KONSEP SEKSUAL
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………. 3
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………… 3
B. Perumusan masalah………………………………………………………………………………. 5
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………….. 5
BAB II PERMASALAHAN………………………………………………………………………………….. 5
A. Pengertian Seksualitas……………………………………………………………………………. 5
B. Fungsi Seksualitas………………………………………………………………………………… 6
C. Kesehatan Seksualitas…………………………………………………………………………….. 8
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Seks Manusia…………………………………………………. 10
E. Respon Seksualitas……………………………………………………………………………….. 14
F. Dimensi Seksualitas………………………………………………………………………………. 15
G. Permasalahan Seksualitas………………………………………………………………………….17
H. Keterampilan Dasar Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Seksusal…………………………. 18
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….. 19
B. Saran………………………………………………………………………………………………. 20
C. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………….. 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
3
kajian umum Islam, bahkan sekarang masyarakat bisa membaca dan memelajarinya
sendiri karena sudah tersedia kitab terjemahannya dalam bahasa Indonesia di toko-toko
buku.
Mengacu pada sang pembawa ajaran tersebut. Tak terkecuali dalam ajaran Islam,
salah satu pedoman yang digunakan dalam pembelajarannya adalah dengan memahami
kitab-kitab karangan para ulama terdahulu, yang merupakan pencerminan dari sang Nabi,
Muhammad. Konsep mengenai budaya seksualitas diatas itulah yang dapat digunakan
sebagai alat atau kacamata untuk mendatang dan mengkaji serta memahami seksualitas
yang berdasar pada dogma agama. Bila seksualitas dilihat dengan menggunakan
kacamata agama, maka agama diperlakukan sebagai kebudayaan; yaitu: sebagai sebuah
pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh para warga
masyarakat tersebut. Agama dilihat dan diperlakukan sebagai pengetahuan dan keyakinan
yang dipunyai oleh sebuah masyarakat; yaitu, pengetahuan dan keyakinan yang kudus
dan sakral yang dapat dibedakan dari pengetahuan dan keyakinan sakral dan yang profan
yang menjadi ciri dari kebudayaan.
Pada waktu seorang ahli antropologi melihat dan memperlakukan perilaku seks
yang “benar” menurut agama sebagai kebudayaan, maka yang dilihatnya adalah perilaku
seks sebagai keyakinan yang hidup yang ada dalam masyarakat manusia, dan bukan
agama yang ada dalam teks suci, yaitu dalam kitab suci Al Qur'an dan Hadits Nabi.
Sebagai sebuah keyakinan yang hidup dalam masyarakat, maka agama menjadi bercorak
lokal; yaitu, lokal sesuai dengan kebudayaan dari masyarakat tersebut.Mengapa
demikian? untuk dapat menjadi pengetahuan dan keyakinan dari masyarakat yang
bersangkutan, maka agama harus melakukan berbagai proses perjuangan dalam
meniadakan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan keyakinan hakiki dari agama
tersebut dan untuk itu juga harus dapat mensesuaikan nilai-nilai hakikinya dengan nilai-
nilai budaya serta unsurunsur kebudayaan yang ada, sehingga agama tersebut dapat
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai unsur dan nilai-nilai budaya dari
kebudayaan tersebut. Dengan demikian maka agama akan dapat menjadi nilai-nilai
budaya dari kebudayaan tersebut.
Untuk itu dalam pembuatan makalah ini mudah-mudahan bisa memberikan
pemikiran yang positif mengenai seksualitas menurut konsep yang benar.
4
2. Perumusan masalah
Denganrealitas yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, untuk
mempermudah dan memperjelas arah makalah ini, akan dibagi menjadi beberapa
pertanyaan, yaitu : Bagaimana pola, peran dan eksistensi pembelajaran seksualitas yang
dipercaya berdasarkan konsep seksualitas?
3. Tujuan
Selain memang untuk memenuhi tuntutan akademis dari dosen pengajar mata
kuliah psikososial,dan juga rasa keingintahuan penulis untuk menelusuri bagaimana
proses pembelajaran hubungan seks sebelum menikah melalui konsep teori seksualitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
5
berhubungan dengan dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan
orang lain. (Bobak: 2004)
2 aspek seksualitas:
B. Fungsi Seksualitas
1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya keinginan
yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia sebenarnya belum
menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang
secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi apabila ia sanggup membuktikan
kesuburannya.
2. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan atau
kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan kenikmatan
khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
6
3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-sama
hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi dari
keintiman seksual.Efektivitas seks dalam memperkuat keintiman tersebut berakar dari
risiko psikologis yang terlibat; secara khusus, resiko ditolak, ditertawakan, mendapati
bahwa dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali dapat memadamkan gairah
pasangan.
4. Menegaskan maskulinitas atau feminitas
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena sebab
lain (mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan), kita mungkin
menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
5. Meningkatkan harga diri
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara umum
dapat meningkatkan harga diri.
6. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek
maskulinitas, dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya berada dalam
posisi dominan.Namun, seks dapat digunakan untuk mengendalikan hubungan baik oleh
pria dan wanita dan karenanya sering merupakan aspek penting dalam dinamika
hubungan. Kekuasaan tersebut mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke
interaksi seksual, menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah
proses menimbulkan efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus
menjadi faktor dalam suatu hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek
yang penting dan menarik dalam perilaku awal masa “berpacaran”.
7. Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita adalah
pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan.Hal ini paling relevan dalam
masalah perkosaan dan penyerangan seksual.Banyak kasus penyerangan atau pemaksaan
seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh
pria terhadap wanita. Juga terdapat keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat
7
dipahami sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau
terhadap wanita itu sebagai pengganti wanita lain.
8.Mengurangi ansietas atau ketegangan
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan,
misalnya ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya
resiko tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi
HIV dan AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan memadamkan
respon seksual sehingga mereka mudah menghindari resiko tersebut. Namun, bagi
beberapa individu, gairah yang berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan
respons seksual. Untuk individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk
kesenangan yang dicari.
10. Keuntungan materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh keuntungan
dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih
sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan
semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama.( Glasier: 2005 )
8
ALAT REPRODUKSI WANITA
Alat reproduksi wanita bagian luar ( genitalia eksterna ) meliputi mons pubis /
mons veneris , bibir besar ( labia mayor ) , bibir kecil ( labia minor ), klitoris ,
uretra ,vulva ( saluran kemih ), hymen ( selaput darah . sedangkan alat reproduksi wanita
bagian dalam ( genitalia interna ) meliputi vagina, tuba fallopi, uterus ( rahim ) cervix
( leher Rahim ). ( Wahyudi 2000)
Pada pria alat reproduksinya meliputi, penis, uretra ( saluran kemih ),kelenjar prostate,
vesikula seminalis, vas deferens ( saluran sperma ), epididymis , testis ( buah zakar ). (wahyudi
2000).
9
LOGOS, Jurnal Filsafat-Teologi Vol.3 No.1, Januari 2004
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks dengan
menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru dapat
tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap jarinya. Oleh
karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air besar,
antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah terbenam,
karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya pekerjaan
rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk siap bangun
pagi dan pergi ke sekolah.
10
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang
dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung sampai
mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja dan memuja mulai muncul,
keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak.Saat ini masa yang sangat
berbahaya, sehingga memerlukan perhatian orang tua.Pada wanita telah mulai dating
bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan
atau hamil bila mereka melakukan hubungan seksual.Karena kematangan jiwa dan
jasmani belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak
dihendaki, memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan.
1. Remaja
Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan penegasan identitas
gender dan harga diri.Pada saat awitan pubertas terjadi perubahan-perubahan di tubuh
yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahan-perubahan hormon
menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.
2. Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam pertalian
seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman barunya”.Pada tahap inilah
membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting untuk kelanjutan
perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan pasangannya mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak
menyenangkan maka akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan
dipecahkan.
3. Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan lebih lanjut
akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya mengalami penurunan
keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks menjelang akhir kehamilnya
11
karena terjadinya perubahan-perubahan fisik dan mekanis.Periode pascanatal, karena
berbagai alasan merupakan salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual
yang apabila pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai
untuk mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan.Masalah jangka
panjang yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak wanita.
4. Usia paruh baya
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi hambatan
yang berbeda-beda.Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan seksual telah lama
hilang.Bagi banyakorang halini tidak menimbulkan masalah. Mereka telah
mengembangkan bentuk kenyamanan intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian
integral dari hubungan mereka. Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang
rutin ini akan memakan korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya
akan mudah menyebabkan kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk
melakukan aktivitas seksual. Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai
konsekuensinya dapat timbul ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama adalah
masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita. Proses penuaan
memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu tidak selalu negatif.
Pasangan pada usia ini lebih kecil kemungkinannya meminta pertolongan dalam konteks
keluarga berencana atau kesehatan reproduksi.
Kita sudah menelaah dan menemukan suatu kenyataan bahwa seksualitas merupakan
realitas manusiawi berdasarkan konstitusi eksistensialnya.Pada kenyataan itu kita
disadarkan bahwa seksualitas merupakan realitas keseluruhan kemanusiaan
manusia.Maka, untuk memahami seksualitas tersebut secara menyeluruh, kita harus
mencermati juga aspek-aspeknya. Ada beberapa aspek penting yang bisa kita singgung di
sini berdasarkan struktur keberadaan manusia itu sendiri yaitu aspek biologis, aspek
psikologis, aspek ethologis,
12
Aspek Sosio-Kultural, dan Aspek Filosofis-Teologis.
Aspek biologis : realitas biologis kelamin manusia yang menentukan jenis kelamin
seseorang: kromosom, kelenjar kelamin, ciri-ciri primer dan sekunder kelamin,
pengaturan fungsi-fungsi seksual. Pada realitas aspek ini, seksualitas dipahami sebagai
suatu dorongan, suatu kebutuhan/keharusan. Ada beberapa makna yang terkandung di
dalam aspek ini, yaitu: prokreatif, kekayaan kehidupan
Aspek Psikologis: pada manusia, seksualitas terbuka akan sesuatu yang lebih
tinggi yaitu level meta-biologis. Sebab, kelakuan seksualitas manusia tidak terletak pada
bobot hormonal yang berperan mengatur/memutuskan, melainkan digerakkan/diatur oleh
fungsi-fungsi otak (sistem sentral saraf).Dengan demikian seksualitas mendapat suatu
daya fleksibilitas, yang merupakan keinginan, bukan hanya sekedar dorongan/keharusan.
Karena itu seksualitas bukanlah sesuatu yang sekali jadi melainkan merupakan proses
yang terjadi dalam seluruh hidup (fase-fase hidup). Pada kenyataan ini patut kita kenang
jasa Freud yang membebaskan seksualitas manusia dari reduksi genitalitas dan temporal.
Pada aspek ini kita menemukan beberapa makna yang terkandung dalam seksualitas
manusia, sebagai: daya konstruktif keakuan, fungsi hermeneutik diri pribadi (perayaan
pernyataan diri pribadi), makna kenikmatan dan perayaannya.
Aspek Ethologis: Aspek ini memberikan suatu kesadaran bahwa
seksualitasmerupakan suatu realitas pola perilaku manusia. Karena seksualitas merupakan
pola perilaku, maka manusia dituntut untuk merealisasikan seksualitasnya secara arif.
Sehubungan dengan pola perilaku seksual tersebut, para ahli
semakin menyadari bahwa untuk menentukan pola perilaku seksualnya, manusia perlu
membuat perbandingan dengan binatang. Pada kenyataan itu kita dapat menggali makna
kelakuan seksual dan sosial manusia yang saling berkaitan erat dalam hubungan dengan
sinyal sosial dan seksual.
13
yaitu personal dan sosial. Aspek filosofis-teologis: seksualitas mempunyai makna
personal dan social dalam dimensinya yang kodrati dan adikodrati sebagai suatu
keutuhan yang tunggal. Pada aspek ini dimensi “ sacramental”juga mempunyai tempat
yang sentral.
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut.
“Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil
bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual :
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang
terjadi dalam fase ini meliputi:
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek,
hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
14
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke
tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,
keintiman,danseringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi
sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki
memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia
laki-laki, panjang dari fase refraktori akan sering meningkat.
F. Dimensi Seksualitas
Seksualitas memiliki dimensi-dimensi.Dimensi-dimensi Seksualitas seperti
sosiokultural, dimensi agama dan etik, dimensi psikologis dan dimensi biologis (Perry &
Potter, 2005). Masing-masing dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah
perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman kultural secara global
menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan menghadapi
spectrum tentang keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku
yang diperbolehkan selama berpacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas
seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah
dan siapa yang diizinkan untuk menikah.
Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan
sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi
seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri
yang memandu perilaku anggotanya.
Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan
menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana seseorang
15
menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering mereka melakukan hubungan seks,
dan apa yang mereka lakukan ketika mereka melakukan hubungan seks.
2) Dimensi Agama dan etik
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik.Ide tentang
pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas
membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap yang
ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional tentang hubungan
seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu
menentukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas
kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
3) Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari.Apa yang sesuai dan
dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan mengamati perilaku orangtua.
Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya.
Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus dan
nonverbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual berhubungan
dengan apa yang telah orangtua mereka tunjukan kepada mereka tentang tubuh dan
tindakan mereka. Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara
berbeda berdasarkan jender.
4) Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang
ditentukan pada masa konsepsi.Material genetic dalam telur yang telah dibuahi
terorganisir dalam kromosom yang menjadikan perbedaan seksual.Ketika hormone
seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia membentuk karakteristik laki-laki
dan perempuan.Hormon mempengaruhi individu kembali saat pubertas, dimana anak
perempuan mengalami menstruasi dan perkembangan karakteristik seks sekunder,
dan anak laki-laki mengalami pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif
konstan dan perkembangan karakteristik seks sekunder.
16
Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya
sendiri.Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak
orang.Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat.Ini berpangkal
dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak
memperolehnya pada waktu remaja.Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas
informasi, bukan pendidikan.Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan
seks di sekolah atau lembaga formal lainnya.Akibatnya, keingintahuan soal seks
didapatkannya dari berbagai media.Untuk itu orang tua hendaknya memberikan
pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini.Salah satunya dengan memisahkan
anak-anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-
sama perempuan atau laki-laki.Demikian halnya dengan menghindarkan anak-anaknya
mandi bersama keluarga atau juga teman-temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-
jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak.
Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 – 15
tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa
pubertas yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja.Pada saat itu pula,
mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
b) Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam
melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita
harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu
suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah
jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik minat.Akhirnya mereka memilih untuk
tidur.Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang
akhirnya bisa memadamkan gairah seks.
17
c) Konflik
d) Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti
“kerja malam”.Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan
sampai ke suatu titik yang membosankan.Yang mendasari rasa bosan itu adalah
kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi.Masalah
ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-
tahun.Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama
merasa kehilangan getaran kenikmatan yang datang ketika melakukan hubungan seks
dengan pasangan yang baru.Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan
bila bersenggama dengan mitra baru.
18
Pengetahuan tentang seksualitas dasar, termasuk bagaimana masalah kesehatan dan
penyelesayan dapat mempengaruhi seksualitas dan fungsi seksserta interfensi apa yang
dapat memfasilitasi elspresi seksual
Keahlian komunikasi teraupetik
Menerima seksualitas sebagai arena penting dalam intervensi keperawatan dan adanya
kemauan bekerja dengan klien yang mempunyai berabagai ekspensi seksualitas
Kemampuan mengenal kebutuhan klien dan anggota keluarga dalam mendiskusikan topik
seksualitas , tidak hanya dengan tulisan atau audiovisual tapi melalui diskusi verbal
BAB III
PENUTUP
A. Kesiimpulan
Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek
inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender,
orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari
seksualitas itu sendiri yaitu sebagai Kesuburan, Kenikmatan, Mempererat ikatan dan
meningkatkan keintiman pasangan, Menegaskan maskulinitas atau feminitas,
Meningkatkan harga diri, Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan,
Mengungkapkan permusuhan, Mengurangi ansietas atau ketegangan, Pengambilan
resiko, Keuntungan materi. Seksualitas dipengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi
sosiokultural, dimensi agama dan etik, dimensi psikologis, dan dimensi biologis.Ada
banyak permasalahan seksualitas yang antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan
mengenai seks, kelelahan, konflik, dan kebosanan.
Mudah-mudahan dengan makalah ini bisa memberikan pandangan yang benar
mengenai konsep seksualitas khususnya bagi remaja.
B. Saran
Masalah seksual merupakan masalah subyektif dan karena diagnosis sering kali
bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri, masalah/gangguan seksual
19
sulit sekali untuk diidentifikasi, ditangani dan dipantau, terutama jika masalahnya bersifat
psikoseksual, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya promosi kesehatan seksual
kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dengan benar konsep seksualitas untuk
meningkatkan kontrol dan meningkatkan kesehatan seksual mereka. Apalagi kepada
remaja yang rentan terlibat dalam perilaku seksual yang beresiko yang menyebabkan
infeksi menular seksual, kehamilan tidak diharapkan, dan kesehatan seksual yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie diterjemahkan oleh Brahm U. 2005.Keluarga Berencana Dan
Kesehatan Reproduksi, E/4. Jakarta: EGC
LOGOS, Jurnal Filsafat-Teologi Vol.3 No.1, Januari 2004 Aspek-aspek ini bisa dilihat lebih
terperinci dalam GO, Sexualitas..., 143-223..( diakses, senin : 13 september 2021 ).
Mardiana.Aktifitas Seksual Pra Lansia dan Lansia yang Berkunjung ke Poliklinik Geriatric RS
Pusat Angkatan Udara dr. Esanawati Antariksa Jakarta Timur tahun 2011.
Skripsi.Depok. FKM UI
Reeder, Sharon J dkk diterjemahkan oleh Yati Afiyanti dkk. 2011. Keperawatan Maternitas:
Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC
Stevens, PJM. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
20
21