Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARIAH
2021/2022
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat,
Hidayah serta Inayahnya kepada kami sehingga dapat menyusun makalah ini hingga selesai.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Kontemporer dengan judul
Perkawinan Beda Agama.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami tidak menutup dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah di masa yang
akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan kemanfaatan bagi
kami penyusun dan para pembaca semuanya. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................. i
Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
karena ia dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat dan para
pemuka agama dan pemuka adat. Masyarakat pada dasarnya telah
menetapkan cara-cara tertentu untuk dapat melangsungkan perkawinan.
Aturan-aturan tersebut terus berkembang maju dalam masyarakat yang
mempunyai kekuasan pemerintahan dan di dalam suatu negara.
Perkawinan tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan di mana
masyarakat itu berada. Ia bisa dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan dan keagamaan yang dianut masyarakat yang bersangkutan.
4
Nur Asiah, Kajian HukumTerhadap Perkawinan Beda Agama Menuurut Undang-Undang
Perkawinan dan Hukum Isam, Aceh Jurnal Hukum Samudra Keadilan Vol. 10 No. 2 Juli-Desember
2015 Hlm. 206
5
agamanya masing-masing, dengan tujuan membentuk keluarga bahagia
dan kekal berdasarkan tuhan yang Maha Esa.5
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Perkawinan Beda Agama?
2. Bagaimana Hukum Perkawinan Beda Agama?
3. Apa saja Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama?
4. Bagaimana Pendapat Ulama Madzhab Mengenai Perkawinan Beda
Agama?
C. Tujuan
5
Rusli dan R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya (Bandung : Penerbit Pionir Jaya,
2000), hlm. 16
6
Ibid 207
7
Pasal 40 huruf (c), Kompilasi Hukum Islam
6
1. Untuk Mengetahui Pengertian Perkawinan Beda Agama.
2. Untuk Menjelaskan Hukum Perkawinan Beda Agama.
3. Untuk Mengetahui Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama.
4. Untuk Memahami dan Mengetahui Pendapat Ulama Madzhab
Mengenai Perkawinan Beda Agama.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
Ana Lela F. CH, dkk, Fikih Perkawian Beda Agama Sebagai Upaya Harmonisasi Agama : Studi
Perkawinan Beda Agama Di Jember, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Volume 4
Nomor 1, 2016, H.121
9
Ibid
8
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud adalah perkawinan antara dua
orang yang berbeda agama dan masing-masing tetap mempertahankan
agama yang dianutnya.
ت َحىّٰت يُ ْؤ ِم َّن ۗ َواَل ََم ةٌ ُّمْؤ ِمنَ ةٌ َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو
ِ واَل َتْن ِكح وا الْم ْش ِر ٰك
ُ ُ َ
اَ ْع َجبَْت ُك ْم ۚ َواَل ُتْن ِك ُح وا الْ ُم ْش ِركِنْي َ َحىّٰت يُْؤ ِمُن ْوا ۗ َولَ َعْب ٌد ُّمْؤ ِم ٌن َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر ٍك َّولَ ْو
ِ ك يَ ْدعُ ْو َن اِىَل النَّا ِر ۖ َواللّٰهُ يَ ْدعُ ْٓوا اِىَل اجْلَن َِّة َوالْ َم ْغ ِف َر ِة بِاِ ْذنِهٖۚ َويَُبنِّي ُ اٰيٰتِهٖ لِلن
َّاس ۤ
َ اَ ْع َجبَ ُك ْم ۗ اُوٰل ِٕى
9
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-
Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-
Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”10
10
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surakarta:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2013), h. 35
11
Nur Asiah, Kajian HukumTerhadap Perkawinan Beda Agama Menuurut Undang-Undang
Perkawinan dan Hukum Isam, Jurnal Hukum Samudra Keadilan Vol. 10 No. 2, Aceh, 2015, hlm.
210
10
ٌّٰب ِحلٌّ لَّ ُك ْم ۖ َوطَ َع ُام ُك ْم ِحل ِ ِ َّ ُ ۗ اَلَْي ْو َم اُ ِح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّٰب
َ ت َوطَ َع ُام الذيْ َن اُْوتُوا الْكت
ٰب ِم ْن َقْبلِ ُك ْم اِ َذٓا ِ ِ َّ ِ ٰت والْمحص ن
َ ٰت م َن الذيْ َن اُْوتُ وا الْكت
ِ ِ ِ هَّل م ۖوالْمحص ن
ُ َ ْ ُ َ ٰت م َن الْ ُم ْؤ من
ُ َ ْ ُ َ ُْ
ٓ ِِ
ِ َي اَخ َدا ۗ ٍن ومن يَّ ْك ُف ر بِااْلِ مْي ِِ ِِ
ان ْ ْ َ َ ْ ْ اَٰتْيتُ ُم ْو ُه َّن اُ ُج ْو َر ُه َّن حُمْص ننْي َ َغْي َر ُم َس افحنْي َ َواَل ُمتَّخ ذ
َط َع َملُهٗ َو ُه َو ىِف ااْل ٰ ِخَر ِة ِم َن اخْل ِٰس ِريْن
َ َِف َق ْد َحب
ت َحىّٰت يُ ْؤ ِم َّن ۗ َواَل ََم ةٌ ُّمْؤ ِمنَ ةٌ َخْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّولَ ْو
ِ واَل َتْن ِكح وا الْم ْش ِر ٰك
ُ ُ َ
اَ ْع َجبَْت ُكم.ْ
12
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surakarta:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2013), h. 107.
11
Artinya: “Janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu” (QS. Al-Baqarah: 221).
12
kecuali salah satu pasangan tersebut berpindah agama mengikuti salah
satu pasangannya. Dan itupun bisa saja menjadi penyimpangan agama.
14
Jane Marlen Makale, Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama, Lex Privatum, Vol.I No.2
2013, hlm 142.
13
Bahkan menurut mazhab ini mengawini wanita ahlul kitab zimmi
atau wanita kitabiyah yang ada di Darul Harbi adalah boleh, hanya saja
menurut mazhab ini, perkawinan dengan wanita kitabiyah yang ada di
darul harbi hukumnya makruh tahrim, karena akan membuka pintu
fitnah, dan mengandung mafasid yang besar, sedangkan perkawinan
dengan wanita ahlul kitab zimmi hukumnya makruh tanzih, alasan
mereka adalah karena wanita ahlul kitab zimmi ini menghalalkan
minuman arak dan menghalalkan daging babi.15
14
belum mencapai usia balig. Maka haram atas setiap lelaki musyrik, ahli
kitab, atau penyembah berhala untuk menikahinya dalam segala
keadaan. Apabila kedua orang tuanya musyrik, lalu disebutkan
kepadanya sifat-sifat Islam, dan ia memahaminya, maka saya melarang
wanita di nikahi oleh laki-laki musyrik.
BAB III
17
Ibid, h.19
15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
16
non-islam maka, sudah tentu merupakan halangan bagi islam untuk
menerima maupun mewarisi harta warisannya. Dan warisan yang terjadi
pada perkawinan beda agama tidak dapat diterima oleh ahli waris akibat
hubungan perbedaan agama.
Madzhab Hanafi
Membolehkan mengawini wanita ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)
Madzhab Maliki
Nikah dengan kitabiyah hukumnya makruh mutlak baik
dzimmiyah maupun harbiyah. Dan akan menjadi haram jika dikhawatirkan
si istri mempengaruhi agama anak. Tidak makruh mutlak karena ayat
tersebuttidak melarang secara mutlak. Jika dikhawatirkan yang akan
muncul dalam perkawinan beda agama adalah kemafsadatan, maka
diharamkan.
Madzhab Syafi’i
Boleh menikahi wanita ahli kitab, dan yang termasuk golongan
wanita ahli kitab menurut madzhab Syafo’i adalah wanita-wanita Yahudi
dan Nasrani keturunan orang-orang bangsa Israel dan tidak termasuk
bangsa lainnya, sekalipun termasuk penganut Yahudi dan Nasrani.
Madzhab Hambali
Haram menikahi wanita-wanita musyrik, dan boleh menikahi
wanita Yahudi dan Nasrani. Kelompok ini dalam kaitan masalah
perkawinan beda agama banyak mendukung pendapat gurunya yaitu Imam
Syafi’i.
B. SARAN
17
dikembangakn. Pembaca juga dapat menyadari bahwa manusia telah
diciptakan oleh sang pencipta dengan sebaik – baiknya makhluk. Pembaca
juga diharapkan dapat memahami bahwa kekurangan yang ada pada setiap
manusia itu suatu yang wajar sehingga tidak perlu sedih dan putus asa bila
memiliki kekurangan dan pemahaman. Selalu bersemangat untuki terus
berusaha menutupi kekurangan dengan memaksimalkan potensi yang ada
dan menutupi kelemahan dengan kelebihan.
DAFTAR PUSTAKA
18
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan,
Hukum Adat, Hukum Agama, Cet. 2, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 1.
J. Shodiq , Misno , dan Abdul Rosyid , “Pernikahan Beda Agama Menurut Imam
Madzhab dan Hukum Positif di Indonesia”, Jurnal Hukum Islam dan Pranata
Sosial , VOL : 07, NO : 1, 2019, hlm 16.
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas. (2009). Fiqh
Munakahat. Jakarta: Amzah. hlm. 37.
Jane Marlen Makale, Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama, Lex
Privatum, Vol.I No.2 2013, hlm 142.
Abdul Jalil, Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif di Indonesia, Andragogi Jurnal Diklat Teknis, Volume: VI No. 2, 2018,
hlm. 66
Ana Lela F. CH, dkk, Fikih Perkawian Beda Agama Sebagai Upaya Harmonisasi
Agama : Studi Perkawinan Beda Agama Di Jember, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah
dan Studi Keagamaan, Volume 4 Nomor 1, 2016.
19
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan,
Hukum Adat, Hukum Agama, Cet. 2, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 1.
20