Anda di halaman 1dari 20

PERNIKAHAN BEDA AGAMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Kontemporer

Dosen Pengampu : Roykhatun Nikmah, M.H.

Disusun Oleh :

Anisa Ramadina Pritama (192111102)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2021/2022

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat,
Hidayah serta Inayahnya kepada kami sehingga dapat menyusun makalah ini hingga selesai.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Kontemporer dengan judul
Perkawinan Beda Agama.

Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada dosen Roykhatun


Nikmah, M.H. yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah
ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota kelompok
yang selalu kompak konsisten dalam penyelesaian tugas ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami tidak menutup dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah di masa yang
akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan kemanfaatan bagi
kami penyusun dan para pembaca semuanya. Aamiin.

Surakarta, 24 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................. i

Kata Pengantar.............................................................................................................. ii

Daftar Isi....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkara Ekonomi Syariah (Perdata dan Pidana).......................................... 5

B. Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah....................................................... 7

C. Sengketa Tata Usaha Negara...................................................................... 7

D. Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara................................................ 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan sudah menjadi sunnatullah yang berlaku secara umum


dan perilaku makhluk ciptaan Tuhan, agar dengan perkawinan kehidupan
di alam dunia ini bisa berkembang untuk meramaikan alam yang luas ini
dari generasi ke generasi berikutnya.1 Perkawinan adalah tuntutan naluri
yang berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan,
maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan menurut KHI adalah pernikahan,
yaitu akad yang sangat kuat atau ”mitsagan gholidan” dan
melaksanakannya merupakan ibadah.2

Perkawinan adalah perilaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa


agar kehidupan di alam dunia berkembang baik. Perkawinan bukan saja
terjadi di kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tanaman tumbuhan
dan hewan. Oleh karena itu manusia adalah makhluk yang berakal, maka
perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti
perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat sederhana budaya perkawinannya sederhana, sempit dan
tertutup, dalam masyarakat yang maju (modern) budaya perkawinannya
maju, luas dan terbuka.3

Dalam masyarakat sederhana budaya perkawinannya adalah dalam


bentuk yang sederhana, sempit dan bahkan tertutup, sedangkan dalam
masyarakat modern budaya perkawinannya maju, luas serta terbuka.
Perkawinan sudah ada dalam masyarakat yang sederhana sekalipun,
1
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum
Agama, Cet. 2, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 1.
2
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (pasal 2), (Jakarta : Akademika presindo,
1992), hlm. 144.
3
YUDISIA, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 h.413

4
karena ia dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat dan para
pemuka agama dan pemuka adat. Masyarakat pada dasarnya telah
menetapkan cara-cara tertentu untuk dapat melangsungkan perkawinan.
Aturan-aturan tersebut terus berkembang maju dalam masyarakat yang
mempunyai kekuasan pemerintahan dan di dalam suatu negara.
Perkawinan tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan di mana
masyarakat itu berada. Ia bisa dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan dan keagamaan yang dianut masyarakat yang bersangkutan.

Dalam konsepsi hukum Indonesia, masalah perkawinan telah


mendapat pengaturan hukumnya secara nasional, yakni Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan), dan
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. Seiring dengan perkembangan
masyarakat Indonesia yang semakin kompleks, permasalahan yang terjadi
juga semakin kompleks. Termasuk juga kompleksitas masalah
perkawinan. Berbagai jenis ataupun kasus perkawinan di Indonesia yang
layak untuk diperbincangkan, karena perkawinan merupakan perbuatan
hukum yang menimbulkan sebab akibat antara pasangan yang melakukan
perkawinan maupun Negara yang dihuni oleh pasangan tersebut, salah
satunya perkawinan beda agama yang merupakan akhir ini menjadi
fenomena di Indonesia baik dari kalangan artis maupun masyarakat awam,
bahkan aktivis dialog antar agama maupun kaum agamawan terdidik. 4

Perkawinan antara orang-orang yang berbeda agama maupun


Negara disebut perkawinan beda agama. Perkawinan beda agama
merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang berbeda
agama maupun Negara menyebabkan bersatunya dua peraturan yang
berlainan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan sesuai hukum

4
Nur Asiah, Kajian HukumTerhadap Perkawinan Beda Agama Menuurut Undang-Undang
Perkawinan dan Hukum Isam, Aceh Jurnal Hukum Samudra Keadilan Vol. 10 No. 2 Juli-Desember
2015 Hlm. 206

5
agamanya masing-masing, dengan tujuan membentuk keluarga bahagia
dan kekal berdasarkan tuhan yang Maha Esa.5

Landasan hukum agama dalam melaksanakan perkawinan


merupakan hal sangat penting dalam UU Nomor 1974, sehingga
penentuan boleh tidaknya perkawinan tergantung pada ketentuan agama.
Hal ini berarti juga bahwa hukum agama menyatakan perkawinan tidak
boleh, maka tidak boleh pula menurut hukum negara, jadi dalam
perkawinan beda agama yang menjadi boleh atau tidaknya tergantung pada
ketentuan agamanya. 6

Hal ini selaras dengan Kompilasi Hukum Islam yang


mengkategorikan perkawinan antar pemeluk agama dalam bab larangan
perkawinan. Pasal 40 huruf (c) dinyatakan bahwa dilarang melangsungkan
perkawinan seorang pria dengan seorang wanita yang tidak beragama
Islam.7 Serta wewenang dalam penetapan perkawinan beda agama oleh
pengadilan dalam Pasal 35 huruf (a), jika ditinjau kembali hal ini
bertentangan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan yang tidak secara eksplisit melarang perkawinan beda agama.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan


beberapa permasalahan yaitu :

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Perkawinan Beda Agama?
2. Bagaimana Hukum Perkawinan Beda Agama?
3. Apa saja Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama?
4. Bagaimana Pendapat Ulama Madzhab Mengenai Perkawinan Beda
Agama?
C. Tujuan

5
Rusli dan R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya (Bandung : Penerbit Pionir Jaya,
2000), hlm. 16
6
Ibid 207
7
Pasal 40 huruf (c), Kompilasi Hukum Islam

6
1. Untuk Mengetahui Pengertian Perkawinan Beda Agama.
2. Untuk Menjelaskan Hukum Perkawinan Beda Agama.
3. Untuk Mengetahui Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama.
4. Untuk Memahami dan Mengetahui Pendapat Ulama Madzhab
Mengenai Perkawinan Beda Agama.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkawinan Beda Agama

Perkawinan secara etimologi dalam fiqh dikenal dengan istilah


nikah yang berasal dari bahasa Arab ٌ‫ ا َح ِكن‬yang merupakan masdar atau
asal dari kata kerja ‫ نكح‬. Sinonimnya ‫زوج‬MM‫ ت‬kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan perkawinan. Kata “nikah” telah dibakukan
menjadi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, secara sosial, kata perkawinan
dipergunakan dalam berbagai upacara perkawinan. Sedangkan menurut
arti istilah Perkawinan atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan
pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban anatara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang bukan mahram.8

Pengertian perkawinan beda agama menurut Rusli, SH dan R.


Tama, SH menyatakan bahwa perkawinan antar agama merupakan ikatan
lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita, yang karena
berbeda agama, menyebabkan tersangkutya dua peraturan yang berlainan
mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan perkawinan sesuai
dengan hukum agamanya masing-masing, dengan tujuan untuk
membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang
Maha Esa.9

Sedangkan menurut Abdurrahman, menyatakan bahwa perkawian


antara agama yaitu suatu perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang
yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Dari beberapa pengertian perkawinan antar agama tersebut di atas

8
Ana Lela F. CH, dkk, Fikih Perkawian Beda Agama Sebagai Upaya Harmonisasi Agama : Studi
Perkawinan Beda Agama Di Jember, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Volume 4
Nomor 1, 2016, H.121
9
Ibid

8
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud adalah perkawinan antara dua
orang yang berbeda agama dan masing-masing tetap mempertahankan
agama yang dianutnya.

B. Hukum Perkawinan Beda Agama

1. Hukum Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam

Dalam pembahasan hukum Islam, khususnya dalam literatur


fiqh klasik, Perkawinan Beda Agama dapat dibedakan menjadi tiga
kategori: pertama, Perkawinan antara seorang pria muslim dengan
seorang wania musyrik; kedua, Perkawinan antara seorang pria muslim
dengan wanita ahli kitab; dan ketiga, Perkawinan antara seorang
wanita muslimah dengan pria non muslim (sama adanya musyrik atau
ahli kitab)

a. Perempuan Muslim dengan Laki-laki Non-Muslim

Pertama, perkawinan antara seorang perempuan muslim


dengan seorang laki-laki musyrik dan sebaliknya. Para ulama
sepakat bahwa seorang perempuan muslim diharamkan menikah
dengan seorang laki-laki non-muslim. seperti yang tertulis dalam
surat al-Baqarah ayat 221:

‫ت َحىّٰت يُ ْؤ ِم َّن ۗ َواَل ََم ةٌ ُّمْؤ ِمنَ ةٌ َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو‬
ِ ‫واَل َتْن ِكح وا الْم ْش ِر ٰك‬
ُ ُ َ
‫اَ ْع َجبَْت ُك ْم ۚ َواَل ُتْن ِك ُح وا الْ ُم ْش ِركِنْي َ َحىّٰت يُْؤ ِمُن ْوا ۗ َولَ َعْب ٌد ُّمْؤ ِم ٌن َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر ٍك َّولَ ْو‬

ِ ‫ك يَ ْدعُ ْو َن اِىَل النَّا ِر ۖ َواللّٰهُ يَ ْدعُ ْٓوا اِىَل اجْلَن َِّة َوالْ َم ْغ ِف َر ِة بِاِ ْذنِهٖۚ َويَُبنِّي ُ اٰيٰتِهٖ لِلن‬
‫َّاس‬ ۤ
َ ‫اَ ْع َجبَ ُك ْم ۗ اُوٰل ِٕى‬

‫لَ َعلَّ ُه ْم َيتَ َذ َّكُر ْو َن‬

Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita


musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia

9
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-
Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-
Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”10

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairy Hafidhahullah “Tidak Halal


bagi Muslimah untuk menikah dengan orang kafir secara mutlak,
baik Ahlul Kitab maupun bukan. Para ulama mengemukakan
larangan Muslimah dinikahi oleh lalaki ahli kitab atau non-Muslim
itu sebagaian cukup menyebutkanya dengan lafal musyrik atau
kafir, karena maknanya sudah jelas: kafir itu mencakup ahli kitab
dan musyrik. Di samping itu tidak ada ayat ataupun hadis yang
membolehkan lelaki kafir baik ahli kitab ataupun musyrik yang
boleh menikahi Muslimah setelah turun ayat 10 Surat Al-
Mumtahanah. Sehingga tidak ada kesamaran lagi walupun hanya
disebut kafir sudah langsung mencakup kafir dari jenis ahli kitab
dan kafir Musyrik. Bahkan lafal musyrik saja, para ulama sudah
memasukan seluruh non-Muslim dalam hal lelaki musyrik dilarang
dinikahi dengan wanita Muslimah.11

b. Pria muslim dengan wanita ahli kitab

Di dalam literatur klasik didapatkan bahwa kebanyakan


ulama cenderung membolehkan perkawinan antara pria muslim
dengan wanita ahli kitab tersebut dan sebagian dari mereka hanya
menganggap makruh, mereka merujuk pada QS. Al-Maidah (5): 5 :

10
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surakarta:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2013), h. 35
11
Nur Asiah, Kajian HukumTerhadap Perkawinan Beda Agama Menuurut Undang-Undang
Perkawinan dan Hukum Isam, Jurnal Hukum Samudra Keadilan Vol. 10 No. 2, Aceh, 2015, hlm.
210

10
ٌّ‫ٰب ِحلٌّ لَّ ُك ْم ۖ َوطَ َع ُام ُك ْم ِحل‬ ِ ِ َّ ُ ۗ ‫اَلَْي ْو َم اُ ِح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّٰب‬
َ ‫ت َوطَ َع ُام الذيْ َن اُْوتُوا الْكت‬
‫ٰب ِم ْن َقْبلِ ُك ْم اِ َذٓا‬ ِ ِ َّ ِ ‫ٰت والْمحص ن‬
َ ‫ٰت م َن الذيْ َن اُْوتُ وا الْكت‬
ِ ِ ِ ‫هَّل م ۖوالْمحص ن‬
ُ َ ْ ُ َ ‫ٰت م َن الْ ُم ْؤ من‬
ُ َ ْ ُ َ ُْ
ٓ ِِ
ِ َ‫ي اَخ َدا ۗ ٍن ومن يَّ ْك ُف ر بِااْلِ مْي‬ ِِ ِِ
‫ان‬ ْ ْ َ َ ْ ْ ‫اَٰتْيتُ ُم ْو ُه َّن اُ ُج ْو َر ُه َّن حُمْص ننْي َ َغْي َر ُم َس افحنْي َ َواَل ُمتَّخ ذ‬
َ‫ط َع َملُهٗ َو ُه َو ىِف ااْل ٰ ِخَر ِة ِم َن اخْل ِٰس ِريْن‬
َ ِ‫َف َق ْد َحب‬

Artinya: “Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-


baik. Makanan (sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan
makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi)
perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara
perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan
yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk
menjadikan perempuan piaraan. Barangsiapa kafir setelah beriman,
maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk
orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah: 5)12

c. Pria Muslim dengan Seorang Wanita Musyrik

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa perkawinan antara


pria muslim dan wanita musyrik hukumnya adalah mutlak haram.
Madzhab Hambali juga berpendapat demikian, bahwa haram
hukumnya menikahi wanita-wanita musyrik. Berdasarkan firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 221:

‫ت َحىّٰت يُ ْؤ ِم َّن ۗ َواَل ََم ةٌ ُّمْؤ ِمنَ ةٌ َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو‬
ِ ‫واَل َتْن ِكح وا الْم ْش ِر ٰك‬
ُ ُ َ
‫اَ ْع َجبَْت ُكم‬.ْ

12
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surakarta:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2013), h. 107.

11
Artinya: “Janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu” (QS. Al-Baqarah: 221).

2. Hukum Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif

Secara regulatif, pernikahan beda agama di Indonesia tidak


memiliki kekuatan hukum, sebab Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan Bab 1 Pasal 2 ayat (1), Kompilasi Hukum
Islam Pasal 40 ayat (c) dan Pasal 44, Fatwa MUI, serta putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor: 68/PUU-XII/2014 telah melarang
pernikahan beda agama. Karena itu, Kantor Urusan Agama (KUA)
maupun Catatan Sipil tidak akan melakukan pencatatan administratif
atas peristiwa pernikahan beda agama. Melakukan pernikahan beda
agama berarti tidak mengindahkan Undang-Undang dan peraturan
yang berlaku di negeri ini. Konsekuensi logisnya, pasti akan
mengalami pelbagai permasalahan dalam rumah tangganya, sehingga
tidak mungkin dapat mewujudkan keluarga yang sakinah.13

C. Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama

Akibat hukum dari perkawinan beda agama dilihat dari aspek


yuridis yaitu tentang Keabsahannya perkawinan beda agama tersebut.
Menurut UU Perkawinan, sahnya suatu perkawinan harus sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang diatur dalam pasal 2 ayat (1).
Berdasarkan pasal tersebut, dapat diartikan bahwa undang – undang
perkawinan menyerahkan keputusannya pada ajaran agamanya masing
– masing. Apabila dalam perkawinan beda agama ini sudah sah
menurut agama, maka undang – undang perkawinan juga mengakui
keabsahannya. Tetapi kenyataannya bagi masing – masing agama
sangatlah sulit dalam mensahkan perkawinan beda agama tersebut
13
Abdul Jalil, Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di
Indonesia, Andragogi Jurnal Diklat Teknis, Volume: VI No. 2, 2018, hlm. 66

12
kecuali salah satu pasangan tersebut berpindah agama mengikuti salah
satu pasangannya. Dan itupun bisa saja menjadi penyimpangan agama.

Menurut hukum status anak yang dilahirkan oleh pasangan


yang berbeda agama dianggap sah selama perkawinan beda agama
tersebut di sahkan oleh agama dan di catatkan dalam kantor pencatatan
perkawinan. Karena anak yang sah menurut ketentuan undang –
undang perkawinan pasal 42 ialah anak yang lahir dari perkawinan
yang sah berdasarkan pasal 2 ayat (2). Selanjutnya akibat hukum yang
akan timbul juga dari perkawinan beda agama tersebut yaitu mengenai
masalah warisan. Misalnya seorang suami beragama islam dan isteri
serta anak – anaknya non-islam maka, sudah tentu merupakan
halangan bagi islam untuk menerima maupun mewarisi harta
warisannya. Dan warisan yang terjadi pada perkawinan beda agama
tidak dapat diterima oleh ahli waris akibat hubungan perbedaan
agama.14

D. Pendapat Ulama Madzhab Mengenai Perkawinan Beda Agama

1) Pernikahan Beda Agama Menurut Madzhab Imam Abu Hanifah


Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa perkawinan antara pria
muslim dengan wanita musyrik hukumnya adalah mutlak haram, tetapi
membolehkan mengawini wanita ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani),
sekalipun ahlul kitab tersebut meyakini trinitas, karena menurut mereka
yang terpenting adalah ahlul kitab tersebut memiliki kitab samawi.
Menurut mazhab ini yang dimaksud dengan ahlul kitab adalah siapa
saja yang mempercayai seorang nabi dan kitab yang pernah diturunkan
Allah S.W.T., termasuk juga orang yang percaya kepada Nabi Ibrahim
alaihissalam dan Suhufnya dan orang yang percaya kepada nabi Musa
AS dan kitab Zaburnya, maka wanitanya boleh dikawini.

14
Jane Marlen Makale, Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama, Lex Privatum, Vol.I No.2
2013, hlm 142.

13
Bahkan menurut mazhab ini mengawini wanita ahlul kitab zimmi
atau wanita kitabiyah yang ada di Darul Harbi adalah boleh, hanya saja
menurut mazhab ini, perkawinan dengan wanita kitabiyah yang ada di
darul harbi hukumnya makruh tahrim, karena akan membuka pintu
fitnah, dan mengandung mafasid yang besar, sedangkan perkawinan
dengan wanita ahlul kitab zimmi hukumnya makruh tanzih, alasan
mereka adalah karena wanita ahlul kitab zimmi ini menghalalkan
minuman arak dan menghalalkan daging babi.15

2) Pernikahan Beda Agama Menurut Madzhab Imam Malik

Madzhab Maliki tentang perkawinan lintas agama ini


mempunyai dua pendapat, yaitu 1) menikah dengan wanita kitabiyah
hukumnya makruh mutlak, baik dzimmiyah (wanita-wanita non-muslim
yang berada diwilayah atau negeri yang tunduk pada hukum Islam)
maupun wanita harbiyah, namun makruhnya menikahi wanita harbiyah
lebih besar. Akan tetapi jika dikhawatirkan bahwa si isteri yang
kitabiyah ini akan mempengaruhi anakanaknya dan meninggalkan
agama ayahnya, maka hukumnya haram; dan 2) Tidak makruh mutlak
karena ayat tersebut tidak melarangsecara mutlaq. Metodologi berfikir
madzhab maliki ini menggunakan pendekatan sad alzariyan (menutup
jalan yang mengarah kepada kaemafsadatan), jika dikhawatirkan
kemafsadatan yang akan muncul dalam perkawinan beda agama ini,
maka diharamkan.16

3) Pernikahan Beda Agama Menurut Madzhab Imam Syafi’i

Imam Syafi‟i berpendapat bahwa apabila seorang wanita masuk


Islam atau dilahirkan dalam keadaan Islam, atau salah seorang dari
kedua orang tuanya masuk Islam, sementara da masih anak-anak dan
15
J. Shodiq , Misno , dan Abdul Rosyid , “Pernikahan Beda Agama Menurut Imam Madzhab dan
Hukum Positif di Indonesia”, Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial , VOL : 07, NO : 1, 2019, hlm
16.
16
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas. (2009). Fiqh Munakahat.
Jakarta: Amzah. hlm. 37.

14
belum mencapai usia balig. Maka haram atas setiap lelaki musyrik, ahli
kitab, atau penyembah berhala untuk menikahinya dalam segala
keadaan. Apabila kedua orang tuanya musyrik, lalu disebutkan
kepadanya sifat-sifat Islam, dan ia memahaminya, maka saya melarang
wanita di nikahi oleh laki-laki musyrik.

Namun bila disebutkan kepadanya sifat-sifat Islam namun ia


tidak memahaminya, maka saya lebih menyukai untuk laki-laki musyrik
dilarang untuk menikahinya. Imam Syafi‟i juga berpendapat bahwa
dihalalkan menikahi wanitawanita merdeka Ahli kitab bagi setiap
muslim, karena Allah S.W.T. menghalalkan mereka tanpa
pengecualian. Wanita-wanita Ahli kitab yang merdeka dan boleh
dinikahi adalah pengikut dua kitab yang masyhur yakni; Taurat dan
Injil dan mereka adalah Yahudi dan Nasrani.17

BAB III

17
Ibid, h.19

15
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkawinan beda agama merupakan ikatan lahir batin antara


seorang pria dan wanita yang berbeda agama maupun Negara
menyebabkan bersatunya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat-
syarat dan tata cara pelaksanaan sesuai hukum agamanya masing-masing,
dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan tuhan
yang Maha Esa.

Menurut hukum Islam, khususnya dalam literatur fiqh klasik,


Perkawinan Beda Agama dapat dibedakan menjadi tiga kategori: pertama,
Perkawinan antara seorang pria muslim dengan seorang wania musyrik;
kedua, Perkawinan antara seorang pria muslim dengan wanita ahli kitab;
dan ketiga, Perkawinan antara seorang wanita muslimah dengan pria non
muslim (sama adanya musyrik atau ahli kitab).

Secara regulatif, pernikahan beda agama di Indonesia tidak


memiliki kekuatan hukum, sebab Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan Bab 1 Pasal 2 ayat (1), Kompilasi Hukum Islam Pasal
40 ayat (c) dan Pasal 44, Fatwa MUI, serta putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor: 68/PUU-XII/2014 telah melarang pernikahan beda agama.

Menurut hukum status anak yang dilahirkan oleh pasangan yang


berbeda agama dianggap sah selama perkawinan beda agama tersebut di
sahkan oleh agama dan di catatkan dalam kantor pencatatan perkawinan.
Karena anak yang sah menurut ketentuan undang – undang perkawinan
pasal 42 ialah anak yang lahir dari perkawinan yang sah berdasarkan pasal
2 ayat (2). Selanjutnya akibat hukum yang akan timbul juga dari
perkawinan beda agama tersebut yaitu mengenai masalah warisan.
Misalnya seorang suami beragama islam dan isteri serta anak – anaknya

16
non-islam maka, sudah tentu merupakan halangan bagi islam untuk
menerima maupun mewarisi harta warisannya. Dan warisan yang terjadi
pada perkawinan beda agama tidak dapat diterima oleh ahli waris akibat
hubungan perbedaan agama.

Pendapat Imam Madzhab Fiqh mengenai perkawinan beda agama

 Madzhab Hanafi
Membolehkan mengawini wanita ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)
 Madzhab Maliki
Nikah dengan kitabiyah hukumnya makruh mutlak baik
dzimmiyah maupun harbiyah. Dan akan menjadi haram jika dikhawatirkan
si istri mempengaruhi agama anak. Tidak makruh mutlak karena ayat
tersebuttidak melarang secara mutlak. Jika dikhawatirkan yang akan
muncul dalam perkawinan beda agama adalah kemafsadatan, maka
diharamkan.
 Madzhab Syafi’i
Boleh menikahi wanita ahli kitab, dan yang termasuk golongan
wanita ahli kitab menurut madzhab Syafo’i adalah wanita-wanita Yahudi
dan Nasrani keturunan orang-orang bangsa Israel dan tidak termasuk
bangsa lainnya, sekalipun termasuk penganut Yahudi dan Nasrani.
 Madzhab Hambali
Haram menikahi wanita-wanita musyrik, dan boleh menikahi
wanita Yahudi dan Nasrani. Kelompok ini dalam kaitan masalah
perkawinan beda agama banyak mendukung pendapat gurunya yaitu Imam
Syafi’i.

B. SARAN

Setelah membaca makalah ini penulis berharap pembaca dapat


selalu mengembangkan potensi diri dengan belajar dimanapun dan
kapanpun karena setiap manusia telah diberikan potensi – potensi untuk

17
dikembangakn. Pembaca juga dapat menyadari bahwa manusia telah
diciptakan oleh sang pencipta dengan sebaik – baiknya makhluk. Pembaca
juga diharapkan dapat memahami bahwa kekurangan yang ada pada setiap
manusia itu suatu yang wajar sehingga tidak perlu sedih dan putus asa bila
memiliki kekurangan dan pemahaman. Selalu bersemangat untuki terus
berusaha menutupi kekurangan dengan memaksimalkan potensi yang ada
dan menutupi kelemahan dengan kelebihan.

DAFTAR PUSTAKA

18
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan,
Hukum Adat, Hukum Agama, Cet. 2, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 1.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (pasal 2), (Jakarta :


Akademika presindo, 1992), hlm. 144.

YUDISIA, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 h.413

J. Shodiq , Misno , dan Abdul Rosyid , “Pernikahan Beda Agama Menurut Imam
Madzhab dan Hukum Positif di Indonesia”, Jurnal Hukum Islam dan Pranata
Sosial , VOL : 07, NO : 1, 2019, hlm 16.

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas. (2009). Fiqh
Munakahat. Jakarta: Amzah. hlm. 37.

Jane Marlen Makale, Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama, Lex
Privatum, Vol.I No.2 2013, hlm 142.

Abdul Jalil, Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif di Indonesia, Andragogi Jurnal Diklat Teknis, Volume: VI No. 2, 2018,
hlm. 66

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surakarta:PT Tiga Serangkai


Pustaka Mandiri, 2013),

Nur Asiah, Kajian HukumTerhadap Perkawinan Beda Agama Menuurut Undang-


Undang Perkawinan dan Hukum Isam, Jurnal Hukum Samudra Keadilan Vol. 10
No. 2, Aceh, 2015,

Ana Lela F. CH, dkk, Fikih Perkawian Beda Agama Sebagai Upaya Harmonisasi
Agama : Studi Perkawinan Beda Agama Di Jember, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah
dan Studi Keagamaan, Volume 4 Nomor 1, 2016.

Rusli dan R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya (Bandung :


Penerbit Pionir Jaya, 2000).

Pasal 40 huruf (c), Kompilasi Hukum Islam

19
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan,
Hukum Adat, Hukum Agama, Cet. 2, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 1.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (pasal 2), (Jakarta :


Akademika presindo, 1992), hlm. 144.

YUDISIA, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 h.413

20

Anda mungkin juga menyukai