memperkenalkan
konsep DAS kecil sebagai satu unit pembangunan (small watershed as a unit of development).

Model dan teknologi dalam pengelolaan DAS yang tradisional dan telah berkembang serta
melembaga di masyarakat antara lain talun, kebun rakyat, karangkitri, kebun campuran, kebun
bambu, hutan rakyat dan sebagainya. Model ini bersifat self sustaining dan mempunyai
keuntungan secara ekonomi yaitu input dan perawatan ringan, beragamnya komoditas
memberikan hasil yang terus menerus serta secara ekologi lebih mantap karena keanekaragaman
hayati yang tinggi dan, penutupan lahan yang berlapis

sehingga lebih efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan dan siklus hara berjalan
efektif sehingga mampu merestorasi kusuburan tanah.

Pengembangan teknologi secara partisipatif (Participatory Technology Development,


PTD) bersifat local specific, tergantung dari kebutuhan dan prioritas para stakesholders
(petani/masyarakat), kondisi biofisik dan sosial ekonomi. Oleh karenanya, penguatan
kelembagaan masyarakat dalam proses ini sangat diperlukan karena PTD diberikan bersama para
petani agar mereka dapat dan dengan mudah menerima suatu teknologi. Pelibatan masyarakat
dalam PTD agar mereka mampu secara bersama-sama atau individu membangun kemampuannya
untuk merubah keadaan mereka melalui pelatihan -pelatihan.

Ada tiga strategi dalam PTD, yaitu :

1.      Petani-pendekatan langsung

PRA (Participatory Rural Apraisal) digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan


teknologi yang telah diketahui oleh para petani. Petani merupakan kunci utama dari seluruh
proses, mengidentifikasi kapan dan bagaimana suatu teknik diadaptasi dengan baik.

2.      Pendekatan paket teknologi

Pendekatan ini digunakan untuk mengumpulkan dan memadukan teknologi lokal dengan
biaya murah dan teknologi sekarang yang dikembangkan. Petani memilih berbagai paket
teknologi sesuai kemampuan adaptasinya dan situasi/kondisi para petani.

3.      Pendekatan micro watershed

DAS skala kecil digunakan sebagai unit perencanaan dan pelaksanaan dan telah
dipertimbangkan sebagai unit produksi dan konservasi secara terpadu. Desa-desa yang
terdapat dalam masing-masing mikro DAS membentuk suatu asosiasi pengembangan DAS
atau Kelompok Tani DAS.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Pengelolaan DAS adalah bentang alam yang dimana dibatasi oleh punggung-punggung bukit
yang dapat menerima air, menyimpan, dan mengalirkan air sampai ke titik outlet atau
patusan (laut), sehingga seluruh daratan dibagi habis menjadi DAS. Pada mulanya
pengelolaan DAS atau watershed management merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh
hutan di suatu DAS terhadap hasil air (jumlah dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan
kualitas memenuhi standar kualitas penggunaan, dan tersedia sepanjang tahun)
 Pengelolaan DAS secara terpadu merupakan suatu proses penyusunan dan penerapan suatu
tindakan yang melibatkan sumberdaya alam dan manusia di dalam suatu kawasan DAS,
dengan mempertimbangkan berbagai factor seperti sosial, politik, ekonomi, lingkungan dan
kelembagaan dalam DAS, untuk mencapai semaksimal mungkin tujuan masyarakat baik
jangka pendek maupun panjang (Boehmer et al., 1997). Pengelolaan DAS terpadu
mengandung pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek yang menyangkut kinerja DAS
dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif yang akan meningkatkan
kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik yang saling
bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak merugikan
kinerja DAS secara keseluruhan.
 Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :

a) Pengelolaan DAS dilaksanakan secara terpadu didasarkan pada DAS sebagai satu
kesatuan ekosistem, perencanaan dan sistem pengelolaan;
b) Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan, terkoordinasi,
sinergis, integral dan berkelanjutan;
c) Pengelolaan DAS terpadu bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis
sesuai dengan karakteristik DAS;
d) Pengelolaan DAS terpadu dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya
dan manfaat antar para pemangku kepentingan secara adil;
e) Pengelolaan DAS terpadu berlandaskan pada azas akuntabilitas.

 tujuan pengelolaan DAS adalah terkendalinya hubungan timbal-balik antara dua komponen
Daerah Aliran Sungai, yakni kegiatan manusia dan lingkungan. Pengelolaan DAS yang baik
dapat menghasilkan dampak positif seperti produksi pertanian, hasil hutan, peternakan,
rekreasi air, dan pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Konservasi DAS dilakukan sebagai
upaya buat pelestarian lingkungan yang didasari maksud menjaga peran dan fungsi setiap
wilayah dalam DAS, serta mencakup aspek perlindungan, pemeliharaan, hingga pemanfaatan
ekosistem berkelanjutan.
 Pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan DAS berbasis pada teknologi konservasi
tanah dan air. Berdasarkan hal tersebut, maka teknologi pengelolaan DAS dikembangkan
dengan metoda : (1). vegetatif, (2) mekanik, (3). agronomi, dan (4) manajemen. Metode
vegetatif merupakan kegiatan penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk
mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran
permukaan dan erosi.

3.2 Saran

Makalah yang saya susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang Perencanaan
Pengelolaan (DAS). Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah saya ini masih
terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang
sempurna yang bisa manusia ciptakan
DAFTAR PUSTAKA

https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/apa-itu-daerah-aliran-sungai-das-28
https://bpdasbarito.or.id/pengelolaan-daerah-aliran-sungai-terpadu/
https://foresteract.com/pengelolaan-das-daerah-aliran-sungai/
https://bangazul.com/pengelolaan-das-terpadu/
https://urnews.unri.ac.id/2017/11/28/pentingnya-pengelolaan-das-untuk-meningkatkan-
perekonomian-masyarakat-secara-berkelanjutan/
https://www.rudyct.com/PPS702-ipb/01101/SLAMETSW.htm

Anda mungkin juga menyukai