Dosen Pengajar :
Fatima, S.Kep., Ns. Sp.Kep.Kom
Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Silvia Andrini Puspitasari (1032181023)
2. Farah Jihan Firdaus (1032181026)
3. Salsa Dinar Fadilah (1032181028)
4. Yuliana Lestari (1032181034)
5. Ade Kaeliana Tantri (1032181045)
6. Kristina Pasaribu (1032161032)
A. Latar belakang
Sebagai makhluk sosial,manusia senantiasa ingin berhubungan
dengan orang lain.Manusia biasanya ingin mengetahui lingkungan
sekitarnya,bahkan ia ingin mengetahui apa yang terjadi pada
dirinya,rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia
untuk berkomunikasi.Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa
komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk dengan adanya
komunikasi disebabkan oleh adanya kebutuhan akan mempertahankan
kelangsungan hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya(Harold D.Ladswell).
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan,mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi
dilakukan oleh seseorang,setiap hari orang seringkalisalah berpikir
bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun,sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang
lain dan dengan lingkungan sekitarnya.Untuk memperbaiki interpretasi
pasien terhadap pesan,perawat harus tidak terburu-buru dan
mengurangi kebisingan dan distraksi.Kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata
seringkali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran.Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat
dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering membantu.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan non verbal dari informasi dan ide.Komunikasi mengacu
tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana
individu menyapaikan hubungan(Potter-Perry,301).Dalam melakukan
komunikasi tiap pasien mempunyai tingkat kesulitan masing-
masing.Contohnya pada pasien dengan gangguan pendengaran tentu
saja akan berbeda jika dibandingkan dengan pasien biasa.Oleh karena
itu,kami akan mengangkat topik mengenai komunikasi terhadap klien
dengan gangguan pendengaran.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
2. Apa tujuan dari komunikasi terapeutik?
3. Apa fase-fase dalam komunikasi terapeutik?
4. Apa faktor-faktor yang menghambat komunikasi? Bagaimana sikap
komunikasi terapeutik?
5. Apa yang dimaksud dengan gangguan pendengaran?
6. Apa gejala-gejala pada gangguan pendengaran?
7. Apa penyebab dari gangguan pendengaran?
8. Bagaimana upaya pencegahan terhadap gangguan pendengaran?
9. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi
dengan klien gangguan pendengaran?
10. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada klien dengan
gangguan pendengaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi
terapeutik Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui fase-fase dalam komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat komunikasi
4. Untuk mengetahui bagaimana sikap komunikasi terapeutik
5. Untuk mengetahui apa yan dimaksud dengan gangguan
pendengaran Untuk mengetahui apa gejala-gejala pada gangguan
pendengaran
6. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan pendengaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi
b. Hipertensi
Hipertensi kronik dapat memperberat tahanan vaskuler yang
mengakibatkan peningkatan viskositas darah, penurunan
aliran darah kapiler dan transport oksigen ke organ telinga
dalam, terjadi kerusakan sel-sel auditori dan proses transmisi
sinyal dapat terganggu
c. Diabetes mellitus
d. Merokok
e. Riwayat bising
Menurut (sandhi indra yanas, 2014)
C. Manifestasi klinis
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya
pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada
kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui
dengan pasti. Pertama-tama terjadi sedikit demi sedikit
kekurangan pendengaran pada frekuensi tinggi, dan kemudian
diikuti oleh tidak bisa mendengar dengan jelas akibat sukarnya
menangkap huruf konsonan yang bersuara mendesis (S, SH, Z, C
dan T). Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus
nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi
sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat
di tempat dengan latar belakang yang ramai (cocktail party
deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri
di telinga, hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf
(recruitment).
Pada kasus presbikusis yang berat komunikasi dengan
penderita lebih sukar. Umumnya penderita presbikusis ini lebih
suka bila kita berbicara lambat-lambat, jelas, kata-kata
yang pendek dan bicara agak ke dekat kuping, daripada suara yang
keras.Berkurang secara perlahan-lahan, progresif, dan simetris
pada kedua telinga. Telinga berdenging. Pasien dapat
mendengar suara percakapan tapi sulilt memahaminya,
terutama bila cepat dan latarnya riuh. Bila intensitas
ditinggikan akan timbul rasa nyeri. Dapat disertai tinitus dan
invertigo.Pada pemeriksaan otoskop tampak membran
timpani suram dan mobilitasnya berkurang. Perubahan-perubahan
dalam struktur dan fungsi pada telinga bagian dalam membuat sulit
untuk memahami tipe bunyi bicara tertentu dan menyebabkan intoleran
terhdap bunyi keras. Bunyi-bunyi yang biasanya hilang pertama kali
adalah: f, s, th, ch dan sh. Saatpenurunan pendengaran berlanjut,
kemampuan untuk mendengar bunyi b, t, p, k dan t juga rusak
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran :
1. Kesulitan mengerti pembicaraan
2. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada
tinggi.
3. Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau
atau bergumam
4. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan
latar belakang yang bising
5. Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan
6. Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g
7. Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya
relatif diterima dengan lengkap. (emirza nur wicaksono, 2013)
E. Patofisiologi
Presbikusis dianggap multifaktorial, dan beberapa komponen
tidak sepenuhnya dipahami. Kedua faktor intrinsik, seperti genetika, serta
faktor eksternal (paparan kebisingan, merokok, obat-obatan, dan
penyakit penyerta tertentu), terlibat.Hal ini terutama disebabkan oleh
perubahan terkait usia pada sel rambut, stria vaskularis, dan neuron
ganglion spiral aferen.Presbikusis adalah jenis gangguan pendengaran
sensorineural dengan keterlibatan telinga bagian dalam atau jalur
neurologis yang membentuk koneksi ke korteks pendengaran.
F. Faktor Terkait Usia
1. Faktor genetic
Faktor genetik, khususnya, perbedaan dalam gen ekspresi DNA
mitokondria yang berhubungan dengan stres oksidatif, telah ditemukan
pada pasien dengan presbikusis bila dibandingkan dengan kontrol.
2. Faktor Ototoksik
Ada beberapa obat yang berhubungan dengan ototoksisitas,
termasuk salisilat, diuretik loop, aminoglikosida, dan agen kemoterapi
tertentu.Selain itu, beberapa pekerjaan dan paparan terkait lingkungan
terhadap bahan kimia seperti toluena, stirena, timbal, karbon
monoksida, merkuri, dan racun lainnya telah terbukti menyebabkan
ototoksisitas.Meminimalkan paparan agen ini dapat membantu
mencegah gangguan pendengaran terkait usia.
3. Faktor Paparan Kebisingan
Beberapa penelitian jangka panjang telah menunjukkan bahwa
individu yang mengalami kerusakan koklea akibat kebisingan di masa
muda mereka terus mengembangkan presbikusis yang lebih parah.
Secara anatomis, paparan kebisingan dapat menyebabkan kerusakan
dan hilangnya neuron ganglion spiral.
4. Faktor Hormonal
Glukokortikoid, hormon seks, dan sinyal glutamat dianggap
berperan dalam presbikusis.Tingkat kortikosteron yang
berkepanjangan dan hilangnya faktor inti kappa B telah dikaitkan
dengan peningkatan kehilangan neuron ganglion spiral.Penggunaan
progestin dan terapi penggantian hormon kombinasi pada
pascamenopause dikaitkan dengan insiden gangguan pendengaran
yang lebih sering.
Presbikusis dapat dirinci lebih lanjut berkaitan dengan struktur dan
fungsi mana yang paling terpengaruh. Beberapa berpendapat bahwa
ada sedikit kegunaan klinis dalam membagi presbikusis karena tidak
ada perubahan signifikan dalam pendekatan atau pengobatan, dan
seringkali patologi campuran hadir.Saat ini, diperkirakan ada enam
kategori presbikusis: sensorik, saraf, strial, mekanik, campuran, dan
tak tentu.
a. Presbikusis sensorik: hilangnya sel rambut reseptor pada aspek
basal koklea mengakibatkan gangguan pendengaran frekuensi
tinggi yang khas.
b. Presbikusis saraf: hilangnya serabut saraf koklea serta hilangnya
neuron ganglion spiral.
c. Presbikusis stria: degenerasi sel stria vaskularis. Sel-sel ini penting
untuk mempertahankan komposisi ion endolimfe yang tepat untuk
menghasilkan potensi endokoklea untuk transduksi sinyal.Kadang-
kadang disebut sebagai presbikusis metabolik.
d. Presbikusis mekanis (konduktif koklea): karena perubahan fisik
duktus koklea. Ini disertai dengan pola audiogram tertentu.
e. Presbikusis campuran: ditandai dengan perubahan patologis pada
lebih dari satu struktur di atas.
f. Presbikusis tak tentu: kasus di mana perubahan pada struktur di
atas tidak signifikan.
L. Komplikasi
Gangguan pendengaran berkontribusi terhadap disfungsi kognitif
pada orang dewasa yang lebih tua. Telah terbukti bahwa mereka yang
mengalami gangguan pendengaran terkait usia memiliki peningkatan
risiko terkena demensia.Meskipun ada banyak penelitian yang
mengkonfirmasi hubungan antara tingkat keparahan gangguan
pendengaran dan gangguan kognitif, hubungan tersebut tidak sepenuhnya
dipahami. Beberapa menyarankan bahwa gangguan pendengaran
membutuhkan otak untuk merekrut lebih banyak sumber daya untuk
menebus defisit dalam persepsi pendengaran. Karena ada cadangan
neurologis yang terbatas, perekrutan ini menghilangkan sumber daya
yang dapat digunakan untuk fungsi kognitif lainnya, seperti memori.
Pendengaran meresap melalui berbagai aspek kehidupan sehari-
hari, termasuk komunikasi, keamanan, interaksi sosial. Kehilangan
pendengaran diyakini menyebabkan peningkatan isolasi sosial dan
penurunan otonomi pada orang dewasa yang lebih tua. Efek negatif pada
suasana hati, seperti peningkatan kejadian kecemasan, depresi, dan
kelesuan, dapat hadir.Pengobatan gangguan pendengaran dengan
perangkat seperti alat bantu dengar telah terbukti memiliki efek positif
yang signifikan pada kualitas hidup.
Gangguan pendengaran frekuensi tinggi dapat menimbulkan
masalah keamanan yang serius, karena mungkin sulit bagi orang dewasa
yang lebih tua untuk menanggapi peringatan dan sinyal, seperti bel pintu,
dering telepon, alarm asap, dan lampu sein. Ada bukti hubungan antara
gangguan pendengaran dan kontrol postural pada orang dewasa yang
lebih tua, yang mungkin terkait dengan persepsi gerakan dan posisi
seseorang di ruang angkasa.Pemahaman yang lebih dalam tentang
hubungan ini berpotensi mempengaruhi frekuensi jatuh, sumber
signifikan morbiditas dan mortalitas pada orang tua.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untumenetapkan,mempertahankan dan meningkatkan
kontrak dengan oranglain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang,setiap
hari orang seringkali salah berpikir bahwa kmunikasi adalah sesuatu yang
mudah.
Tujuan Komunikasi Terapeutik adalah Membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi bebean perasaan dan pikiran serta dapat mengmbil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan,Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya,Mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan fisiknya dan dirinya sendiri.Tujuan utama komunikasi
adalah untuk membangun atau menciptakan pemahaman atau pengertian
bersama.
Fase fase Dalam Komunikasi Terapeutik adalah Fase pre-interaksi,fase
perkenalan/orientasi,fase kerja,fase terminasi.Faktor-Faktor Penghambat
Komunikasi adalah Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi, Sikap
yang kurang tepat, Kurang pengetahuan, Kurang memahami system social,
Prasangka yang tidak beralasan, Jarak fisik, Tidak ada persamaan persepsi,
Indera yang rusak, Berbicara yang berlebihan yang seringkali
mengakibatkan penyimpangan dari pokok pembicaraan, Mendominir
pembicaraan.
Sikap komunikasi terapeutik adalah Berhadapan (Arti dari posisi ini
adalah “saya siap untuk anda”),Mempertahankan kontak mata (Kontak mata
pada level yang sama berati menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk
tetap berkomunikasi),Membungkuk kearah klien. (Posisi ini menunjukkan
keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu),Mempertahankan sikap
terbuka. (tidak meliputi kaki atau tangan, menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi),Tetap rileks. (Tetap dapat menahan keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam meberi respon pada klien),Komunikasi non-
verbal. Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang
umumnya disebabkan oleh faktor usia atau karena sering terpapar suara yang
nyaring/keras. Pendengaran bisa dikatakan terganggu jika sinyal suara gagal
mencapai otak.
Beberapa tanda dan gejala awal gangguan pendengaran adalah Meminta
orang lain untuk mengulang perkataannya,Selalu kelelahan atau stres karena
harus berkonsentrasi saat mendengarkan,Menarik diri dari
pembicaraan,Kesulitan mendengar dering telepon atau bel pintu,Menghindari
beberapa situasi sosial,Kesulitan mendengarkan perkataan orang lain secara
jelas khususnya ketika berdiskusi dengan banyak orang atau dalam
keramaian,Kesulitan mendengarkan konsonan,Mendengarkan musik atau
menonton telefisi dengan volume suara lebih keras dari orang lain,Kesulitan
menetukan arah sumber suara.
Penyebab Gangguan Pendengaran adalah usia, suara keras,infeksi
telinga,lubang pada gangguan telinga, penyakit atau infeksi, campak, gondok,
meningitis, dan penyakit meniere adalah contoh beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran,tumor,sebuah benda asing di telinga,cacat
telinga,trauma,obat-obatan,dan gen. Pencegahan Terhadap Gangguan
Pendengaran adalah Gunakanlah pelindung pendengaran jikaberada
dilingkungan yang memiliki tingkat kebisingan tinggi gunakanlah pelindung
pendengaran seperti penutup telinga. Alatini juga bisa digunakan saat kegiatan
sehari-hari seperti memotong rumput,Waspadai kebisingan kapanpun waktunya
usahakan untuk mengecilkan volume radio televisi atau spiker,Berhati-
hatilah menggunakan earpnd, jika menggunakan earpond maka turlah volume
agar tidak terlalukeras, jika orang disamping anda mendengar suara dari earpond
maka suara terlalu keras.Berikan waktu bagi telinga untuk beristirahat,
semakin sering seseorang terpapar suara maka bisa memengaruhi gangguan
pendengaran bahkan suara dengan volume rendah sekalipun jika terpapar
dalam jangka waktu lama bisa jadi berbahaya. Untuk ibu bagilah waktu
bagi telinga untuk beristirahat ditempat yang tenang,Periksalah telinga secara
teratur tes pendengaran danpemerikasaan telinga sebaiknya menjadi
kegiatankesehatanyng rutin karena semakin cepat gangguan diketahui maka
penanganannya akana lebih mudah dan mencegah kerusakan yang lebih
lanjut,Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada Pasien
Dengan Gangguan Pendengaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan
klien yang mengalami gangguan pendengaran adalah sebagai berikut
Periksa adanya bantuan pendengaran dan kacamata,Kurangi
kebisingan,Dapatkan perhatian klien sebelum memulai.
Pembicaraan,Berhadapan dengan klien dimana diadapat melihat mulut
anda,Jangan mengunyah permen karet,Bicara pada volume suara norma,jangan
berteriak,Susun ulang kalimat jika klien salah mengerti ,Sediakan penerjemah
bahasa isyarat jika diinginkan
B. Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan pendengaran agar
terjadi hubungan terapeutik dengan klien.Walaupun pasien tidak dapat
mendengar,perawat harus merawat klien dengan baik dan perawat tidak boleh
menyepelekan klien tersebut dan mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak
mengalami gangguan persepsi sensori,khususnya gangguan pendengaran
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1368/6/6.%20BAB%20II.pdf
2. http://eprints.umpo.ac.id/6096/2/BAB%20I.pdf
3. http://eprints.umpo.ac.id/6096/3/BAB%202.pdf
4. Ilmu keperawatan, 2011. Asuhan Keperawatan Presbiakusis.Diakses dari
http//ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-
presbiakusis.html?m=1. Tgl 01/12/2014.
5. Muhammad Nangga Dipa, 2012. Gangguan Pendengaran Pada Lansia. Diakses
darisitus http://muhammadnanggadipa.wordpress.com/2012/01/12/gangguan-
pendengaran- pada-lansia/. Tgl 01/12.2014.
6. Dongoes Marlyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
7.