Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENYEDIAAN AIR

“EVALUASI TINGKAT RESIKO PENCEMARAN


SARANA PENYEDIAAN AIR (INSPEKSI SANITASI)”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

Ana Kirana Aisah (P21345120009)


Annisa Andiani Putri (P21345120012)
Dindya Luthfiah Faizah (P21345120018)
Fairuz Atikah Shafarani (P21345120023)
Muhammad Raihan Rizky Nugroho (P21345120038)
Kelas 2D3A Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN JAKARTA II
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran baru, Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat


dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis berhasil untuk
menyelesaikan laporan praktikum tentang “Evaluasi Tingkat Resiko
Pencemaran Sarana Penyediaan Air (Inspeksi Sanitasi)”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini
masih jauh dari kesempurnaan baik materi ataupun cara penulisan. Namun
demikian, penulis sudah berupaya segala kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya,
penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima segala
masukan ataupun kritikan guna penyempurnaan laporan praktikum ini.
Penulis juga berharap dari pembaca untuk laporan praktikum ini supaya
selanjutnya dapat penulis revisi kembali. Karena penulis sangat menyadari,
bahwa laporan praktikum yang telah penulis buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap supaya
laporan praktikum yang telah penulis buat ini mampu memberikan manfaat
kepada setiap pembacanya.

Jakarta, 20 November 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

PEMBAHASAN....................................................................................... 1

1.1 Evaluasi Tingkat Resiko Pencemaran Sumur Gali dan

Sumur Pompa Tangan..................................................................... 1

1.2 Evaluasi Tingkat Resiko Pencemaran Sarana Penampungan

Air Hujan........................................................................................... 3

1.3 Evaluasi Tingkat Resiko Pencemaran Sarana Perlindungan

Mata Air............................................................................................ 6

PENUTUP................................................................................................ 9

2.1 Kesimpulan......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10

ii
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Evaluasi Tingkat Resiko Pencemaran Sumur Gali dan Sumur


Pompa Tangan

Sumur merupakan salah satu cara yang banyak digunakan masyarakat


Indonesia untuk mendapatkan sumber air bersih. Namun, air sumur yang
digunakan harus memenuhi syarat sebagai sumber air bersih agar terhindar
dari pencemaran. Syarat-syarat untuk sumur yang baik, yaitu:
a. Sumur Gali
Sumur gali adalah sarana untuk menampung air tanah dari akuifer
(lapisan pembawa air) yang digunakan sebagai sumber air baku
untuk rumah tangga dan dibuat dengan cara menggali tanah dengan
diameter 80 – 100 cm. Syarat lokasi sumur gali:
1) Penempatan sumur harus mendapatkan izin dari pemilik lahan
2) Ditempatkan pada lapisan tanah yang mengandung air
berkesinambungan
3) Lokasi sumur gali berjarak horizontal minimal 11 meter ke arah
hulu dari aliran tanah dari sumber pengotoran, seperti resapan
dari tangki septik, empang, lubang galian untuk sampah, dll.
4) Lokasi sumur gali terhadap perumahan bisa dilayari secara
komunal maksimum berjarak 50 meter
5) Air yang ditampung dalam sumur berasal dari akuifer
6) Sumur tidak boleh kemasukan air banjir
Sedangkan syarat konstruksinya adalah:
1) Dinding sumur bagian atas sebagai pelindung keselamatan bagi
pemakai dan mencegah pencemaran, tinggi 80 cm dan tebal 1
bata
2) Dinding sumur bagian bawah mencegah pencemaran dari muka
tanah dan penahana sumur agar tidak terkikis atau longsor dibuat
minimal 300 cm dari permukaan tanah, kedap air dan ketebalan
dinding minimal setengah bata

1
3) Lantai sumur untuk menahan dan mencegah pencemaran air
buangan ke dalam sumur sebagai tempat bekerja dengan
permukaan tidak licin, kemiringan 1 - 5 % ke arah saluran
pembuangan
4) Saluran pembuangan untuk menyalurkan air buangan ke sarana
pengolahan air buangan dan mencegah tempat biakan bibit
penyakit dan dibuat kedap air, licin, kemiringan 2% ke arah
sarana pengolahan air bersih
5) Keirikil atau pecahan bata/marmer/keramik untuk menahan
endapan lumpur agar air tidak keruh sewaktu diambil
Perlengkapan sumur:
1) Pemakaian timba harus dilengkapi dengan kerekan
2) Timba tidak boleh diletakkan di atas lantai sumur, untuk
menghindari pencemaran
3) Sumur harus ditutup pada saat tidak dipergunakan
4) Jika mengambil dengan pompa maka bibir sumur harus
dilengkapi dengan tutup sumur dan pada tutup sumur disediakan
lubang ventilasi
b. Sumur pompa
Secara umum, syarat lokasi penempatan sama dengan sumur gali,
sedangkan syarat konstruksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Saringan atau pipa-pipa yang berlobang berada dalam lapisan
yang mengandung air
2) Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa
saringan sekurang-kurangnya 3 meter
3) Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan
tanah, lebarnya kurang lebih 1,5 meter sekeliling pompa
4) Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air
minimal 10 meter panjangnya
5) Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau
pompa listrik

2
Pencemaran dapat terjadi karena bakteri terhadap air yang ada di
dalam tanah yang dapat mencapai jarak 11 m, untuk itu pembuatan sumur
dianjurkan berjarak 11 dari sumber pencemar. Pencemaran dapat
diperpendek jaraknya jika pembuangan kotoran belum mencapai permukaan
air tanah karena perjalanan bakteri di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh
aliran air di dalam tanah. Sesuai dengan standar Permenkes No. 32 tahun
2017 menyatakan bahwa jumlah E. coli yang terdapat dalam air untuk
keperluan higien sanitasi sebesar 0/100 mL sampel. Sumber air yang ada di
dalam masyarakat juga dianjurkan berjarak lebih dari 95 m dari tempat
pembuangan bahan kimia.
Sumur air yang sudah dibuat sesuai peraturan kesehatan dianjurkan
melakukan desinfeksi karena sumur memiliki kemungkinan pencemaran
pada saat pembuatan dan pemakaian. Sebagai desinfektan yang sering
digunakan adalah kaporit dengan dosis 1 gram/100 liter.
Menurut Musadad dan Hananto (2008), tingkat risiko sarana air
bersih adalah pengkategorian risiko sarana air bersih untuk terjadinya
pencemaran yang meliputi kriteria keberadaan jamban < 10 meter dari
sumber air, letak jamban yang lebih tinggi dari sumber air, keberadaan
sumber pencemar, konstruksi saluran pembuangan limbah, keberadaan
genangan air, bibir sumur yang tidak memadai, lantai sumur < 1 meter,
terdapat keretakan pada lantai sumur, peletakan ember, tidak berpenutup,
penutup sumur tidak bersih, tidak berpagar, pompa sering lepas, ada sumur
di sekitar yang tidak tertutup (kriteria untuk sumur gali dan sumur pompa),
serta kriteria tidak ada klorinasi, konsentrasi klorin < 0,2 mg, terdapat
kebocoran, tidak ada pemecah tekanan, tutup lobang tidak bersih, lobang
ventilasi tidak bersih, bak penampung retak/bocor, jaringan distribusi bocor,
lokasi sekitar kran tidak berpagar, keberadaan genangan dekat kran, ada
kotoran manusia pada jarak < 10 meter, pondasi atas retak, dan kran bocor
(kriteria untuk jaringan perpipaan) sesuai dengan kriteria WHO.

3
1.2 Evaluasi Tingkat Resiko Pencemaran Sarana Penampungan Air
Hujan

Penampungan air hujan (PAH) adalah sarana penyediaan air bersih


yang digunakan untuk menampung air hujan sebagai persediaan air bersih
dan pengadaan air bersih. Evaluasi penampungan air hujan dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan melihat dari hasil Tank Size Calculator dan
berdasarkan hasil wawancara sensus lapangan. Berdasarkan perhitungan
Tank Size Calculator terdapat dua variabel yang perlu dievaluasi, yaitu dari
luas atap dan volume bak.
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara sensus
lapangan, terdapat beberapa variabel dan indikator yang digunakan terutama
terkait 3 komponen pemanenan air hujan, yaitu atap, saluran, dan bak
penampungan.

 Evaluasi penampungan air hujan sebagai upaya memenuhi


kebutuhan air domestik

Sistem penampungan air hujan memiliki tiga komponen utama


supaya menghasilkan sumberdaya air yang berasal dari air hujan dan
mampu memenuhi kebutuhan air terutama kebutuhan air domestik. Tiga
komponen sederhana penampungan air hujan adalah pengumpul/atap,
saluran/talang, dan bak penampung.

a. Pengumpul/atap

Atap merupakan bagian penutup rumah yang difungsikan untuk


menangkap air hujan. Besar kecilnya air hujan yang tertangkap
dalam atap tergantung dari besar kecilnya luas atap yang
digunakan. Selain itu juga tergantung pada banyaknya atap
(kerucut atap/gunungan rumah) yang digunakan untuk
menangkap/memanen air hujan. Upaya evaluasi pada atap yang
perlu dilakukan adalah dengan memperhatikan luasan atap yang
digunakan. Apabila air yang akan diinginkan besar volumenya,
maka atap yang digunakan harus diperluas. Sebagai upaya evaluasi

4
selanjutnya yaitu membenahi jenis atap yang digunakan dan sistem
perawatan atap.

Atap rumah yang digunakan penduduk dominan berupa genteng.


Genteng yang berbahan tanah liat lebih aman dari seng jika
digunakan dalam jangka waktu lama. Seng akan cepat berkarat dan
berdampak pada kualitas air hujannya. Perawatan selanjutnya yaitu
permukaan atap dalam kurun waktu satu tahun dilakukan
pembersihan pada permukaan atap yang akan digunakan untuk
melintasnya air hujan ketika musim hujan tiba.

b. Saluran/ talang (Conveyor)


Talang merupakan alat penghubung antara atap dan bak
penampungan yang berfungsi untuk menyalurkan air yang berasal
dari atap menuju bak penampungan Talang yang berbahan PVC
merupakan pilihan talang yang tepat digunakan karena untuk proses
perawatannya tidak rumit, ketika untuk penggunaannya hanya perlu
dibersihkan pada area yang akan dilalui air. Sebagai evaluasi untuk
memperbaiki talang supaya air yang dihasilkan dipandang dari
kuantitas melimpah dan dipandang dari kualitas baik, maka
sambungan talang ditambahkan penyaring.
c. Bak Penampungan (Storage)
Bak penampungan merupakan komponen Rainwater Harvesting
yang digunakan sebagai alat penyimpanan air untuk pemenuhan
kebutuhan air. Besar kecilnya bentuk bak tergantung dari tingkat
perekonomian penduduk. Hasil sensus dan survei di lapangan
menyebutkan bahwa tipe bak penampungan ada dua tipe, yaitu tipe
balok dan tipe silinder. Sistem perawatan bak penampungan
sebagian besar sudah banyak yang mengikuti peraturan dari
pemerintah dan mengkombinasikan dengan sistem perawatan
tradisional. Penduduk menambah abate ke dalam bak supaya
menghindari dari tumbuhnya jentik-jentik nyamuk DBD. Selain itu
juga ditambahkan ikan (cara tradisional) sebagai pembersih kotoran

5
sekaligus jentik-jentik yang kemungkinan hidup di dalam bak. Bak
penampungan air yang sistem perawatan semakin cepat atau setiap
saat dikuras akan menghasilkan air yang kualitasnya lebih baik
daripada bak yang dikuras lebih dari itu. Sistem perawatan yang baik
seharusnya dilakukan setiap air di dalam bak habis dan bak
penampung akan diisi lagi. Air di dalam bak akan terjaga kualitasnya
apabila mulut bak diberi penyaring air supaya bak terjaga dari
kotoran-kotoran yang akan masuk ke dalam bak.

1.2 Evaluasi Tingkat Resiko Pencemaran Sarana Perlindungan Mata


Air

Menurut Depkes RI (1995), salah satu upaya untuk mengetahui


kualitas sarana penyediaan air bersih, diantaranya dengan caramelakukan
pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas sumber air. Tujuan inspeksi ini
antara lain untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi
menyebabkan terjadinya pencemaran. Menurut Depkes RI (2005).

Syarat Kondisi Perlindungan Mata Air (PMA)

Syarat lokasi dan konstruksi Perlindungan Mata Air yang dimaksud menurut
Waluyo (2005) adalah sebagai berikut:
1. Syarat lokasi
a. Untuk menghindari pengotoran yang harus diperhatikan adalah jarak
mata air dengan sum berpengotoran atau pencemaran lainnya.
b. Sumber air harus pada mata air dan diperkirakan mencukupi
kebutuhan.
2. Perlindungan Mata Air ( PMA )
Dirjen PPM dan PLP (1995), menjelaskan bahwa perlindungan mata
air ( PMA ) merupakan suatu bangunan untuk menampung air dan
melindungi sumber air dari pencemaran. Bentuk dan volume PMA
disesuaikan dengan tata letak, situasi sumber, dekat air dankapasitas air
yang dibutuhkan.
a. Tata letak yaitu jarak dengan sumber pencemar seperti jamban, air
kotor, kandang dan tempat pembuangan sampah

6
b. Situasi sumber yaitu sumber air sarana PMA harus memiliki penutup
bak perlindungan yang dibuatkan saluran yang arah keluar dari bak,
agar tidak mencemari air yang masukkebak penangkap, memiliki
pipa peluap, penutup bak yang rapat air, memiliki lantai bak yang
harus rapat air dan mudah dibersihkan serta SPAL yang rapat air dan
kemiringan minimal 2 %.
b. Dekat air yaitu sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran
air yang berasaldarimata air tersebut yang kemungkinan telah
tercemar.
c. Kapasitas air yang dibutuhkan, yaitu mata air yang dimanfaatkan
paling sedikit mempunyai debit 0,3 liter/detik.
3. Bentuk dan Tipe Bentuk PMA 
Bentuk dan Tipe Bentuk PMA tidak mempunyai ketentuan yang
tetap dan mengikat, disesuaikan dengan kondisi sebaran air yang keluar dan
topografi lingkungan setempat, tetapi diusahakan mempunyai bentuk
tertentu untuk memudahkan perencanaan dan perawatan PMA itu sendiri.
Type bangunan PMA bergantung pada kondisi arah aliran keluar yang
dibagi menjadi :
1) Tipe IA : Arah aliran artesis terpusat
2) Tipe IB : Arah aliran artesis tersebar
3) Tipe IC : Arah aliran artesi vertical
4) Tipe ID : Arah aliran artesis gravitasi 
5) Tipe IIA : Berdasarkan volume bak penampung
4. Komponen PMA Komponen PMA terdiri dari :
1) Bangunan penangkap
2) Bak penampung
3) Saluran Air hujan
4) Pipa Udara
5) Pipa peluap
6) Pipa penguras
7) Lubang periksa
8) Pipa keluar

7
9) Alat ukur debit. 
5. Fungsi Komponen PMA 
1) Penangkap mata air berfungsi untuk menangkap dan melindungi
air dari pencemaran. 
2) Bak penampung berfungsi menampung air yang ditangkap dan
dikumpulkan. 
3) Saluran air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan supaya
tidak masuk ke dalam bangunan penangkap dan bak pengumpul. 
4) Saluran udara berfungsi untuk melepas gas dan mengatur kualitas
udara di dalam Bangunan pengambilan dan bak pengumpul.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumur merupakan salah satu cara yang banyak digunakan masyarakat
Indonesia untuk mendapatkan sumber air bersih. Namun, air sumur yang
digunakan harus memenuhi syarat sebagai sumber air bersih agar terhindar
dari pencemaran.
Sumur gali adalah sarana untuk menampung air tanah dari akuifer
(lapisan pembawa air) yang digunakan sebagai sumber air baku untuk
rumah tangga dan dibuat dengan cara menggali tanah dengan diameter 80 –
100 cm.
Penampungan air hujan (PAH) adalah sarana penyediaan air bersih
yang digunakan untuk menampung air hujan sebagai persediaan air bersih
dan pengadaan air bersih. Evaluasi penampungan air hujan dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan melihat dari hasil Tank Size Calculator dan
berdasarkan hasil wawancara sensus lapangan. Berdasarkan perhitungan
Tank Size Calculator terdapat dua variabel yang perlu dievaluasi, yaitu dari
luas atap dan volume bak.
Menurut Depkes RI (1995), salah satu upaya untuk mengetahui
kualitas sarana penyediaan air bersih, diantaranya dengan caramelakukan
pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas sumber air. Tujuan inspeksi ini
antara lain untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi
menyebabkan terjadinya pencemaran. Menurut Depkes RI (2005).

9
DAFTAR PUSTAKA
Hadi M. pramono dan Putra a Aditya Eka, EVALUASI
PENAMPUNGAN AIR HUJAN (PAH) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN
AIR DOMESTIK DI DESA GIRIHARJO KECAMATAN PANGGANG
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
(http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/280/257)
diakses pada tanggal 20 November 2021

Kusjuliadi P, Danang. 2007. Septic Tank. Bogor: Griya Kreasi.


Musada, Anwar, dan Miko Hananto. 2008. Tingkat Risiko Sarana
Air Minum di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No.
3. Hlm. 825.
Tim MGMP Pati. 2019. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk SMK
Farmasi I. Yogyakarta: Deepublish.
Permenkes No. 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
Umum.

10

Anda mungkin juga menyukai