Anda di halaman 1dari 178
KKONOMI MAK RK 6) ener TATA SERI SINOPSIS PENGANTAR ILMU EKONOMI NO. 2 EKONOMI MAKRO EDISI KEEMPAT Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yoayakarta hy DAPOER LITERASI YOGYAKART A. ss Uo ap. 20 Susi — sti Ex 2 st Garin No. 37, Tb (0274 STE” STs” Fax, (27420048 9: ww bote fb yom acid.» e-mail fete At yee |9¢0 yep pln an Canscaner W —_—— — ). 19 Tahun 200: tak cipta (UU NO 19 = ea praia mpi a jaan tae a inayat (2) dipidana dengan pidang pened Ay bulan dan/atau dends paling = pana pens pllng. ma 7 (jy ae oe i 50,00 (lima milar rupiah) Rpt 000 da paling ba memamerkan, mengedarkan, atay darts sno meng engre ak Sit iu Wak reel een mate Cou pans ean ane Pe Pea ay an nda pig bank R9500.000 20000 - tahon ISBN: 979-503-063-9 ‘SERI SINOPSIS: PENGANTAR ILMU EKONOMI NO. 2 EKONOMI MAKRO Edisi Keempat Cetakan Kedua puluh enam, Mei 2014 Oleh: Dr. Boediono © Hak cipta ada pada penulis. Hak terbit ada ‘AKARTA. Isi di luar tanggung jawab penerbit. Tidak boleh di i en dalam bentuk apapuntanpa iin i dan tS sebagian aan sekrobe pn ean > iii "The great art of riding, as 1 was saying, is - to keep your balance properly. Like this, you know -" Lewis Carroll, Through the Looking Glass. pln an Canscaner KATA PENGANTAR EDISI KETIGA Penggunaan buku ini yang semakin meluas akhir-akhir ini, be- serta komentar-komentar dan umpan balik dari pada pemakainya kepada penulis, telah mendorong penulis untuk mencoba menyem- purnakan buku ini agar bisa memenuhi kebutuhan sebagai buku teks dengan lebih baik. Dalam edisi ini hampir semua bab terkena revisi. Pada umumnya bab-bab yang terdapat dalam edisi lama terkena revisi ’ringan’? atau "'sedang’’. Tetapi perubahan yang lebih penting adalah dimasukkannya dalam edi i topik-topik baru, antara lain: Pengertian mengenai proses penciptaan uang dan kebijaksanaan mo- neter dan kebijaksanaan fiskal. Harapan penulis dengan revisi ini semoga buku kecil ini bisa lebih bermanfaat bagi para pemakainya. Selamat membaca. Bulaksumur, April 1982 Boediono pln an Canscaner vii KATA PENGANTAR (Edisi Kedua) Edisi ini mengalami banyak perubahan dibanding dengan edisi yang pertama, Maksud hati dari penulis untuk menguraikan secara sederhana konsep-konsep dan dalil-dalil dasar dari teori makro. masih tetap merupakan sasaran pokok. Apakah ini bethasil dicapai atau tidak, hanya pembaca sendiri yang bisa menilai. Di samping pembetulan kesalahan-kesalahan cetak yang cukup banyak dijumpai dalam edisi yang lampau, uraian -mengenai berbagai konsep/dalil dasar diperdalam dan —_ dibuat lebih panjang lebar, sehingga ham- pir semua bab telah ditulis kembali. Teori makro Keynes diuraikan secara utuh dalam satu bab yang sebagian besar ditulis kembali. Ciri utama dari uraian dalam bab ini adalah ditonjolkannya konsep kese- imbangan umum (general equilibrium) bagi perekonomian secara keseluruhan. Di samping itu pendekatan IS-LM (yang biasa dijumpai dalam banyak buku teks) tidak dipergunakan, karena menurut pen- dapat penulis pendekatan tersebut memberikan fokus yang tidak cocok bagi negara seperti Indonesia, di mana harga (dan bukan tingkat bunga) yang merupakan variabel yang lebih relevan bagi per- masalahan makronya. Satu bab dikhususkan bagi pembahasan masalah makro perekonomian terbuka, yang menurut pendapat pe- nulis seharusnya mendapatkan *porsi”” yang penting meskipun pada tingkat pengantar. Alasannya juga bahwa masalah-masalah makro dari perekonomian seperti inilah yang justru relevan bagi negara kita, Pengertian dasar mengenai konsep Internal dan External Balan- ce diuraikan dalam bab ini, Selanjutnya diikutsertakan satu bab baru mengenai masalah yang selalu dihadapi negara kita, yaitu masalah inflasi. Bab ini merupakan survey elementer mengenai berbagai teori mengenai inflasi, Bab mengenai struktur Perekonomian Indonesia yang ada dalam edisi pertama dihilangkan. Dengan demikian, buku Tl ini mencakup khususnya Teori Makro Jangka pendek. Perban- dingan sistem perekonomian diharapkan bisa ditulis dalam satu jilid di masa mendatang. Selamat membaca. Bulaksumur, Agustus 1980 Boediono pln an Canscaner DAFTAR ISI KATA PENGANTAR EDISI KETIGA .......020000000008+ KATA PENGANTAR EDISI KEDUA BABI BAB II : EKONOMI MAKRO Masalah Ekonomi Makro Kerangka Analisa Makro . Empat Pasar Makro Lima Pelaku Makro . Ringkasan .. Konsep-Konsep. fing : TEORI MAKRO KLASIK pn ean BABIV BABV NES: PASAR BARANG G Propensity to Con. sume dan Propensity io Save ........,, ani: Tingkat Bunga dan ‘Yang Menentuk: Td Bhs of Capital . intah Juaran Pé Pemerini some Pelipat atau Multiplier .. Penawaran Agregat atau Output erent. Keseimbangan di Pasar Barang . : Ringkasan . Konsep-konsep Penting Dalam Bab In : TEORI MAKRO KEYNES DENGAN PASAR UANG DAN PASAR TENAGA KERJA Pendahuluan ....-+++se+eeee0e Pasar Uang ... Pasar Tenaga Kerja Rekapitulasi Proses Makro Keynes . Pendekatan IS-LM .. Ringkasan ... 0.2.0 .e ees Konsep-Konsep Penting Dalam Bab Ini : UANG BEREDAR DAN KEBIJAKSANAAN MONETER Pendahuluan .., Uang Beredar . ums Inti (Reserve Money, clipat Uang (Money Multipli Kebijaksanaan Moneter phen Kebijaksanaan Sisi Penawaran’ Efektifitas Ringkasan 'S S¢bijaksanaan Moneter Konsep-K¢ ‘Konsep Penting dalam Bab Ini pn ean 63 63 69 2 76 82 84 85 86 88 91 96 100 101 105 106 OBAB VI BAB VII BAB VIII xi ! KEBIJAKSANAAN FISKAL Pendahuluan He APBN dan Kebijaksanaan Fis 109 APBN dan Pengaruh Ekonomi Makronya 114 Kebijaksanaan "Sisi Penawaran 126 Contoh Perhitungan . i Ringkasan - 132 Konsep-Konsep Penting dalam Bab Ini 14 : PEREKONOMIAN TERBUKA Konsekuensi Dari Perekonomian Terbuka 435 Masalah Keseimbangan Intern dan Keseim- bangan Ekstern .... 144 Masalah Ketidakserasian . 45 Expenditure Reducing/Increasing dan Ex- Penditure Switching .. 149 Ringkasan 153 Konsep-Konsep Penting dalam Bab Ini 154 : TEORI INFLASI Pengertian Inflasi 155 Macam Inflasi 156 Mengapa Inflasi Timbul? Teori Kuantitas 159 161 Teori Keynes 163 Teori Strukturalis 166 Ringkasan ... 169 Konsep-Konsep Penting dalam Bab Ini 170 pln an Canscaner BABI EKONOMI MAKRO. MASALAH EKONOMI MAKRO. Ilmu ekonomi dipelaj ‘ kegunaan in? Sear mm, kon trp tates em amb anit Petunjuk mengenai kebijaksanaan apa yang bisa ni ‘i ; Eton maton sue en re dengan permasalahan kebij e men s kebijaksanaan makro, ‘ebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan _Apakah permasalahan kebijaksanaan makro itu? Pada asasnya ini mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengendalian umum perekonomian, dilihat dari kacamata se- orang perencana ekonomi nasional, Kita bisa ibaratkan perencana ekonomi tersebut sebagai seorang juru mudi yang berusaha “'menyetir”” kapalnya supaya tetap melaju dengan seimbang, tethin- dar dari ancaman badai dan batu karang. Tugasnya adalah menge- mudikan kapal, dan bukannya membersihkan geladak, mengecek tali-temali atau bahan bakar. Inilah makna ”pengendalian umum’? yang kita maksud di sini. Tugas pengendalian makro adalah juga mengusahakan agar perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang, terhindar dari keadaan-keadaan yang bisa mengganggu keseimbangan umum tadi. Pengelolaan yang lebih khusus atas masing-masing sektor perekonomian bukan bagian dari tugas pe- ngendalian makro, meskipun menjaga keseimbangan antara masing- masing sektor termasuk di dalam tugas tersebut. Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro men- cakup dua permasalahan pokok: (a) Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana "’menyetir”’ perekonomian nasional dari bulan ke bulan, dari triwulan ke triwulan atau dari tahun ke tahun, agar terhindar dari tiga "penyakit makro”’ utama yaitu: (1) inflasi, (2) pengangguran dan (3) ketimpangan dalam neraca pembayaran. pln an Canscaner atau masalah perlumbuhan, Hah age bagaimana kita “menyetip» aonom kita agar ada keserasian ante pertum renduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tesedn a untuk investasi, Pada asasnye masa ahnya ~ nya d da bagaimana menghindari ketiga Penjata Leslie a hanya perpektif waktunya adalah lebih fs tin tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua pulay lima tahun). SEs, as teori ekonomi makro Dation taki i iia ban a stabilisasi. Masalah jan® ssieeeb pees ekonomi makro yang diperlukan untuk itu qj. tahas dalam buku Seri Sinopsis Penganiay Hmu Ekonomi No, 4. - i, BPFE J ee wpenek faktor-faktor berikut ini kita ang. gap tidak berubah atau tidak bisa kita ubah: | Kea ne (a) Kapasitas total dari perekonomian Kita. ‘egiatan investasi, dalam jangka pendek, masih mungkin dilakukan, tetapi ha. nya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investas, berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atay. pun barang mentah di dalam gudang para pengusaha dan pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan untuk pembelian barang-barang modal (mesin-mesin, konstruksi gedung-ge. dung dan sebagainya). Tetapi yang perlu diingat, *jangka pendek”’ yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut belum bisa menambah kapasitas produksi dalam periode tersebut. (Yaitu mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang). (0) Jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja. Dalam'suatu . triwulan misalnya, jumlah-jumlah ini praktis bisa dianggap tidak berubah, = (©) Lembaga-lembaga sosial, Politik, dan ekonomi yang ada, (>) Masalah jangka panj han __ Dari segi teori, apabila kita ingin *menyetir’’ perekonomian kita dalam jangka pendek, kita harus melakukan kebijaksanaan-ke- bijaksanaan yang bersifat Jangka pendek pula, misalnya dengan < pln an Canscaner jalan menambah kredit bank, men, dapatan atau paja| jumlah uang yang beredar, menurunkan bunga genakan pajak impor, menurunkan pajak pen- k penjualan, menambah pengeluaran pemerintah, mengeluarkan Obligasi negara dan sebagainya. Kebijaksanaan-kebi- jeksafaan semacam ini mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa dilakukan tanpa harus mengubah ketiga faktor tersebut di atas. Jadi seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pendek, kita bisa melakukannya dengan, misalnya, memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen, mendorong pengusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih in- tensif (menambah giliran kerja/shift), memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya, Kebijaksanaan-kebijak- sanaan semacam ini bisa menaikkan arus produksi barang/jasa fan- pa mengubah ketiga faktor di atas, Kesemuanya ini adalah kebijak- sanaan-kebijaksanaan jangka pendek. Dan kebijaksanaan-kebijak- anaes semacam inilah yang sering diandalkan untuk tujuan stabi- lisasi. Meskipun demikian perlu kita catat di sini bahwa dalam praktek kaitan antara masalah jJangka pendek dan masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama bagi negara-negara sedang berkem- bang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa mengkotakkan secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka pan- jang. Di banyak negara-negara sedang berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan stabilisasi yang terlepas dari kebijaksaana- an pembangunan ekonomi (jangka panjang), Seringkali kebijaksana- an-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan di atas, meskipun kita laksanakan secara se-tepat-tepatnyapun, tidak bisa menghilangkan secara tuntas penyakit makro, seperti inflasi dan Pengangguran yang diderita oleh masyarakat dalam jangka pendek. Sebabnya adalah bahwa di negara-negara tersebut seringkali penya- kit inflasi dan pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab struktural,”” yaitu pada faktor-faktor yang hanya bisa berubah atau diubah dalam jangka panjang (biasanya melalui pembangunan ekonomi dan sosial).*) ) Lihat Bab VIII tentang inflasi, khususnya mengenai teori strukturalis. pln an Canscaner atu perekonomian pada suatu waktu . 7 ikit, dan jumlah pen- mempunyai kapasitas produksi ran er (ibanding dengan duduk dan angkatan kerja yang "terlalu baga-lembaga so- kapasitas produksi, yang tersedia), dan er onan awaneka sial/ekonomi yang "brengsek”’, maka apapun kebijaksan: i . ehatkan perkonomian pendek yang kita lakukan tidak akan menye Perhasil men- kita secara penuh, Jadi, meskipun misalnya kita telah ber! k dorong para produsen untuk menggunakan pabrik-pabrik mereka dengan 3 giliran penuh, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, ane mungkin saja jumlah total kapasitas pabrik-pabrik yang ada pee 7 begitu kecilnya schingga masih saja banyak orang-orang yang tidak bisatertampung untukbekerja (menganggur). Masalah pengangguran Semacam ini berkaitan dengan masalah jangka panjang, yaitu kele- bihan penduduk. Inflasi dan pengangguran yang bersumber dari sebab-sebab semacam ini hanya bisa dipecahkan dengan penam- bahan kapasitas produksi masyarakat (yaitu dengan investasi dan pembangunan ekonomi). Kebijaksanaan-kebijaksanaan jangka pendek seperti, misalnya, pengendalian jumlah uang yang beredar, perubahan-perubahan pajak, atau perubahan pengeluaran (rutin) pe- merintah hanya bisa meringankan (dan biasanya hanya untuk semen- tara waktu saja), tetapi tidak bisa memecahkan, masalah-masalah tersebut. Kita ambil contoh lain, Kalau misalnya lembaga-lembaga sosi- al/ekonomi yang ada di masyarakat tidak efisien alias "brengsek”’, misalnya karena banyak penyelewengan, cara ker} yang lambat dan apatis, maka bagaimanapun sempurnanya kebijaksanaan yang kita tentukan di atas kertas tidak akan bisa "’jalan”* dan mencapai sasar- annya. Kita harus selalu ingat bahwa kebijaksanaan apapun (baik jangka pendek maupun jangka Panjang) harus dilaksanakan /ewat lembaga-lembaga sosial/ekonomi yang ada tersebut. Ibarat meng- alirkan air jernih melalui pipa yang kotor, akan keluar air yang kotor pula, Ini merupakan suatu contoh lain di mana kebijaksanaan-kebi- jaksanaan Jangka pendek tidak bisa mMenyembuhkan penyakit-penya- kit yang nampaknya seperti penyakit-penyakit "*jangka pendek”’. Yang perlu di sini adalah penyelesaian jangka Panjang, yaitu dengan Perombakan lembaga-lembaga dan mental orang-orang yang bekerja di lembaga-lembaga tersebut. Sebagai contoh, bila su pn een XERANGKA ANALISA MAKRO. Setelah kit polo Mengetahui duduk persoalan mengenai masalah- so 4P@ yang dikaji dalam ekonomi makro, maka perta wah ee adalah mengetahui bagaimana mengaji masalah- Seluruh buku o i NBA bisa diperoleh jawaban yang diinginkan. mana” ini, sehin adalah mencoba menjawab pertanyaan "bagai- but akan di on Jawaban yang lengkap untuk pertanyaan terse- Peroleh apabila buku ini telah selesai dipelajari, Namun lai menggambarkan bagaimana seorang Perekonomian dan kait-mengkait antara = makro. Dengan lain perkataan, kita bisa ‘Ada dua aspek Kerangka analisa” dalam ekonomi makro. lah aspek Pel ulama dari kerangka analisa ini. Yang pertama adalah aspek mengenai "apa" yang disebut kegiatan ekonomi makro dan "di mana” kegiatan tersebut dilakukan, Yang kedua adalah aspek mengenai "'siapa”” pelaku-pelakunya. Berikut ini kita akan bahas secara lebih terperinci kedua aspek ini. ekonom melihat struktur bagian-bagiannya secara mulai mempelajari EMPAT PASAR MAKRO. Dalam analisa ekonomi makro kita melihat kegiatan ekonomi nasional secara lebih menyeluruh dibanding dengan apa yang kita lakukan dalam Buku 1.*) Kita tidak lagi melihat pasar beras, pasar blue jeans, pasar rokok kretek, pasar Honda secara sendiri-sendiri. Ini sesuai dengan pengertian mengenai "pengendalian umum"’ di atas. Di sini kita melihat pasar-pasar tersebut dan pasar-pasar ba- rang/jasa lainnya sebagai satw pasar besar, yang kita beri nama “pasar barang”. Tetapi dalam ekonomi makro kita tidak hanya mempelajari satu pasar ini saja, Perekonomian nasional kita lihat se- bagai suatu sistem yang terdiri dari empart pasar besar yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu: (a) Pasar Barang (b) Pasar Uang (c) Pasar Tenaga Kerja (c) Pasar Luar Negeri *) Seri Simopsis Pengantar Iimu Ekonomi No. 1.: Ekonomi Mikro, BPFE (1982) pln an Canscaner 1a mengenai “pasar!” dalam teori pasar besar inipun kita ba- jintaan (demand) dan pena- Sejalan dengan pengertian kit ekonomi mikro, maka ee be Kan sebagai pertemuan antara per are (supply). Di pasar barang, Pe ot era ba om . in jasa-jasa berte! f ean aa pee tiproduksikan (dan ditawarkan) oleh seluruh produsen di masyarakat dalam suatu periode. Di ce re permintaan (atau kebutuhan) masyarakat akan uang San giral) bertemu dengan jumlah wang (kartal dan giral) yang jar. Dj pasar tenaga kerja, permintaan (kebutuhan) total akan tenaga Kerja dari sektor dunia usaha dan pemerintah bertemu dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia pada waktu itu. Di pasar luar negeri, permintaan dunia akan hasil-hasil ekspor kita bertemu dengan penawaran dari hasil-hasil tersebut yang bisa disediakan oleh eksportir-eksportir kita; dan pada sisi lain, permintaan (kebutuhan) negara kita akan barang-barang impor bertemu dengan penawaran barang-barang tersebut oleh pihak luar negeri (supply barang-barang impor). Sejalan dengan pengertian pasar dalam teori ekonomi mikro, maka dalam masing-masing pasar "*makro” tersebut kita juga akan mempelajari dua aspek ulama pasar, yaitu apa yang terjadi dengan harga (P) dan kuantitas yang di-transaksikan (Q). Jadi, dalam pasar barang, kita ingin mengetahui apa yang terjadi dengan tingkat harga umum (P) dari barang-barang/jasa-jasa (seperti yang dicerminkan oleh indeks harga yang merupakan ukuran tingkat harga dari satu kelompok barang/jasa yang dihasilkan dari suatu negara) dan apa yang terjadi dengan kuantitas total (Q) dari barang/jasa yang dipa- sarkan (yang biasanya dinyatakan oleh statistik GDP atau Gross Do- mestic Product, yaitu nilai total dari semua hasil produksi akhir dari suatu negara). Dengan kata lain, dengan mempelajari pasar ba- rang/jasa kita bisa mengetahui (a) tinggi rendahnya tingkat inflasi (gerak harga umum) dan (b) naik turunnya GDP (gerak produksi total). (Gambar 1.1.A.). pln an Canscaner Harga Umum o Q GDP O M Beredar A. Pasar Barang B. Pasar Uang Gambar I Di pasar tenaga kerja permintaan dan penawaran tenaga kerja menentukan "harga" tenaga kerja, yaitu tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang dipekerjakan atau employment (Gambar 1.2). pn ean Tingkat Upah i Jumlah Orang Pasar Tenaga Kerja yang bekerja Gambar 1,2, Di pasar luar negeri permintaan akan barang ekspor kita ber- sama dengan penawaran akan barang tersebut menentukan harga Tala-rata ekspor kita dan kuantitas atau volume - ekspor. Harga rata- rata dikalikan volume ekspor memberikan penerimaan devisa dari ekspor. Di pasar yang sama permintaan masyarakat kita akan ba- rang-barang impor dan menentukan harga rata-rata impor dan vo- lume impor. Juga di sini, harga rata-rata dikalikan volume impor memberikan pengeluaran devisa kita untuk impor barang- barang/jasa tersebut. Untuk pasar luar negeri, seringkali kita menggabungkan pasar ekspor dan pasar impor dan mengamati apa yang terjadi dengan: (a) Neraca Perdagangan, yaitu penerimaan devisa ekspor diku- rangi pengeluaran devisa untuk impor; atau Neraca Pemba- yaran apabila kita ingin pula mengetahui tentang aliran keluar-masuknya modal. (b) Dasar Penukaran Luar Negeri(terms of trade), yaitu harga Tata-rata ekspor kita dibagi dengan harga rata-rata impor kita. (c) Cadangan Devisa, yaitu persediaan devisa yang kita punyai pada awal tahun plus saldo neraca pembayaran. Secara ringkas persoalan-persoalan yang kita pelajari dalam teori ekonomi makro adalah seperti yang tercantum dalam Tabel I.1. berikut ini, pln an Canscaner A Tabel 1.1 Hal-hat yang kita Pelajari peniakunya ‘Tingkat harga umur GDP Tingkat bunga Volume uang ‘Tingkat upah rata-rata Emplovment (Orang yang bekerja) ‘Unemployment (Pengangguran) Neraca Perdagangan ” Angka-angka statistik yong kita amati dalam prakiek Indeks Biaya Hidup GDP Implicit Deflator") ‘Statisuk GDP dengan harga konstan. Bunga atas deposit Bunga atas pinjaman bank Bunga di pasar bebas (di luar bank) Jumlah ang (kartal & giral) yang beredar Kredit yang diberikan oleh bank Indeks-indeks upah di berbagai sektor ekonomi “ Jumlah orang yang bekerja i berbagai sektor Jumlah angkatan kerja Angkatan kerja minus jumlah orang yang bekerja Statistik neraca per- dagangan ‘Angka-angka ekspor dan impor Statistik dasar penukaran Statistik cadangan devisa GDP nominal (GDP pada harga yang berlaku) dibagi dengan GDP riil (GDP pada harga Konstan). Angka ini merupakan angka indeks harga yang paling luas karena mencakup semua barang (konsumsi, investasi, ekspor, impor) yang masuk dalam GDP. pln an Canscaner 10 Teori ekonomi makro mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar. Karena P dan Q ter sebut adalah hasil pertemuan (atau perpotongan) antara kurva per- mintaan dan kurva penawaran, maka ini berarti bahwa teori eko- nomi makro pada pokoknya mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi posisi kurva permintaan dan penawaran di masing- masing pasar. Dengan diketahuinya faktor-faktor ini dan pengaruhnya ter- hadap posisi kurva permintaan dan penawaran, maka kita selanjut- nya bisa menanyakan faktor-faktor mana di antara semua faktor- faktor tersebut yang bisa dipengaruhi oleh pemerintah melalui kebi- Jaksanaan-kebijaksanaan ekonominya. Dengan demikian kita bisa mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan mana yang bisa digu- nakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi P dan Q di masing-ma- sing pasar. Tnilah tujuan akhir dari mempelajari teori makro, yaitu untuk digunakan sebagai petunjuk bagi pemi atau perumusan LIMA PELAKU MAKRO Dalam teori makro kita menggolongkan orang-orang atau lem- baga-lembaga yang melakukan kegiatan ekonomi menjadi lima kelompok besar, yaitu: (a) Rumah Tangga, (b) Produsen, (c) Pemerintah, (d) Lembaga-lembaga Keuangan, (@) Negara-negara Lain. Kegiatan dari kelima kelompok pelaku ini serta kaitannya dengan keempat pasar di atas bisa kita gambarkan secara skematis dalam Gambar 1.5. (Lihat gambar untuk mengikuti uraian di bawah ini!). pn ean beeen “ST sequen pln an Canscaner 12 Keterangan Gambar I.5 aliran permintaan feanceeeseeeeeveeeeee aliran penawaran .» aliran tidak lewat pasar Permintaan 1 2 3, 4, 3 6. 7, 8, 9, . Pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga Belanja barang oleh Pemerintah . Investasi oleh Perusahaan . Ekspor ke luar negeri Kebutuhan tenaga kerja oleh Pemerintah . Kebutuhan tenaga kerja oleh Perusahaan . Kebutuhan uang tunai dan kredit . _Kebutuhan Rumah Tangga akan uang tunai . Kebutuhan Perusahaan-perusahaan Asing akan rupiah Penawaran 10. Hasil produksi dalam negeri 11. Impor dari luar negeri 12. Tenaga kerja yang disediakan oleh Rumah Tangga 13. Suplai uang kartal 14, Tabungan Rumah Tangga 15. Suplai uang giral 16. Suplai dana luar negeri. pn ean 13 Kelompok Rumah Tan, berupa: # tule Penghasilan dari para produsen dari "pen- Jualan”’ tenaga kerja mereka (upah), deviden, dan dari me- onan tanah hak milik mereka (tidak terlihat dalam ® busta penghasilan dari lembaga keuangan berupa unga atas simpanan-simpanan mereka; 8a melakukan kegiatan-kegiatan pokok (©) membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang (sebagai konsumen); (@)_menyisihkan sisa dari penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga keuangan; (e) membayar pajak kepada pemerintah; () masuk dalam pasar uang sebagai "peminta’” (demanders) karena kebutuhan mereka akan uangtunai untuk misalnya transaksi sehari-hari. Kelompok Produsen melakukan kegiatan-kegiatan pokok beruj (@) memproduksikan dan menjual barang-barang/jasa-jasa (yaitu sebagai supplier di pasar barang); (b)_menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang dimi- liki oleh kelompok rumah tangga untuk proses produksi; (c) menentukan pembelian barang-barang modal dan stok ba- rang-barang lain (selaku investor masuk dalam pasar ba- rang sebagai peminta atau demander); (d) meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka (sebagai demander di pasar uang); (©) membayar pajak. KelompokLembaga Keuangan mencakup semua bank-bank dan Jem- baga-lembaga keuangan lainnya kecuali bank sentral (Bank Indone- sia). Kegiatan mereka berupa: (a) menerima simpanan/deposito dari rumah tangga; (b) menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier dalam pasar wang). Pemerintah (termasuk di dalamnya bank sentral) melakukan kegiat- an berupa: (a) menarik pajak langsung dan tak langsung; (b) membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang- barang kebutuhan pemerintah (sebagai demander di pasar barang); pln an Canscaner 4 i ng dari luar negeris . a ee tie kerja (sebagal demander di pasar tenaga kerja); © we akan kebutuhan uang ( (sebagai supplier di pasar wang). kartal) bagi masyarakat Negara-negara lain: (a). menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di barang); . 2 () Fhembelihaslhasil ekspor kita (sebagai demander di pasar barang); | © mmenyediakan Kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri; (d)_membeli dari pasar barang untuk kebutuhan cabang per- usahaannya di Indonesia (sebagai investor); : (©) masuk ke dalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur ang (devisa) dari luar negeri (sebagai supplier dana) dan sebagai peminta kredit dan uang kartal rupiah untuk kebu- tuhan cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia (de- mander akan dana). (Singkatnya, sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan pasar uang luar negeri). RINGKASAN Masalah yang dipelajari dalam teori ekonomi makro bisa digo- longkan menjadi dua: (a) masalah stabilisasi atau masalah makro jangka pendek dan (b) masalah pertumbuhan atau ma- salah makro jangka panjang. Inti dari masalah stabilisasi adalahbagaimanamengendalikan pe- rekonomian sehingga terhindar dari 3 penyakit utama, yaitu (a) inflasi, (b) penggangguran dan (c) ketimpangan neraca pem- bayaran. Dalam jangka pendek kemungkinan pemilihan kebij dibatasi oleh adanya tiga hal yaitu ; (a) vapea rohit total, (b) jumlah penduduk (angkatan kerja), (©) lembaga-lem- ae neat ee dan ekonomi yang ada, alam praktek, terutama di negara-ne, sedan; masalah jangka pendek sering berakar pada meee eae injang. i : red Keduanya erat hubungannya dan tidak bisa dikotak- pln an Canscaner 5 ara makro melihat perekonomian terdiri empat pasar @) ih een barang, (b) pasar uang, (c) pasar tenaga kerja, diketake uar negeri, Perubahan situasi pasar-pasar inilah yang iKatakan sebagai perubalan keadaan ekonomi makro suatu negara, 6. \"Situasi pasar’” di sini menyangkut dua aspek, yaitu: (a) aspek harga dan (b) aspek volume. Teor! ekonom makro mempelaar faktor-faktor apa yang mempengaruhi situasi pasar ini. Dan tu- juan selanjutnya adalah menentukan, faktor-faktor mana yang bisa dipengaruhi melalui kebijaksanaan pemerintah, sehingga pemerintah bisa "mengendalikan’’ situasi pasar sesuai dengan apa yang diinginkan, 7. Abli ekonomi juga menggolongkan pelaku-pelaku makro men- jadi lima: (@) Rumah Tangga, (b) Produsen, (c) Pemerintah, (d) Lembaga- lembaga keuangan dan (e) Negara-negara lain. 8, Hubungan antara keempat pasarbesar tersebut, beserta peranan yang dimainkan oleh masing-masing pelaku ditunjukkan dalam Gambar 1.5. Skema ini sangat penting karena merupakan skema dasar dari suatu perekonomiandilihat dari kacamata ¢konomi makro. KONSEP-KONSEP PENTING DALAM BAB INI Pengendalian makro Stabilisasi Tiga Penyakit Makro. Empat Pasar Makro * Lima Pelaku Makro , Dua Aspek Pasar * pln an Canscaner BAB II TEORI MAKRO KLASIK PENDAHULUAN Pada tahun 1937 keluar sebuah buku yang berjudul The General Theory ofEmployment, Interest and. Money vane ‘ital oleh seorang ahli ekonomi dari Universitas Cambridge di Inggris, yang bernama - John Maynard Keynes. Buku tersebut merupakan tonggak yang sangat penting dalam sejarah pemikiran ekonomi Barat, karena dengan keluarnya boku tersebut pandangan dan pemikiran para abl ekonomi di negara-negara tersebut mengenai ekonomi makro men- = abel samasekali, Kita akan bicarakan teori Keynes ini dalam Dalam bab ini kita akan membahas mengenai teori makro yang menjadi Pegangan umum para ahli ekonomi sebe/um tahun tersebut. Teori makro sebelum Keynes ini sering dijuluki dengan nama teori makro Klasik. DASAR FILSAFAT KAUM KLASIK Kaum Klasik adalah orang-orang yang percaya akan keam- puhan sistem ekonomi yang "'liberal”’. Mereka secara ideologis per- caya bahwa sistem /assez faire atau sistem di mana setiap orang betul- betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apa pun (di dalam batas-batas hukum yang berlaku, tentu saja!) bisa mencapai kesejah- teraan masyarakat secara otomatis. (Kita ingat, ini adalah doktrin dari Adam Smith, yang kita singgung dalam buku Sinopsis No. 1). Sistem bebas berusaha, di mana campur tangan pemerintah adalah minimal, menurut kaum Klasik, bisa menjamin dicapainy a) ‘ingkat kegiatan ekonomi nasional yang optimal (sering dijuluki dengan nama "full employment level of activity”’): b) alokasi sumber-sumber alam dan faktor-faktor produksi lain di antara berbagai macam kegiatan ekonomi secara efisien. pln an Canscaner 18 rus dibatasi_ seminimal eh Pemerintah bisa di- Kegiatan pemerintah yang fihak swasta Menurut- mereka, peranan Pomc none oe “eo lebih efisien. kerjakan_olel jan ; bth datas i kanye secara efisien, misal- memang betul-betul tidak bisa metal jaan, dan maingkin nya di bidang pertahanan, hukun, Kepamongpraisens ee menerka juga pendidikan. Dengan ciri ideologis seperti int, se pendaki ahve di bidang ekonomi maropun. a ee saith tangan Pemerintah. Esensi dari jeori mn bata: sunt perekonomian Jaissez faire mempunyal amie untuk menghasilkan tingkat kegiatan (GDP) yang full emp' ae ment" secara ofomatis. Pada suatu waktu tertentu GDP mun} berada di bawah atau di atas tingkat full-employment, tetap! kemu- dian akan segera kembali ke tingkat full employment. Campur tangan Pemerintah untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dalam jangka pendek adalah tidak perlu. PASAR BARANG Menurut kaum klasik, di pasar barang tidak mungkin terjadi Kelebihan produksi atau Kekurangan produksi untuk jangka walcu yang lama . Kalau toh pada suatu saat ada kelebihan atau keku- rangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis men- dorong kembali perekonomian tersebut pada posisi di mana ting- kat produksi total masyarakat akan memenuhi kebutuhan total mas- yarakat memenuhi kebutuhan total masyarakat secara “tepat” (all employment level of activity). Pendapat semacam ini dilanda- si oleh adanya kepercayaan di kalangan kaum Klasik bahwa di du- nia yang nyata ini: a) Hukum Say (Say’s Law) yang mengatakan bahwa “setiap barang yang diproduksikan selalu ada yang membutuhkan (memintanya)” (“supply creates its own demand”) berlaku dan b) harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa-j adalah fleksibel, yaitu bi Jata-jasa Ieksibel, yaitu bisa dengan mudah berubah ik turun) sesuai dengan tarik-menarik antara Seen permintaannya. Penawarannya:-dan Hukum Say me «, demand” berdegwian one lag ee creates its own Setiap proses produksi (dari . Setiap proses produksi (dari sesuatubarang/asa) mempunyai dua pn sn a) menghasilkan baran, b) memberikan 8/jasa sebagai hasil produksi, dan 5 nan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi ins produksi nya cengar a clam proses produksi tersebut, yang jumlah- Jadi secara total di dalam suave an och feeb terdapat cukup penghasilan (4 Masyarakat pada suatu waktu selalu dibelanjakan pada hasil-h “ lus daya beli, dus permintaan) untuk akan suatu baran, asil produksinya, Kekurangan permintaan 8 tertentu masih bisa terjadi, tetapi bahwa secara agregat (secara total) permintaan. m kat ti *membeli”” hasil-hasil prod sk vasyarakat tidak cukup untuk tidak masuk akal, Kel Produksinya sendiri adalah, menurut Say, cverpeoduction ad elebihan produksi secara umum atau general ‘on adalah tidak mungkin. Dan selanjutnya, kalau kita percaya (seperti halnya kaum Klasik) bahwa harga-harga cukup flek- sibel untuk menampung tarik menarik permintaan dan penavaran, maka bila sandainya barang A yang telah diproduksikan tidak bisa terjual (over produksi barang A), mekanisme harga akan mengakibatkan harga barang A turun, dan ini akan mengakibatkan, sesuai dengan hukum permintaan, kenaikan dari jumlah barang A yang diminta konsumen. Kalau harga barang A cukup fleksibel, maka harga tersebut akan terus turun sampai semua kelebihan pro- duksi Barang A tadi habis terjual. Dus tiada lagi kelebihan produksi dari Barang A, dan tiada kelebihan produksi bagi barang-barang lainnya. Perekonomian sekali lagi ada pada posisi keseimbangan an- tara permintaan dan penawaran baik secara ”makro’’ maupun secara *mikro” (full employment). Jadi bagi suatu perekonomian (laissez faire) posisi di luar posisi keseimbangan ini selalu merupakan keadaan sementara saja. Posisi keseimbangan (full employment) in- ilah yang merupakan posisi yang "’normal’’ bagi perekonomian tersebut. Dari segi kebijaksanaan ekonomi ini berarti bahwa pemerintah tidak perlu melakukan campur tangan apapun. Kalau ada resesi atau depresi (turunnya GDP riil, jadi juga timbulnya pengangguran) kita hanya perlu menunggu saja sampai perekonomian tersebut me- lakukan proses penyesuaiannya, dan full-employment pasti akan Kembali lagi nanti. Pemerintah mungkin bisa mempercepat kem- balinya *full-employment” —tersebut dengan mempermudah naik/turunnya harga-harga barang/jasa (yaitu membuat harga- harga lebih fleksibel) dengan jalan menghilangkan rintangan- rintangan kelembagaan bagi perubahan. harga-harga (misalnya, menghilangkan peraturan upah minimum, persekongkolan harga an- tara produsen dan sebagainya). pln an Canscaner 20 PASAR TENAGA KERJA Kaum Klasik menganggap bahwa pasar tenaga kerja ini tiada be. danya dengan pasar-pasar barang lainnya, Bila harga dari tenaga kerja (yaitu, upah) juga cukup fleksibel maka permintaan akan tenaga kerja selalu seimbang dengan penawaran akan tenaga kerja, Per definisi tidak ada kemungkinan timbulnya pengangguran suka- rela, Artinya pada tingkat upah (riil) yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang yang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan. Mereka yang menganggur, dengan demikian, hanyalah mereka yang fidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku, Jadi mereka ini adalah penganggur yang "sukarela"’, Gambar 11.1 berikut ini menunjukkan proses tersebut. Sumbu ver- tikal menunjukkan tingkat upah riil, sumbu horisontal menunjukkan jumlah orang yang bekerja di dalam satu masyarakat. Rp. O° Nu NE Gambar I1.1 Dy adalah kurva permintaan akan tenaga kerja (total dari kebutuhan woot Yn mean Rea om yn Soe n yang menunjukkan berapa orang yang bersedia bekerja pada berbagai tingkat upah iil. Kurva yang tegak F, menunjukkan jumlah angkatan kerja, yaitu semua orang yang ‘mampu"" dan bersedia bekerja. Pada posisi ini perekonomian kita pn ean 21 ada pada "full employment”, di mana seluruh angkatan kerja yang erga atpal bekerja. Kalau pada suatu waktu produsen banyak yang ben (Karena misalnya barang-barangnya akan bergeser ke kia nu. ake kurva permintaan akan tenaga kerja Jaku turun wy ke we menjadi, misalnya, D2. Tingkat upah yang ber- NU. Menurut defi; wr Jumlah orang yang bekerja turun dri NF ke yang tidak bekerjan rout, NE dikurangi Nu adalah jumlah orang bukan penganggur yar ei, (NF-NU) orang yang tidak bekerja ini Tidak mau beeen ak sukarla Mereka mengsnggur Karena menganggur secara cukarehae ‘at upah yang baru yaitu w2), artinya tapi pengangeur, esl . Seperti kita sebutkara cio nip tidak akan permanen. ; fan mengenai pasar barang di-~ athe hanya bisa terjadi sementara waktu saja dan bia- sanyé a ‘anya untuk barang-barang tertentu saja (tidak menyeluruh). Bila harga-harga barang sudah saling measieizan maka semua barang akan terjual dan tingkat produksi menjadi normal’? kem- bali, sehingga kurva D2 bergeser kembali menjadi Dy. Akibatnya posisi **full-employment’? tercapai kembali, dan sekali lagi semua yang ada di angkatan kerja bisa bekerja, pada tingkat upah riil yang » Wi PASAR UANG Dj pasar uang permintaan akan uang bertemu dengan penawar- an akan uang. Untuk tahap pembahasan sekarang ini kita akan menganggap bahwa penawaran akan uang, yaitu jumlah uang yang beredar, ditentukan oleh Pemerintah dan(untuk uang giral)Lembaga Keuangan sesuai dengan suatu kebijaksanaan tertentu. Dengan lain kata, jumlah uang yang beredar (yaitu uang kartal plus uang giral) ditentukan oleh kebijaksanaan moneter yang kebetulan dianut oleh Pemerintah-cum-Lembaga Keuangan. Mengenai permintaan akan uang, kaum Klasik mempunyai suatu teori yang cukup terkenal, yang dinamakan Teori Kuantitas. Teori ini, sekali lagi, adalah teori mengenai permintaan akan wang. Teori Kuantitas mengatakan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk keperluan transaksi tukar-menukar mereka (misalnya jual beli barang dan jasa). Uang diminta (dibutuhkan) oleh masya- rakat (di sini termasuk rumah tangga maupun produsen-produsen) karena uang bisa mempermudah proses tukar-menukar anggota pln an Canscaner 22 dan tidak karena sebab-sebab lain. Menurut kaum Klasik, karena vang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali ;. maka uang’akan diminta oleh masyarakat mmempermuda 12 ari apa yang dibutuhkan olch masyarakay tidak lel 4 i sy enebiayal” proses transaksi mereka. Jadi, semakin banyak transaksi yang dilakukan semakin banyak wang tunal yang i rakat. a Sani, weer kaum Klasik, volume transaksi ini tergan- tung pada dua hal, yaitu: volume barang/jasa yang diproduksikan oleh masyarakat (yang diukur dengan GDP riil atau GDP pada harga konstan) dan tingkat harga umum. Semakin besar GDP semakin banyak transaksi yang diharapkan untuk dilaksanakan oleh para anggota masyarakat. Dan semakin tinggi harga-harga barang, se- makin besar uang tunai yang dibutuhkan untuk menutup setiap tran- saksi. masyarakat tersebut, ” Jadi, Penawaran akan uangMs = ditentukan oleh kebijaksanaan moneter. Permintaan akan uang Mg = kPQ di mana, k = suatu konstanta;Q = GDP dengan harga konstan; P = tingkat harga umum (rata-rata). Menurut kaum Klasik, k tidak berubah dalam jangka pendek, dan terutama sekali ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan, mi- salnya kebiasaan pembayaran gaji (bulanan, harian dan sebagainya), Jadi untuk teori makro jangka pendek, yang kita bahas dalam buku ini, k bisa dianggap sebagai suatu konstanta. Q atau GDP riil, seperti yang telah kita lihat di atas, ditentukan di pasar barang, dan tingkat Q yang “normal” adalah Q pada tingkat "full employment”, Schingga Q menurut teori Klasik ditentukan di /uar pasar uang, dan * dengan demikian bisa dianggap sebagai sesuatu yang mendekati suatu konstanta (ditentukan sebelumnya). Mekanisme pasar akan menyamakan pena dengan permintaan akan uang. Sehingga Penewiran akan wang Persamaan inj bisa ditafsirkan sebagai beri s berikut: kalau vol yang beredar (vaitu Mg) ditambah dengan, misalnya, 106%, mala ‘ngkat harga umum (yaitu, P) akan naik dengan 10% pula, kecuali pln an Canscaner a bila k dan Q berul : anggap Derubaty, Deore dalam Jangka pendek memang tidak kita ik dengan 1 i" misalnya volume uang yang beredar nik we eabeee™ ion, triwulan, maka tingkat harga umum akan laju inflasi adalah 10% cet? “iwulan, dan kita mengatakan bahwa moneter Klasik ‘Setiap triwulan. Ini adalah esensi dari teori moneter Klasik in 8 Sederhana, Memang ada variasi dari teori ini”) " ini, tetapi kita tidak akan bicarakan dalam buku Secara ringkas: Pasar yan, uang (teori Kuantitas) dan ig Mempertemukan permintaan akan . Penawaran akan uang. Selanjutnya permintaan dan penawaran akan uang ini menentukan ¢ingkat harga umum. Menurut kaum Klasik, di pasar uang ditentukanlah "nilai” dari uang, yaitu daya-beli uang untuk dibelikan -barang-barang (yang tentu saja, bisa diukur dengan harga-harga barang). Dalam bab berikut kita akan membicarakan teori moneter yang lain, yaitu teori moneter Keynes. Teori Keynes mengatakan bahwa di pasar uuang ditentukanlah “*harga’” dari uang(yaitu tingkat bunga), bukan- nya "nilai” dari uang (atau tingkat harga umum). PASAR LUAR NEGERI Di pasar luar negeripun kaum Klasik juga mempertahankan pandangan mereka mengenai dunia ang selalu bisa mengoreksi keti- dakseimbangan secara otomatis. Esensi teori mereka di sektor luar- negeri ini adalah bahwa suatu perekonomian nasional tak perlu me- repotkan diri untuk menyeimbangkan neraca perdagangan mereka dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus, asal saja Pemerintah- nya mau memakai salah satu dari sistem pembayaran luar negeri di bawah ini: . a) Sistem Standar Emas, yaitu sistem di mana uang dalam negeri (misalnya, rupiah) dijamin penuh dengan emas. Artinya setiap satuan wang tersebut (misalnya, satu rupiah) selalu bisa ditukar- kan dengan emas murni seberat x gram pada Bank Sentral. b) Standar Kertas dan Kurs Devisa yang Fleksibel. Dalam sistem ini kita boleh mempunyai sistem keuangan dalam negeri’ yang mengikuti "’standar kertas””, yaitu menggunakan uang kertas *) Seri Sopsis Pengontor lima Ekonomi No. $: Teori Moneter, BPFE (1982), pln an Canscaner 24 nicsacdl rupiah kita 5 yang tidak dijamin dengan emas (seperti uang Vv eka, rang), tetapi di samping itu kita juga menganut sistem kyr devisa yang **mengambang"’. . Arti "mengambang” ini adalah bahwa kita (atau Pemerintah kita) tidak menentukan kurs atau paritas (perbandingan per, tukaran) antara satu rupiah dengan, misalnya dollar, atau maiy uang asing lainnya. Kurs rupiah terhadap mata wang asing ma. napun dibiarkan untuk naik turun secara bebas sesuai dengan tarik-menarik kekuatan-kekuatan pasar devisa. m standar emas maka Asalkan saja semua negara memakai siste r i suatu sistem neracg setiap perekonomian nasional akan mempu! . perdagangan yang bisa_mengkoreksi ketidakseimbanan secara aor ae re roses koreksi ini berjalan sebagai berikut, Bila misalnyy negara kita (yang kita anggap memakai standar mas) mengalami de. fist dalam neraca ‘perdagangan, artinya kita mengimpor terlaly banyak dibanding dengan penerimaan devisa dari ekspor kita, maka cadangan emas Bank Sentral kita akan menurun karena negara kita harus membayar (mengirim emas) kepada negara-negara lain se. jumlah defisit neraca perdagangan tersebut. Ini berarti bahwa jumlah ang yang beredar di dalam negeri (MS) juga terpaksa harus di kurangi (Ingat rupiahpun harus dijamin dengan emas secara penuh, sehingga berkurang emas berarti berkurangnya rupiah ya bisa diedarkan di dalam negeri). Akibat selanjutnya adalah turuni i harga barang-barang di dalam negeri (P turun), ini sesuai dengan a Rusalitas: Akibat selanjutnya adalah ekspor kita naik karena rga barang-barang kita menjadi lebih murah bagi orang-ot negeri, dan bersamaan dengan itu impor kita turun kari : pais ae bnies dalam negeri menjadi relatif a ae la \g-barang impor. (Inj i eo ir dan harga ai bar mociea aoa on oo arena bertambahn: " adanya pengiriman seus dail neyeea the be a {nar neperl dene yang dikenal sebagai mekanisme Hume, ti tel i reese perdagangan kita ke arah keseimban; i" le ns "Bila kurs devsa yang mengambang ae Polk une; yang serupa di atas letjadh See ea vinga e yang beredar di ed ja suatu sebesar ¥ muljar upiah, Kates an beeen adalah tertentu, misanye mengalami defisit dalam nere in rnc 25 perdagangan, yaitu mengim; banyak, cadangan devisa kita menurun, Ini eran bake tanya, a yang terse- dia (untuk impor) akan menjadi lebih kecil dibanding dengan per- mintaan akan devisa tersebut, Akibatnya "harga” mata uang asing (yang dinyatakan dalam rupiah) naik, yang berarti bahwa kurs devisa. akan berubah misalnya, dari Rp 625,00 = 1 US dollar menjadi katakan Rp 800,00 = 1 US dollar. Akibat selanjutnya adalah impor kita menurun karena harga barang-barang impor menjadi lebih mahal, dan ekspor kita akan naik karena eksportir terangsang dengan mendapatkan jumlah rupiah yang lebih besar untuk setiap dollar yang mereka terima dari luar negeri. Jadi neraca perdagangan- pun menjadi seimbang kembali, tetapi kurs devisa pen tetapi pada kurs vans BEBERAPA KOMENTAR MENGENAI TEORI KLASIK Dalam teori Klasik terkandung keyakinan bahwa masing-masing pasar (baik pasar *makro” maupun pasar "mikro’”) yang bersama- sama membentuk suatu perekonomian memiliki daya mengatur diri sendiri (self-regulating) menuju keseimbangannya. Sistem ekonomi, menurut kaum Klasik, adalah bagian dari "orde alamiah" (natural order) yang tunduk pada ”"hukum-hukum alam” (natural laws). Tindakan-tindakan manusia (berupa, misalnya kebijaksanaan-kebi- jaksanaan pengaturan oleh Pemerintah) justru sering menghambat proses penyesuaian alamiah dari perekonomian ke arah keseim- bangannya. Namun kebanyakan kaum Klasik akan menyetujui dua macam campur tangan Pemerintah di bidang ekonomi (selain bi- dang-bidang seperti pertahanan, hukum, kepamongprajaan yang di- sebut di-atas), yang satu pada tingkat "mikro” dan yang lain pada tingkat "makro”’. Campur-tangan pada tingkat mikrp tersebut menyangkut peng- aturan-pengaturan atas industri-industri yang bersifat monopoli*) dan penghapusan hambatan-hambatan kelembagaan yang mengha- langi fleksibilitas harga-harga untuk turun atau naiksesuai dengan tarik-menarik penawaran dan permintaan pasar. Tindakan-tindakan seperti ini dianggap akan membantu proses penyesuaian alamiah tersebut di atas. '%) Lihat Sinopsis No. 1 untuk uraian lebih lanjut mengenai hal ini. pn ean Campurtengan yang kedua,T yang menyangkut tingka saben adalah tndota pengaturan terhadap jumlah wang yang beredar (Ms). Namun hal inipun hanya berlaku bagi negara-negara yang menganut standar-kertas, dan bukan bagi mereka, yang meng. gunakan standar emas, Kita lihat di atas bahwa tingkat harga umum (P) langsung ditentukan oleh besamya uang yang beredar. Dalam sistem standar-kertas, tugas utama dari pemerintah adalah mengen- dalikan Mg sehingga tercapai kestabilan tingkat harga umum (yaitu menjaga agar tidak timbul inflasi). Mg harus dikendalikan agar dari waktu ke waktu meningkat sesuai dengan peningkatan kebutuhan uang untuk transaksi masyarakat, tidak lebih dan tidak Kurang. Tugas pengendalian inflasi ini, menurut kaum Klasik, adalah satu- satunya tugas makro pemerintah. Selebihnya dari itu, pemerintah tidak perlu melakukan tindakan-tindakan makro lainnya. Perekono- mian akan melakukan penyesuaian sendiri. Bagaimanakah bila negara menganut sistem standar-emas? Tugas makro pemerintah bahkan lebih mudah lagi, yaitu tidak mela- kukan apa-apa. Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa sistem standar-emas adalah self-regulating. Dalam sistem ini jumlah uang yang beredar hanya bisa ditambah dengan jalan menaikkan produksi emas. Memproduksikan (menambang) emas memerlukan biaya, Ju- mlah uang yang beredar tidak bisa ditambah menurut kehendak Pe- merintah, tetapi secara otomatis dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah “uang" tersebut. Tepatnya, karena emas mempunyai nilai intrinsik seperti barang-barang lain, maka para produsen emas (Pemerintah bukan satu-satunya produsen emas) akan memproduk- sikan emas sampai sejumlah tertentu, sehingga harga emas sama dengan biaya marginal untuk memproduksikan emas. (Ingat dalil dari teori mikro bahwa produsen sesuatu barang akan berusaha me- nyamakan ongkos marginal dengan harga barang, agar bisa dicapai keuntungan maksimum). Bila harga emas tinggi (yaitu, bila harga barang-barang lain adalah rendah bila dinyatakan dalam satuan emas) maka produsen emas akan cenderung untuk menaikkan pro- duksi emasnya. Ini berarti bahwa jumlah uang yang beredar makin banyak, dan ini selanjutnya akan menurunkan harga emas (atau menaikkan harga barang-barang lain). Keadaan sebaliknya akan ter- jadi kalau harga emas terlalu rendah. Jadi di dalam sistem moneter standar-emas, kestabilan harga-harga secara otomatis terjamin. Asal pn ean 27 vgturan permainan"-nya di . | tidak timbulnya masalah inf eaten calandar” ganas Tneqjeml Dunia manakah yang lebih ideal dari "dunia Klasik" tersebut? TEORI KLASIK DAN REALITA SEJARAH Liberalisme mempunyai andilnya dali ji ngan peckonomian negare-negara Bar. Sekar 180 tahun yng i er ekonomian negara-negara di Eropa lepas-landas (take-off) dengan sistem yang dijtwal Oleh ideologi liberalisme. Selama lebih dari 100 tahun sefelah revolusi industri yang dimulai di Ingeris, GDP dari negara-negara ini mengalami pertumbuhan yang pesat dan harga- harga cukup stabil. Dari segi ini, teori Klasik dan standar-emas me- nepati janjinya. Namun bila kita mendalami apa yang ada di balik angka-angka makro ini, kita temui adanya dua segi dari perkono- mian yang perkembangannya telah menimbulkan keresahan-kere- sahan sosial dan intelektual pada waktu itu. Yang pertama adalah segi distribusi pendapatan yang perkembangannya tidak seindah per- kembangan GDP dan tingkat harga. Masalah-masalah sosial yang timbul dari distribusi pendapatan dan kekayaan warga masyarakat yang semakin timpang telah mengundang reaksi yang keras dari go- longan yang menyebut dirinya sebagai kaum Sosialis. Segi yang kedua menyangkut masalah pengangguran dan fluktuasi GDP dari tahun ke tahun. Memang benar bahwa GDP negara-negara tersebut menunjukkan dengan jelas adanya trend pertumbuhan yang pesat. Namun kalau diteliti perkembangannya dari tahun ke tahun nampak jelas pula adanya masa-masa depresi yang parah selama kurun waktu 150 tahun tersebut di atas. Dari waktu ke waktu produksi menciut dan buruh dipecat dan mengang- gur, tidak jarang untuk waktu yang cukup lama. Depresi berat yang paling akhir yang melanda dunia terjadi pada tahun 1930 an. Di banyak negara pada waktu itu tingkat kegiatan nasional (yang diukur dengan GDP riil atau dengan harga konstan) anjlok menjadi hampir separuhnya hanya dalam waktu satu tahun saja. Banyak pa- brik-pabrik yang tutup atau diciutkan dan, yang menyedihkan, banyak buruh-buruh yang dipecat dan menganggur. Banyak Peme- rintah di negara-negara Barat pada waktu itu masih berpandangan "Klasik". Mereka hampir tidak berbuat apa-apa, dengan harapan dan keyakinan bahwa sistem bebas usaha mereka (/aissez faire) akan mengkoreksi diri sendiri. Ternyata koreksi otomatis tersebut tak an Kunjung datang, atau kalau ada sangat lambat kerjanya, sedangkan oon fencer yang jumlahnya puluhan juta itu sudah mendekat) Kelaparan karena tak berpenghasilan apapun. Beberapa Pemeriniah kemudian memutuskan untuk melakukan campur-tangan yang lebih, aktif, Di tengah-tengah persimpangan jalan sejarah di dunia Barat inilah teori Keynes lahir. RINGKASAN 1, Teon makro Klasik mempunyai dasar filsafat bahwa perekono- mian yang didasarkan pada sistem bebas-berusaha (laissez faire) adalah self-regulating, artinya mempunyai kemampuan untuk kembah ke posisi keseimbangannya secara otomatis. Oleh sebab itu pemerintah tidak perlu campurtangan. 2. Di pasar barang sifat self-regulating ini dicerminkan oleh ada- hiya proses yang otomatis membawa kembali ke posisi GDP yang menjamin full-employment, apabila karena sesuatu hal pe- rekonomian tidak pada posisi ini. Landasan dari keyakinan ini adalah (a) berlakunya Hukum Say yang menyatakan bahwa: "Supply creates its own demand,” dan (b) anggapan bahwa semua harga fleksibel. 3. Di pasar tenaga kerja, dalam jangka pendek hanya ada peng- angguran sukarela. Tetapi pengangguran inipun hanya bersifat sementara, karena apabila harga-harga turun (termasuk tingkat upah), maka konsumsi dan produksi akan kembali lagi ke tingkat semula (yaitu tingkat full employment). 4. Di pasar uang, kaum Klasik mempunyai Teori Kuantitas, yang menyatakan bahwa permintaan akan uang adalah Proporsional dengan nilai transaksi yang dilakukan masyarakat. Di pasar ini ditentukan tingkat harga umum; apabila jumlah uang yang ber- edar (penawaran akan uang) naik maka tingkat harga pun naik, 5. Dalam sistem standar kertas, tidak ada Proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga. Di sini kaum Klasik melihat satu- salunya peranan makro pemerintah, yaitu mengendalikan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan transaksi masyarakat, 6. Di dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan harga. Di sini Peranan pemerintah tidak dianggap perlu, sebab jumlah uang (emas) yang beredar akan pln an Canscaner 29 otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. 7. Di pasar luar negeri, mekanisme otomatis menjamin keseim- bangan neraca perdagangan melalui: (a) mekanisme Hume, dalam sistem standar emas, atau () fexaniome kurs devisa mengambang, dalam sistem standar ertas, Campur tangan pemerintah tidak diperlukan, KONSEP-KONSEP PENTING DALAM BAB INI Ideologi Laissez-Faire Hukum Say Mekanisme Otomatis Menuju Full Employment Teori Kuantitas Sistem Standar Emas Sistem Kurs Devisa Yang Fleksibel Mekanisme Hume Orde Alamiah Kaum Sosialis pln an Canscaner uN BAB Ill TEORI MAKRO KEY! PASAR BARANG DASAR FILSAFAT TEORI KEYNES Menghadapi Masalah depresi dan Pengangguran yang begitu hebat, kaum sosialis di ra-negara Barat mengatakan bahwa ke- salahannya terletak Pada sistem perekonomian itu sendiri, yaitu sistem laissez faire atau liberatisme atau kapitalisme. Selamva kita masih mempercayakan Pengelolaan perekonomian kita pada para produsen swasta yang per definisi hanya bertujuan mengejar keun- tungan mereka pribadi, maka depresi, pengangguran, dan juga in- flasi akan tetap menjadi penyakit perekonomian yang menghantui kita dari waktu ke waktu, Penyakit-penyakit ini adalah konsekuensi logis dari sistem kapitalisme, Mereka (kaum sosialis) mengusulkan perombakan sistem perekonomian menjadi sistem sosialis, yaitu sistem di mana faktor-produksi tidak lagi bisa dimiliki oleh peng- usaha swasta, tetapi hanya bisa dimiliki oleh negara (masyarakat), Semua kegiatan produksi dikuasai negara, yang dalam teori paling tidak, mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi/golongan. Motif mengejar keuntungan bukan lagi sebagai motif utamauntukmenggerakkan produksi (seperti dalam sistem ka- pitalis), "“Obat’’ semacam ini ternyata dianggap terlalu dtastis, dan orang-orang di negara-negara Barat yang sudah begitu lama terbiasa dengan kebebasan berusaha tidak banyak yang bisa menerimanya, Mengubah sistem semacam itu berarti mengubah cara hidup dan ke- biasaan hidup yang sudah mendarah daging pada mereka. Tentunya ada “obat"” yang tidak terlalu pahit yang bisa menolong sistem Perekonomian mereka. Keynes ada pada posisi yang unik daiam se- jarah pemikiran ekonomi Barat, karena pada saat-saat krisis ideologi semacam itu ia bisa menawarkan suatu pemecahan yang merupakan “jalan tengah”’. pln an Canscaner 2 Keynes mengatakan bahwa untuk menolong sistem perekono- mian negara-negara tersebut, orang harus bersedia meninggalkan ideologi /aissez faire yang murni yang terkandung dalam pemikiran Klasik. Tidak bisa tidak, demikian Keynes, Pemerintah harus mela- kukan lebih banyak campur tangan yang aktif dalam mengendalikan Perekonomian nasional, Pendapat bahwa peranan Pemerintah dalam kegiatan ekonomi harus seminimal mungkin sehingga tidak merongrong hak asasi manusia, kebebasan berusaha dan mengandal- kan pada bekerjanya "natural laws”, haruslah ditinggalkan atau pa- ling tidak diubah. Keynes berpendapat bahwa kegiatan produksi, dan pemilikan faktor-faktor Produksi, masih tetap bisa diper- cayakan kepada pengusaha-pengusaha swasta, tetapi sekarang peme- Tintah wajib melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang aktif' un- tuk mempengaruhi gerak perekonomian. Dalam masa depresi, misalnya, Pemerintah harus bersedia (atau diperbolehkan) untuk melaksanakan program-program dan kegiatan-kegiatan yang lang- sung bisa menyerap tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pe- kerjaan di sektor swasta, meskipun hal itu hanya bisa dilaksanakan dengan mengakibatkan defisit di anggaran belanja negara. (Perlu ditekankan di sini bahwa pada waktu itu sistem anggaran belanja yang seimbang adalah satu-satunya sistem yang dianggap terbaik di bidang pengelolaan keuangan negara). Sebaliknya, bila terjadi inflasj yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan barang- barang/jasa melebihi apa yang bisa diproduksikan dengan kapasitas yang ada, Pemerintahpun harus bersedia mengurangi pengeluar- annya sehingga terjadi surplus dalam anggaran belanjanya. Surplus anggaran ini bisa merupakan rem bagi permintaan Masyarakat yang berlebihan tadi. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa Pemerintah harus bersedia melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan secara aktif dan sadar, Keynes tidak percaya akan kekuatan hakiki dari sistem /aissez faire untuk mengkoreksi diri sendiri, yaitu untuk kembali kepada posisi "full employment” secara otomatis. Full em- ployment merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan tin- dakan-tindakan terencana, dan bukan Sesuatu yang akan datang de- ‘gan sendirinya. Inilah inti dari ideologi Keynesianisme, ” Berikut ini kita akan melihat secara garis besar kerangka analitis dari teori makro dari Keynes, pn ean 33 PASAR BARANG Kemungkin " say. Menura Keynes bitin Produksi, Keynes menolak Hukum Kelebihan Permintaan « lebihan Produksi secara umum bisa terjadi. barang-barang/jasa in ‘erjadi bila permintaan masyarakat akan cukup untuk menyeray ak cukup kuat. Demand yang ada tidak terjadi? Pada asasnya Key yang ditawarkan, Bagaimana ini bisa setiap proses produ a names masih menerima pendapat Say bahwa output dan menghasity empunyai akibat ganda, yaitu menghasilkan nilai output tersebut, DenigenZhasilan kepada masyarakat sebesar daya beli mema '. Dengan demikian Pada suatu waktu tertentu untuk "membel pore? dalam jumlah yang cukup di masyarakat yang dimiliki oleh ne™®/5982 Yang diproduksikan. Tetapi daya beli 4 daya belt Masyarakat tersebut tidak selalu harus sama lengan daya beli yang eth betal dibelanjakan oleh masyarakat di i lain, sebagian dari daya beli tersebut a betul-betu! diterjemahkan menjadi permintaan efektif di Tet dale Fetal Sebagian lain dari daya beli tersebut mungkin akan ung oleh masyarakat, Menabung tidak menambah dengan Say. Say mengatakan bahwa seluruh penghasilan tersebut akhirnya akan diterjemahkan menjadi Permintaan efektif, dus tidak akan ada kekurangan permintaan efektif, dus tidak mungkin ada kelebihan produksi secara menyeluruh. Untuk menerangkan pendapat Keynes secara lebih jelas kita anggap hanya ada dua sektor: sektor Tumah-tangga dan sektor pro- dusen, Keynes mengatakan bahwa sebagian dari Penghasilan yang tidak dibelanjakan oleh sektor rumah-tangga (yaitu yang ditabung pada lembaga-lembaga keuangan) tidak menimbulkan permintaan efektif. Hanya apabila daya beli yang ditabung tersebut dipinjamkan oleh lembaga keuangan kepada sektor produsen untuk membiayai “investasi"’ mereka, maka daya beli tersebut berubah menjadi mintaan efektif di pasar barang. (Kita ingat bahwa “investasi’ artikan sebagai pembelian barang-barang oleh para produsen untuk keperluan penambahan stok di gudang mereka dan untuk keperluan Perluasan kapasitas produksi mereka, yaitu pembelian mesin-mesin, Pembangunan gedung-gedung dan sebagainya). Jadi jelas bahwa Pada suatu waktu tidak ada jaminan bahwa seluruh daya beli yang pn ean 34 ditabung tersebut akan diterjemahkan menjadi permintaan efektif di pasar barang. Semuanya ini tergantung kepada apakah para pro- dusen mau mempergunakan daya beli yang ditabung pada lembaga- lembaga keuangan tersebut untuk pembelian barang-barang (inves- tasi), Kalau misalnya para produsen hanya mau mempergunakan separoh dari tabungan tersebut, maka ini berarti bahwa permintaan efektif di pasar barang berjumlah kurang dari nilai dari seluruh out- put yang ditawarkan di pasar tersebut. Dengan lain kata, tidak semua barang yang diproduksikan akan terbeli (jadi ada kelebihan produksi umum). Apa yang terjadi kemudian bila tidak semua barang yang dipro- duksikan dalam suatu periode (misalnya, triwulan) bisa terbeli? Ada dua akibat yang bisa terjadi. Pertama, para produsen akan mengu- rangi produksi mereka untuk periode berikuinya. Jadi, GDP dalam triwulan berikutnya turun. Kedua, dan ini bisa terjadi bersamaan dengan akibat pertama tersebut, harga-harga barang turun. Sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan biasa, bila permintaan lebih kecil dari penawaran, maka harga cenderung untuk turun, Sampai berapa jauh kekurangan permintaan efektif akan meng- akibatkan turunnya GDP (dalam periode berikutnya) dan sampai berapa jauh akan menurunkan harga, sangat tergantung khususnya pada apakah harga-harga barang cukup fleksibel ke bawah (yaitu bisa turun). Dalam kenyataan memang ada barang-barang/jasa yang harganya sulit untuk turun, meskipun ada kelebihan produksi. (Barang-barang yang harga jualnya ditentukan atas dasar biaya pro- duksi biasanya tidak mau turun, meskipun terjadi kelebihan pro- duksi barang-barang tersebut). Kalau demikian halnya, maka kekurangan permintaan efektif tersebut akan lebih banyak mengakibatkan penurunan produksi (GDP) dalam periode beri- kutnya. Apabila seandainya harga-harga cukup fieksibel ke bawah, maka harga-harga akan turun cukup jauh, sehingga permintaar akan barang-barang tersebut mulai naik kembali. (Ingat hukum pei- mintaan biasa, yang mengatakan bahwa kalau harga sesuatu barang turun maka jumlah yang diminta naik). Jadi kalau harga cukup flek- sibel maka penurunan produksi (GDP) pada periode berikutnya tidak akan sebesar kalau harga-harga tidak mau turun. Jadi, lebih se- dikit orang-orang yang dipecat dari pekerjaan mereka (yaitu, lebih sedikit akibat penganggurannya). Perlu ditekankan lagi di sini babwe mekanisme atau proses penyesuaian dengan harga yang fleksibel ini pln an Canscaner s lah yang terlalu diandath caya bahwa kalau saja iene kaum Klasik, sehingga mereka per- aurunan GDP (dan BA fleksibel maka depresi, atau pe- secara otomatis, clanjutnya pengangguran) akan terkoreks! Kemungtinan Kekura MRAM Procuksi, Kenda urangan produks eadaan sebaliknya, yaitu te \ secara umum jug mungkin terjadi Kelau para usen ternyata jumiah yang lebih Besar daca atu melakukan investasi_ dalam syarakat, maka permintaan efektit ya beli yang ditabung oleh ma- sektor produsen) di pasar tarang (oleh sektor rumah tangga dan dengan nilai output yang tersedi 7 Menjadi terlalu besar dibanding adalah bahwa besar keciin ia di pasar. Yang perlu diingat di sini tung pada keputusan 'ya permintaan efektif (total) sangat tergan- honsunsiaye jon feoh mat eer pasar jutusan para isen_ mengenal beam investasi_ yang mereka ingin laksanakan dalam perlode Mengenai keputusan el ‘ . oes berpendapat bata Keputusen teed cup sabi den bi sanya hanya berubah apabila tingkat pendapatan cmabvisngea ber- ubah. Menurut ia (dan ini memang didukung oleh kenyataan), yang sulit diterka adalah perilaku produsen dalam pengeluaran investa- sinya. Oleh sebab itu, dalam praktek, gejolak pengeluaran investasi inilah yang sangat menentukan gejolak GDP (dan kesempatan kerja). Seandainya pengeluaran investasi yang diinginkan para pro- dusen (investor) ternyata lebih besar daripada dana yang ditabung oleh sektor rumah-tangga, maka ini berarti bahwa permintaan efek- tif lebih besar daripada nilai output yang tersedia. Dalam kasus kele- bihan permintaan efektif ini, berapa besar kelebihan permintaan efektif dalam periode sekarang akan mengakibatkan kenaikan GDP dan berapa besar akan mengakibatkan kenaikan harga, tergantung pada tersedianya kapasitas produksi yang belum terpakai dalam ma- syarakat, Bila masih cukup banyak kapasitas produksi (pabrik- pabrik) yang belum bekerja secara penuh, maka kelebihan permin- taan efektif tersebut akan mengakibatkan kenaikan produksi (GDP) pada periode berikutnya tanpa menaikkan harga-harga (atau harga- harga mungkin naik sedikit sekali). Tetapi apabila ternyata bahwa pabrik-pabrik sudah bekerja secara penuh, maka kelebihan permin- taan efektif tersebut tidak bisa diimbangi dengan kenaikan produksi (GDP), schingga kelebihan permintaan tersebut akan diterjemahkan seluruhnya menjadi kenaikan harga-harga atau inflasi. pn ean 6 Inilah inti dari proses makro Keynes. Berikut ini akan kita ulang Jagr proses ini secara lebih mendalam. PERMINTAAN AGREGAT ATAU PENGELUARAN AGREGAT ‘Untuk tidak meruwetkan masalahnya, kita anggap saja untuk sementara bahwa perekonomian kita adalah perekonomian Jertulup (yaitu tidak melakukan transaksi dengan luar negeri) dan mem- punyai sebuah pemerintahan yang ikut "berbelanja” di pasar barang. Permintaan agregal (aggregai demandyatau (dalam pereko- nomian tertutup) sama saja dengan pengeluaran agregat(aggregale expenditure) dari masyarakat secara keseluruhan, yang kita sebut Z, terdiri dari tiga unsur: (a) permintaan efektif dan rumah tangga akan barang-barang konsumsi (kita sebut C), (b) permintaan efektif dari sektor produsen untuk investasi (kita sebut 1); dan (c) permintaan efektif dari pemerintah (G). Jadi Kita lihat sekarang faktor-faktor apa yang menentukan masing- masing unsur permintaan efektif ini. Kita mulai dengan unsur C, kemudian unsur I dan akhirnya unsur G. Dengan mempelajari faktor-faktor yang menentukan setiap unsur permintaan efektif, kita dengan sendirinya bisa mengetahui faktor- faktor apa yang menentukan permintaan agregat (pengeluaran agre- gat), yaitu Z. YANG MENENTUKAN C: PROPENSITY TO CONSUME DAN PROPENSITY TO SAVE Kita sebutkan di atas bahwa setiap proses produksi mempunyai akibat ganda. Di satu pihak, proses tersebut menghasilkan barang/- jasa siap untuk dipasarkan (yaitu, menghasilkan supply atau pena- waran di pasar barang). Di lain pihak proses tersebut sekaligus meng- hasilkan imbalan-imbalan kepada faktor-faktor produksi yang digu- nakan dalam proses tersebut (yaitu, upah/gaji untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk tanah dan sumber-sumber alam, dan keuntungan untuk para pengusaha). Dengan kata Jain, proses produksi menghasilkan pendapatan dalam masyarakat (yaitv pln an Canscaner n elntace efekuy Aav8t®). Selanjuinya pendapatan menimbulkan ak barang-barareg su Pasar barang, yaitu permintaan efekiif Un- Keynes (dan ini Hed | ‘Onsumsi oleh sektor rumah tangga C. Menurut rawanan dengan Say), tidak semua dari pengha- hanya 80¥e-nya aeelaniakan u AYA alan 90% , : (10%-20%)-nya akan ditabung, “Ai Sedangkan sisanya Proses tersebut bisa di - (Gambar III.1) igambarkan dengan skema berikut ini. Penghasilan me 1b rumah tangea(Y) itabung (S) Dibelanjakan di pasar barang (C) Supply barang/ Jasa (Q) Mitt sia ~~ Coy barang Gambar III.1 Keynes berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai ke- biasaan tertentu mengenai berapa dari pendapatan rumah-tangga yang dibelanjakan untuk barang dan jasa (C) dan berapa yang dita- bung (S). Biasanya untuk negara-negara yang tingkat penghasiJ- annya tinggi, persentase dari penghasilan yang ditabung makin Linggi, (misalnya 30%-40% atau 0,3-0,4) atau dengan lain kata Persentase dari penghasilannya yang dibelenjakan relatif rendah, yaitu 60%-70% (0,6-0,7). Sebaliknya persentase yang ditabung bia- pn ean xB sanya kecil bagi negara yang tingkat penghasilannya belum tinggi (negara-negara sedang berkembang), mungkin sekitar $%-10% (0,08-0,1 U, persentase penghasilan yang dibelanjakan adalah tinggi, sekitar 90-95% (0,9-0,95). Ini tentunya sesuai dengan peng. alaman yang bisa kita lihat sehari-hari, bahwa semakin besar pengha. silan seseorang, semakin besar bagian dari penghasilan yang bisa disisihkan untuk ditabung tanpa ia harus menderita kekurangan ma- kanan/pakaian dan sebagainya. Persentase dari penghasilan yang ditabung disuatu masyarakat (0.4, 0.3 0.1, 0.05 atau angka-angka lain) menunjukkan perilaku sektor rumah-tangga secara keseluruhan dalam mengalokasikan penghasilan mereka. Persentase ini disebut dengan istilah propensity to save (kecenderungan untuk menabung) dari masyarakat tersebut. Sedang persentase dari penghasilan yang dibelanjakan disebut propensity to consume (kecenderungan untuk berkonsumsi). Kalau s, adalah Propensity to save, dan c propensity to consume, maka S =sYy C =cY C +S=c¥+sY¥=(+5Y=Y c +s=1 Yang perlu selalu diingat adalah bahwa s bukan pengeluaran jadi bukan merupakan bagian permintaan effektif! Untuk menggambarkan perilaku makro dari sektor rumah tangga (konsumen) di suatu negara (atau daerah), ekonom bisa menggunakan salah satu dari kedua fungsi di atas, yaitu C = cY atau S = sY, sebab fungsi yang satu bisa diperoleh dari fungsi yang lain melalui persamaan identitasC + S = Y. Fungsi yang pertama, C = cY, disebut fungsi konsumsi (consumption function), sedang fungsi yang kedua, S = sY, disebut fungsi tabungan (saving function). Ada berbagai versi fungsi konsumsi yang diajukan oleh para ekonom (sering dengan memasukkan variabel-variabel lain selain Y, seperti misalnya, kekayaan, indeks distribusi pendapatan dan seba- gainya). Bentuk fungsi konsumsi di atas adalah yang paling seder- hana. Bentuk yang sederhana lainnya adalah C = a + cY, dimanaa menunjukkan tingkat pengeluaran konsumsi minimal. Bentuk seperti ini sering ditafsirkan sebagai fungsi konsumsi jangka pendek, karena: (a) pengeluaran konsumsi minimal, a, hanya bisa di- biayai dengan jalan menggunakan kekayaan/tabungan yang telah di- pn ean x» kumpulkan konsumen dalam di i lahun-tahun sebelumnya dan cara pembiayaan dengan ""memakan kapital” semacam ini tak akan bisa hlakukan terus-menerus (sampai jangka panjang) karena kekayaan khirnya akan habis, " al ‘dart emisran (b) bentuk fungsi seperti di atas sering di- p yang menggunakan angka-angka statistik Jengha | ae C = c¥ sering diperoleh dari data jangka penyo henson akan dave yang ditentukan oleh Simon Kuznets . 01 ony 38 di Amerika Serikat dan pendapatan untuk masa a sieeve bentuk fungsi konsumsi jangka pendek, C = a + cy, a he ‘an dua macam propensity to consume yaitu: (a) margi act ‘0 consume, (MPC), yang didefinisikan se- bagai perubahan pengeluaran konsumsi yang disebabkan oleh perubahan tingkat Pendapatan, atau « atau c; dan (b) average Propensity to consume (APC), yang didefinisikan seba- gai proporsi dari penghasilan yang dibelanjakan untuk kon- i C_a+cY_a sumsi, alau—= = ———- . 3 Y Y ytc Bagi fungsi konsumsi jangka panjang, tentu saja MPC = APC =c. Ada dua hal yang perludigarisbawahi di sini, sebelum kita me- ninggalkan uraian kita mengenai fungsi konsumsi. Yang pertama adalah MPC seharusnya mempunyai nilai antara 0 dan 1 (jadi tidak bisa lebih besar dari satu atau negatif, karena tidak logis. Mengapa demikian? Coba pikirkan!). Yang kedua adalah bahwa fungsi kon- sumsi menunjukkan perilaku makro dari semua konsumen (sektor rumah tangga) dalam suatu negara/daerah dan bukannya perilaku konsumen individual seperti dalam fungsi permintaan mikro, C me- nunjukkan pengeluaran konsumsi total dinyatakan dalam rupiah dari masyarakat dan Y adalah pendapatan total dari masyarakat (GDP, GNP, Pendapatan Nasional atau Disposable Income, tergan- tung mana yang dianggap lebih cocok untuk masing-masing negara). pln an Canscaner AC - AY SFungsi Konsumsi Jangka Pan- Jang (yang mungkin merupakan titik-titik pergeseran dari ber- bagai fungsi konsumsi jangka pendek). © Fungsi Konsumsi Jangka Pendek (APC > MPC) Gambar III. 2 KAT BUNGA DAN MARGINAL YANG MENENTUKAN I: TING! EFFICIENCY OF CAPITAL adalah pengeluaran (dihitung dalam jutaan n (swasta) untuk pembelian barang-ba- rang/jasa untuk tujuan investasi, yaitu untuk penambahan stok di gudang atau untuk perluasan pabrik. Apa yang menentukan besar kecilnya pengeluaran untuk investasi? Apakah kita bisa mengambil analogi dari pengeluaran untuk konsumsi (C), dan mengatakan bahwa sektor produsenpun berperilaku serupa dengan sektor rumah tangga, yaitu membelanjakan sebagian dari (atau seluruh) pengha- silan mereka, misalnya yang berupa ’keuntungan perusahaan’”’? Jawab untuk pertanyaan ini adalah tidak atau tidak seluruhnya benar. Sektor produsen (atau sektor perusahaan) berbeda dengan sektor rumah tangga dalam 2 hal yang menyangkut: (a) macam/tu- juan pengeluaran dan (b) kemungkinan-kemungkinan yang terbuka untuk pembiayaan pengeluaran tersebut. Mengenai macam dan tujuan pengeluaran, sektor produksi feoent Perusahaan) membeli barang bukan untuk tujuan konsumsi ale i rumah tangga), tetapi untuk tujuan investasi. Ini bet- a barang-barang tersebut dibeli dengan harapan untuk Investasi (1) di sini rupiah) oleh sektor produse pln an Canscaner 41 menghasilkan keuntungan kemudian, fai selanjutnya berarti bahwa i dalam mudian barang-barang produksi). Harapan keuntungan inilah yang merupakan faktor utama dalam keputusan tersebut, Inj berbeda dengan rumah tangga yang membeli sesuatu barang atas dasar kebutuhannya. Mengenai kemungkinan pembiayaan untuk pembelian barang- barang tersebut, perusahaan mempunyai kemungkinan yang lebih juas. Khususnya, perusahaan tidak perlu harus mendasarkan ren- cana pembelian barangnya (untuk tujuan investasi) atas dasar uang atau "'penghasilan’’ yang sekarang ada dalam kas perusahaan. Per- usahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memper- oleh dana dari lembaga-lembaga keuangan misalnya berupa pin- jaman untuk investasi. Jadi asal saja Perusahaan tersebut bisa me- nunjukkan bahwa "proyek"'nya, menurut perhitungan yang teliti, akan bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar di masa men- datang, maka bank-bank atau Jembaga-lembaga keuangan lain mungkin sekali akan bersedia membiayai seluruh atau setidak-ti- daknya sebagian dari biaya yang diperlukan untuk "proyek"’ in- vestasi tersebut. Jadi keputusan pembelian barang untuk investasi ti- daklah banyak tergantung pada dana yang sekarang dimiliki perusa- haan, Tentunya hal mengenai mudah tidaknya memperoleh dana ter- gantung juga antara lain pada faktor-faktor Seperti besar kecilnya perusahaan, pengalaman dan bonafiditas Perusahaan, dan mungkin juga pada koneksi perusahaan, Perusahaan yang kecil dan belum ter- nama bonafiditasnya dan, apa lagi yang tidak mempunyai koneksi perlisahaan, akan terpaksa mengandalkan pada dana sendiri yang ada dalam kas perusahaan atau dalam tabungan pemiliknya; dan akan berperilaku tidak jauh berbeda dengan rumah tangga, yaitu membuat rencana belanja barang/jasa untuk investasi atas dasar “penghasilan” nya yang ada. Namun secara umum bisa dikatakan bahwa, dibanding dengan rumah tangga (a) Perusahaan mempunyai Kesempatan lebih besar untuk menggunakan dana lebih besar daripada dana yang dimilikinya untuk rencana belanja barangnya dan (b) faktor harapan keuntungan sangat menentukan. Jadi besar kecilnya T tidak terlalu tergantung pada Y seperti halnya C. pn ean a Kedua aspek yang mempengaruh) keputusan perusahaan untuk menentuhan berarnya | tersebut perlu kita bahas lebih lanjut karena heduanya berhubungan erat dengan adanya pasar yang kedua, yaitu Pavar wane, (a) Kemunakinen menggunakan dana orang fain. Perusahaan A, atau pemilik perusahaan ersebut, bisa memin- Jom uang dari misalnya kenalannya. Perusahaan B memperoleh kredit investasi dari Bank Rakyat Indonesia, Perusahaan C me- nyeluarkan saham-saham baru yang dijual kepada masyarakat umum. Ketiga perusahaan ini memperoleh dana untuk inves- tasinya dari pasar wang yang kita maksud dalam teori makro. Perusahaan A memperoleh dana dari bagian dari pasar uang yang disebut pasar wang tidak resmi (informal money market). Perusahaan B memperoleh dari bagian dari pasar uang yang disebut sektor perbankan (banking sektor). Perusahaan C mem- peroleh dananya dari bagian pasar uang yang disebut pasar surat berharga (atau sering disebut pula dengan bursa efek-efek atau pasar modal), Baik pasar uang yang ‘pesmi’ maupun yang "tidak resmi”” mempunyai fungsi ekonomis yang sama, yaitu menghubungkan antara mereka yang membutuhkan dana (di sini, perusahaan- perusahaan) dan mereka yang "’kelebihan”” dana (di sini, publik atau sektor rumah tangga dengan tabungannya). Bank dan bur- sa efek-efek hanya merupakan lembaga-lembaga untuk mem- permudah pertemuan antara kedua pihak ini. Tetapi, seperti contoh perusahaan A, transaksi pinjam-meminjam dana ini tidak perlu lewat lembaga-lembaga modern seperti itu. Dan bagi negara-negara sedang berkembang, misalnya Indonesia, sektor pasar uang tidak resmi ini cukup penting peranannya, terutama dalam menghubungkan perusahaan-perusahaan kecil dengan penabung-penabung kecil tanpa harus melalui syarat-syarat administrasi yang terlalu ruwet. Seperti dalam pasar-pasar lain, dalam pasar uang inipun terda- patlah penawaran dan permintaan akan dana, dan dalam pasar ini ditentukanlah volume dana yang dipinjamkan dan tingkat bunga atau “harga’’ dari dana tersebut.*) Dari segi lain, tingkat bunga juga 7 Urman mengenai pasar uang di sin sebenarnya bukan teori Keynes mengena pass: Wik tetapi suatu versi dari teori “dana pinjaman’ atau /oanable funds theory. Teor ims Sebi cocok untuk memperkenalkan konsep pasar vang Karena lebih mudah diterima secars ® tuitif, Teori Keynes (yang lebih abstrak) akan disajihan manti dalam Bab V- pln an Canscaner 43 merupakan biaya yang harus dibayar oleh setia una dana un- tuk tujuan investast (dan tujuantajuse i Penmertlan tingkal bunga sebagal blaya In} berlaku pula bagi mereka yang memiliki dana sendiri arena pada prinsipnya perusahaan yang memiliki dana sen- dil bisa meminyamkan dananya pada pasar wang dan memperoleh penghasilan bunga sebesar tingkat bunga yang berlaku. Jadi apakah dana milik sendiri atau bukan, tingkat bunga yang berlaku masih bisa tetap dianggap sebagai blayapenggunaan dana, (b) Faktor Keuntungan yang Diharapkan Keuntungan yang diharapkan biasanya dinyatakan dalam dua dimensi; (1) dimensi yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh untuk Setiap rupiah yang ditanamkan, dan (2) dimensi waktw yang menunjukkan berapa lama aliran ke- untungan ini berlangsung. Besarnya keuntungan bisa dinyatakan dalam "keuntungan kotor’” dalam persentase per tahun (atau satuan waktu lainnya).*) Misalnya: keuntungan (kotor) yang diharapkan adalah 50%, ini berarti bahwa setiap (ahunnya untuk setiap rupiah yang ditanam bisa dihasilkan 4. rupiah keuntungan (sebelum bunga dibayar), Dimensi waktu menun- jukkan berapa lama aliran keuntungan 50% ini berlangsung, atau berapa lama umur (ekonomis) dari investasi tersebut, (misalnya, 10 tahun). Sebagai contoh: kita membeli sebuah truk seharga Rp 1 juta yang bisa menghasilkan keuntungan kotor (setelah depresiasi diper- hitungan) Rp 500 ribu setiap tahunnya (atau 50% per tahun) sampai 10 tahun, Padaakhirtahun kesepuluh uang yangkitatanamkan su- dah kembali (daridana penyusutan)dan truk kita secara ekonomis. "habis"’, Tetapi selama 10 tahun tersebut kita menerima Rp 4 juta setiap tahunnya. Perlu dicatat bahwa penghasilan sebesar Rp 4 juta tersebut pada waktu si pengusaha memutuskan melakukan pembelian truk hanyalah merupakan hasil-hasil perhitungan di atas kertas (atau keuntungan yang diharapkan). Dalam kenyataannya nanti, mungkin kalkulasi pengusaha tersebut meleset, misalnya ") Yang dimaksod di sini dengan “heuntungan Lotor” adalah tnghat keuntungan bersih hus buaya bunga untuk penggunaan dana. Biaya penyusutan dan biays-biaya operasional tain (seloon biaya bunga) juga sudah pn ean 44 Karena truk tersebut ternyata tidak bisa memperoleh muatan secara penuh seperti yang diharapkan semula, atau ternyata ongkos eksploitasinya lebih tinggi/rendah daripada yang dikalkulasi semula. Dengan demikian, kenyataan tidak sesuai dengan harapan, Tetapi yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa pengusaha tersebut harus membuat taksiran sebaik mungkin, atas dasar pengalaman dan Pengetahuannya sendiri atau orang lain (konsultan), mengenai, berapa besar keuntungan yang diharapkan, dan kemudian menen- tukan apakah investasi (pembelian truk) tersebut akan dilaksanakan atau tidak. Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan dilaksanakan atau tidak, tergantung kepada perbandingan an- tara besarnya keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam Persentase per satuan waktu) di satu pihak dan biaya penggunaan dana atau fingkat bunga di lain pihak. Kalau seandainya tingkat bunga yang berlaku di pasar uang adalah 2 persen setiap bulan (atau 24% setabunnya), maka investasi pembelian truk tersebut masih menguntungkan, karena keuntungan (kotor) yang diharapkan ada- lah $0%, jadi melebihi ongkos penggunaan dana. Kita katakan bahwa keuntungan bersih yang diharapkan adalah 50%-24% = 26% per tahun untuk 10 tahun, Jadi kalau pengusaha tersebut ’rasional’* tentulah investasi tersebut akan dilaksanakan olehnya. Tetapi sean- dainya tingkat bunga yang berlaku adalah 5% sebulan, ini berarti bahwa biaya penggunaan dana adalah sebesar 60% setahun. Dan investasi tersebut tidaklah menguntungkan, karena biaya penggu- naan dana melebihi keuntungan yang diharapkan. Dalam hal ini kerugian netto yang diharapkan adalah sebesar 10% setahunnya un- tuk 10 tahun. Si pengusaha harus mencari investasi lain yang lebih menguniungkan. Perhitungan semacam ini berlaku bagi mereka yang meminjam maupun yang memiliki dana sendiri. Sebabnya adalah bila misalnya tingkat bunga adalah 5% bulan, maka bagi pengusaha yang memiliki dana sendiri akan lebih beruntung untuk meminjamkan dananya di pasar uang dan memperoleh penghasilan bunga sebesar 5% sebulan daripada menggunakannya untuk membeli truk tersebut (dan me- nanggung kerugian sebesar 10% setahun selama 10 tahun). Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah Marginal Efficiency of Capital foIECS: Secara ringkas: Bila keuntungan yang diharapkan (MEG) adalah lebih besar dari- pln an Canscaner pada tingkat bunga, maka in Bila MEC lebth kecit vestasi dilaksanakan. dilaksanakan, «1! daripada tingkat bunga, maka investasi dak Bula MEC = tingkot by boleh tidak bagi mereka ane meme boleh dilaksanakan ; Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, vai apa buna yang berlaku dan Marginal Efficiency of Capital. ‘ak Sal fangs! yang a NESO" ini basanya dringkas dalam ben atau fungsi invectage Ut funesi Marginal Efficiency of Capital ‘wien menurunkan fungsi investasi tersebut adalah sebagai Misalnya, untuk mudahnya, Pada suatu waktu tersedia di dalam ma- syarakat 5 proyek investasi yang mungkin untuk dilaksanakan oleh para investor, masing-masing dengan MEC sebagai berikut: Proyek Nilai Investasi MEC (%)*) (Rp juta) A 100 50 B 200 ” c 50 35 D 150 2 E 75 15 *) Dinyatakan dalam tingkat keuntungan tahunan. Sekarang kita bisa menanyakan hal sebagai berikut. Kalau sean- dainya tingkat bunga yang berlaku adalah 4% per bulan (atau 48% per tahun), berapakah tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor? Jawabnya adalah Rp 100 juta, karena pada tingkat bunga setinggi ini hanya proyek A saja yang menguntungkan untuk dilaksanakan. Seandainya sekarang tingkat bunga yang ber- Jaku bukan 4%/bulan, tetapi 3% /bulan, berapakeh tingkat penge- lwaran investasi yang diinginkan? Jawabnya adalah Rp 300 juta, pln an Canscaner 46 karena pada tingkat bunga ini (36% per tahun) ada dua proyek yane menguntungkan untuk dilaksanakan, yaitu proyek A (Rp 100 jutay dan proyek B (Rp 200 juta). Demikian seterusnya, kita bisa menge- mukakan pertanyaan yang serupa untuk tingkat bunga 2%/bulan. 1%/bulan. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa ditabulasikan sebagai berikut: Tingkat Bunga Nilai Investasi yang Berlaku Total yang Diinginkan (% per bulan) (Rp juta) 5 0 4 100 3 300 2 350 1 575 Tabel ini bisa digambarkan dalam bentuk kurva yang menghu- bungkan antara tingkat bunga yang berlaku dengan pengeluaran in- vestasi yang diinginkan oleh para investor. Dan kurva ini tidak lain adalah kurva fungsi investasi (atau fungsi MEC). Tingkat Bunga/bulan (%). Gambar III. 3 5 Fungsi Investasi (atau fungsi MEC) 100 200 300 «400 500, 0 Pengeluaran Investasi Yang Dunginkan (Rp juta) pn ean 47 Dalam kenyatann jumlah proyek investast yang terbuka bagi para investor
  • 1, Jadiat akhirnya mengakibatkan AZ Ee yang lebih besar dari AI. Angka 1/(1-c) ini disebut pelipat penda- patan (income multipler) atau pelipat pengeluaran (expenditure mul- tiplier) atau bisa juga disebut sebagai pelipat permintaan agregat, (aggregate demand multiplier). Contoh: c = MPC = 0,8 . Kenaikan pengeluaran investasi (Al) = Rp | juta akan me- ningkatkan permintaan agregat (AZ) sebesar ye ia Rp | juta = Rp 5juta. Sckarang, bagaimanakah pengaruh AG terhadap Z? Jawabnya persis sama dengan pengaruh AI yang diuraikan di atas, sebab me- mang melalui putaran - putaran yang persis sama. Jadi, az= —- ac lc | Prases Pelipatan ini bisa digambarkan secara grafik sebagai berikut: pn een a +hh 2 (C4140) +h | ! | | | ¥ Mula-mula kita pada posisi titik A, dengan permintaan agregat OZo dan pendapatan agregat OYo, Kemudian ada kenaikan I sebesar Al. Pada pularan pertama, Z akan meningkat sebesar AC, Jumlah ini akan diterima oleh para penjual barang yang dibeli investor sebagai pendapatan tambahan sebesar CE (= AC, karena ACE adalah sama kaki). Pada putaran kedua pendapatan tambahan ini d njakan oleh penerima pendapatan pada Pularan pertama tadi untuk membeli barang-barang konsumsi. Jumlah yang dibelanjakan adalah MPC kali CE,yang besarnya sama-dengan ED, Dan ED ini menam- bah Z. Demikian seterusnya proses tersebut berjalan dan berhenti bia kita sampai pada B, Akhirnya Z akan naik dari Zo ke Zy dan Y dari Yo ke Yj. PENAWARAN AGREGAT ATAU OUTPUT AGREGAT Kita telah selesai membahas permintaan agregat. Khususnya, kita telah menguraikan: (a) Faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur dari per- mintaan agregat, dan (b) Bagaimana permintaan agregat tersebut berubah bila salah satu unsurnya berubah (proses multiplier). pn ean cy Permintaan agregat adalah salah satu sisi dari "pasar barang’’. Sisi lain dari pasar ini, yaitu penawaran agregat (aggregate supply) atau output agregat (aggregate output) akan kita kupas dalam bagian ini, (Kedua istilah ini mempunyai arti yang sama). Penawaran agregat mempunyai beberapa kesamaan dengan kurga penawaran pasar dalam teori mikro. Bayangkan suatu pereko- nomian yang hanya menghasilkan satu macam barang dan semua pasar yang ada didalamnya berbentuk persaingan sempurna. Ini semua hanyalah penyederhanaan dari kenyataan agar esensi perma- salahannya mudah ditangkap. Dalam jangka pendek (dan teori makro yang dibahas dalam buku ini adalah mengenai jangka pen- dek), kurva penawaran seorang produsen adalah kurva Marginal Costnya.*) Kurva penawaran agregat adalah penjumlahan horisontal dari semua kurva MC produsen yang ada di dalam perekonomian tersebut. Jadi bentuk kurva penawaran agregat harus serupa dengan bentuk kurva MC, yaitu menaik dengan makin tingginya harga. Kesimpulan ini tetap berlaku seandainya tidak semua pasar di dalam perekonomian tersebut berbentuk persaingan sempurna dan tidak hanya satu macam barang yang dihasilkan. Gambar V.6 berikut ini menunjukkan bentuk umurm dari kurva penawaran agregat. P P = Tingkat harga umum. Q = Output agregat alau penawaran agregat, "1, Set Snaps Pongonir Was Eos0m No.1: Etonaoy Mitr, PFE (1982) pln an Canscaner ss Ada 3 bagian dari kurva yang bisa kitabedakan.Daerah antara A dan B adalah daerah yang menunjukkan adanya kelebihan kapas! pabrik-pabrik, Penambahan output sampai Q tidak meningkatkan biaya produksi (marginal) sehingga tidak menaikkan harga. Daerah antara B dan C menunjukkan keadaan kapasitas yang sudah mulai ketat, Pada tahap ini Law of Diminishing Returns mulai berlaku, sebab dengan kapasitas pabrik yang jumlahnya tetap (ingal: jangka pendek!), penambahan terus-menerus input-input variabel akhirnya akan menghasilkan output tambahan (Marginal Produc!) yang makin kecil. Ini berarti bahwa Marginal Cost mulai menaik. Pada daerah antara QL dan Qu, Output agregat masih bisa dinaikkan, tetapi hanya dengan biaya (dan harga) yang lebih tinggi. Qo, adalah output makimum yang bisa dihasilkan oleh kapasitas yang ada, Bera- Papun input variabel ditambahkan, tidak akan bisa meningkatkan output, Dengan lain perkataan, berapapun tingkat harga (P) yang berlaku di pasar tidak akan bisa menarik | banyak output lagi ke pasar. Pada tahap ini, output hanya bisa dinaikkan apabila kapasitas ditambah. Tetapi menambah kapasitas hanya bisa dilakukan dalam “jangka panjang”’, yaitu setelah proyek investasi selesai dibangun dan mulai bekerja. Dalam buku ini kita tidak menganalisa kasus “‘jangka panjang”’, sehingga kurva ABCS kita anggap satu-satunya kurva output (penawaran agregat) kita. KESEIMBANGAN DI PASAR BARANG Marilah kita ulang sekali lagi apa yang sampai saat ini telah kita bahas. Dari segi permintaan agregat kita mempunyai proses multi- plier untuk mencapai semacam "’keseimbangan”’ didalamnya. Sean- dainya tingkat investasi berubah dengan Al, maka melalui proses multiplier perubahan dari unsur permintaan agregat ini akan meng- akibatkan perubahan permintaan agregat sebesar az=1ta1 lee Kita mempunyai tingkat permintaan agregat baru (lihat Gambar M1.) 21 = Zo + AZ pln an Canscaner % isi isi keseimbangan dalam arti bahwa fob Zi adalah semacam pont aie sudah Verbal dan dak ede kecenderungan bagi Z untuk berubah. Kita telah mencatat pula bah. wa pada posisi keseimbangan tersebut Z = Y, atau permintaan agre- gat = pengeluaran agregat = pendapatan agregal. Dalil ini selatu berlaku, Tercapainya keseimbangan tersebut bukanlah berarti bahwa ke- seimbangan di pasar barang tercapai, Keseimbangan tersebut di atas hanyalah kescimbangan dari satu sisi dari pasar ini, yaitu sisi permin- tan, Keseimbangan pasar barang (dan ini merupakan kescimbangan yang sesungguhnya dari perekonomian) akan tercapai bila permin- (aan agregat sama (atau berpotongan) dengan penawaran agregal. Pertemuan antara permintaan agregat dan penawaran agregat di pasar barang ini menentukan tingkat harga umum (P) keseimbangan dan output agregat (Q) keseimbangan. Jadi pada posisi keseim- ‘bangan pasar ini Z, Y, P, Q ada pada tinghat kescimbangannya masing-masing. Secara grafik, proses menuju ke keseimbangan global ini bisa di- gambarkan sebagai berikut; Gambar A G Seandainya posi fambar 111.7, Gambar B isi adalah pada thik A (hat paeanean Z (dan Y) pada mulany® asreyat Z dan pendapata dengan tingkat permintaa” bahwa permintaan core at M Yo (dan Zp « Yo), Kia ita! uaran agregat masyare! pln an Canscaner 37 tidak lain adalah sejumlah uang (atau ''daya beli’’) yang ingin dibe- lanjakan oleh masyarakat di pasar barang. Beberapa unit barang- barang bisa diperoleh dari sejumlah uang ini tergantung kepada berapa harga per uni: dari barang-barang tersebut, Tingkat Z ini bisa kita terjemahkan sebagai suatu kurva Zo pada gambar B. Kurva ini menunjukkan berapa unit output (Q) yang bisa diperoleh dengan membelanjakan sejumlah Uang tertentu tersebut (Z) untuk berbagai tingkat harga (P) yang mungkin terjadi, Kurva ini berbentuk "hiper- bola segiempat” (rectangular hyperbola) yang mempunyai sifat bahwa semua segi empat yang dibatasi oleh kurva ini (misalnya, KLMO dan RSTO) mempunyai /uas yang sama. Ini menggambarkan bahwa jumlah uang yang kita belanjakan adalah tetap, yaitu Zo. Sekarang apabila investasi naik denan Al, maka melalui proses multiplier Z dan Y akan naikmenjadi Zy dan Yj, yaitu kita bergerak dari titik A ke titik B dalam gambar A. Tingkat pengeluaran yang baru inipun bisa kita terjemahkan menjadi kurva rectangular hyper- bola Z; pada gambar B, Posisinya, tentu saja terletak di sebelah kanan atas dari kurva Zo karena jumlah uang yang dibelanjakan adalah lebih besar. Keseimbangan di pasar barang tercapai bila kurva permintaan agregat ini bertemu (dan berpotongan) dengan kurva penawaran agregat. (Gambar III.8) Qo Q Gambar II1.8 pn ean Sebelum ada kenaikan investasi, dengan tingkat permintaan Zo dihasilkan posisi equilibrium E, tingkat harga equilibrium Po dan output equilibrium Qo. Dengan adanya kenaikan investasi sebesar Al, Zo~ Z\ E> F, Ry P} dan Qo~ QI. F adalah posisi keseimbangan baru di pasar barang. Pada posisi ini tidak ada kecenderungan bagi Z, P maupun Q untuk berubah. Kita sekarang mempunyai bekal yang lebih baik untuk men- jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada awal Bab ini, yaitu sampai berapa jauh kenaikan permintaan agregat meng- akibatkan kenaikan output (GDP riil) dan sampai berapa jauh meng- akibatkan kenaikan harga. Jawabnya tergantung pada tahap mana kita kebetulan berada pada kurva penawaran agregat. (Lihat gambar IIL.9 berikut). pn ean i. Gambar A Gambar B Gambar C Gambar A menunjukkan keadaan masa depresi yang biasanya diser- tai oleh keadaan kelebihan kapasitas pabrik secara global. Dalam ke- adaan ini peningkatan permintaan agregat dari Zo ke Z) akan me- naikkan output (GDP riil) tanpa menaikkan tingkat harga (ini sering disebut "Kasus Keynes’). Gambar B menunjukkan keadaan kapa- sitas pabrik yang mulai terpakai penuh. Kenaikan permintaan agre- gat dari Zp ke Z) mengakibatkan kenaikan output (GDP riil) dan kenaikan tingkat harga umum (inflasi). Ini sering dijuluki sebagai "Kasus Tengah-Tengah”. Gambar C menunjukkan keadaan kapa- pln an Canscaner sitas pabrik yang terpakai secara maksimal. Dalam hal ini kenaikan Permuntaan agrezat samasekah tidak menaikkan GDP mul, tetapi ha- ya mengakibatkan inflasi. Ini disebut “"Kasus Klasik’’. RINGKASAN 1. Keynes berpendapat bahwa sistem larssez faire marni dak bisa dipertahankan. Pada ungkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi “*full employment” nya, sebab mekanisme otomatis ke arah po- Sisi tersebut tidak bisa diandalkan. 2. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintoan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (ata output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan ter- jadi situasi "kekurangan produksi”. Pada periode berikumya output akan naik atau harga akan naik, aiau keduanya terjadi bersama-sama. 3. Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agsegat, maka situasi ""kelebihan produksi” terjadi. Pada perio- de berikutnya output akan turun atau harga akan tarun, 2138 keduanya terjadi bersama-sama_ pln an Canscaner 6 tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi. Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh fak- tor-faktor yang berbeda, Pengeluaran konsumsi tergantung pada pendapatan yang diterima oleh Rumah Tangga dan kecen- derungan berkonsumsinya (propensity to consume). Penge- luaran investasi ditentukan oleh keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of capital) dan biaya dana (tingkat bunga). Pengeluaran pemerintah ditentukan oleh proses politik yang kompleks dan dalam teori makro dianggap eksogen’”. Perubahan dari unsur-unsur permintaan agregat (pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi dan pengeluaran pemerintah) mempengaruhi tingkat permintaan agregat melalui proses be- rantai atau proses multiplier, Bila unsur ini meningkat dengan Rp 1,- maka tingkat permintaan agregat akan meningkat dengan suatu kelipatan dari Rp 1,-. Pelipat atau multiplier ini tergan- tung pada besarnya marginal propensity to consume. KONSEP-KONSEP PENTING DALAM BAB INI Keynesianisme Permintaan efektif Perminiaan agregat Pengeluaran agregat Propensity to Consume (Marginal dan Average) Propensity 10 save Marginal Efficiency of Capital Fungsi MEC (Fungsi Investasi) Proses Multiplier Penawaran Agregat Keseimbangan Pasar Barang Kasus Keynes Kasus Klasik Kasus Tengah-Tengah pln an Canscaner 63 BAB IV TEORI MAKRO. KEYNES DENGAN PASAR UANG DAN PASAR TENAGA KERJA PENDAHULUAN Dalam Bab III kita telah mempelajari teori Keynes mengenai pasar barang. Ini hanyalah sebagian dari seluruh teori Keynes. Kita masih harus mempelajari apa pendapat ekonom besar ini mengenai pasar uang dan pasar tenaga kerja, agar kita bisa memperoleh gam- baran yang lebih lengkap Mengenai teori makronya. Yang meru- pakan inti dari teori Keynes justru adalah pendapatnya bahwa ketiga pasar ini (plus pasar luar negeri, apabila kita sampai pada pem- bahasan mengenai perekonomian terbuka) saling kait-mengkait, dan hanya mengetahui proses keseimbangan di suatu Pasar atau di ma- sing-masing pasar tidak cukup untuk mengetahui proses makro secara lengkap. Keynes menekankan perlunya melihat proses sebagai proses keseimbangan umum (general equilibrium), yaitu proses pe- nyesuaian di semua pasar untuk -menuju ke arah posisi keseim bangannya secara bersama- sama. Dalam bab ini kita akan mulai pembahasan kita dengan me- lihat bekerjanya pasar uang, dan pasar tenaga kerja. Kemudian kita gabungan kedua pasar tersebut dengan pasar barang dan melihat ba- gaimana ketiga pasar tersebut menuju ke Posisi_ keseimbangan umumnya, Setiap perubahan situasi makro harus dikaji dalam ke- rangka proses keseimbangan umum ini. PASAR UANG Dalam bab I dan III kita telah singgung bagaimana tingkat bunga ditentukan di pasar wang. Di sini akan kita Janjutkan uraian Mengenai pasar uang, khususnya mengenai teori pasar uang seperti yang dikemukakan oleh Keynes dalam bukunya General Theory. pln an Canscaner Di uang, penawaran akan uang bertemu dengan permin- taan akan wang dan menentukan "harga’” dari uang. Menurut Key- nes, "harga’® uang adalah harga yang harus dibayar untuk penggu- naan uang, yang tidak lain adalah tingkat bunga. Penawaran akan uang dianggap ditentukan oleh penguasa moneter, sehingga identik dengan jumlah uang yang beredar. Permintaan akan uang meru- pakan fokus dari teori moneter dari Keynes. la mengatakan bahwa seseorang memegang uang tunai (atau "’meminta”’ uang tunai) karena ia mempunyai tujuan-tujuan (motif) tertentu yang bisa dipe- nuhi dengan menggunakan uang tunai. Ada tiga macam tujuan atau motif memegang uang: (a) Motif transaksi (b) Motif berjaga-jaga (c) Motif spekulasi. Motif transaksi timbul karena dalam perekonomian yang meng- gunakan uang sebagai alat tukar-menukar ada kebutuhan untuk menyelesaikan transaksi-transaksi lewat penggunaan wang. Di dalam masyarakat yang didasarkan atas barter, tentunya kebutuhan akan alat likuid yang bisa sewaktu-waktu digunakan untuk menyelesaikan transaksi tidak akan timbul. Uang tunai yang dibutuhkan oleh ma- syarakat untuk tujuan ini tergantung kepada (a) volume transaksi yang dijalankan dan (b) tingkat harga umum, Keynes, seperti kaum Klasik, menganggap bahwa volume transaksi erat ‘hubungannya dengan jumlah barang/jasa yang diproduksikan (yaitu output agre- ral Till, Q). Pada hakekatnya ia menerima perumusan di mana k adalah suatu konstante (di ‘ . . : a al bagi Keynes, ini hanya merupakan Hens ae pendek), Leet uang. Ppermintaan akal mca psbererepee ntaan akan uang untuk tujual luar rencana transaksi normal, misalaye tds reguler atau vane ad daan-keadaan darurat seperti kecelaka: ‘uk pembayaran yang tak terduga lain, Motif an, sakit, dan pembayara” cautionary motive), Orang tae ante dey Ca pln an Canscaner 65 uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tak terduga tersebut, karena sifat uang yang likuid, yaitu mudah untuk ditukarkan dengan barang-barang lain. Menurut Keynes permintaan akan wang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang un- tuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan orang tersebut, dan mungkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga. Permintaan akan wang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga tersebut tidak menyimpang dari teori Klasik, yaitu memandang ke- butuhan akan uang dari fungsinya sebagai ala/ ‘ukar. Yang meru- pakan pembaharuan dalam teori moneter Keynes adalah unsur yang ketiga dari permintaan akan wang, yaitu permintaan akan uang un- tuk tujuan spekulasi, Sesuai dengan namanya, motif dari peme- gangan uang ini adalah terutama bertujuan untuk memperoleh “keuntungan”’ yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan betul. Motif spekulasi ini bisa kita terangkan lebih lanjut sebagai berikut. Pada garis besarnya teori Keynes membatasi pada keadaan di mana pemilik kekayaan (asset holder) bisa memilih apakah meme- gang kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi (bond). Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan, sedang obligasi dianggap memberikan penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode. Dalam model Keynes dibicarakan khusus obligasi yang memberikan suatu penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode selama waktu yang tak terbatas (perpetuity). Tetapi meskipun hanya obligasi semacam ini yang dibicarakan dalam model Keynes sebagai alternatif dari pemegangan kekayaan dalam bentuk uang tunai, hal ini tidak mengurangi validitas teori Keynes untuk kasus di mana obligasi tidak berbentuk perpetuity, tetapi yang mem- berikan aliran penghasilan sampai tanggal jatuh temponya, atau pun surat-surat berharga lainnya. Untuk memperjelas bagaimana unsur "spekulasi’? masuk dalam pemilihan antara pemegang uang dan obligasi, perlu kita didefi- nisikan lebih lanjut pengertian "‘obligasi’’. Obligasi yang membe- rikan aliran penghasilan setiap tahunnya, misalnya, Rp 6.000,00 un- tuk selama-lamanya mempunyai nilai sekarang tidak lebih dari Rp 100.000,00 bila tingkat bunga yang berlaku adalah 6% setahun, Atau sama halnya bila kita mempunyai uang sebesar Rp 100.000,00 dan tingkat bunga yang berlaku adalah 6% setahun, maka kita bisa memperoleh penghasilan bunga sebesar Rp 6.000,00 per tahun untuk pn ean 66 selama-| i tersebut kita simpan di bank atau kita pin- Caer umanya (dengan anggapan tingkat bunga tetap 6%). Jadi harga (atau nilai sekarang) dari obligasi “perpetuiry”” yang memberikan hasil Rp 6.000,00 akan mendekati Rp 100.000,00 bila tingkat bunga yang berlaku adalah 6% per tahun, atau Rp 150.000,00 bila tingkat bunga 4% per tahun, atau Rp 200.000,00 bila tingkat bunga 3% setahun dan seterusnya, Secara umum bubungan ini bisa ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut: di mana K adalah hasil per tahun yang diterima atau Rp 6.000,00 da- lam contoh di atas, r adalah tingkat bunga, dan P adalah harga pasar (atau nilai sekarang) dari obligasi perpetuity” tersebut. Persamaan tersebut bisa juga ditulis sebagai yang ménunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga (r). Bila tingkat bunga turun, maka harga pasar obligasi naik; dan sebaliknya bila tingkat bunga naik berarti harga pasar obligasi turun. Sekarang, menurut Keynes orang bisa ’’berspekulasi’ mengenai perubahan tingkat bunga di waktu mendatang (yang berarti juga pet- ubahan harga pasar obligasi di waktu mendatang) dengan membeli obligasi atau menjual obligasi yang dipunyainya dengan harapan memperoleh keuntungan, Bila kita mengharapkan tingkat bung? akan menaik (atau harga obligasi turun) di waktu mendatang maka adalah rasional baginya untuk menjual obligasi yang ia punyai dan memegang kekayaannya dalam bentuk uang tunai (yaitu hasil pen- jualan obligasi tersebut), sebab dengan demikian ia bisa menghindari kerugian-kapital (capital loss) yang Mungkin terjadi, yaitu berupa twrunnya harga obligasi yang ia punyai, Sebaliknya bila madame kage Lingkat bunga akan turun (atau harga obligasi seas wane ati tonal pe pasinys untuk membeli obligasi (atau bisa memperoleh keuntungan-kapital aga dengan Cae mula atau harga dari obligasi yang dibelinya tear) one Se Perhaukan bahwa perilaku pemilik kekasa : kan alas harapan atau ramalannya menge een oseOU Aida ngenai apa yang akan terjadi pln an Canscaner 67 dengan tingkal bunga, Tentunya “ ‘spekulasi" semacam ini hanya bisa terjedi di dunia yang ada fakior “ketidekpastian masa depan" (uncertainty). Dan ini memang keadaan dunia nyata yang ia adap! (dan dari vegl ini teori Keynes adalah lebih "realistis da- ripada teori-teori moneter sebelumnya), Jadi menurut teori Keynes: (a) bila eta bunga diharapkan turun maka orang lebih suka memegang kekayaannya dalam bentuk obligasi dari pada uang tunai, Karena bukan hanya obligasi memberikan penghasilan tertentu pet periode (kK, dalam Notasi di atas) tetapi juga bisa memberikan eae one jfeoaikan harga obligasi, (b) bila tingkat harapkan untuk naik maka kan ilih memegang uang tunai daripada obligasi, —— Satu hal yang perlu dicatat mengenai mekanisme permintaan akan wang untuk motif spekulasi seperti yang dikemukakan di sini adalah bahwa semuanya berkisar pada harapan mengenai perubahan tingkat bunga di masa mendatang. Apa yang menentukan harapan seseorang akan gerak dari tingkat bunga? Mengenai hal ini Keynes mengatakan bahwa pada suatu waktu seseorang mempunyai pen- dapat mengenai tingkat bunga yang ia anggap "normal’’. Bila pada suatu waktu tingkat bunga yang berlaku lebih tinggi dari tingkat bunga yang ia anggap normal, maka ia akan mengharapkan bahwa tingkat bunga akan turun di masa mendatang, Sebaliknya bila ting- kat bunga yang berlaku lebih rendah daripada tingkat bunga yang dianggapnya sebagai “normal”, maka akan diharapkan tingkat bunga untuk naik. Semakin besar perbedaan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat bunga "’normal’’ tersebut semakin cepat (atau semakin besar) perubahan yang diharapkan dari tingkat bunga yang berlaku. Bentuk yang sederhana dari fungsi permintaan (total) akan uang dari teori Keynes adalah Ma = [kQ + 9 (9) Patau Md = kQ + (7) M@ adalah permintaan total akan wang dalam arti il suku pertama dalam kurung, yaitu kQ adalah permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, yang dinyatakan sebagai suatu Proporsi (k) dari pendapatan nasional riil atau tingkat output; @ (r) pn ean 68 adalah permintaan akan uang untuk niotif spekulasi yang dinyata- kan sebagai fungsi dari tingkat bunga yang berlaku (r). Fungsi per- mintaan akan uang ini disebut juga sebagai fungsi Liquidity Preference. . Secara grafik, penentuan tingkat bunga di pasar uang digambar- kan oleh perpotongan kurva Liquidity Preference dengan kurva jumlah uanig yang beredar. Md(Q,r) Gambar IV.1 Bila jumlah uang yang beredar ditambah (Ms Ms), tingkat bunga cenderung turun (fo ~* r}). beberapa hal yang perlu disadari mengenai teori pasar wang deri Teo i but lebih (a). Teori tersebut lebih cocok bagi negara-negara yang me nyai lembaga pasar uang yang telah berkembang, Mekanisme sub stitusi antara uang tunai dengan obligasi dan surat-surat lainnya, yang kemudian menentukan harge dari obligasi (surat-surat berharga lain) atau tingkat bunga, hanya televan bagi negara- semacam ini. Di banyak negara sedang berkembang, pasar wang belum berkembang (dan mungkin bahkan belum ada). A substitusi yang relevan, bukan antara uang tunai dan surat trae tetapi antara uang dan barang, Tidak tersedianya surat-surat berhal- ga sebagai obyek bagi motif spekulasi mengakibatkan orang lari” ke barang, Jadi, di negara-negara yang ae nisme substitusi tersebut menentukan ieee akhir aa ki —, ball lagi kepada dalil Teori Kuanttas kaum Kiasik, yang menyataka . pn ean 69 bahwa perubahan jumlah wang yang beredar (M,) menentukan harga barang (P), bukannya tinghat bunga (1)! (b) Mengenai anggapan bahwa My ditentukan oleh penguasa moneter, sebetulnya hanya suatu karihatur yang kasar dari kenya- taan. Kita ingat bahwa vay beredar terdiri tari dua bagian, yaitu uang cartal dan uang ginal. Hanya ang kartallah yang /angsung ditentukan olch penguasa moneter, sedangkan uang giral diciptakan oleh sektor perbankan, Uang giral ini bisa dipengaruhi olch pemerin- tah melalui kebijasanaan-kebijaksanaan Kredit, tingkat bunga dan perbankan. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa kekuasaan pe- merintah untuk mengendalikan M s tidaklah selangsung dan semu- lak seperti yang digambarkan dalam teori di atas’). PASAR TENAGA KERJA. Konsepsi Keynes mengenai bekerjanya pasar tenaga kerja ber- beda dengan konsepsi kaum Klasik, khususnya dalam hal kemung- kinan bahwa pengangguran bisa berlarut-larut. Kaum Klasik mengenal tiga macam pengangguran: @ Pengangguran yang timbul karena pergeseran tingkat output dari berbagai sektor dan bersifat sementara (frictional un- employmert). (b) Pengangguran musiman, yang datang dan hilang menurut musim (seasonal unemployment). () Pengangguran yang “dibuat" orang, misalnya dengan adanya peraturan upah ‘minimum atau tindakan dari serikat buruh yang berusaha mempertahankan tingkat upah di atas tingkat yang mempertemukan perminiaan dan penawaran tenaga kerja (pengangguran semacam ini discbut institutional unemploy- ment). Dalam “dunia Klasik", semua harga-harga (termasuk harga tenaga kerja, yaitu upah) fleksibel ke atas maupun ke bawah dan semua pe- laku ekonomi bereaksi secara cepat dan rasional terhadap perubahan ))Umet pembahasan lebih fanjut mengenai hal ini, fihat Boediono, Sers Smaps Penguntur How Fiwsinm No. §. Teor Moneler. BPFE (1982), Bab VI pln an Canscaner
  • Anda mungkin juga menyukai