Anda di halaman 1dari 10

Literature Review

Legalitas Aborsi
Disusun Oleh:
Diana Etika Azzahra
Yola Eka Oktarina Br Sembiring
Afifah Hani Zahira
Arga Farrel Zahran Lubis
Zidan Imana Putra Fauzi
Wulan Iradati Nasution

Kelompok: 3 ( Tiga)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
A. Abstrak

Aborsi adalah salah satu isu kesehatan reproduksi yang mendapat perhatian sangat serius,
dan menguras energi juga emosi. Berbagai kalangan telah membincangnya dalam bingkai
perdebatan dan beda pendapat yang tiada ujung. Apalagi saat aborsi dikaitkan dengan hukum,
moralitas, kesehatan, atau hak asasi manusia untuk hidup, aborsi menjadi sangat problematis dan
kontroversial.

Keragaman pandangan mengenai legalitas aborsi adalah realitas diskursus normatif yang
diwacanakan oleh berbagai kalangan untuk menjawab problematika yang muncul di masyarakat.
Perbincangan mengenai aborsi sudah setua usia manusia dan kehidupannya. Titik ‘tengkar’ dan
polarisasi dari perbedaan pandangan ini adalah pembelaan secara ekstrem terhadap hak hidup
janin/embrio atau pembelaan terhadap kepentingan perempuan yang mengandung. Poin inilah yang

kemudian menyebabkan ‘pertengkaran’ antara kubu pro-choice dan pro-live dalam menyikapi
tindakan aborsi. Apakah demi hak hidup janin atau penyelamatan ibu yang mengandung janin.

B. Pendahuluan

Kasus terjadinya aborsi di Indonesia sangatlah tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya aborsi seperti pergaulan bebas, program KB yang gagal, kasus pemerkosaan dan lain-
lain. Aborsi akan memberikan dampak yang buruk jika penanganannya tidak dilakukan secara
tepat. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya kematian pada ibu hamil jika terjadi
perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Di Indonesia terdapat peraturan perundang undangan yang
mengatur legalitas dalam melakukan aborsi tersebut. Tindakan aborsi yang dilakukan secara illegal
atau tidak berdasarkan indikasi medis disebut abortus provocatus criminalis. Pada pengkajian
artikel ini, kami memiliki tujuan untuk mencari tahu dan menjelaskan kondisi apa apa saja yang
memenuhi syarat untuk melakukan aborsi dan apa dampaknya baik dari segi fisik dan psikis.

C. Metode

Pada penelitian kali ini , digunakan metode literature review dimana kami mengumpulkan
beberapa referensi dari rentang tahun 2017 hingga tahun 2022 yang kemudian dilakukan evaluasi
secara bertahap. Metode penelitian ini terdiri atas beberapa kegiatan , Yakni:

1. Pecarian Referensi
a) Pencarian artikel menggunakan sumber sumber dari database akademik seperti
google scholar, NCBI, PubMed, dan lain lain.
b) Menggunakan artikel yang dipublikasikan 5 tahun terakhir dari tahun 2017 hingga
tahun 2022
c) Dalam pencarian artikel, digunakan keyword legalitas aborsi, hukum aborsi,
persepsi legalitas aborsi, faktor aborsi. Terdapat sekitar 670 artikel yang terkait dari
pengunaan keyword tersebut

2. Mengeliminasi artikel penelitian yang tidak relevan serta memilih 3 artikel dengan topik
yang sesusai
3. Mereview artikel penelitian yang terpilih dan menulis review mengenai artikel yang terpilih

D. Hasil

Dari sebanyak 670 artikel yang teridentifikasi melalui pencarian basis data pada google
scholar dan PubMed, didapatkan 3 artikel yang telah diseleksi dan akan dirumuskan ke dalam
kesimpulan melalui tabel berikut:

No Penulis Waktu Judul Pokok Pembahasan


Publikas
i
1 Wijayati M, Uin P, 2018 Aborsi Akibat Kehamilan UU no 36 tahun 2009
Gunung S, Bandung D Yang Tidak Diinginkan memiliki isi bahwa aborsi
(KTD): Kontestasi Antara diperbolehkan jika
Pro-Live dan Pro Choice kehamilan dapat
membahayakan nyawa sang
ibu dan kehamilan tersebut
terjadi karena pemerkosaan
yang dapat menyebabkan
trauma psikis pada korban
2 Amadea N, T, Lamury 2019 Legalitas Aborsi Dalam Konferensi ICCPR dan
ET, Hukum Hak Asasi Manusia African Women’s Protocol
Internasional memberikan hasil bahwa
aborsi dilegalkan apabila
dikarenakan kehamilan yang
dapat mengancam nyawa
sang ibu dan kehamilan yang
diakibatkan dari
pemerkosaan
3 Fatahaya S, Agustanti 2021 Legalitas Aborsi yang Aborsi untuk anak dengan
RD Dilakukan Oleh Anak kasus inses diperbolehkan
Akibat Perkosaan Inses dikarenakan lebih banyaknya
pengaruh negatif jika tidak
dilakukan aborsi terutama
bagi sang korban
4 Wibowo S 2019 Hukum Aborsi Dalam Aborsi diperbolehkan dalam
Perspektif Interkonektif islam jika umur dari janin
(Tinjauan Dari Hukum tersebut belum mencapai
Islam Dan Hukum Positif atau lebih dari 4 bulan
Indonesia)

E. Diskusi

Pada tahun 1999, WHO melakukan penelitian terhadap 4 provinsi di Indonesia yakni
Sumatra Utara, Jakarta, Yogyakarta, dan Sulawesi Utara. Penelitian tersebut menunjukan bahwa
terdapat 2,3 juta kasus aborsi dengan kategori 600.000 gagal KB, 700.000 kondisi ekonomi, dan
1.000.000 karena keguguran dengan berbagai faktor. Data tersebut dikonfirmasi oleh BKKBN
yang dimana tercatat kasus aborsi yang mencapai 2,4 juta pada tahun 2012. Dari tingginya angka
aborsi yang tercatat, sekitar 60% dari perempuan yang melakukan aborsi merupakan perempuan
yang telah menikah. Sementara 40% merupakan wanita yang belum menikah yang disebabkan
karena pergaulan bebas, pemerkosaan, incest, dan profesi PSK.

Menurut UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP, aborsi dengan berbagai alasan akan
dianggap sebagai tindak pidana.(1) Namun aturan tersebut malah menimbulkan masalah baru
sehingga banyaknya terjadi praktek aborsi secarta illegal. Sementara praktek aborsi tersebut
seringkali berhubungan dengan masalah Kesehatan seperti dampak pada sakit, komplikasi,
perdarahan dan berujungan pada kematian sang ibu. KUHP juga membincang mengenai hukuman
bukan hanya bagi sang pelaku, tetapi hukuman tersebut juga berlaku untuk dokter, perawat, dan
bidan yang bersangkutan.

Dalam UU No. 36 tahun 2009, persoalan aborsi tersebut dibahas didalam ruang lingkup
Kesehatan produksi , yakni pasal 75-77 yang berbunyi “Setiap orang dilarang melakukan aborsi “
(pasal 75 [1]) “dengan pengecualian darurat medis yang membahayakan janin atau ibu “(pasal 75
[2a]) “dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban”(pasal 75 [2b]). Pengecualian dari larangan melakukan aborsi tersebut terdiri dari:

o Kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam
nyawa ibu atau janin, yang menderita penyakit genetic berat atau cacat bawaan yang
tidak dapat diperbaiki sehingga akan menyulitkan bagi bayi untuk hidup di luar
kandungan ibu.
o Kehamilan diakibatkan dari pemerkosaan sang ibu yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban pemerkosaan

Didalam pasal 76, Tindakan aborsi hanya boleh dilakukan dengan batas maksimal usia
kehamilan yakni 6 minggu.(2) Tindakan tersebut hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang
bersertifikat pada penyedia layanan yang memenuhi syarat dan dengan persetujuan dari ibu hamil
serta suami (terkecuali pada korban pemerkosaan). Persoalan aborsi ini dibahas lebih lanjut pada
dalam PP No. 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Tertanggal 21 Juli 2014. Ketentuan ini
berisi:

o Harus dilakukan oleh tim yang layak melakukan Tindakan aborsi minimal terdiri
dari 2 orang tenaga Kesehatan
o Dilakukan di klinik pelayanan Kesehatan yang memenuhi syarat
o Atas persetujuan dari perempuan yang hamil
o Dengan izin dari sang suami , terkecuali kasus pemerkosaan
o Tidak diskriminatif
o Tidak mengutamakan imbalan

Dalam hukum internasional, belum terdapat aturan yang menyatakan secara explicit bahwa
melakukan aborsi termasuk ke dalam hak asasi manusia. Namun disebutkan dalam teks perjanjian
hak asasi manusia di dalam Protocol on the Rights of Women in Africa atau dengan kata lain
African Women’s Protocol yang diadopsi oleh union Afrika pada tanggal 11 Juli 2003 yang berisi :
Negara pihak harus mengambil Tindakan yang tepat untuk melindungi hak reproduksi
wanita dengan mengizinkan aborsi medis dalam kasus seperti kekerasan seksual,
pemerkosaan, inces, dan dimana kondisi kehamilan yang dapat membahayakan Kesehatan
mental serta fisik dari sang ibu atau janinnya.

Pada tanggal 28 April 2008 , terdapat sebuah terobosan oleh Parliamentry Assembly of the
Council of Europe yang berjudul “Access to Safe and Legal Abortion in Europe” atau disebut
dengan “The Report” yang berisi sebuah permintaan untuk mendekriminalisasi aborsi , menjamin
hak perempuan untuk melakukan aborsi yang aman dan legal, serta mengadopsi strategi dan
kebijakan Kesehatan seksual reproduksi. Selain itu menurut General Comment No. 36(2018) on
article 6 of the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) menyatakan bahwa
setiap anggota negara bagian harus menyediakan akses untuk melakukan aborsi dengan syarat
aborsi dilakukan apabila kehamilan tersebut dapat menyebabkan wanita tersebut dalam bahaya dan
menyebabkan wanita tersebut sakit atau menderita atau kehamilan tersebut kehamilan tersebut
didapatkan dari hasil pemerkosaan dan inses.

Untuk aborsi yang dikarenakan pemerkosaan incest, menurut Mulyana dalam penelitiannya,
berpendapat bahwa dalam pelaksanaannya pelaku tindak aborsi akibat pemerkosaan incest harus
tetap mendapatkan perhatian agar terhindar dari suatu praktik aborsi yang tidak aman.
(3)Seharusnya tindakan aborsi yang dilakukan oleh korban anak anak tersebut tidak dijatuhkan
pidana, sementara apabila aborsi tidak dilakukan hanya akan menyebabkan dampak negative yang
lebih banyak bagi sang korban. Anak pelaku aborsi dari pemerkosaan incest tersebut bukanlah
sepenuhnya kesalahan anak. Kehamilan tersebut hanya akan menimbulkan beban baik dari segi
mental, fisik dan psikis. Selain itu kehamilan dari incest akan menyebabkan kecacatan janin yang
diakibatkan gen yang sama.

Jika dilihat dari sudut pandang islam, aborsi diperbolehkan sebelum peniupan ruh, antara
lain Muhammad Ramli (1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada
makhluk yang bernyawa.(4)Ada juga yang berpendapat bahwa melakukan aborsi sebelum peniupan
ruh dianggap makhruh dikarenakan janin yang sedang mengalami pertumbuhan. Mantan rektor
Universitas Al-Azhar Mesir juga berpendapat bahwa apabila sel sperma dan sel ovum telah
bertemu, maka diharamkan untuk melakukan aborsi dikarenakan sudah ada kehidupan pada
kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang
bernyawa. Dari pendapat pendapat tersebut, Fuqoha sepakat bahwa hukum aborsi akan berubah
menjadi haram apabila usia dari janin telah mencapai 4 bulan masa kehamilan dikarenakan sudah
ada ruh yang ditiupkan dan janin tersebut sudah bernyawa. Jika aborsi dilakukan maka tindakan
tersebut dikategorikan sebagai tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan di dalam ajaran
islam. MUI telah mengeluarkan fatwa majelis ulama Indonesia nomor 4 tahun 2005 yang berisi:

 Aborsi merupakan tindakan yang diharamkan sejak terjadinya implantasi blastosis


pada dinding rahim ibu (nidasi)
 Aborsi dibolehkan apabila terdapat uzur baik yang bersifat darurat ataupun hajat

1) Perempuan yang menderita penyakit berat seperti kanker stadium lanjut,


TBC dengan caverna dan kehamilan yang dapat mengancam nyawa sang ibu
2) Janin yang dikandung oleh ibu dideteksi dengan adanya kecacatan yang
dimana apabila lahir akan sulit disembuhkan
3) Kehamilan yang dikarenakan pemerkosaan

 Aborsi haram untuk dilakukan jika disebabkan karena zina

F. Kesimpulan

Dari beberapa artikel yang telah di review, dapat ditarik kesimpulan bahwa aborsi
merupakan Tindakan yang dikategorikan sebagai kejahatan pidana yang dimana terjadi akibat dari
kehamilan yang tidak diinginkan. Namun dalam beberapa kondisi medis tertentu, aborsi juga dapat
menjadi jalan untuk mencegah terjadinya kematian pada ibu ibu hamil seperti sakit, komplikasi,
dan pendarahan. Oleh karena itu negara Indonesia mulai membuat peraturan perundang undangan
yang membahas mengenai legalitas dari aborsi tersebut. Aborsi dapat dilakukan secara legal
apabila memenuhi kondisi seperti kegawat daruratan medis yang dapat mengancam nyawa sang ibu
atau janin dan kehamilan yang terjadi akibat dari pemerkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikis bagi sang korban. Hukum international seperti African Women’s Protocol dan ICCPR juga
telah melegalkan tindakan aborsi apabila kehamilan tersebut dapat membahayakan kondisi
kesehatan dari sang ibu dan juga janin baik dari segi fisik maupun psikis. Selain itu aborsi juga
dilegalkan apabila kehamilan tersebut terjadi karena pemerkosaan dan incest. Jika dilihat dari
pandangan islam, aborsi merupakan tindakan yang diharamkan apabila usia janin telah mencapai
lebih dari 4 bulan. Ketika usia janin telah mencapai 4 bulan, maka janin tersebut telah memiliki
nyawa dan hak untuk hidup yang tidak dapat diganggu gugat.
G. Kontribusi

A. Diana Etika Azzahra

 Melakukan pencarian artikel yang relevan mengenai legalitas aborsi


 Menyusun Latar belakang

B. Yola Eka Oktarina Br Sembiring

 Melakukan pencarian artikel yang relevan mengenai legalitas aborsi


 Merangkum dan menyimpulkan artikel yang relevan

C. Afifah Hani Zahira

 Merangkum dan menyimpulkan artikel yang relevan


 Menyusun Tujuan

D. Arga Farrel Zahran Lubis

 Menyusun Metode
 Mengeliminasi artikel artikel yang tidak relevan

E. Zidan Imana Putra Fauzi

 Melakukan pencarian artikel yang relevan mengenai legalitas aborsi


 Menyusun Hasil, Diskusi, dan Kesimpulan
 Merangkum tabel hasil

F. Wulan Iradati Nasution


 Melakukan pencarian artikel yang relevan mengenai legalitas aborsi
 Mengeliminasi artikel artikel yang tidak relevan

H. Referensi

1. Wijayati M, Uin P, Gunung S, Bandung D. ABORSI AKIBAT KEHAMILAN YANG TAK


DIINGINKAN (KTD): Kontestasi Antara Pro-Live dan Pro-Choice. Vol. 15, ANALISIS: Jurnal
Studi Keislaman. 2015.
2. Amadea N,  T, Lamury ET,  H. LEGALITAS ABORSI DALAM HUKUM HAK ASASI
MANUSIA INTERNASIONAL  [Internet]. Available from: http://www.bbc.com/news/magazine-
24532694
3. Aborsi L, Dilakukan Y, Akibat OA, Inses P, Fatahaya S, Agustanti RD. LEGALITAS ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK AKIBAT PERKOSAAN INSES. Jurnal USM Law Review
[Internet]. 2021;4:504. Available from: https://doi.org/https://doi.org/10.30596/dll.v4i1.3170.
4. Wibowo S, Proklamasi U, Abstrak Y. HUKUM ABORSI DALAM PERSPEKTIF
INTERKONEKTIF (TINJAUAN DARI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
INDONESIA) [Internet]. Available from: https://rianadhivira.wordpress.com/2012/11/12/e

Anda mungkin juga menyukai