Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 1

PDGK 4104 / Perspektif Pendidikan SD

Nama : AGUS SAMPODO


NIM : 857712899
Semester :3

1. Landasan Filosofis adalah melihat pendidikan dari makna dan hakekat pendidikan itu
sendiri. Landasan ini bersifat filsafat. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu: philein
artinya mencintai, dan sophos atau sophis artinya hikmah, arif, atau bijaksana. Jadi
filsafat adalah mencintai hikmah atau kebijaksanaan. Landasan filosofis merupakan
landasan yang berkaitan dengan makna dan hakekat pendidikan, yang berusaha menelaah
masalah pokok; apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan diperlukan, apa yang
seharusnya menjadi tujuan pendidikan dsb.
Cara pandang psikologis-pedagogis atau psikopedagogis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi
individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik. Psiko-pedagogis yang
relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Cara pandang sosiologis-antropologis (sosio antropologis) adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses
enkulturasi atau peawarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang
mendewasa dalam konteks pembudayaan.

2. Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta
sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar
beserta ide-ide atau pertimbangan yang melatarbelakangi. Secara historis sistem
pendidikan di Indonesia merupakan warisan dari penjajah Belanda. Sehingga sistem
pendidikan pada masa ini bertujuan memperoleh tenaga terampil yang mendukung
keberlangsungan penjajahan Belanda di Indonesia. Pada masa ini sudah ada istilah bumi
putera yang dianggap sebagai hamba.
Landasan ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen
politik Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif
konstitusional yang mencerminkan bagaimana sistem pendidikan nasional dibangun dan
diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Landasan Yuridis dalam sistem pendidikan di Indonesia Pancasila dan UUD 1945
merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional.  Dapat dilihat dalam alinea keempat
pembukaan UUD 1945. Sedangkan peraturan perundangan yang berlaku yaitu UU No 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas.
 
3. Fungsi Pendidikan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melalui pendidikan dasar peserta didik dibekali kemampuan dasar yang terkait dengan
kemampuan berpikir kritis, membaca, menulis dan berhitung, dan yang paling penting
menjalankan pembentukan landasan kepribadian yang kuat terhadap siswa dan
pendidikan dasar pula memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang
pendidikan selanjutnya. Adanya keberhasilan mengikuti pendidikan disekolah menengah
dan perguruan tinggi banyak dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mengikuti pendidikan
dasar.

Tujuan Pendidikan
Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis juga bertanggung jawab.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan
dasar, maka tujuan pendidikan SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-
hitung,  pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
SMP.
a. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh
setiap orang yang ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu,
mata pelajaran yang mendukung pembentukan kemampuan ini mendapat porsi yang
cukup besar di SD.
b. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang
meliputi ketrampilan akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal, ketrampilan
sosial, dan ketrampilan vokasional.
c. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya
dengan ketrampilan belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.

4. Bentuk-Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan SD formal


    Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan non
formal. Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah Nasional
Plus, dan SD Inklusi. SD/ MI diperuntukkan untuk anak berusia 7-12 tahun setelah lulus
TK atau PAUD.
    SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar
karena kelaninan fisik atau mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD
biasa yang juga menerima anak-anak yang mempunyai kelainan, sehingga terjadi
perbauran antara anak normal dengan anak berkelainan. Sementara itu, SD Unggulan atau
Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang mempunyai keunggulan dalam aspek tertentu,
seperti penggunaan bahasa asing atau menggunakan Kurikulum Internasional.

5. Penyelenggaraan pendidikan dasar pada masa orde lama, orde baru, dan masa reformasi
a. Pendidikan masa orde lama
Pendidikan pada masa orde lama merupakan tonggak sejarah dimulainya
pendidikan dasar di Indonesia. Pada masa pertama kali periode ini sistem sekolah
dasar di Indonesia dikenal dengan nama Sekolah Rakyat (SR). Sekolah rakyat saat itu
adalah peninggalan dari masa penjajahan jepang kemudian pada tahun 1946 sekolah
Rakyat berganti menjadi Sekolah Dasar (SD).
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran. Kurikulum yang berjalan saat
itu dikenal dengan sebutan “Rencana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Kemudian dilanjutkan dengan Rencana Pelajaran Terurai 1952 dan
kurikulum 1964.
Ada beberpa jenis sekolah pada saat itu dibagi dengan ketentuan seperti:
Sekolah Rakyat, Sekolah Rakyat Partikulir Bersubsidi, Tak Bersubsidi, Istimewa, dan
Pendidikan Islam.

b. Pendidikan pada Masa Orde Baru

Usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III dan
seterusnya telah dilancarkan oleh pemerintahan Orde Baru dengan tokoh-tokoh
teknokrat dalam pucuk pimpinan pemerintahan. Rencana pendidikan dalam Pelita I ini
dapat dikembangkan menurut satu rencana dan menyesuaikan keuangan Negara.
Harga minyak tanah yang melonjak naik pada masa orde baru ini berakibat pada
keuangan Negara yang membengkak. Hal ini menjadi penyebab di dirikannya SD
Inpres (Instruksi Presiden) mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran.

Kurikulum pada masa orde baru terdiri dari kurikulum 1968 berisi kelompok
pembinaan pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus, penekananya hanya
dalam segi intelektual lalu ada kurikulum 1975 ditekankan agar lebih efektif dan
efisien berdasarkan MBO (Management by objective) selanjutnya kurikulum 1984
dan Kurikulum 1994.

c. Pendidikan pada Masa Reformasi

Pendidikan dasar pada masa reformasi tidak berbeda jauh dengan masa orde baru.
Hanya kurikulumnya saja yang berganti-ganti hingga saat ini kurikulum yang dipakai
adalah kurikulum 2013. Kurikulum 1994 digunakan pada masa pemerintahan Habibie
telah mengalami penyempurnaan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pendidikan pada
masa pemerintahan Megawati mengalami perubahan tatanan, antara lain:

1. Diubahnya Kurikulum 1994 ke Kurikulum 2000 menjadi Kurikulum 2002 setelah


disempurnakan (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yaitu kurikulum dalam
orientasinya dalam pendidikan fokus pada 3 aspek utama yang dikembangkan,
antara lain aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.
2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan pada 8 Juli
2003 yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional
dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan
menjujung HAM

Anda mungkin juga menyukai