Anda di halaman 1dari 15

ANEMIA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin

dalam 1 mm3 darah atau kurangnya volume sel yang dipadatkan dalam 100 ml

darah.

2. Penyebab

Kehilangan darah karena kecelakaan operasi, perdarahan usus, ulkus

peptikum, haemorhoid, karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah merah

dan terhentinya pembuat sel darah merah oleh sum-sum tulang (kerusakan sum-

sum tulang).

3. Jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :

a. Anemia pasca perdarahan

Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif seperti kecelakaan, operasi, dan

perdarahan yang menahun.

b. Anemia defisiensi besi

Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah juga karena pada

kekurangan gizi.

c. Anemia aplastik

Diakibatkan oleh karena rusaknya sum-sum tulang, gangguan berupa

berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya

pembentukan sel hemopoetik dalam sum-sum tulang.

1
d. Anemia megaloblastik

Penyebabnya antara lain karena : defisiensi vitamin B12, defisiensi asam

folat. Kehilangan darah yang mendadak 30 % atau lebih dapat menimbulkan

gejala antara lain : gelisah, keringat dingin, pucat, lemas dan sesak nafas.

Tindakan yang diberikan untuk menanggulangi, diberikan ferro sulfat atau zat

besi, transfusi darah, plasma dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena

dengan cairan infus apa saja yang tersedia.

4. Fisiologi

Volume darah secara keseluruhan, kira-kira merupakan satu per dua belas

berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan (serum)

sedangkan 45 % lainnya terdiri dari sel darah, serum darah, dan plasma darah.

Dalam 91,1 persen terdapat protein 8,0 persen, yang terdiri dari albumin, globulin,

prothrombin, dan fibrinogen, mineral 0,9 persen yang terdiri dari natrium

chlorida, fosfor, natrium bicarbonat, garam dari calcium magnesium dan besi

lainnya, sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik yaitu glukose, lemak, urea,

asam urat, kreatinin, cholesterol, dan asam amino, sedangkan sel darah terdiri dari

tiga jenis, yaitu : eritrosit, leukosit, dan trombosit.

Fungsi darah :

Darah bekerja sebagai sistem transport dari tubuh untuk mengantarkan

semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan tubuh.

a. Fungsi sel darah merah

Mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari dioksida.

2
b. Fungsi sel darah putih

Menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis dari

beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.

c. Fungsi plasma

Membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menyegarkan

cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima

makanannya dan sebagai kendaraan sebagai pengangkut bahan buangan ke

berbagai eksretorik untuk dibuang.

d. Fungsi pembentukan darah

Adalah penting dalam pengumpulan darah, pengumpulan darah adalah suatu

proses yang majemuk dan berbagai faktor untuk melaksanakannya.

Sebagaimana diketahui bahwa trimbin adalah alat untuk mengubah fibrinofen

menjadi fibrin, trombin tidak ada di dalam darah normal yang masih ada di

dalam pembuluh darah tetapi yang ada hanyalah protrombin yang kemudian

diubah menjadi zat aktif trombin oleh kerja trombokinase. Trombokinase

adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah ke tempat yang luka diduga

terutama trombokinase terbentuk karena terjadi kerusakan pada trombosit

yang selama ada garam. Calsium dalam darah akan mengubah protrombin

menjadi trombin sehingga terjadi pembekuan darah.

5. Gambaran klinis

Pada penyakit anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih

sedikit oksigen yang dikirim ke jaringan. Kehilangan darah mendadak 30 % atau

3
lebih seperti pada perdarahan menimbulkan simtomatologi dan pada anemia

ringan adalah gelisah, keringat dingin, sesak nafas dan pucat.

Pada anemia berat dapat terjadi kolaps paru dan kadang-kadang terjadi shock

yang menyebabkan payah jantung, karena otot jantung yang kekurangan oksigen

tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Sesak

nafas dan cepat lelah merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.

Sakit kepala, kelemahan otot dan pucat, gejala lain yang timbul terdapat pada

saluran pencernaan dengan gejala atau tanda nausea, anoreksia, konstipasi, diare.

Hal diatas dapat juga disebabkan karena anemia defisiensi besi, defisiensi asam

folat, anemia aplastik, oleh karena rusaknya sumsum tulang.

6. Patofisiologi

Perdarahan dapat terjadi bersifat lokal dan sistemik. Pada perdarahan lokal

dan kecil biasanya tidak penting kecualli mengenai bagian yang sangat penting

sehingga dapat menimbulkan kematian, perdarahan pada otak menyebabkan

substansi pada otak dan mengganggu fungsi otak.

Suatu mekanisme dari tubuh bila terjadi perdarahan ialah berupa kontraksi

pada tempat pembuluh darah robek, yaitu usaha tubuh untuk mencegah yang lebih

banyak selain itu, trombosit dan jaringan membentuk zat agar terjadi pembekuan

darah.

7. Penatalaksanaan

Bila terjadi perdarahan mendadak dimana keluarnya darah sekitar 15 – 20 %

atau lebih, tindakan yang diberikan adalah transfusi darah. Pemberian plasma

(plasma ekspander/plasma substitute) dalam keadaan darurat, pemberian cairan

4
intravena atau cairan infus apa saja yang tersedia. Sedangkan perdarahan yang

memberikan pengaruh lambat dapat diberikan transfusi packet red sell, karena isi

darah sudah dapat dipertahankan.

Perawatan

Tirah baring/istirahat dan kepada pasien diberikan makanan yang

mengandung gizi tinggi, serta dukungan bagi klien dan kebutuhan untuk

memberikan informasi dan bimbingan mengenai keadaan pengobatan dan

perawatan anemia.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan digunakan suatu pendekatann proses

keperawatan yang terdiri dari langkah-langkah ilmiah yaitu pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian data

a. Pengumpulan data

1.) Biodata terdiri dari : nama pasien, umur, jenis kelamin,

pendidikan, agama, suku bangsa dan alamat.

2.) Riwayat kesehatan sekarang

Gejala-gejala yang mendasar pada penyakit anemia adalah kehilangan

komponen-komponen darah.

3.) Status hematologis

Adanya penurunan kadar hemoglobin yang ditandai dengan anemia.

4.) Tingkat kesadaran

Komposmentis.

5
5.) Riwayat kesehatan sebelumnya.

a.) Riwayat pernah dirawat di RS dengan penyakit

yang sama.

b.) Riwayat penyakit lain yang pernah diderita.

c.) Riwayat nutrisi apakah defisiensi terhadap suatu

makanan.

d.) Kebiasaan sehari-hari tentang makanan dan

minuman.

6.) Pemeriksaan fisik

a.) Gejala umum

(1.) Kelemahan otot

(2.) Sering lemah

(3.) Kulit pucat

b.) Gangguan pada susunan saraf pusat

(1.) Pusing

(2.) Klien apatis

(3.) Penurunan perhatian

(4.) Kaki tangan terasa dingin

c.) Aktifitas dan istirahat

(1.) Rasa lemah dan lesu

(2.) Aktivitas menurun

(3.) Mengantuk dan ingin tidur

(4.) Sesak nafas bila beraktivitas

6
d.) Kardiovaskuler

(1.) Tekanan darah menurun kadang normal

(2.) Jantung berdebar

(3.) Dapat terjadi gagal jantung

b. Klasifikasi Data

Aktifitas menurun, merasa lemah dan pusing dan juga sakit kepala dan sesak

bila berjalan.

Data objektif pasien mengalami lemah, warna kulit pucat, respon lambat,

perhatian menurun dan nampak lemah.

Diagnosa keperawatan :

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan Haemoglobin.

b. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O 2 dan

kebutuhan.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan.

d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi.

e. Konstipasi/diare berhubungan dengan penurunan asupan diet, perubahan

proses pencernaan.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak

adekuat.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

7
2. Perencanaan

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan Haemoglobin.

Tujuan : Menunjukkan perfusi adekuat

Kriteria :

- Tanda vital stabil

- Membran mukosa warna merah muda

- Pengisian kapiler baik

- Haluaran urine adekuat

- HB 12 – 14 gr %

Rencanan tindakan :

1.) Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler.

Rasional : Memberikan informasi tentang derajat perfusi jaringan dan

membantu menentukan intervensi.

2.) Awasi upaya pernafasan, auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Dispneu, menunjukkan GJK karena regangan jantung

lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

3.) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh

hangat sesuai indikasi.

Rasional : Vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer, kenyamanan

pasien rasa hangat harus seimbang.

4.) Kaji respon verbal, gangguan memori.

Rasional : Dapat mengindikasikan gangguan fungsi cerebral karena

hypoksia dan penurunan vitamin B12.

8
5.) Kolaborasi pemberian O2 (Oksigen).

Rasional : Memaksimalkan transpor O2 ke jaringan.

6.) Kolaborasi untuk transfusi darah.

Rasional : Memenuhi kebutuhan darah.

b. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O2 dan

kebutuhan.

Tujuan : Melaporkan peningkatan aktivitas intolerans

Kriteria :

- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intolerance, misalnya nadi,

pernafasan dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

Rencanan tindakan :

1.) Kaji kemampuan pasien dalam aktivitas kegiatan sehari-hari

(AKS).

Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

2.) Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan serta

kelemahan otot.

Rasional : Menunjukkan perubahan neurologis (karena defisiensi

vitamin B12).

3.) Awasi tanda vital selama dan sesudah aktivitas.

Rasional : Manifestasi kardiopulmonal sebagai upaya jantung dan paru

membawa O2 yang adekuat ke jaringan.

4.) Berikan lingkungan tenang.

9
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan O2

tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru-paru.

5.) Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu.

Rasional : Untuk mengurangi aktivitas, sehingga kebutuhan O2 dapat

diminimalkan.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi.

Kriteria :

- Tidak mengalami tanda malnutrisi

- Porsi makan dihabiskan.

- BB dalam batas normal.

Rencanan tindakan :

1.) Kaji pola nutrisi.

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, membantu menentukan

intervensi selanjutnya.

2.) Observasi dan catat masukan makanan pasien.

Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan

konsumsi makanan.

3.) Timbang BB tiap hari.

Rasional : Mengawasi penurunan BB dan keefektivan intervensi

nutrisi.

4.) Kolaborasi pada ahli gizi.

10
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diet.

5.) Berikan obat sesuai indikasi misalnya vitamin B12 dan suplemen

mineral.

Rasional : Kebutuhan vitamin dan mineral tergantung pada tipe anemia.

6.) Berikan suplemen nutrisi.

Rasional : Meningkatkan masukan protein dan mineral.

d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.

Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.

Kriteria :

- Mengidentifikasi faktor resiko/perilaku individu untuk mencegah cedera

dermal.

Rencanan tindakan :

1.) Kaji integritas kulit.

Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan

immobilisasi.

2.) Ubah posisi secara periodik.

Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit.

3.) Ajarkan agar permukaan kulit kering dan bersih.

Rasional : Area lembab dan terkontaminasi memberikan media bagi

pertumbuhan bakteri patogen.

e. Konstipasi/diare berhubungan dengan penurunan asupan diet, perubahan

proses pencernaan.

Tujuan : Fungsi pencernaan kembali normal.

11
Kriteria :

- Konstipasi dan diare tidak terjadi.

Rencanan tindakan :

1.) Observasi warna faeces, konsentrasi, frekwensi dan intervensi

yang tepat.

Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab dan intervensi yang

tepat.

2.) Auskultasi bunyi usus.

Rasional : Peningkatan pada diare dan penurunan pada konstipasi.

3.) Awasi masukan dan haluaran.

Rasional : Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan dan

alat dalam mengidentifikasi defisit diet.

4.) Hindari makanan yang membentuk gas.

Rasional : Menurunkan distress gastria dan distensi abdomen.

5.) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dan

tinggi kalori.

Rasional : Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dan

alirannya sepanjang tractus intestinal.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria :

- Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Rencanan tindakan :

12
1.) Awasi tanda-tanda infeksi.

Rasional : Untuk mengetahui lebih dini dan membantu pada intervensi.

2.) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur perawatan pasien.

Rasional : Menurunkan resiko kolonisasi/infeksi bakteri.

3.) Berikan perawatan kulit, perianal dengan oral dengan baik.

Rasional : Menurunkan resiko kerusakan jaringan/kulit dan infeksi.

4.) Kolaborasi pemberian obat antibiotik topikal dan antibiotik

sistemik.

Rasional : Untuk pengobatan proses infeksi luka.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik

dan rencana pengobatan.

Kriteria :

- Mengidentifikasi faktor penyebab

- Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

Rencanan tindakan :

1.) Berikan informasi tentang anemia.

Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat

membuat pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan

meningkatkan kerjasama dalam program terapi.

2.) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.

13
Rasional : Ansietas/takut tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat

stress, yang selanjutnya meningkatkan beban jantung.

Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan menurunkan

ansietas.

3.) Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium

tidak akan memperburuk anemia.

Rasional : Ini sering merupakan kekuatiran yang tidak diungkapkan

yang dapat memperkuat ansietas pasien.

4.) Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

diet khusus.

Rasional : Daging merah, hati, kuning telur, sayuran berdaun hijau, biji

bersekam dan buah yang dikeringkan adalah sumber besi.

5.) Diskusikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tanda dan

gejala yang memerlukan intervensi medis.

Rasional : Penurunan produksi leukosit potensial resiko untuk infeksi.

3. Pelaksanaan

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang

telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan

perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi

prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap

intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

14
4. Evaluasi

Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon

pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang

diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses terus menerus,

diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana perawatan yang

dilaksanakan.

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena setiap

tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam

hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien,

revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap

evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.

15

Anda mungkin juga menyukai