Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM 1 MATA KULIAH PROMOSI KESEHATAN

“UPAYA PROMOTIF DALAM KESEHATAN GIGI DAN MULUT”

Dosen Pengampu :
Hermien Nugraheni, M.Kes
Dosen Pembimbing :
Sadimin, S.Si, M.Kes
Disusun Oleh :
1.) Hanifah Wisma Dwijayanti P1337425120005
2.) Putri Pramudia Sari P1337425120006
3.) Salsabila Putri Ramadhani P1337425120016
4.) Andre Tunggono P1337425120017
5.) Anisa Febyanti P1337425120030
6.) Dicky Rangga Pahlevi P1337425120039
7.) Dilla Nur Fadhillah P1337425120040
8.) Ananta Pinaka Fajrin P1337425120045
9.) Elsi Utami Aulia R. P1337425120077
10.) Suci Sukmawati P1337425120078
11.) Amelia Prastikawati S. P. P1337425120079
12.) Faiz Hanif Riandi P1337425120080
13.) Naila Intan Widhiannisa P1337425120081
14.) Yunita Dwi Untari P1337425120082
15.) Geifira Nur Aqila M. P1337425120083
16.) Aulia Maharani P1337425120084
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit gigi dan mulut
sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-
anak menjadi rawan kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera makan
mereka.Kemampuan belajar anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar
Data-data mengenai penyakit gigi yang dialami anak-anak dan usia dewasa di Indonesia menunjukkan
kondisi yang sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Hal ini memperlihatkan masih rendahnya kesadaran
akan pentingnya merawat kesehatan gigi dan mulut, yang sebenarnya sangat esensial bagi kesehatan
secara umum dan juga kualitas hidup seseorang. Masih rendahnya pengetahuan terhadap cara
menggosok gigi yang benar pada masyarakat dikarenakan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat di
pedesaan oleh pemerintah daerah, hal ini ditujukkan masih tingginya angka karies dan penyakit gigi
lainnya.

Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan gigi dan mulut
khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia
(3,58 milyar jiwa). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi
terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%). Sedangkan masalah
kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak dan/atau keluar bisul
(abses) sebesar 14%.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi
dan Mulut, kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi
serta unsur-unsur yang berhubungan dalam rongga mulut yang memungkinkan individu makan,
berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena
adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan. Kesehatan gigi dan mulut dapat merefleksikan kesehatan tubuh secara keseluruhan
termasuk jika terjadi kekurangan nutrisi dan gejala penyakit lain di tubuh. Gangguan pada kesehatan gigi
dan mulut dapat berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari di antaranya menurunnya kesehatan
secara umum, menurunkan tingkat kepercayaan diri, dan mengganggu performa dan kehadiran di
sekolah atau tempat kerja.

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat


bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan fisik,
mental dan sosial. Terdapat pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan meliputi penyakit, upaya kuratif berupa penyembuhan penyakit dan upaya
rehabilitatif berupa pemulihan kesehatan.
Salah satu bidang yang sangat perlu diperhatikan dalam pembangunan kesehatan adalah
kesehatan gigi dan mulut karena kesehatan gigi dan mulut sangat memengaruhi kualitas
kehidupan (quality of life), termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri.
Data global menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut menjadi masalah dunia yang
dapat memengaruhi kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Masalah kesehatan gigi dan
mulut terbesar yang umum dihadapi adalah karies. Karies merupakan penyakit universal yang
dapat terjadi pada semua usia, ras, sosial ekonomi serta jenis kelamin. National Institution of
Health di Amerika Serikat, melaporkan bahwa karies gigi menjadi penyakit kronis yang paling
sering diderita anak umur 5-17 tahun, kasusnya lima kali lebih banyak dibanding asma dan tujuh
kali dibanding demam akibat alergi.
Derajat kesehatan individu ditentukan oleh perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut yang baik.1 Menurut Blum (1974), perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.
Notoadmodjo cit frankari menjelaskan bahwa salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan
gigi dan mulut pada masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi
dan mulut.5 Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan
gigi dan mulut sehingga anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga
kebersihan dan kesehatan gigi.
Perilaku kesehatan menurut Skinner adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Notoadmodjo berpendapat bahwa perilaku kesehatan
adalah perilaku atau usahausaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Tinggi atau rendahnya status kesehatan gigi
dan mulut dipacu oleh kemampuan individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut agar
individu tersebut dapat mencapai tingkat oral hygiene yang memadai.5 Dalam berperilaku,
pengetahuan merupakan hal dasar yang harus ada. Dengan adanya pengetahuan, maka individu
dapat bersikap dan mewujudkannya dalam bentuk tindakan. Jika terdapat perubahan pada
pengetahuan akan berdampak pada perubahan sikap dan tindakan seseorang.
Salah satu upaya kesehatan gigi yang dilakukan organisasi dunia FDI World Dental
Federation adalah melalui peringatan hari kesehatan gigi dan mulut sedunia yang dilaksanakan
dalam upaya menunjang peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam tingkat
global.19 Pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah melakukan upaya untuk menanggulangi
prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah bekerja sama
dengan pihak swasta dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dalam program gerakan
pemeriksaan gigi gratis dan edukasi tentang kebersihan gigi kepada anak-anak dan orang tua
yang diselenggarakan pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional.20 Selain memberikan pelayanan
kesehatan gigi gratis bagi masyarakat, PDGI melalui BKGN juga melakukan edukasi gigi dan
mulut serta pelayanan gratis untuk anakanak serta memberikan edukasi diberikan kepada siswa
SD dan dokter gigi kecil. Selain itu, program upaya kesehatan gigi sekolah (UKGS) juga
merupakan salah satu kegiatan promotif dan preventif dari puskesmas untuk kesehatan gigi.17,21
Dengan demikian, organisasi dunia, pemerintah Indonesia, PDGI, dan pihak swasta telah
memiliki program dalam menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi di dunia dan
Indonesia.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah :
1. Apakah penyebab kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut?
2. Apakah fasilitas layanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sudah terpenuhi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai yaitu
1. untuk mengetahui penyebab kurangnya minat masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut
2. untuk mengetahui tingkat fasilitas layanan kesehatan gigi dan mulut di indonesia

D. Manfaat
Laporan ini diharap dapat memberikan informasi lebih kepada msyarakat dalam
hal kesehatan gigi dan mulut dan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dan dapat
meningkatkan minat masyarakat terhadap kesehatan gigi da mulut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegiatan Pelatihan/Pendidikan/Penyuluhan Promotif pada Kader dan Masyarakat

Pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber


daya manusia, salah satu diantaranya pembagunan kesehatan gigi dan mulut. Untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan gigi, diantaranya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat
yang optimal, dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang
(mindset) program layanan kesehatan dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan
visi Indonesia Sehat 2025.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, diantaranya pembangunan
kesehatan gigi dan mulut dibutuhkan peran serta masyarakat sebagai salah satu strategi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, meliputi perorangan misalnya kader kesehatan, tokoh
masyarakat, tokoh agama, politisi, figure masyarakat, kelompok masyarakat misalnya, posyandu,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga sosial masyarakat dan pemerintah yang
berperan sebagai agen perubahan untuk penerapan perilaku hidup sehat.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut,merupakan salah satu cara
untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan, salah satu diantaranya dengan
pemberdayaan kader kesehatan yang dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan. Pelatihan
kader yang dilakukan dimaksud untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan kader untuk
melaksanakan peran dan fungsinya di masyarakat.
Tujuan pelatihan kader kesehatan secara umum adalah mengubah perilaku individu,
masyarakat di bidang kesehatan gigi. Tujuan ini adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari pelatihan kesehatan bukanlah
hanya pelajaran di kelas, tapi merupakan kumpulan - kumpulan pengalaman di mana saja dan
kapan saja, sepanjang pelatihan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan (Tafal,
1989). Pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sebagai kriteria keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan (Notoatmodjo, 2005).
Dari tujuan di atas dapat di simpulkan pelatihan kader kesehatan gigi merupakan upaya
peningkatan sumberdaya manusia termasuk sumber daya manusia tenaga kesehatan, kader
kesehatan gigi :
1. Agar pengetahuan dan keterampilannya meningkat.
2. Memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat untuk berperilku sehat.
3. Bisa melakukan deteksi dini.
4. Pengobatan darurat.
5. Melakukan rujukan
Sesuai dengan tujuan pelatihan kader kesehatan gigi kita sebagai perawat gigi perlu
memperhatikan metode pelatihan kader kesehatan gigi. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu pelatihan adalah :
1. Pemilihan metode pelatihan yang tepat.
2. Pemilihan metode belajar dapat diidentifikasikan melalui besarnya kelompok peserta.
3. Membagi metode pendidikan menjadi tiga yakni metode pendidikan individu, kelompok, dan
masa.
4. Pemilihan metode pelatihan tergantung pada tujuan.
5. Kemampuan pelatih atau /pengajar.
6. Besar kelompok sasaran.
7. kapan atau waktu pengajaran berlangsung.
8. Fasilitas yang tersedia (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), jenis-jenis metode yang
digunakan dalam pelatihan antara lain:
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Diskusi kelompok.
4. Kelompok studi kecil.
5. Bermain peran.
6. Studi kasus.
7. Curah pendapat.
8. Demonstrasi.
9. Penugasan.
10. Permainan.
11. Simulasi.
12. Praktek lapangan.
13. Metode.
Yang digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan gigi, meliputi metode ceramah dan tanya
- jawab (metode konvensional). Depkes, (1993) menunjukkan bahwa untuk mengubah
komponen perilaku perlu dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah pengetahuan dapat
digunakan metode ceramah, tugas, baca, panel dan konseling. Sedangkan untuk mengubah sikap
dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi kelompok, tanya - jawab serta pameran. Metode
pelatihan demonstrasi dan bengkel kerja lebih tepat untuk mengubah keterampilan.
Untuk melaksanakan atau menyelenggarakan pelatihan kader kesehatan gigi , seorang
perawat gigi hendaknya harus membuat langkah - langkah pelatihan kader sebagai berikut :
1. Rencana pelatihan kader kesehatan gigi
 Identifikasi pelatihan
 Pemilihan bentuk dan jenis pelatihan
 Penyusunan kurikulum dan silabus pelatihan
 Metodologi pembelajaran
 Tenaga fasilitator atau instruktur
 Pembiayaan pelatihan
2. Persiapan Pelatihan
3. Pelaksanaan Pelatihan

 Materi Pelatihan Kader UKGM


1. Peranan dan fungsi kader
2. Keadaan gigi dan mulut
3. Penyakit gigi dan mulut
4. Pemeliharan kesehatan gigi dan mulut
5. Penyuluhan pada kegiatan UKGM
6. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
7. Pengisian KMGS (kartu menuju gigi sehat)
8. Pengobatan sederhana terhadap penyakit gigi dan mulut
9. Pencatatan dan pelaporan kegiatan
10. Rujukan ke BPG terdekat
 Metode Pelatihan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Simulasi
 Evaluasi Pelatihan
a. Evaluasi Jangka Pendek
1. Penjajakan awal
Dengan pre test yang dilakukan sebelum pelaksanaan pelatihan dimulai.
2. Evaluasi akhir pelatihan / evaluasi out put (Penilaian terhadap materi)
Dengan post test dilakukan setelah pelaksanaan pelatihan selesai untuk menguji
sejauh mana kader dapat menyerap materi yang diberikan oleh narasumber /
penyaji. Kedua hasil pre test dan post test dibandingkan untuk melihat apakah ada
peningkatan nilai sebelum dan sesudah diberikan materi pelatihan.
3. Evaluasi akhir penyelenggaraan
Dilakukan setelah akhir penyelenggaraan atau bersamaan dengan post test. Tujuan
untuk mengetahui kekurangan fasilitas yang disediakan oleh panitia sebagai
koreksi untuk menyelenggarakan kegiatan berikutnya.
a) Evaluasi tim penyelenggara / Evaluasi Proses (Organizing Comitee / OC) :
evaluasi yang berhubungan dengan penyediaan fasilitas penyelenggaraan.
1) Bagaimana dengan tempat / ruangan yang disediakan, nyaman atau tidak.
Jika ada kekurangan mohon ditulis.
2) Bagaimana dengan konsumsi yang disajikan, enak atau tidak. Jika ada
kekurangan disebutkan.
b) Evaluasi tim Pelatih / Evaluasi Input (Steering Comitee / SC) : Evaluasi yang
berhubungan dengan nara sumber tentang penyampaian materi.
1) Apakah cara penyampaian materinya terlalu cepat.
2) Nara sumber menguasai materi yang disampaikan atau tidak.
3) Bagaimana dengan ringkasan materi yang digandakan / dikopikan apakah
kurang lengkap.
b. Evaluasi Jangka Panjang / Evaluasi Out Come (kegiatan kader)
Untuk mengetahui kerja kader setelah dilatih maka kader harus dimonitor
kegiatannya agar berjalan sesuai harapan. Sedangkan evaluasi jangka panjang
dilakukan minimal 6 bulan setelah pelatihan.

Selain dilakukannya pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, kita perlu juga
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat. Penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti,
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Machfoedz, 2009). Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya yang
mudah dilakukan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut masyarakat. Dengan adanya penyuluhan ini masyarakat diharapkan mampu
memaham dan mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik dan
benar.
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut umum yang harus diketahui masyarakat,
diantaranya :
a. Cara menggosok gigi yang baik dan benar
b. Memilih sikat gigi yang baik dan benar
c. Memahami waktu yang tepat untuk menggosok gigi, dan
d. Mengenal penyakit yang bermanifestasi di dalam rongga mulut

B. Masalah Fasilitas Kesehatan Gigi dan Mulut yang Tidak Memadai


Fasilitas kesehatan adalah salah satu fasilitas publik yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Fungsinya sebagai tempat perawatan kesehatan. Menurut Undang-Undang
nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
adalah salah satu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).

Di beberapa wilayah Indonesia fasilitas pelayanan kesehatan khusunya dalam bidang


kesehatan gigi dan mulut masih sangat kurang. Fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dianggap tidak terlalu penting karena jarang masyarakat Indonesia melakukan perawatan
maupun pengobatan dilayanan kesehatan gigi dan mulut. hal ini menyebabkan masyarakat
Indonesia menjadi abai akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. apabila fasilitas
layanan kesehatan gigi dan mulut tidak memadai akan menjadikan tidak terpenuhinya
kesehatan masyarakat secara maksimal. Penyebab masalah fasilitas kesehatan gigi dan mulut
yang tidak memadai, diantaranya kurangnya tenaga kesehatan gigi dan mulut, ruang klinik
gigi yang tidak dijaga kebersihannya oleh petugas klnik serta tidak terpenuhinya kemampuan
tenaga kesehatan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan. Dari penyebab-penyebab diatas
dapat dilakukan tindakan promotive untuk meningkatkan fasilitas kesehatan gigi dan mulut
yang baik bagi masyarakat, berikut contoh tindakan promotif yang dapat dilakukan :

a. Memberikan pendidikan kepada kader dan masyarakat bagaimana cara merawat klinik
agar tetap terlihat rapi dan bersih
b. Memberikan penyuluhan kepada kader tentang cara menjaga dan merawat alat-alat
kesehatan gigi dengan baik
c. Memberikan pelatihan kepada kader mengenai cara mensterilkan alat dan bahan agar
selalu terjamin kesterilannya dan dapat terawat dengan baik
d. Memberikan pelatihan kepada kader mengenai pengoperasian alat-alat kesehatan gigi
yang berteknologi modern
e. Memberikan pendidikan mengenai pentingnya kelengkapan fasilitas kesehatan gigi guna
menarik minat masyarakat untuk mengunjungi fasilitas kesehatan gigi dan mulut

Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Program Indonesia sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut merupakan
bagian dari kesehatan secara menyeluruh demi tercapainya kesehatan secara menyeluruh
khususnya terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes, 2016).

Perbaikan sistem penganggaran layanan kesehatan, perbaikan tata kelola layanan


kesehatan, disamping penguatan organisasi masyarakat sipil dalam menjangkau komunitas
menjadi kunci penting upaya perbaikan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia jangka
panjang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat permasalahan yang diunggah sesuai dengan usaha promotif yang
dilakukan yaitu minat kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang
masih rendah serta masalah fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang tidak memadai.
Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilakukan sesuai permasalahan
tersebut dengan cara melakukan kegiatan pelatihan/pendidikan/penyuluhan Promotif
kepada kader dan masyarakat. Tujuan pelatihan kader untuk mengubah perilaku individu
dan masyarakat di bidang kesehatan gigi menjadi lebih baik dan pengetahuan serta
keterampilannya meningkat. Sebagai Tenaga kesehatan gigi dan mulut untuk
menyelenggarakan pelatihan kader kesehatan gigi membuat langkah-langkah pelatihan
kader sebagai berikut :
 Rencana pelatihan kader kesehatan gigi
 Persiapan pelatihan
 Pelaksanaan pelatihan
 Pemantauan dan Evaluasi pelatihan

Fasilitas kesehatan sangat penting keberadaannya di setiap wilayah. Apabila


fasilitas kesehatan tidak memadai akan terjadi ketidakterpenuhinya kesehatan masyarakat
secara maksimal. Beberapa penyebab masalah fasilitas kesehatan gigi dan mulut tidak
memadai salah satunya tidak terpenuhinya penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil,
dan media komunikasi. Untuk meningkatkan fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang baik
bagi masyarakat, tindakan promotif yang dapat dilakukan dengan cara memberikan
pendidikan mengenai pentingnya kelengkapan fasilitas kesehatan gigi guna menarik
minat serta memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
B. Saran
Terkait hal tersebut, kita sebagai tenaga kesehatan gigi dan mulut dapat lebih
memperhatikan apa yang dialami masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut
khususnya pada bidang upaya peningkatan kesehatan, guna adanya perubahan perilaku
serta meningkatkan pengetahuan masyarakat agar dapat peduli dengan kesehatan gigi dan
mulut masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Sujai, Toat dkk. 2019. Pembentukan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat di Puskesmas Geyer 1
Kabupaten Grobogan Tahun 2019. [Online]. Dikutip pada laman
https://id.scribd.com/document/422348668/Proposal-Kegiatan-Pelatihan-Kader

Anda mungkin juga menyukai