Anda di halaman 1dari 2

OPENING (KARINA)

Kita sudah sering mendengar tentang HIV/AIDS. Penyakit yang menular lewat hubungan
seksual, kontak dengan cairan tubuh, kontak darah, dan ASI ini menjadi ketakutan sendiri dalam
masyarakat sehingga orang dengan HIV sering kali di jauhi dan di rendahkan. Terdapat stigma
tertentu dimana seseorang yang terdiagnosis HIV sama saja dengan divonis mati. Tetapi, apakah
benar demikian ?
VOICE 1 (DHEA)
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh.
Virus ini bekerja perlahan dan sulit untuk mendeteksi gejala awalnya dan hanya dapat diketahui
dengan tes laboratorium pada tahap awalnya. Semula, gejala yang hanya berupa demam, keringat
malam, sariawan dan dapat dibilang seperti gejala flu merupakan fase pertama dari infeksi HIV.
Pada fase kedua, virus berkembang secara perlahan tanpa memberikan gejala sama sekali. Rata-
rata infeksi HIV berkembang menjadi AIDS (Acquaired Immunodeficiency Syndrome) yaitu
fase ketiga dimana kekebalan tubuh sangatlah lemah, sehingga kuman yang ada di sekitar kita
dapat dengan mudah masuk ke tubuh tanpa perlawanan yang berarti.
VOICE 2 (IJAK)
Berdasarkan data KEMENKES RI pada juni 2019, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia
sebanyak 3 ratus 4 puluh sembilan ribu delapan ratus delapan puluh tiga orang. Orang dengan
HIV/AIDS semakin hari semakin mengalamai keterpurukan sebab stigma negative dan
diskriminasi di lingkungan sekitar yang juga menjadi hambatan paling besar dalam
penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Terlihat dari hasil penelitian yang menunjukan hampir
separuh dari responden yaitu 49,7% memiliki sikap negative terhadap odha.
Nahhhh, pada tanggal 1 desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Momentum ini dapat
dimanfaatkan sebagai bentuk dorongan moral kepada odha untuk mengurangi stigma negative
yang ada. Ada beberapa dukungan sederhana yang dapat dilakukan untuk menghilangkan stigma
negative terhadap odha, diantaranya :
VOICE 3 (JULIET)
Pertama, tumbuhkan tanggung jawab odha terhadap pengobatannya, sebagai makhluk sosial kita
harus saling membantu dan mengingatkan, membantu menumbuhkan tanggung jawab odha
untuk selalu disiplin dalam meminum obat demi kesembuhan hidupnya.
Kedua, mengikutsertakan odha dalam setiap interaksi sosial. Orang dengan HIV/AIDS perlu
memiliki hubungan interaksi yang baik dengan orang lain agar tidak merasa terkucilkan, ini
penting agar odha merasa lebih dihargai dan tidak minder ketika terbiasa berjumpa dan
berinteraksi dengan orang banyak.
Yang ketiga, saling berdiskusi. Jangan sungkan untuk mendiskusikan segala hal mengenai
penyakit HIV/AIDS, baik dengan penderita maupun dengan orang lain di sekitarnya.
Mendengarkan dan memahami cerita pengalaman odha membuat kita semakin tau dan mampu
mencegah penularan penyakit HIV/AIDS lebih dini.
CLOSING (FEBI)
Dengan adanya stigma sosial yang ada, menghalangi keberanian penderita untuk menikmati
kehidupannya sendiri. Mungkin….hal ini dapat dirubah dari masing-masing diri kita sendiri
dengan memberikan dukungan yang dapat merubah begitu banyak kehidupan para penderita HIV
agar dapat menjalani hidup yang lebih baik. Sudahi stigma buruk, mari memberi dukungan yang
positif tanpa mendiskriminatif. Ingat, jauhi penyakitnya bukan orangnya.

Anda mungkin juga menyukai