1, Jadiat akhirnya mengakibatkan AZ
Ee
yang lebih besar dari AI. Angka 1/(1-c) ini disebut pelipat penda-
patan (income multipler) atau pelipat pengeluaran (expenditure mul-
tiplier) atau bisa juga disebut sebagai pelipat permintaan agregat,
(aggregate demand multiplier).
Contoh: c = MPC = 0,8 .
Kenaikan pengeluaran investasi (Al) = Rp | juta akan me-
ningkatkan permintaan agregat (AZ) sebesar
ye ia Rp | juta = Rp 5juta.
Sckarang, bagaimanakah pengaruh AG terhadap Z? Jawabnya
persis sama dengan pengaruh AI yang diuraikan di atas, sebab me-
mang melalui putaran - putaran yang persis sama. Jadi,
az= —- ac
lc
| Prases Pelipatan ini bisa digambarkan secara grafik sebagai
berikut:
pn eena
+hh
2 (C4140) +h
|
!
|
|
|
¥
Mula-mula kita pada posisi titik A, dengan permintaan agregat OZo
dan pendapatan agregat OYo, Kemudian ada kenaikan I sebesar Al.
Pada pularan pertama, Z akan meningkat sebesar AC, Jumlah ini
akan diterima oleh para penjual barang yang dibeli investor sebagai
pendapatan tambahan sebesar CE (= AC, karena ACE adalah sama
kaki). Pada putaran kedua pendapatan tambahan ini d njakan
oleh penerima pendapatan pada Pularan pertama tadi untuk
membeli barang-barang konsumsi. Jumlah yang dibelanjakan adalah
MPC kali CE,yang besarnya sama-dengan ED, Dan ED ini menam-
bah Z. Demikian seterusnya proses tersebut berjalan dan berhenti
bia kita sampai pada B, Akhirnya Z akan naik dari Zo ke Zy dan Y
dari Yo ke Yj.
PENAWARAN AGREGAT ATAU OUTPUT AGREGAT
Kita telah selesai membahas permintaan agregat. Khususnya,
kita telah menguraikan:
(a) Faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur dari per-
mintaan agregat, dan
(b) Bagaimana permintaan agregat tersebut berubah bila salah
satu unsurnya berubah (proses multiplier).
pn eancy
Permintaan agregat adalah salah satu sisi dari "pasar barang’’. Sisi
lain dari pasar ini, yaitu penawaran agregat (aggregate supply) atau
output agregat (aggregate output) akan kita kupas dalam bagian ini,
(Kedua istilah ini mempunyai arti yang sama).
Penawaran agregat mempunyai beberapa kesamaan dengan
kurga penawaran pasar dalam teori mikro. Bayangkan suatu pereko-
nomian yang hanya menghasilkan satu macam barang dan semua
pasar yang ada didalamnya berbentuk persaingan sempurna. Ini
semua hanyalah penyederhanaan dari kenyataan agar esensi perma-
salahannya mudah ditangkap. Dalam jangka pendek (dan teori
makro yang dibahas dalam buku ini adalah mengenai jangka pen-
dek), kurva penawaran seorang produsen adalah kurva Marginal
Costnya.*) Kurva penawaran agregat adalah penjumlahan horisontal
dari semua kurva MC produsen yang ada di dalam perekonomian
tersebut. Jadi bentuk kurva penawaran agregat harus serupa dengan
bentuk kurva MC, yaitu menaik dengan makin tingginya harga.
Kesimpulan ini tetap berlaku seandainya tidak semua pasar di dalam
perekonomian tersebut berbentuk persaingan sempurna dan tidak
hanya satu macam barang yang dihasilkan. Gambar V.6 berikut ini
menunjukkan bentuk umurm dari kurva penawaran agregat.
P
P = Tingkat harga
umum.
Q = Output agregat
alau penawaran
agregat,
"1, Set Snaps Pongonir Was Eos0m No.1: Etonaoy Mitr, PFE (1982)
pln an Canscanerss
Ada 3 bagian dari kurva yang bisa kitabedakan.Daerah antara A dan
B adalah daerah yang menunjukkan adanya kelebihan kapas!
pabrik-pabrik, Penambahan output sampai Q tidak meningkatkan
biaya produksi (marginal) sehingga tidak menaikkan harga. Daerah
antara B dan C menunjukkan keadaan kapasitas yang sudah mulai
ketat, Pada tahap ini Law of Diminishing Returns mulai berlaku,
sebab dengan kapasitas pabrik yang jumlahnya tetap (ingal: jangka
pendek!), penambahan terus-menerus input-input variabel akhirnya
akan menghasilkan output tambahan (Marginal Produc!) yang
makin kecil. Ini berarti bahwa Marginal Cost mulai menaik. Pada
daerah antara QL dan Qu, Output agregat masih bisa dinaikkan,
tetapi hanya dengan biaya (dan harga) yang lebih tinggi. Qo, adalah
output makimum yang bisa dihasilkan oleh kapasitas yang ada, Bera-
Papun input variabel ditambahkan, tidak akan bisa meningkatkan
output, Dengan lain perkataan, berapapun tingkat harga (P) yang
berlaku di pasar tidak akan bisa menarik | banyak output lagi ke
pasar. Pada tahap ini, output hanya bisa dinaikkan apabila kapasitas
ditambah. Tetapi menambah kapasitas hanya bisa dilakukan dalam
“jangka panjang”’, yaitu setelah proyek investasi selesai dibangun
dan mulai bekerja. Dalam buku ini kita tidak menganalisa kasus
“‘jangka panjang”’, sehingga kurva ABCS kita anggap satu-satunya
kurva output (penawaran agregat) kita.
KESEIMBANGAN DI PASAR BARANG
Marilah kita ulang sekali lagi apa yang sampai saat ini telah kita
bahas. Dari segi permintaan agregat kita mempunyai proses multi-
plier untuk mencapai semacam "’keseimbangan”’ didalamnya. Sean-
dainya tingkat investasi berubah dengan Al, maka melalui proses
multiplier perubahan dari unsur permintaan agregat ini akan meng-
akibatkan perubahan permintaan agregat sebesar
az=1ta1
lee
Kita mempunyai tingkat permintaan agregat baru (lihat Gambar
M1.)
21 = Zo + AZ
pln an Canscaner%
isi isi keseimbangan dalam arti bahwa
fob Zi adalah semacam pont aie sudah Verbal dan dak ede
kecenderungan bagi Z untuk berubah. Kita telah mencatat pula bah.
wa pada posisi keseimbangan tersebut Z = Y, atau permintaan agre-
gat = pengeluaran agregat = pendapatan agregal. Dalil ini selatu
berlaku,
Tercapainya keseimbangan tersebut bukanlah berarti bahwa ke-
seimbangan di pasar barang tercapai, Keseimbangan tersebut di atas
hanyalah kescimbangan dari satu sisi dari pasar ini, yaitu sisi permin-
tan, Keseimbangan pasar barang (dan ini merupakan kescimbangan
yang sesungguhnya dari perekonomian) akan tercapai bila permin-
(aan agregat sama (atau berpotongan) dengan penawaran agregal.
Pertemuan antara permintaan agregat dan penawaran agregat di
pasar barang ini menentukan tingkat harga umum (P) keseimbangan
dan output agregat (Q) keseimbangan. Jadi pada posisi keseim-
‘bangan pasar ini Z, Y, P, Q ada pada tinghat kescimbangannya
masing-masing.
Secara grafik, proses menuju ke keseimbangan global ini bisa di-
gambarkan sebagai berikut;
Gambar A
G
Seandainya posi fambar 111.7, Gambar B
isi
adalah pada thik A (hat paeanean Z (dan Y) pada mulany®
asreyat Z dan pendapata dengan tingkat permintaa”
bahwa permintaan core at M Yo (dan Zp « Yo), Kia ita!
uaran agregat masyare!
pln an Canscaner37
tidak lain adalah sejumlah uang (atau ''daya beli’’) yang ingin dibe-
lanjakan oleh masyarakat di pasar barang. Beberapa unit barang-
barang bisa diperoleh dari sejumlah uang ini tergantung kepada
berapa harga per uni: dari barang-barang tersebut, Tingkat Z ini bisa
kita terjemahkan sebagai suatu kurva Zo pada gambar B. Kurva ini
menunjukkan berapa unit output (Q) yang bisa diperoleh dengan
membelanjakan sejumlah Uang tertentu tersebut (Z) untuk berbagai
tingkat harga (P) yang mungkin terjadi, Kurva ini berbentuk "hiper-
bola segiempat” (rectangular hyperbola) yang mempunyai sifat
bahwa semua segi empat yang dibatasi oleh kurva ini (misalnya,
KLMO dan RSTO) mempunyai /uas yang sama. Ini menggambarkan
bahwa jumlah uang yang kita belanjakan adalah tetap, yaitu Zo.
Sekarang apabila investasi naik denan Al, maka melalui proses
multiplier Z dan Y akan naikmenjadi Zy dan Yj, yaitu kita bergerak
dari titik A ke titik B dalam gambar A. Tingkat pengeluaran yang
baru inipun bisa kita terjemahkan menjadi kurva rectangular hyper-
bola Z; pada gambar B, Posisinya, tentu saja terletak di sebelah
kanan atas dari kurva Zo karena jumlah uang yang dibelanjakan
adalah lebih besar.
Keseimbangan di pasar barang tercapai bila kurva permintaan
agregat ini bertemu (dan berpotongan) dengan kurva penawaran
agregat. (Gambar III.8)
Qo Q
Gambar II1.8
pn eanSebelum ada kenaikan investasi, dengan tingkat permintaan Zo
dihasilkan posisi equilibrium E, tingkat harga equilibrium Po dan
output equilibrium Qo. Dengan adanya kenaikan investasi sebesar Al,
Zo~ Z\ E> F, Ry P} dan Qo~ QI. F adalah posisi keseimbangan
baru di pasar barang. Pada posisi ini tidak ada kecenderungan bagi
Z, P maupun Q untuk berubah.
Kita sekarang mempunyai bekal yang lebih baik untuk men-
jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada awal Bab ini,
yaitu sampai berapa jauh kenaikan permintaan agregat meng-
akibatkan kenaikan output (GDP riil) dan sampai berapa jauh meng-
akibatkan kenaikan harga. Jawabnya tergantung pada tahap mana
kita kebetulan berada pada kurva penawaran agregat. (Lihat gambar
IIL.9 berikut).
pn ean
i.Gambar A Gambar B
Gambar C
Gambar A menunjukkan keadaan masa depresi yang biasanya diser-
tai oleh keadaan kelebihan kapasitas pabrik secara global. Dalam ke-
adaan ini peningkatan permintaan agregat dari Zo ke Z) akan me-
naikkan output (GDP riil) tanpa menaikkan tingkat harga (ini sering
disebut "Kasus Keynes’). Gambar B menunjukkan keadaan kapa-
sitas pabrik yang mulai terpakai penuh. Kenaikan permintaan agre-
gat dari Zp ke Z) mengakibatkan kenaikan output (GDP riil) dan
kenaikan tingkat harga umum (inflasi). Ini sering dijuluki sebagai
"Kasus Tengah-Tengah”. Gambar C menunjukkan keadaan kapa-
pln an Canscanersitas pabrik yang terpakai secara maksimal. Dalam hal ini kenaikan
Permuntaan agrezat samasekah tidak menaikkan GDP mul, tetapi ha-
ya mengakibatkan inflasi. Ini disebut “"Kasus Klasik’’.
RINGKASAN
1. Keynes berpendapat bahwa sistem larssez faire marni dak bisa
dipertahankan. Pada ungkat makro, pemerintah harus secara
aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi
“*full employment” nya, sebab mekanisme otomatis ke arah po-
Sisi tersebut tidak bisa diandalkan.
2. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan
oleh apa yang terjadi dengan permintoan agregat masyarakat.
Apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (ata
output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan ter-
jadi situasi "kekurangan produksi”. Pada periode berikumya
output akan naik atau harga akan naik, aiau keduanya terjadi
bersama-sama.
3. Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran
agsegat, maka situasi ""kelebihan produksi” terjadi. Pada perio-
de berikutnya output akan turun atau harga akan tarun, 2138
keduanya terjadi bersama-sama_
pln an Canscaner6
tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran
investasi.
Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh fak-
tor-faktor yang berbeda, Pengeluaran konsumsi tergantung
pada pendapatan yang diterima oleh Rumah Tangga dan kecen-
derungan berkonsumsinya (propensity to consume). Penge-
luaran investasi ditentukan oleh keuntungan yang diharapkan
(marginal efficiency of capital) dan biaya dana (tingkat bunga).
Pengeluaran pemerintah ditentukan oleh proses politik yang
kompleks dan dalam teori makro dianggap eksogen’”.
Perubahan dari unsur-unsur permintaan agregat (pengeluaran
konsumsi, pengeluaran investasi dan pengeluaran pemerintah)
mempengaruhi tingkat permintaan agregat melalui proses be-
rantai atau proses multiplier, Bila unsur ini meningkat dengan
Rp 1,- maka tingkat permintaan agregat akan meningkat dengan
suatu kelipatan dari Rp 1,-. Pelipat atau multiplier ini tergan-
tung pada besarnya marginal propensity to consume.
KONSEP-KONSEP PENTING DALAM BAB INI
Keynesianisme
Permintaan efektif
Perminiaan agregat
Pengeluaran agregat
Propensity to Consume (Marginal dan Average)
Propensity 10 save
Marginal Efficiency of Capital
Fungsi MEC (Fungsi Investasi)
Proses Multiplier
Penawaran Agregat
Keseimbangan Pasar Barang
Kasus Keynes
Kasus Klasik
Kasus Tengah-Tengah
pln an Canscaner63
BAB IV
TEORI MAKRO. KEYNES DENGAN PASAR UANG
DAN PASAR TENAGA KERJA
PENDAHULUAN
Dalam Bab III kita telah mempelajari teori Keynes mengenai
pasar barang. Ini hanyalah sebagian dari seluruh teori Keynes. Kita
masih harus mempelajari apa pendapat ekonom besar ini mengenai
pasar uang dan pasar tenaga kerja, agar kita bisa memperoleh gam-
baran yang lebih lengkap Mengenai teori makronya. Yang meru-
pakan inti dari teori Keynes justru adalah pendapatnya bahwa ketiga
pasar ini (plus pasar luar negeri, apabila kita sampai pada pem-
bahasan mengenai perekonomian terbuka) saling kait-mengkait, dan
hanya mengetahui proses keseimbangan di suatu Pasar atau di ma-
sing-masing pasar tidak cukup untuk mengetahui proses makro
secara lengkap. Keynes menekankan perlunya melihat proses sebagai
proses keseimbangan umum (general equilibrium), yaitu proses pe-
nyesuaian di semua pasar untuk -menuju ke arah posisi keseim
bangannya secara bersama- sama.
Dalam bab ini kita akan mulai pembahasan kita dengan me-
lihat bekerjanya pasar uang, dan pasar tenaga kerja. Kemudian kita
gabungan kedua pasar tersebut dengan pasar barang dan melihat ba-
gaimana ketiga pasar tersebut menuju ke Posisi_ keseimbangan
umumnya, Setiap perubahan situasi makro harus dikaji dalam ke-
rangka proses keseimbangan umum ini.
PASAR UANG
Dalam bab I dan III kita telah singgung bagaimana tingkat
bunga ditentukan di pasar wang. Di sini akan kita Janjutkan uraian
Mengenai pasar uang, khususnya mengenai teori pasar uang seperti
yang dikemukakan oleh Keynes dalam bukunya General Theory.
pln an CanscanerDi uang, penawaran akan uang bertemu dengan permin-
taan akan wang dan menentukan "harga’” dari uang. Menurut Key-
nes, "harga’® uang adalah harga yang harus dibayar untuk penggu-
naan uang, yang tidak lain adalah tingkat bunga. Penawaran akan
uang dianggap ditentukan oleh penguasa moneter, sehingga identik
dengan jumlah uang yang beredar. Permintaan akan uang meru-
pakan fokus dari teori moneter dari Keynes. la mengatakan bahwa
seseorang memegang uang tunai (atau "’meminta”’ uang tunai)
karena ia mempunyai tujuan-tujuan (motif) tertentu yang bisa dipe-
nuhi dengan menggunakan uang tunai. Ada tiga macam tujuan atau
motif memegang uang:
(a) Motif transaksi
(b) Motif berjaga-jaga
(c) Motif spekulasi.
Motif transaksi timbul karena dalam perekonomian yang meng-
gunakan uang sebagai alat tukar-menukar ada kebutuhan untuk
menyelesaikan transaksi-transaksi lewat penggunaan wang. Di dalam
masyarakat yang didasarkan atas barter, tentunya kebutuhan akan
alat likuid yang bisa sewaktu-waktu digunakan untuk menyelesaikan
transaksi tidak akan timbul. Uang tunai yang dibutuhkan oleh ma-
syarakat untuk tujuan ini tergantung kepada (a) volume transaksi
yang dijalankan dan (b) tingkat harga umum, Keynes, seperti kaum
Klasik, menganggap bahwa volume transaksi erat ‘hubungannya
dengan jumlah barang/jasa yang diproduksikan (yaitu output agre-
ral Till, Q). Pada hakekatnya ia menerima perumusan
di mana k adalah suatu konstante (di ‘ . .
: a al
bagi Keynes, ini hanya merupakan Hens ae pendek), Leet
uang. Ppermintaan akal
mca psbererepee ntaan akan uang untuk tujual
luar rencana transaksi normal, misalaye tds reguler atau vane ad
daan-keadaan darurat seperti kecelaka: ‘uk pembayaran
yang tak terduga lain, Motif an, sakit, dan pembayara”
cautionary motive), Orang tae ante dey Ca
pln an Canscaner65
uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tak terduga tersebut,
karena sifat uang yang likuid, yaitu mudah untuk ditukarkan dengan
barang-barang lain. Menurut Keynes permintaan akan wang untuk
tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan uang un-
tuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan
orang tersebut, dan mungkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga.
Permintaan akan wang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga
tersebut tidak menyimpang dari teori Klasik, yaitu memandang ke-
butuhan akan uang dari fungsinya sebagai ala/ ‘ukar. Yang meru-
pakan pembaharuan dalam teori moneter Keynes adalah unsur yang
ketiga dari permintaan akan wang, yaitu permintaan akan uang un-
tuk tujuan spekulasi, Sesuai dengan namanya, motif dari peme-
gangan uang ini adalah terutama bertujuan untuk memperoleh
“keuntungan”’ yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang
uang tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan betul. Motif
spekulasi ini bisa kita terangkan lebih lanjut sebagai berikut.
Pada garis besarnya teori Keynes membatasi pada keadaan di
mana pemilik kekayaan (asset holder) bisa memilih apakah meme-
gang kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi (bond).
Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan, sedang obligasi
dianggap memberikan penghasilan berupa sejumlah uang tertentu
setiap periode. Dalam model Keynes dibicarakan khusus obligasi
yang memberikan suatu penghasilan berupa sejumlah uang tertentu
setiap periode selama waktu yang tak terbatas (perpetuity). Tetapi
meskipun hanya obligasi semacam ini yang dibicarakan dalam model
Keynes sebagai alternatif dari pemegangan kekayaan dalam bentuk
uang tunai, hal ini tidak mengurangi validitas teori Keynes untuk
kasus di mana obligasi tidak berbentuk perpetuity, tetapi yang mem-
berikan aliran penghasilan sampai tanggal jatuh temponya, atau pun
surat-surat berharga lainnya.
Untuk memperjelas bagaimana unsur "spekulasi’? masuk dalam
pemilihan antara pemegang uang dan obligasi, perlu kita didefi-
nisikan lebih lanjut pengertian "‘obligasi’’. Obligasi yang membe-
rikan aliran penghasilan setiap tahunnya, misalnya, Rp 6.000,00 un-
tuk selama-lamanya mempunyai nilai sekarang tidak lebih dari
Rp 100.000,00 bila tingkat bunga yang berlaku adalah 6% setahun,
Atau sama halnya bila kita mempunyai uang sebesar Rp 100.000,00
dan tingkat bunga yang berlaku adalah 6% setahun, maka kita bisa
memperoleh penghasilan bunga sebesar Rp 6.000,00 per tahun untuk
pn ean66
selama-| i tersebut kita simpan di bank atau kita pin-
Caer umanya (dengan anggapan tingkat bunga tetap 6%).
Jadi harga (atau nilai sekarang) dari obligasi “perpetuiry”” yang
memberikan hasil Rp 6.000,00 akan mendekati Rp 100.000,00 bila
tingkat bunga yang berlaku adalah 6% per tahun, atau
Rp 150.000,00 bila tingkat bunga 4% per tahun, atau Rp 200.000,00
bila tingkat bunga 3% setahun dan seterusnya, Secara umum
bubungan ini bisa ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
di mana K adalah hasil per tahun yang diterima atau Rp 6.000,00 da-
lam contoh di atas, r adalah tingkat bunga, dan P adalah harga pasar
(atau nilai sekarang) dari obligasi perpetuity” tersebut. Persamaan
tersebut bisa juga ditulis sebagai
yang ménunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar
obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga (r). Bila
tingkat bunga turun, maka harga pasar obligasi naik; dan sebaliknya
bila tingkat bunga naik berarti harga pasar obligasi turun.
Sekarang, menurut Keynes orang bisa ’’berspekulasi’ mengenai
perubahan tingkat bunga di waktu mendatang (yang berarti juga pet-
ubahan harga pasar obligasi di waktu mendatang) dengan membeli
obligasi atau menjual obligasi yang dipunyainya dengan harapan
memperoleh keuntungan, Bila kita mengharapkan tingkat bung?
akan menaik (atau harga obligasi turun) di waktu mendatang maka
adalah rasional baginya untuk menjual obligasi yang ia punyai dan
memegang kekayaannya dalam bentuk uang tunai (yaitu hasil pen-
jualan obligasi tersebut), sebab dengan demikian ia bisa menghindari
kerugian-kapital (capital loss) yang Mungkin terjadi, yaitu berupa
twrunnya harga obligasi yang ia punyai, Sebaliknya bila
madame kage Lingkat bunga akan turun (atau harga obligasi
seas wane ati tonal pe pasinys untuk membeli obligasi (atau
bisa memperoleh keuntungan-kapital aga dengan Cae
mula atau harga dari obligasi yang dibelinya tear) one Se
Perhaukan bahwa perilaku pemilik kekasa :
kan alas harapan atau ramalannya menge een oseOU Aida
ngenai apa yang akan terjadi
pln an Canscaner67
dengan tingkal bunga, Tentunya “
‘spekulasi" semacam ini hanya
bisa terjedi di dunia yang ada fakior “ketidekpastian masa
depan" (uncertainty). Dan ini memang keadaan dunia nyata yang
ia adap! (dan dari vegl ini teori Keynes adalah lebih "realistis da-
ripada teori-teori moneter sebelumnya), Jadi menurut teori Keynes:
(a) bila eta bunga diharapkan turun maka orang lebih suka
memegang kekayaannya dalam bentuk obligasi dari pada uang tunai,
Karena bukan hanya obligasi memberikan penghasilan tertentu pet
periode (kK, dalam Notasi di atas) tetapi juga bisa memberikan
eae one jfeoaikan harga obligasi, (b) bila tingkat
harapkan untuk naik maka kan ilih memegang
uang tunai daripada obligasi, ——
Satu hal yang perlu dicatat mengenai mekanisme permintaan
akan wang untuk motif spekulasi seperti yang dikemukakan di sini
adalah bahwa semuanya berkisar pada harapan mengenai perubahan
tingkat bunga di masa mendatang. Apa yang menentukan harapan
seseorang akan gerak dari tingkat bunga? Mengenai hal ini Keynes
mengatakan bahwa pada suatu waktu seseorang mempunyai pen-
dapat mengenai tingkat bunga yang ia anggap "normal’’. Bila pada
suatu waktu tingkat bunga yang berlaku lebih tinggi dari tingkat
bunga yang ia anggap normal, maka ia akan mengharapkan bahwa
tingkat bunga akan turun di masa mendatang, Sebaliknya bila ting-
kat bunga yang berlaku lebih rendah daripada tingkat bunga yang
dianggapnya sebagai “normal”, maka akan diharapkan tingkat
bunga untuk naik. Semakin besar perbedaan antara tingkat bunga
yang berlaku dengan tingkat bunga "’normal’’ tersebut semakin
cepat (atau semakin besar) perubahan yang diharapkan dari tingkat
bunga yang berlaku.
Bentuk yang sederhana dari fungsi permintaan (total) akan uang
dari teori Keynes adalah
Ma = [kQ + 9 (9) Patau Md = kQ + (7)
M@ adalah permintaan total akan wang dalam arti il
suku pertama dalam kurung, yaitu kQ adalah permintaan akan uang
untuk transaksi dan berjaga-jaga, yang dinyatakan sebagai suatu
Proporsi (k) dari pendapatan nasional riil atau tingkat output; @ (r)
pn ean68
adalah permintaan akan uang untuk niotif spekulasi yang dinyata-
kan sebagai fungsi dari tingkat bunga yang berlaku (r). Fungsi per-
mintaan akan uang ini disebut juga sebagai fungsi Liquidity
Preference. .
Secara grafik, penentuan tingkat bunga di pasar uang digambar-
kan oleh perpotongan kurva Liquidity Preference dengan kurva
jumlah uanig yang beredar.
Md(Q,r)
Gambar IV.1
Bila jumlah uang yang beredar ditambah (Ms Ms), tingkat bunga
cenderung turun (fo ~* r}).
beberapa hal yang perlu disadari mengenai teori pasar wang
deri Teo i but lebih
(a). Teori tersebut lebih cocok bagi negara-negara yang me
nyai lembaga pasar uang yang telah berkembang, Mekanisme sub
stitusi antara uang tunai dengan obligasi dan surat-surat
lainnya, yang kemudian menentukan harge dari obligasi (surat-surat
berharga lain) atau tingkat bunga, hanya televan bagi negara-
semacam ini. Di banyak negara sedang berkembang, pasar wang
belum berkembang (dan mungkin bahkan belum ada). A
substitusi yang relevan, bukan antara uang tunai dan surat trae
tetapi antara uang dan barang, Tidak tersedianya surat-surat berhal-
ga sebagai obyek bagi motif spekulasi mengakibatkan orang lari”
ke barang, Jadi, di negara-negara yang ae
nisme substitusi tersebut menentukan ieee akhir aa ki —,
ball lagi kepada dalil Teori Kuanttas kaum Kiasik, yang menyataka
.
pn ean69
bahwa perubahan jumlah wang yang beredar (M,) menentukan
harga barang (P), bukannya tinghat bunga (1)!
(b) Mengenai anggapan bahwa My ditentukan oleh penguasa
moneter, sebetulnya hanya suatu karihatur yang kasar dari kenya-
taan. Kita ingat bahwa vay beredar terdiri tari dua bagian,
yaitu uang cartal dan uang ginal. Hanya ang kartallah yang /angsung
ditentukan olch penguasa moneter, sedangkan uang giral diciptakan
oleh sektor perbankan, Uang giral ini bisa dipengaruhi olch pemerin-
tah melalui kebijasanaan-kebijaksanaan Kredit, tingkat bunga dan
perbankan. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa kekuasaan pe-
merintah untuk mengendalikan M s tidaklah selangsung dan semu-
lak seperti yang digambarkan dalam teori di atas’).
PASAR TENAGA KERJA.
Konsepsi Keynes mengenai bekerjanya pasar tenaga kerja ber-
beda dengan konsepsi kaum Klasik, khususnya dalam hal kemung-
kinan bahwa pengangguran bisa berlarut-larut.
Kaum Klasik mengenal tiga macam pengangguran:
@
Pengangguran yang timbul karena pergeseran tingkat output
dari berbagai sektor dan bersifat sementara (frictional un-
employmert).
(b) Pengangguran musiman, yang datang dan hilang menurut
musim (seasonal unemployment).
() Pengangguran yang “dibuat" orang, misalnya dengan adanya
peraturan upah ‘minimum atau tindakan dari serikat buruh yang
berusaha mempertahankan tingkat upah di atas tingkat yang
mempertemukan perminiaan dan penawaran tenaga kerja
(pengangguran semacam ini discbut institutional unemploy-
ment).
Dalam “dunia Klasik", semua harga-harga (termasuk harga tenaga
kerja, yaitu upah) fleksibel ke atas maupun ke bawah dan semua pe-
laku ekonomi bereaksi secara cepat dan rasional terhadap perubahan
))Umet pembahasan lebih fanjut mengenai hal ini, fihat Boediono, Sers Smaps Penguntur
How Fiwsinm No. §. Teor Moneler. BPFE (1982), Bab VI
pln an Canscaner