Anda di halaman 1dari 39

Patofisiologi Demam

Susanti Pakaya, MD
Suhu Tubuh Normal

Suhu inti tubuh dan suhu kulit


• Suhu jaringan dalam tubuh  suhu inti tubuh  dipertahankan sangat
konstan, sekitar ±1°F (±0.6°C), kecuali demam
• Suhu kulit, berbeda dengan suhu inti  dapat naik dan turun sesuai
dengan suhu lingkungan
Suhu inti normal

• Suhu inti normal rata-rata


secara umum antara
98.0°F dan 98.6°F peroral
• Suhu tubuh meningkat selama kerja dan bervariasi mengikuti suhu
lingkungan yang ekstrem
• Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik
yang melelahkan  suhu akan meningkat sementara sampai 101°F
hingga 104°F
• Jika terpajan pada suhu dingin  suhu dapat turun di bawah 96°F
Pengaturan suhu

• Pengaturan suhu dikendalikan keseimbangan antara pembentukan


panas dan pengeluaran panas
• Bila kecepatan pembentukan panas di dalam tubuh lebih besar daripada
kecepatan pengeluaran panas  panas akan timbul di dalam tubuh dan
suhu tubuh meningkat
• Pengeluaran panas lebih besar  panas tubuh dan suhu tubuh akan
menurun
Pembentukan panas
• Pembentukan panas adalah produk utama metabolisme
• Faktor-faktor yang menetukan kecepatan pembentukan panas
– Kecepatan metabolisme basal semua sel tubuh
– Kecepatan metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot,
termasuk kontraksi otot yang disebakan oleh menggigil
– Metabolisme tambahan
• Tiroksin dan hormone lain terhadap sel
• Epinefrin, norepinefrin dan perangsangan simpatis terhadap sel
• Meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri
• Pencernaan, absorbsi, dan penyimpanan makanan
Pengeluaran panas
• Sebagian besar pembentukan panas di dalam tubuh dihasilkan di organ
dalam, terutama di hati, otak, jantung, dan otot rangka selama bekerja
 panas dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit
 dibuang ke udara dan lingkungan sekitarnya
• Kecepatan pengeluaran panas hampir seluruhnya ditentukan oleh dua
faktor
– Seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas
dihasilkan, yakni dari dalam inti tubuh ke kulit
– Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke
lingkungan
Sistem insulator tubuh
• Kulit, jaringan subkutan, dan terutama lemak di jaringan subkutan
bekerja secara bersama-sama insulator panas tubuh
• Lemak penting karena penyaluran panas di sini hanya 1/3 bila
dibandingkan dengan jaringan yang lain
• Penyekatan di bawah kulit merupakan cara yang efektif untuk
mempertahankan suhu inti internal yang normal, meskipun
penyekatan tersebut memungkinkan suhu kulit mendekati suhu
lingkungan
Aliran darah ke kulit dari inti tubuh membantu transfer panas

• Pembuluh darah tersebar dengan


sangat luas di bawah kulit
• Bagian yang penting terutama 
pleksus venosus yang disuplai
oleh darah dari kapiler kulit
• Daerah tubuh yang paling
banyak terpajan  tangan, kaki,
telinga darah juga disuplai
langsung ke pleksus dari arteri
kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang memiliki
lapisan otot tebal
• Penelitian  orang sehat usia 18-40 tahun  rata-rata suhu mulut
36.8°± 0.4°C (98.2° ± 0.7°F) dengan nilai terendah pada jam 6 pagi dan
tertinggi pada jam 4-6 sore
• Suhu mulut normal tertinggi 37.2°C (98.9°F) pada jam 6 pagi dan
37.7°C (99.9°F) pada jam 4 sore.
• Sehingga  jika suhu tubuh pada pagi hari >37.2°C (98.9°F) atau
pada sore hari >37.7°C (99.9°F) dikatakan demam
• Suhu rektum 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi daripada suhu mulut
PUSAT SUHU DI HIPOTALAMUS
• Pengaturan suhu tubuh diatur oleh Hipotalamus
– Regio anterior  berespon pd suhu tubuh meningkat
– Regio posterior  berespon pd suhu berkurang
• Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme umpan balik
• Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung, harus juga
tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh
menjadi sangat panas atau sangat dingin
• Area preoptik hipotalamus anterior mengandung sejumlah besar neuron
yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira 1/3 neuron yang
sensitif terhadap dingin
• Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengatur
suhu tubuh
• Neuron sensitif panas ini meningkatkan kecepatan kerjanya sesuai dengan
peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2 sampai 10 kali lipat
pada kenaikan suhu tubuh sebesar 100C
• Neuron yang sensitif terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan
kerjanya saat suhu tubuh turun
• Area preoptik dipanaskan  kulit di seluruh tubuh dengan segera
mengeluarkan banyak keringat, sementara pada waktu yang sama
pembuluh darah kulit di seluruh tubuh menjadi sangat berdilatasi
• Jadi, hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan tubuh
kehilangan panas,  membantu mengembalikan suhu tubuh kembali
normal
• Disamping itu, pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat
•  area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk berfungsi
sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh
• Sinyal yang ditimbulkan oleh reseptor suhu dari hipotalamus sangat kuat
dalam mengatur suhu tubuh, reseptor suhu pada bagian lain dari tubuh
juga mempunyai peranan penting dalam pengaturan suhu
• Hal ini terjadi pada reseptor suhu di kulit dan beberapa jaringan khusus
dalam tubuh
• Reseptor dingin terdapat jauh lebih banyak daripada reseptor panas,
tepatnya, terdapat 10 kali lebih banyak di seluruh kulit
• Apabila seluruh kulit tubuh menggigil, terjadi pengaruh refleks yang
segera dibangkitkan untuk meningkatkan suhu tubuh melalui
beberapa cara :
– Memberikan rangsangan kuat sehingga menyebabkan mengigil,
– Dengan akibat meningkatnya kecepatan pembentukan panas
tubuh;
– Menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi, dan
– Meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan
pemindahan panas tubuh ke kulit
Sistem pengatur temperatur menggunakan 3 mekanisme penting untuk
menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi :
• Vasodilatasi
– Adanya hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior 
meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak 8 kali lipat
• Berkeringat
– Peningkatan temperatur tubuh 10C menyebabkan keringat cukup banyak
untuk membuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari
pembentukan panas.
• Penurunan pembentukan panas
– Mekanisme yang menyebabkan pembetukan panas berlebihan, seperti
menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat.
• Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan temperatur
mengadakan prosedur yang sangat berlawanan, yaitu:
– Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh
Hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat simpatis hipotalamus
posterior
– Piloereksi
Piloereksi berarti berdiri pada akarmya. Rangsangan simpatis
menyebabkan otot erektor pili yang melekat ke folikel rambut
berkontraksi, sehingga rambut berdiri tegak.
Demam

• Suhu tubuh di atas batas normal


• Dapat disebabkan oleh kelainan dalam
otak sendiri atau oleh bahan-bahan
toksik  mempengaruhi pusat
pengaturan suhu
• Penyebab
– Bakteri
– Tumor otak
– Keadaan lingkungan
• Demam sangat berguna sbg pertanda adanya suatu proses
inflamasi, biasanya tingginya demam mencerminkan tingkatan dari
proses inflamasinya
• Dengan peningkatan suhu tubuh juga menghambat pertumbuhan
dan perkembangan bakteri maupun virus
• Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi
berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes
Etiologi Demam
• Demam terjadi krn perubahan pengaturan homeostatik suhu normal
pada hipotalamus yang dapat disebabkan antara lain oleh
– Infeksi,
– Vaksin,
– Agen biologis (factor perangsang koloni granulosit-makrofag,
interferon dan interleukin)
– Jejas jaringan (infark, emboli pulmonal, trauma, suntikan
intramuscular, luka bakar)
– Keganasan (Leukemia, limfoma, hepatoma, penyakit metastasis)
– Obat-obatan (demam obat, kokain)
– Gangguan imunologik-reumatologik (SLE, artiritis reumatoid),
penyakit radang, penyakit granulomatosis, gangguan endokrin
– Gangguan metabolic
– dll
Mekanisme kerja pirogen penyebab demam
• Percobaan pada hewan  beberapa pirogen disuntikan ke dalam
hipotalamus  bekerja langsung pd pusat pengaturan suhu
hipotalamus  meningkatkan set-pointnya
• Pirogen lainnya  tidak langsung, membutuhkan periode laten bbrp
jam  timbul efek
• Bakteri/hasil pemcahan bakteri di dalam jaringan/darah  keduanya
akan difagositosis oleh leukosit, makrofag jaringan dan limfosit
pembunuh bergranula besar mencerna hasil pemecahan bakteri dan
melepas sitokin
• Sitokin = berbagai kelompok molekul sinyal peptide yang terlibat dalam
respons imun bawaan dan adaptif
• Salah satu sitokin yang paling penting dalam menyebabkan demam 
Interleukin-1 (IL-1) = leukosit pirogen/pirogen endogen
Patogenesis Demam
• Tanpa memandang etiologinya, jalur akhir penyebab demam yang
paling sering adalah adanya pyrogen  secara langsung mengubah
set-point di hipotalamus  pembentukan panas dan konversi panas
• Pirogen  suatu zat menyebabkan demam
– Pirogen eksogen  dari luar tubuh : toksin, bakteri dan/produk
bakteri  mampu merangsang pelepasan pyrogen endogen
– Pirogen endogen = sitokin  interleukin-1, Tumor necrosis
factor, interferon, interleukin-6 dan interleukin-11 merangsang
hipotalamus meningkatkan sekresi prostaglandin 
peningkatan suhu tubuh
• Interleukn-1 dilepas oleh makrofag ke dalam cairan tubuh dan saat
mencapai hipotalamus  hampir segera mengaktifkan proses yang
menimbulkan demam, kadang meningkatkan suhu tubuh yang
terlihat jelas dalam waktu 8-10 menit
• 1/10 jt gram endotoksin lipopolisakarida dari bakteri bekerja sama
dengan leukosit, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh 
demam
• Jumah interleukin-1 yang dibentuk sebagai respons terhadap
lipopolisakarida untuk menyebabkan demam hanya beberapa
nanogram
• Interleukin -1 
menginduksi pembentukan
salah satu prostaglandin,
terutama PGE2 atau zat
yang mirip  bekerja di
hipotalamus 
membangkitkan reaksi
demam
• Dalam beberapa jam
setelah setpoint
ditingkatkan  suhu
tubuh juga mendekati nilai
ini
Pirogen Eksogen
• Biasanya merangsang demam dalam 2 jam setelah terpapar
• Umumnya pyrogen berinteraksi dengan sel fagosit, makrofag
atau monosit  merangsang sintesis interleukin-1
• Mekanisme lain yg mungkin berperan sebagai pyrogen eksogen
 endoktosin  bekerja langsung pada hipotalamus 
mengubah pengatur suhu
• Radiasi, racun DDT dan racun kalajengking  efek langsung
terhadap hipotalamus  efek demam
• Beberapa bakteri memproduksi eksotoksin  merangsang secara
langsung makrofag dan monosit  melepas IL-1
• Pirogen eksogen dapat berasal dari mikroba dan non mikroba
Pirogen Mikrobial
Bakteri Gram Negatif
• Pirogenitas bakteri Gram-negative (E.Coli, Salmonela) disebabkan adanya
heat-stable factor yaitu endotoksin  pyrogen eksogen yang pertama kali
ditemukan
• Komponen aktif endotoksin berupa lapisan luar bakteri yaitu
lipopolisakarida
• Endotoksin  peningkatan suhu yang progresif tergantung dari dosis
• Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan atau
dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh leukosit, makrofag jaringan
dan natural killer cell
• Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan
melepaskan interleukin-1  mencapai hipotalamus  demam
Pirogen Mikrobial
Bakteri Gram Positif
• Pirogen utma bakteri gram-positif (misalnya Stafilokokus)
peptidoglikan dinding sel
• Bakteri gram positif mengeluarkan eksotoksin  pelepasan sitokin
yang berasal dari T-helper dan makrofag  menginduksi demam
• Per unit berat, endotoksin LEBIH DARI peptodoglikan prognosis
lebih buruk pada infeksi bakteri Gram negative
• Penyakit yang melibatkan produksi bakteri gram positif (difteri,
tetanus, botulinum) pada umumnya demam yang ditimbulkan tidak
begitu tinggi dibandingkan dengan gram positif piogenik atau bakteri
gram negative lainnya
Pirogen Mikrobial

Virus
• Telah diketahui secara klinis bahwa virus dapat menyebabkan demam
• Mekanisme virus memproduksi demam antara lain dengan cara
melakukan invasi secara langsung ke dalam makrofag reaksi
imunologis terjadi terhadap komponen virus yg termasuk di antaranya
yaitu pembentukan antibodi, induksi oleh interferon dan nekrosis sel
akibat virus
Pirogen Mikrobial

Jamur
• Produk jamur baik yang mati maupun yang hidup  memproduksi
pyrogen eksogen  merangsang terjadinya demam
• Demam timbul ketika produk jamur beredar dalam peredaran darah
Pirogen Non-Mikrobial
• Fagositosis
Antigen non-microbial kemungkinan sangat bertanggung jawab untuk
terjadinya demam, seperti dalam proses transfuse darah dan anemia
hemolitik imum

• Kompleks Antigen Antibodi


Demam yang disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas dapat timbul baik
sebagai akibat reaksi antigen terhadap antibodi yang beredar, yang
tersensitisasi atau oleh antigen yang teraktivasi sel T untuk memproduksi
limfokin, dan kemudian akan merangsang monosit dan makrofag untuk
melepaskan interleukin-1
Steroid
• Bersifat pirogenik bagi manusia
• Ethiocholanon dan metabolic androgen diketahui sebagai perangsang
pelepasan interleukin-1

Sistem monosit-makrofag
• Sel mononuclear bertangggung jawab terhadap produksi interleukin-1
dan terjadinya demam
Pirogen Endogen
Interleukin-1
• Disimpan dalam bentuk inaktif dalam sitoplasma sel sekretori, dengan
bantuan enzim diubah menjadi bentuk aktif sebelum dilepas melalui
membrane sel ke dalam sirkulasi
• IL-1 dianggap sebagai hormone oleh karena mempengaruhi organ-
organ yang jauh
• Penghancuran IL-1 terutama dilakukan di ginjal
• IL-1 terdiri atas 3 struktur polipeptida yang saling berhubungan 2
agonis, 1 antagonis
Pirogen Endogen

Tumor Necrosis Factor


• Sitokin ini dihasilkan oleh monosit, makrofag, limfosit, natural
killer, sel kupfer, astrositosit otak  sebagai respon tubuh terhadap
rangsang atau luka yang invasive

Limfosit yang Teraktivasi


• Limfosit merupakan sel antigen spesifik dan terdiri atas 2 jenis yaitu
– sel B yang bertanggung jawab terhadap produksi antibodi dan
– sel-T yang mengatur sintesis antibodi dan secara tidak langsung
berfungsi sebagai sitotoksik, serta memproduksi respon
inflamasi hipersensitivitas tipe lambat
Pirogen Endogen
Interferon
• Menekan replikasi virus di dalam sel yang terinfeksi
• Diproduksi oleh limfosit T teraktivasi
• Terdapat 3 jenis molekul yang berbeda dalam aktivitas biologic dan
urutan asam aminonya
Interleukoin-2
• Merupakan limfokin penting kedua yang dilepas oleh limfosit T
yang teaktivasi sebagai respons stimulasi IL-1
Granulocyte macrophage colony stimulating factor
Daftar Pustaka

• Ganong W. Review of medical physiology. 21st ed. California: Mc-Graw Hill


company; 2003.
• Kasper D, Fauci A, Longo D, Braunwald E, Hauser S, Jameson J. Harrison's
principl es of internal medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill companies;
2012.
• Guyton A. Textbook of medical physiology. Eleventh ed. Pennsylvania: Elsevier
saunders; 2006.
• Despopoulos A, Silbernagl S. Color atlas of physiology. 5th ed. New York:
Thieme; 2003
• Sherwood L. Human physiology from cells to systems. Fifth ed. California:
Thomson Brooks/cole; 2004.

Anda mungkin juga menyukai