Anda di halaman 1dari 3

ria

Ilustrasi organ reproduksi pria

Sistem reproduksi pada pria mencakup testis, duktus seminalis, vesika seminalis, kelenjar prostat dan
bulbouretral, uretra, skrotum, dan penis. Struktur tersebut secara bersama-sama menghasilkan produk
yang unik, yaitu sperma, cairan seminalis, dan androgen. Cairan seminal adalah sekresi yang
dikumpulkan dari testis, epididimis, vesikula seminalis, dan prostat serta kelenjar bulbouretra, atau
disebut juga semen. Fungsi atau tujuan biologis dari sistem reproduksi pria adalah untuk membentuk
dan mengirimkan gametosit (sperma) ke lubang uterus wanita. Pengiriman tersebut diselesaikan melalui
suatu aksi persetubuhan, atau koitus, ketika penis yang ereksi disisipkan ke dalam vagina,
mengejakulasikan semen.[7] Sistem reproduksi pria menghasilkan hormon-hormon seks jantan, atau
androgen, yang mempersiapkan kelenjar-kelenjar dan saluran-saluran tubular pada saluran reproduksi
agar berfungsi, serta menghasilkan karakteristik-karakteristik seksual sekunder.[5]

Sepasang testis sebagai organ primer pria dengan bentuk oval, yang terbungkus dalam kantong skrotum.
Testis berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon testosteron oleh sel-sel interstitial. Lobus-lobus
di dalam testis mengandung tubulus seminiferous yang berbelit-belit dan bergabung menjadi saluran
epididimis. Sepasang epididimis, saluran panjang berkelok-kelok terdapat di dalam skrotum, sebagai
tempat mengalirnya sperma dan semen meninggalkan testis.[7] Vas deferens merupakan lanjutan
langsung dari epididimis. Vas deferens kemudian berlanjut menuju duktus vesikula seminalis, dan
bersama-sama membentuk duktus ejakulatorius yang bermuara pada uretra di bagian prostat.[8] Uretra
sebagai saluran keluarnya sperma. Sperma diangkut dalam cairan seminal yang tebentuk sepanjang
saluran reproduksi pria. Pada manusia, aktivitas sperma dapat berlangsung selama seminggu dalam
saluran reproduksi perempuan dan tiga hari dalam jenazah laki-laki.[5]

Wanita

Ilustrasi organ reproduksi wanita

Sistem reproduksi wanita mencakup ovarium, tuba uterin (tuba fallopii/oviduk), uterus, vagina, vulva,
dan payudara. Kesemua organ-organ ini menghasilkan gamet wanita (ovum) dan hormon-hormon.
Tujuan dan fungsi sistem reproduksi wanita adalah untuk memberikan tempat bagi penis pria pada saat
koitus dan merupakan tempat dimana ovum yang telah dibuahi dapat tumbuh menjadi bayi, dan
memproduksi ASI untuk bayi yang baru lahir.[7]
Gonad wanita adalah sepasang ovarium yang tetap berada di dalam rongga abdominal, ditahan pada
posisinya oleh ligamen dan mesenterium yang bermembran tipis. Ovarium berfungsi menghasilkan
ovum dan hormon (estrogen dan progesteron). Lebih dari 400.000 sel telur potensial terdapat dalam
ovarium, tapi hanya sekitar 400 yang akan menjalani meiosis sempurna. Jika sel telur pada ovarium telah
masak, akan dilepaskan dari ovarium, dan peristiwa pelepasan telur dari ovarium disebut ovulasi. Tuba
fallopi yang berada di atas ovarium merupakan tempat terjadinya fertilisasi sel-sel telur yang kemudian
akan menuju ke uterus. Uterus merupakan tempat berlangsungnya perkembangan embrio yang akan
menjadi fetus. Uterus terhubung ke saluran pendek bertepi yang tak rata yang dikenal sebagai vagina.[5]
Vagina menerima penis dan semen pada saat koitus, mengeluarkan aliran menstruasi, dan membentuk
saluran tempat terjadinya kelahiran. Genitalia eksterna wanita disebut vulva.[7]

Manusia tidak punya musim tertentu bagi aktivitas seksual, seperti hampir semua mamalia lainnya.
Koitus dapat terjadi kapan saja dan koitus selain berperan dalam fungsi reproduksi, bisa pula berfungsi
hanya sebagai aktivitas untuk mempertahankan seksualitas, yakni dengan menggunakan kontrasepsi.
Kontrasepsi adalah mencegah terjadinya pembuahan. Ada beberapa metode, diantaranya yaitu:[5]

IUD diletakkan pada uterus

Kondom

Suntikan

Pil pencegah kehamilan

Implant

Sterilisasi:

Vasektomi: mengikat/memutuskan vas deferens pada testis pria. Metode ini ialah jenis kontrasepsi yang
terbaik dari segi efektivitas.

Tubektomi; mengikat/memutuskan tuba fallopi wanita.

Mamalia

Pada mamalia, telah berkembang suatu strategi cerdik untuk menghadapi habitat terestrial. Tidak saja
fertilisasinya berlangsung internal, tetapi embrionya pun berkembang dalam tubuh sang induk betina
secara parasitik. Gaya perkembangan macam itu membebaskan mamalia sepenuhnya dari
ketergantungan terhadap air bagi reproduksi. Perubahan-perubahan besar pada saluran reproduksi
betina merupakan syarat awal bagi keberhasilan mengandung anak. Setidaknya harus ada uterus
sebagai tempat embrio berkembang. Selain itu juga harus ada plasenta, yang menyalurkan makanan,
oksigen, dan bahan-bahan buangan antara ibu dan anak.[5] Umumnya mamalia berkembang biak
dengan cara melahirkan anaknya (vivipar). Ada beberapa mamalia yang tidak melahirkan anaknya, tetapi
bertelur, yaitu seperti platipus (Ornithorynchus anatinus).[9]

Fetus kanguru di dalam kantung induknya.

Pada mamalia euteria, embrionya berkembang secara keseluruhan di dalam uterus dengan adanya
plasenta. Di antara mamalia, marsupial seperti kanguru dan possum menahan embrionya selama
periode singkat dalam uterus. Embrio itu kemudian merangkak keluar dan menyelesaikan
perkembangan fetusnya dengan cara melekat pada kelenjar susu dalam kantung induknya.[4]

Pada mamalia selain manusia dan primata, terjadi siklus penerimaan atau reseptivitas terhadap aktivitas
seksual. Siklus yang disebut siklus estrus, yang serupa namun tidak serumit siklus menstruasi. Hewan
yang berada di puncak estrus mengalami dorongan yang kuat untuk kawin. Siklus estrus mempersiapkan
saluran reproduksi betina untuk kopulasi.[5]

Aves

Burung jantan mempunyai organ reproduksi berupa sepasang testes yang menghasilkan sperma, dan
saluran vas deferens yang bermuara di kloaka. Organ reproduksi burung betina terdiri dari sebuah
ovarium, yaitu ovarium kiri yang menghasilkan telur, dan oviduk yang bermuara pada kloaka. Sedangkan
ovarium kanan tidak tumbuh sempurna. Burung jantan dan betina tidak memiliki alat kelamin khusus
(alat kelamin luar), tetapi hanya mempunyai kloaka.[9] Pada burung, fertilisasi internal dilakukan saat
jantan dan betina saling mendekatkan kloaka dalam sebentuk koitus termodifikasi, yang disebut
"kecupan kloaka" (cloacal kiss). Jantan tidak memiliki penis, tetapi pada sebagian burung, kloaka jantan
masuk ke dalam kloaka betina.[5] Burung menghasilkan telur dari proses fertilisasi. Telur beramnion
dengan cangkang kalsium dan protein yang menahan hilangnya air dan kerusakan fisik.[4]

Anda mungkin juga menyukai