DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
PEMBAHASAN....................................................................................... 1
Air Hujan........................................................................................... 3
Mata Air............................................................................................ 6
PENUTUP................................................................................................ 9
2.1 Kesimpulan......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10
ii
BAB I
PEMBAHASAN
1
3) Lantai sumur untuk menahan dan mencegah pencemaran air
buangan ke dalam sumur sebagai tempat bekerja dengan
permukaan tidak licin, kemiringan 1 - 5 % ke arah saluran
pembuangan
4) Saluran pembuangan untuk menyalurkan air buangan ke sarana
pengolahan air buangan dan mencegah tempat biakan bibit
penyakit dan dibuat kedap air, licin, kemiringan 2% ke arah
sarana pengolahan air bersih
5) Keirikil atau pecahan bata/marmer/keramik untuk menahan
endapan lumpur agar air tidak keruh sewaktu diambil
Perlengkapan sumur:
1) Pemakaian timba harus dilengkapi dengan kerekan
2) Timba tidak boleh diletakkan di atas lantai sumur, untuk
menghindari pencemaran
3) Sumur harus ditutup pada saat tidak dipergunakan
4) Jika mengambil dengan pompa maka bibir sumur harus
dilengkapi dengan tutup sumur dan pada tutup sumur disediakan
lubang ventilasi
b. Sumur pompa
Secara umum, syarat lokasi penempatan sama dengan sumur gali,
sedangkan syarat konstruksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Saringan atau pipa-pipa yang berlobang berada dalam lapisan
yang mengandung air
2) Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa
saringan sekurang-kurangnya 3 meter
3) Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan
tanah, lebarnya kurang lebih 1,5 meter sekeliling pompa
4) Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air
minimal 10 meter panjangnya
5) Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau
pompa listrik
2
Pencemaran dapat terjadi karena bakteri terhadap air yang ada di
dalam tanah yang dapat mencapai jarak 11 m, untuk itu pembuatan sumur
dianjurkan berjarak 11 dari sumber pencemar. Pencemaran dapat
diperpendek jaraknya jika pembuangan kotoran belum mencapai permukaan
air tanah karena perjalanan bakteri di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh
aliran air di dalam tanah. Sesuai dengan standar Permenkes No. 32 tahun
2017 menyatakan bahwa jumlah E. coli yang terdapat dalam air untuk
keperluan higien sanitasi sebesar 0/100 mL sampel. Sumber air yang ada di
dalam masyarakat juga dianjurkan berjarak lebih dari 95 m dari tempat
pembuangan bahan kimia.
Sumur air yang sudah dibuat sesuai peraturan kesehatan dianjurkan
melakukan desinfeksi karena sumur memiliki kemungkinan pencemaran
pada saat pembuatan dan pemakaian. Sebagai desinfektan yang sering
digunakan adalah kaporit dengan dosis 1 gram/100 liter.
Menurut Musadad dan Hananto (2008), tingkat risiko sarana air
bersih adalah pengkategorian risiko sarana air bersih untuk terjadinya
pencemaran yang meliputi kriteria keberadaan jamban < 10 meter dari
sumber air, letak jamban yang lebih tinggi dari sumber air, keberadaan
sumber pencemar, konstruksi saluran pembuangan limbah, keberadaan
genangan air, bibir sumur yang tidak memadai, lantai sumur < 1 meter,
terdapat keretakan pada lantai sumur, peletakan ember, tidak berpenutup,
penutup sumur tidak bersih, tidak berpagar, pompa sering lepas, ada sumur
di sekitar yang tidak tertutup (kriteria untuk sumur gali dan sumur pompa),
serta kriteria tidak ada klorinasi, konsentrasi klorin < 0,2 mg, terdapat
kebocoran, tidak ada pemecah tekanan, tutup lobang tidak bersih, lobang
ventilasi tidak bersih, bak penampung retak/bocor, jaringan distribusi bocor,
lokasi sekitar kran tidak berpagar, keberadaan genangan dekat kran, ada
kotoran manusia pada jarak < 10 meter, pondasi atas retak, dan kran bocor
(kriteria untuk jaringan perpipaan) sesuai dengan kriteria WHO.
3
1.2 Evaluasi Tingkat Resiko Pencemaran Sarana Penampungan Air
Hujan
a. Pengumpul/atap
4
selanjutnya yaitu membenahi jenis atap yang digunakan dan sistem
perawatan atap.
5
sekaligus jentik-jentik yang kemungkinan hidup di dalam bak. Bak
penampungan air yang sistem perawatan semakin cepat atau setiap
saat dikuras akan menghasilkan air yang kualitasnya lebih baik
daripada bak yang dikuras lebih dari itu. Sistem perawatan yang baik
seharusnya dilakukan setiap air di dalam bak habis dan bak
penampung akan diisi lagi. Air di dalam bak akan terjaga kualitasnya
apabila mulut bak diberi penyaring air supaya bak terjaga dari
kotoran-kotoran yang akan masuk ke dalam bak.
Syarat lokasi dan konstruksi Perlindungan Mata Air yang dimaksud menurut
Waluyo (2005) adalah sebagai berikut:
1. Syarat lokasi
a. Untuk menghindari pengotoran yang harus diperhatikan adalah jarak
mata air dengan sum berpengotoran atau pencemaran lainnya.
b. Sumber air harus pada mata air dan diperkirakan mencukupi
kebutuhan.
2. Perlindungan Mata Air ( PMA )
Dirjen PPM dan PLP (1995), menjelaskan bahwa perlindungan mata
air ( PMA ) merupakan suatu bangunan untuk menampung air dan
melindungi sumber air dari pencemaran. Bentuk dan volume PMA
disesuaikan dengan tata letak, situasi sumber, dekat air dankapasitas air
yang dibutuhkan.
a. Tata letak yaitu jarak dengan sumber pencemar seperti jamban, air
kotor, kandang dan tempat pembuangan sampah
6
b. Situasi sumber yaitu sumber air sarana PMA harus memiliki penutup
bak perlindungan yang dibuatkan saluran yang arah keluar dari bak,
agar tidak mencemari air yang masukkebak penangkap, memiliki
pipa peluap, penutup bak yang rapat air, memiliki lantai bak yang
harus rapat air dan mudah dibersihkan serta SPAL yang rapat air dan
kemiringan minimal 2 %.
b. Dekat air yaitu sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran
air yang berasaldarimata air tersebut yang kemungkinan telah
tercemar.
c. Kapasitas air yang dibutuhkan, yaitu mata air yang dimanfaatkan
paling sedikit mempunyai debit 0,3 liter/detik.
3. Bentuk dan Tipe Bentuk PMA
Bentuk dan Tipe Bentuk PMA tidak mempunyai ketentuan yang
tetap dan mengikat, disesuaikan dengan kondisi sebaran air yang keluar dan
topografi lingkungan setempat, tetapi diusahakan mempunyai bentuk
tertentu untuk memudahkan perencanaan dan perawatan PMA itu sendiri.
Type bangunan PMA bergantung pada kondisi arah aliran keluar yang
dibagi menjadi :
1) Tipe IA : Arah aliran artesis terpusat
2) Tipe IB : Arah aliran artesis tersebar
3) Tipe IC : Arah aliran artesi vertical
4) Tipe ID : Arah aliran artesis gravitasi
5) Tipe IIA : Berdasarkan volume bak penampung
4. Komponen PMA Komponen PMA terdiri dari :
1) Bangunan penangkap
2) Bak penampung
3) Saluran Air hujan
4) Pipa Udara
5) Pipa peluap
6) Pipa penguras
7) Lubang periksa
8) Pipa keluar
7
9) Alat ukur debit.
5. Fungsi Komponen PMA
1) Penangkap mata air berfungsi untuk menangkap dan melindungi
air dari pencemaran.
2) Bak penampung berfungsi menampung air yang ditangkap dan
dikumpulkan.
3) Saluran air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan supaya
tidak masuk ke dalam bangunan penangkap dan bak pengumpul.
4) Saluran udara berfungsi untuk melepas gas dan mengatur kualitas
udara di dalam Bangunan pengambilan dan bak pengumpul.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumur merupakan salah satu cara yang banyak digunakan masyarakat
Indonesia untuk mendapatkan sumber air bersih. Namun, air sumur yang
digunakan harus memenuhi syarat sebagai sumber air bersih agar terhindar
dari pencemaran.
Sumur gali adalah sarana untuk menampung air tanah dari akuifer
(lapisan pembawa air) yang digunakan sebagai sumber air baku untuk
rumah tangga dan dibuat dengan cara menggali tanah dengan diameter 80 –
100 cm.
Penampungan air hujan (PAH) adalah sarana penyediaan air bersih
yang digunakan untuk menampung air hujan sebagai persediaan air bersih
dan pengadaan air bersih. Evaluasi penampungan air hujan dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan melihat dari hasil Tank Size Calculator dan
berdasarkan hasil wawancara sensus lapangan. Berdasarkan perhitungan
Tank Size Calculator terdapat dua variabel yang perlu dievaluasi, yaitu dari
luas atap dan volume bak.
Menurut Depkes RI (1995), salah satu upaya untuk mengetahui
kualitas sarana penyediaan air bersih, diantaranya dengan caramelakukan
pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas sumber air. Tujuan inspeksi ini
antara lain untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi
menyebabkan terjadinya pencemaran. Menurut Depkes RI (2005).
9
DAFTAR PUSTAKA
Hadi M. pramono dan Putra a Aditya Eka, EVALUASI
PENAMPUNGAN AIR HUJAN (PAH) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN
AIR DOMESTIK DI DESA GIRIHARJO KECAMATAN PANGGANG
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
(http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/280/257)
diakses pada tanggal 20 November 2021
10