Anda di halaman 1dari 5

Pajak Penghasilan Umum

1. Pengertian PPh

PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu penghasilan yang diperoleh wajib
pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari Luar negeri.

Dasar hukum PPh adalah Undang – Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. UU ini mengalami 4 kali perubahan, yakni :
 UU No. 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan.
 UU No. 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.
 UU No. 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan
 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.

Selain itu, pengaturan terbaru tentang pajak penghasilan juga dalam UU


Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020 dan melalui UU HPP No. 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

2. Kategori PPh
 PPh yang dikenakan pada WP orang pribadi, yang terbagi atas
pegawai serta bukan pegawai maupun pengusaha.
 PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau
perusahaan, hingga objek yang dikenakan PPh itu sendiri.

3. Subjek Pajak PPh umum


 Orang pribadi
 Warisan yang belum terbagi
 Badan
 Bentuk Usaha Tetap

Tidak termasuk subjek pajak :


 Badan perwakilan negara asing
 Pejabat perwakilan diplomat
 Organisasi internasional
 Pejabat perwakilan organisasi internasional
Subjek pajak dibedakan menjadi :
 Subjek Pajak Dalan Negeri
 Subjek Pajak dalam Negeri Pribadi : Subjek ini dimulai saat dilahirkan sampai
dengan saat meninggal atau mulai saat berada di Indonesia lebih dari 183 hari dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia sampai dengan saat meninggalkan
Indonesia untuk selama – lamanya.
 Subjek Pajak dalam Negeri Badan : dimulai saat didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia sampai dengan saat dibubarkan atau tidak lagi
berkedudukan di Indonesia.

 Subjek Pajak Luar Negeri


 Subjek pajak luar negeri pribadi : orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia, atau orang pribadi yang berada di Indonesia kurang dari 183
hari.
 Subjek pajak luar negeri badan : badan yang tidak didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaaha tetap di Indonesia.

 OBJEK PAJAk
Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak yang dapat dipakai
untuk konsumsi dan untuk menambah kekayaan.
 Objek PPh
Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UU PPh :
1. Penggantian / imbalan berkenaan dengan pekerjaan / jasa
2. Hadiah dari undian/pekerjaan/kegiatan dan penghargaan
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan /pengalihan harta
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak
6. Bunga
7. Dividen
8. Royalti
9. Sewa/penghasilan lain
10. Penerimaan pembayaran berkala, misal: dana pensiun
11. Keuntungan karena pembebasan hutang
12. Keuntungan karena selisih Kurs
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Iuran yang diterima perkumpulan sepanjang ditentukan berdasarkan volume
atau pekerjaan bebas anggotanya
15. Tambahan kekayaan netto dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

 Penghasilan Yang Tidak Termasuk Objek Pajak


1. Sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah
2. Harta Hibah yang diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat
3. Warisan.
4. Imbalan sehubungan dengan pekerjaan / jasa yang diterima dalam bentuk natura
atau kenikmatan.
5. Pembayaran klaim dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi.
6. Dividen dengan syarat :
 Berasal dari cadangan laba ditahan
 Kepemilikan saham pada bahan yang menerima dividen paling rendah
25%.
7. Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri
Keuangan.
8. Bagian lab
9. a yang diterima anggota dari CV, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi,
yang modalnya tidak terbagi atas saham
10. Beasiswa.
11. Sisa lebih dari lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana.
12. Santunan yang dibayarkan oleh BPJS.

4. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


PTKP untuk karyawan/pegawai tetap :
 Untuk WP pribadi sebesar Rp 24.300.000,-/tahun.
 Tambahan untuk istri sebesar Rp 2.025.000,-/tahun.
 Tambahan untuk anak/tanggungan sedarah dan keluarga semenda
atau pun anak angkat yang menjadi tanggungan penuh (max. 3
orang) Rp 2.025.000,-/tahun.
 Tambahan untuk istri yang bekerja dan penghasilannya digabung
dengan suami Rp 24.300.000,-/tahun.

5. TARIF PAJAK
 Untuk WP Badan DN dan BUT ditetapkan dengan tarif 28%. Untuk
Tahun Pajak 2010 menjadi 25%
 Untuk WP OP DN

Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak


Pajak

Sampai dengan Rp 5%
50.000.000

Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 15%


250.000.000
Di atas Rp 250.000.000 s/d 25%
Rp 500.000.000
Di atas Rp 500.000.000 30%
6. PENGHITUNGAB PENGHASILAN KENA PAJAK
Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak terutama adalah
Penghasilan Kena Pajak. Tetap bersumber pada laporan keuangan setelah
dilakukan koreksi fiskal positif dan atau negatif dapat diperoleh Penghasilan
Neto setelan koreksi. Untuk WP OP, dalam mendapatkan Penghasilan Kena
Pajak harus terlebih dahulu Penghasilan netto setelah koreksi dikurangi
dengan PTKP.
RUMUS :
PAJAK TERUTANG = TARIF PAJAK ×PENGHASILAN KENA PAJAK.
7. PENGGABUNGAN / PEMISAHAN PENGHASILAN
 Penggabungan Penghasilan
 Sistem pengenaan pajak PPh di indonesia menempatkan keluarga sebagai
satu kesatuan ekonomis, artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh
anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenakan pajak
dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga.
 Seluruh penghasilan / kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun
pajak / bagian tahun pajak, begitupula kerugian yang berasal dari tahun
sebelumnya yang belum dikompensasikan, dianggap sebagai
penghasilan/kerugian suaminya dan dikenakan PPh sebagai satu kesatuan.
 Pengecualiannya yaitu penghasilan tersebut semata – mata
diterima/diperoleh dari 1 pemberi kerja yang telah dipotong PPh dan
pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha / pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga yang lain.

 Pemisahan Penghasilan
Pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan suami – istri dapat
dilakukan secara terpisah apabila :
1. Suami istri hidup terpisah
2. Dikehendaki secara tertulis oleh suami-istru berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan.
 Penghasilan Anak yang Belum Dewasa
Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan
orangtuanya kecuali penghasilan dari pekerjaan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha orang tua yang mempunyai hubungan
keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis lurus dan atau
kesandung satu derajat (penghasilan yang berasal dari pekerjaan
yang tidak ada hubungannya dengan usaha/kegiatan dari orang
yang mempunyai hubungan istimewa dengan anak tersebut ).

8. HUBUNGAN ISTIMEWA
Hubungan Istimewa dianggap ada apabila :
1. WP mempunyai penyertaan modal langsung/tidak langsung minimal
25% pada WP lain, atau hubungan antara WP dengan penyertaan
minimal 25% pada 2 WP atau lebih.
2. WP menguasai WP lainnya, atau 2 WP berada di bawah penguasaan
yang sama baik langsung maupun tidak langsung.
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam
garis keturunan lurus atau kesamping satu derajat.

Referensi :
1. Yushita, Amanita Novi. M. Si. Pajak Penghasilan Umum [Presentasi
PowerPoint]. Diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://staffnew.uny.ac.id/upload/
132318570/pendidikan/pajak-penghasilan-
umum.pdf&ved=2ahUKEwjEgbj_mvD1AhXzjuYKHdj4BjgQFnoECCsQ
AQ&usg=AOvVaw2AQvMEmNyHMb0ZDTUvTMgH
2.

Anda mungkin juga menyukai