Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN 

PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.


Y DENGAN APENDISITIS PERFORASI  DI RUANG CENDRAWASIH
RSUD. S.K. LERIK KOTA KUPANG

OLEH :

1. NOVA TITI OEMATAN


2. ECARINA DJENMAI
3. KORNELIA P.J SALA
4. KORI MORINA SILLA
5. TRIFEBI HAEKASE
6. ARDIANUS Y. SERAN
7. DENI NUBATONIS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah,
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan studi kasus dengan
judul “Laporan Seminar Kasus Pada Ny. Y Dengan Apendisitis Perforasi
Yang Mengalami Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Nyeri Akut dan
risiko infeksi di Ruang Cendrawasih RSUD S.K LERIK KOTA KUPANG”
Laporan kasus seminar ini dalam penyusunannya mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan seminar kasus ini.
Harapan kami seminar kasus ini dapat menambah wawasan tentang pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan Apendisitis, terutama pada pemenuhan
kebutuhan dasar pasien.
Kami penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan guna penyempurnaannya.

Kupang, 14 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Tujuan................................................................................................................
1
1.3 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit Appendisitis.................................................................3
2.1.1 Definisi............................................................................................................3
2.1.2 Anatomi & Fisiologi Appendisitis..................................................................3
2.1.3 Etiologi............................................................................................................5
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................5
2.1.5 Klasifikasi.......................................................................................................6
2.1.6 Manifestasi Klinis...........................................................................................6
2.1.7 Pathway...........................................................................................................7
2.1.8 Penatalaksanaan Medis...................................................................................8
2.1.9 Komplikasi....................................................................................................10
2.2 Konsep Nyeri Akut..........................................................................................11
2.3 Risiko Infeksi...................................................................................................15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian........................................................................................................17
3.2 Analisis data.............................................................................................17
3.3.Intervensi.................................................................................................17
3.4 Implementasi............................................................................................18
3.5 Evaluasi...................................................................................................18
BAB IV
LAPORAN KASUS
4.1 IDENTITAS PASIEN......................................................................................22
4.2 ANAMNESIS..................................................................................................22
4.3 PEMERIKSAAN FISIK..................................................................................23
4.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................25
4.5 DIAGNOSIS....................................................................................................26
4.6 TERAPI MEDIK..............................................................................................26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................44
5.2 Saran.................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................46-47
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apendisitis adalah perdangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang aling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
meyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Wedco,2019)
Apendiditis adalahh peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing (apendiks) usus buntu sebenarnya adalah sekum
(caecum) infeksi dapat mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (Saputro,2018)
Tindakan operasi pada pasien apendisitis banyak menimbulkan dampak
baik biopsikososial maupun spiritual. Oleh sebab ini, penatalaksanaan yang
tepat melalui pemberian asuhan keperawatan yang benar sangat diperlukan
terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
Berdasarkan hal diatas, kelompok memilih kasus pada Ny.Y ini sebagai
laporan seminar kami pada kesempatan ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada Ny.Y dengan Apendisitis
perforata yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
nyeri akut dan Resiko Infeksi di Ruang Cendawasi di RSUD S.K
Lerik Kota Kupang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampau melakukan pengkajian kasus Apendisitis perforata yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar nyeri akut dan
Resiko infeksi
2. Mampau menegakkan diagnosis kasus Apendisitis perforata yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar nyeri akut dan
resiko infeksi
3. Mampau menyusun intervensi keperawatan pada kasus
Apendisitis perforata yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar nyeri akut dan resiko infeksi
4. Mampau melakukan implementasi keperawatan pada kasus
Apendisitis perforata yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar nyeri akut dan resiko infeksi
5. Mampau melakukan evaluasi keperawatan pada kasus
Apendisitis perforata yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar nyeri akut dan resiko infeksi

1.3 Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan
memberikan manfaat bagi dunia keperawatan, dan bagi rumah sakit di
harapkan laporan ini dapat di jadikan Sebagai bahan masukan bagi pihak
Rumah Sakit dalam meningkatkan dan memudahkan pelayanan kesehatan
khususnya pada klien Post Operasi Laparatomi dengan indikasi Apendisitis
Perforata di Ruangan Cendrwasi RSUD S.K Lerik Kota Kupang.
1. 4 Manfaat teoritis
Mampu memnahami asuhan keperawatan atau teori dasar Apendisitis
perforata yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar nyeri
akut dan resiko infeksi
1.5 Meningkatkan pemahaman mahasiswa profesi ners dengan kasus
Apendisitis perforata yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar nyeri akut dan resiko infeksi
   
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif
dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi
(Smeltzer,2002).

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara
10 sampai 30 tahun. Infeksi pada appendiks tersebut terjadi karena tersumbatnya lumen
oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi
karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, danEnterobius
vermikulari (Mansjoer, 2007)

2.2 ETIOLOGI

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu (Arifuddin, Salmawati, & Prasetyo, 2017):
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebabterbanyak.

2) Adanya faekolit dalam lumenappendiks

3) Adanya benda asing sepertibiji-bijian

4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangansebelumnya.

b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli danStreptococcus

c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid
pada masatersebut.
d. Tergantung pada bentukapendiks:

1) Appendik yang terlalupanjang

2) Massa appendiks yangpendek

3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumenappendiks

4) Kelainan katup di pangkalappendiks

2.3 KLASIFIKASI

a. Apendisitis akut

Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi
dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :

1) Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.

2) Fekalit

3) Benda asing

4) Tumor.

Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat
keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga
menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan
menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif
yang menghasilkan pus / nanah pada dinding apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga
dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara
hematogenkeapendiks.
b. Apendisitis Purulenta (SupurativeAppendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang
ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa
sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks
dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat
fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan,
nyeri lepas dititik McBurney,defansmuskuler,dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-
tanda peritonitis umum.
c. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik
antara 1-5persen.
d. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi
menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk
aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn
lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi
yang diperiksa secara patologik.
e. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa.
Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel
dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan
bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi
infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.

f. Tumor Apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi
regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang
jauh lebih baik dibanding hanyaapendektomi.
g. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis
prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas
spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid
berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme
bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid
perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif
dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik
apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi
ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.
2.4 ANATOMI

Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm


dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi
minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saatantenatal dan
postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan
berpindah dari medial menuju katup ileocaecal. Orang dewasa memiliki bentuk lumen
apendiks yang menyempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada bayi
appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah ujung. Keadaan ini
menjadi sebab rendahnya insidens Apendisitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki lumen
sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga
tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi
appendiks. Gejala klinik Apendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks adalah
retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%,pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah
sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus)
0,4%, seperti terlihat pada gambar dibawah ini (Windy & Sabir,2016).

Appendiks pada saluran pencernaa


.

2.5 PATOFISIOLOGI

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh


hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratifakut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
2.6 MANIFESTASIKLINIK

Terdapat beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul dari apendisitis yaitu
(Mansur & Arif, 2014):
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukantekanan.

c. Nyeri tekan lepasdijumpai.

d. Terdapat konstipasi ataudiare.

e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakangsekum.

f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekatrektal.

g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atauureter.

h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujungpelvis.

i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadrankanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
terjadi akibat ileusparalitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan Tanda dan gejala
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan
pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada
sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsova’s Pasien dibaringkan pada sisi kiri,kemudian
sign dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif
jika timbul nyeri pada kananbawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan
dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif
jika timbul nyeri pada hipogastrium atauvagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kananbawah
dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut

pada korda spermatic kanan


Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium
atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke
kuadran kananbawah.
Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut
kuadrankananbawahsaatpasiendibaringkan
pada sisi kiri
Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit
trianglekanan (akan positif Shchetkin-
Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada
kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-
tiba

2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor


keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi
pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda
diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi
komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi
93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR
komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki
dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang
sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan
pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
a. Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa


lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini
terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui
praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36
jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh
perut, dan leukositosis terutamapolymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik
berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk


menegakkan diagnose appendicitis yaitu (Mansur & Arif, 2014):
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat.CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perutbawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, danpankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinomacolon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi
usus halus atau batu ureterkanan.
2.9 PENATALAKSANAANMEDIS

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi


penanggulangan konservatif danoperasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
Selain itu dapat dilakukan laparotomi. Laparotomi merupakan salah satu
pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding
abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah
infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi
diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi
disesuaikan dengan besar infeksiintra-abdomen.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Sebelum dilakukan operasi maka klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis,
disamping itu klien juga perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami
setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam) untuk digunakan
dalam periode post operasi. hal tersebut penting dikarenakan banyak klien merasa cemas
bila akan dioperasi dan juga terhadap pemberian anastesi. Untuk melengkapi hal tersebut
maka perawat perlu melengkapi data subjektif maupun objektif. Pengumpulan data
subjektif dan objektif pada klien dengan apendisitis meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus apendisitis adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakitmenjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada

malam hari atau siang hari.


3. Riwayat penyakit saat ini
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari apendisitis, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan skala nyeri
yang dirasakan. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab apendisitis yang sekarang
diderita
5. Riwayat penyakit keluarga
Data riwayat penyakit keluarga dapat berfungsi sebagai data tambahan terkait dengan
penyakit yang diderita
6. Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
7. Pemeriksaan Fisik

a. B1(Breathing)

Pernapasan meningkat, dispneu, pergerakan dada simetris, suara nafas normal


tidak ada suara nafas tambahan seperti stridor dan ronchi.
b. B2(Blood)
Hipertensi (kadang – kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas),
takikardia (respon stress, hipovolemia).
c. B3(Brain)

Adanya perasaan takut, klien tampak gelisah, klien mengalami demam, spasme
otot, angitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain).
d. B4(Bladder)

Tidak ada kelainan sistem perkemihan

e. B5(Bowel)

Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri


tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai
indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise
f. B6 (Bone)
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduktegak
3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Preoperasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (distensi jaringan


intestinal olehinflamasi)
2) Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.

3) Nausea berhubungan dengan peningkatan tekananintraabominal

b. Postoperasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka insisi post
operasi appenditomi).
2) Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan invasif (insisi postpembedahan).
3.3 Intervensi Keperawatan

a. Pre operasi

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (1.08238)

berhubungan dengan tindakan keperawatan :


agen cidera fisiologis selama 2x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
(distensi jaringan didapatkan Tingkat Nyeri karakteristik, durasi,
intestinal oleh (L.08066) adekuat dengan frekuensi, kualitas dan
inflamasi) kriteria hasil : intensitasnyeri
1. Keluhan nyeri (4) 2. Identifikasi respon non
verbal
2. Gelisah(4)
3. Berikan teknik non
 4 = cukup
farmakologi untuk
menurun
mengurangi rasa nyeri
3. Frekuensi nadi(4)
(teknik relaksasi nafas
4. Pola nafas(4) dalam, membaca
istighfar)
5. Tekanan darah(4)
4. Fasilitasi istirahat dan
 4 = cukup
tidur
membaik
5. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicunyeri
6. Kolaborasipemberian

analgesik
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (1.09314) :
dengan akan tindakan keperawatan
1. Monitor tanda-tanda
dilaksanakanoperasi. selama 1x24 jam
ansietas (verbal dan non
didapatkan Tingkat
verbal)
Ansietas (L.09093)
2. Ciptakan suasana
adekuat dengan kriteria
terapeutik untuk
hasil :
menumbuhkan
1. Perilaku gelisah(4)
kepercayaan
2. Perilaku tegang(4) 3. Jelaskan prosedur,
3. Frekuensi pernafasan termasuk sensasiyang
(4) akandialami
4. Frekuensi nadi(4) 4. Informasikan secara
factual mengenai
5. Tekanan darah (4)
diagnosis, pengobatan
 4 = cukup
danprognosis
menurun
5. Latih teknikrelaksasi
6. Kolaorasi pemberian obat
antiansietas
3. Nausea berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Mual (1.031107)
dengan peningkatan tindakan keperawatan
:
tekanan intraabominal selama 2x24 jam
1. Identifikasi pengalaman
didapatkan Tingkat
mual
Nausea (L.08065)
2. Identifikasi faktor
adekuat dengan kriteria
penyebabmual
hasil :
3. Monitormual
1. Nafsu makan(4)
4. Monitor asupan nutrisi
 4 = cukup
dankalori
meningkat
5. Anjurkan istirahat yang
2. Keluhan mual(4)
cukup
3. Perasaan ingin muntah
6. Kolaborasi pemberian
(4)
antiemetik
 4 = cukup
menurun
4. Pucat(4)

 4 = cukup
membaik
(PPNI, 2017), (PPNI, 2019), (PPNI, 2018)

. c. Post operasi
No SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1.08238) :


berhubungan keperawatan selama 2x24 jam
5. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen didapatkan Tingkat Nyeri
frekuensi, kualitas dan intensitasnyeri
cidera fisik (L.08066) adekuat dengan
6. Identifikasi respon non verbal
kriteria hasil :
(luka insisi 7. Berikan teknik non farmakologi untuk
1. Keluhan nyeri(4)
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi nafas
post operasi
2. Gelisah(4) dalam, membacaistighfar)
appenditomi).
8. Fasilitasi istirahat dantidur
 4 = cukupmenurun
9. Jelaskan penyebab, periode dan pemicunyeri
3. Frekuensi nadi(4)
10.Kolaborasipemberian
4. Pola nafas(4)
analgesik
5. Tekanan darah(4)

 4 = cukupmembaik

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (1.14564) :


dengan faktor keperawatan selama 2x24 jam
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
resiko tindakan didapatkan Tingkat Infeksi
dansistemik
invasif (insisi (L.14137) adekuat dengan
2. Monitor karakteristikluka
post kriteria hasil :
3. Lepaskan balutan danplester secaraperlahan
pembedahan). 1. Demam(4)
4. Bersihkan dengan cairan NaCl
2. Kemerahan(4)
5. Berikan salep yangsesuai
3. Nyeri(4)
6. Pasang balutan sesuai dengan jenis luka
4. Bengkak(4) 7. Pertahankan tekniksteril

5. Drainase purulen(4)

 4 = cukupmenurun

6. Kadar sel darah putih(4)


 4 = cukup membaik ketika melakukan perawatan
luka
8. Ajarkan mengonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
9. Kolaborasipemberian

antibiotik
BAB VI
LAPORAN KASUS

YAYASAN MARANATHANUSA TENGGARA TIMUR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
JLN. KAMP. BAJAWA NASIPANAF - BAUMATA BARAT – KAB.
KUPANG
Website:http//maranatha-ntt.ac.ad ; email : maranathastikes@gmail.com
Telp/Fax : 0380-8552971

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS :09-12-21 Jam Masuk : 13.00


Tanggal Pengkajian :13-12-2021 No. RM : 11.00××
Jam Pengkajian : 15.00 Dokter :dr Ronald
Diagnosa Masuk : post op
laparatomi apendisitis perforasi

IDENTITAS
Nama Pasien : Ny.Y Penanggung jawab Biaya :
Umur : 53 Tahun Nama : Tn. M
Suku/ Bangsa : Rote/WNI Alamat : Lasiana
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lasiana
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri di bagian perut kanan bawah
P : post operasi laparatomi
Q : tersayat
R : di perut kanan bawah
S : Skala nyeri 6
T : menetap

Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengatakan nyeri sejak 3 hari SMR, nyeri
seperti diremas terutama perut bagian bawah dan menjalar ke pinggang sampai
kepala terasa sakit. Pasien langsung dibawa keluarganya ke rumah sakit dan
ditangani di ruangan IGD dan di observasi, pasien mendapatkam tindakan mandiri
keperawatan dan terapi medis di igd. Pasien di pindahkan di ruang rawat inap
cendrawasih untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut

Keluhan saat dikaji : Pasien mengatakan nyeri bagian bekas operas


RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pernah dirawat : ya tidak kapan :…… diagnosa :

2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak


jenis……
Riwayat kontrol : .............................
Riwayat penggunaan obat :..............
3. Riwayat alergi ya tidak
jenis………………
4. Riwayat operasi ya tidak kapan: 2021

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ya tidak jenis…………………......
Genogram (3 generasi):

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S :37,2° c N: 65x/mnit TD : 139/93 mmHg RR :22x/menit
Kesadaran : Compos Mentis ApatisSomnolen Sopor
Koma
Lain-lain :
2. Sistem Pernapasan
a. Keluhan : sesak nyeri waktu napas
Batuk produktif tidak produktif
Sekret :…….. Konsistensi :......................
Warna :.......... Bau :..................................
b. Irama nafas teratur tidak teratur
c. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
d. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Ronki Wheezing
e. Alat bantu napas ya tidak
Jenis................... Flow..............lpm
Lain-lain :

Masalah Keperawatan : tidak ada


3. Sistem Kardio vaskuler
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. Suara jantung normal murmur
gallop lain-lain.....
d. CRT :........2.....detik
e. Akral hangat panas dingin keringbasah
f. JVP normal meningkat menurun
Lain-lain :

Masalah Keperawatan : tidak ada

4. Sistem Persyarafan
a. GCS : 15 , E= 4, V= 5 , M= 6
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps
c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig
d. Keluhan pusing ya tidak
e. Pupil Isokor Anisokor Diameter……..
f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus
g. Gangguan pandangan ya tidak Jelaskan……..
h. Gangguan pendengaran ya tidak Jelaskan……..
i. Gangguan penciuman ya tidak Jelaskan……..
j. Isitrahat/Tidur :................. Jam/Hari Gangguan tidur : ....................
lain-lain :
Masalah Keperawatan : Ttidak ada

5. Sistem perkemihan
a. Kebersihan Bersih Kotor

b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia

Gross hematuri Poliuria

Disuria Oliguria

Retensi Hesistensi

Anuria

c. Produksi urine : 1200 ml/hari Warna: Kuning Bau: Khas

d. Kandung kemih : Membesar ya tidak

Nyeri tekan ya tidak

e. Intake cairan oral : ……… cc/hari parenteral : ……… cc/hari

f. Alat bantu kateter ya tidak

Jenis :............. Sejak tanggal : .........

Lain-lain :

Masalah Keperawatan: nyeri akut


6. Sistem pencernaan

a. Mulut bersih kotor berbau

b. Mukosa lembab kering stomatitis

c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan

pembesaran tonsil nyeri tekan

d. Abdomen tegang kembung ascites

Nyeri tekan ya tidak

Luka operasi ada tidak Tanggal operasi : .............

Jenis operasi :Laparatomi Lokasi : perut kanan bawah

Keadaan : Drain ada tidak

Jumlah :........... Warna :.................

Kondisi area sekitar insersi :...............

e. Peristaltik :. 15 x/menit

f. BAB : ..............x/hari Terakhir tanggal : ..............

Konsistensi keras lunak cair lendir/darah

g. Diet padat lunak cair

h. Nafsu makan baik menurun Frekuensi:.......x/hari

i. Porsi makan habis tidak Keterangan : ...........

Lain-lain:

Masalah Keperawatan : nyeri akut

7. Sistem muskuloskeletal dan integumen


a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kekuatan otot

c. Kelainan ekstremitas ya tidak


d. Kelainan tulang belakang ya tidak
e. Fraktur ya tidak

f. Traksi / spalk /gips ya tidak

g. Kompartemen syndrome ya tidak

h. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi

i. Turgor baik kurang jelek

j. Luka jenis :........... luas : ......... bersih kotor

Lain-lain:

Masalah Keperawatan : idak ada

8.Sistem Endokrin

Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak

Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak

Hipoglikemia ya tidak

Hiperglikemia ya tidak

Luka gangren ya tidak


Lain-lain:

Masalah Keperawatan : tidak ada

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya

Cobaan Tuhan hukuman lainnya

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya

Murung/diam gelisah tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga

d. Gangguan konsep diri ya tidak

Lain-lain:

Masalah keperawatan : tidak ada

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN


a. Mandi :............. x/hari f. Ganti pakaian :.................x/hari
b. Keramas :....................x/hari g. Sikat gigi :
......................x/hari
c. Memotong kuku :..................
d. Merokok : ya tidak
e. Alkohol : ya tidak
lain-lain :

Masalah Keperawatan :
PENGKAJIAN SPIRITUAL

Kebiasaan beribadah

a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah

b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah

lain-lain :

Masalah Keperawatan :

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG )

No Jenis Hasil Nilai normal


. pemeriksaan
1 WBC 12.03 5.00-10.00
2 HBG 12.3 12.0-17,4
3 PLT 278 150-400

4 RBC 4,53 2.50-5.50

TERAPI:
No Jenis terapi Dosis Indikasi kontraindikasi
.

1 Infus Ns 20 tpm Pengganti hipersensitif


cairan

2 Inj. Cefriaxon 2x1 Antibiotik Ginjal, diabetes

3 Inj. 2x1 Asam Jantung,


Omeprazol lambung osteoporosis

4 Inj. Antrain 3x1 Nyeri Ginjal, hepar

5 Inj. 3x1 Mual, hipersensitif


Ondansentron muntah

6 Inj. Ketorolac 3x1 Nyeri Hipertensi

DATA TAMBAHAN LAIN :


FORMAT ANALISA DATA
Nama Pasien:Ny.Y No. RM :11.00××
Umur :53 Tahun Diagnosa Masuk : app
perforasi
Jenis kelamin : P Ruangan : cendrawasih
NO HARI/TGL DATA (DS/DO) MASALAH ETIOLOGI

1 Senin, DS : Pasien Nyeri Akut Prosedur


13/12/2021 mengatakan nyeri pemebedahan
pada area operasi (laparatomi)
P: post op
laparatomi Terdapat luka
Q : tersayat hasil insisi
R : di perut kanan
bagian bawah Stimulasi serabut
S : skala nyeri 6 saraf pada area
T : menetap perlukaan
DO : Ku sedang, kes:
cm Merangsang
- Pasien tampak mediator nyeri
meringis
- Pasien tampak Nyeri Akut
gelisah
- TTV
TD : 139/93
N : 65×/menit
RR : 22× menit
S : 37,2° c
2 Senin DS : Pasien Risiko Apendisitis
13/12/2021 mengatakan nyeri Infeksi
pada luka bekas Trombosis pada
operasi vena intramural

DO : Ku sedang, Pembengkakan
kes : cm dan iskemia
- Pasien melakukan
operasi Pembedahan
laparatomi operasi
- Luka bekas
operasi belum Luka insisi
kering
- TTV Jalan masuk
TD : 139/93 kuman
N : 65×/menit
RR : 22× menit Risiko
S : 37,2°c infeksi
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. Y No. RM
:11.00Xx mamur : 53 Tahun
Diagnosa Masuk : app perforasi
Jenis kelamin :P Ruangan : cendrawasih

N HARI/ DIAGNOSA SLKI (OUTCOME SIKI(INTERVENSI DAN


O TGL KEPERAWATA DAN INDIKATOR SKALA )
N
1 Senin Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri ( I.08238)
13/12/30 cedera fisik (luka tindakan keperawatan Observasi
21 insisi post operasi 3x24 jam, tingkat - Identifikasi lokasi,
laparatomi) nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
KH : frekuensi, kualitas dan
- Keluhan nyeri (5) intensitas nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri
(5) non verbal
- Frekuensi nadi
Terapeutik
membaik (5)
- Berikan teknik non
- Pola napas
farmakologi untuk
membaik (5)
mengurangi rasa nyeri
- Tekanan darah
- Kontrol lingkungan yang
membaik (5)
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istrahat dan tidur

Edukasi
- Jelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredahkan nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Senin Risiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan Luka (I.14564)
13/12/2 dengan faktor tindakan keperawatan Observasi
021 risiko tindakan 3x24 jam, tingkat - Monitor karakteristik luka
invasif (insisi post infeksi menurun, ( mis.drainase, warna,
pembedahan) dengan KH : ukuram ,bau)
- Demam menurun - Monitor tanda-tanda
(5) infeksi
- Nyeri menurun (5)
Terapeutik
- Bengkak menurun
- Lepaskan balutan dan
(5)
plester secara perlahan
- Drainase purulen
- Bersihkan dengan cairan
menurun (5)
Nacl atau pembersih
- Kadar sel darah
motoksik sesuai
putih membaik (5)
kebutuhan
- Bersihkan jaringan
nekrotik
- Berikan salep yang sesuai
jenis luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Pertahankan teknik sterik
saat melakukan perawatan
luka

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi

Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement
- Kolaborasi pemberian
antibiotik
FORMAT IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. Y No. RM :11.00xx
Umur :53 tahun Diagnosa Masuk :App perforasj
Jenis kelamin : P Ruangan :Cendrawasih

NO HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


TGL (SOAP)
1 Senin Nyeri akut bd 09.00 – mengidentifikasi S : Pasien mengatakan masih
13/12/2 agen cedera lokasi, karakteristik, durasi, nyeri pada area post op
021 fisik (luka frekuensi, kualitas dan P: post op laparatomi
insisi post intensitas nyeri Q : tersayat
operasi 09.20 – mengidentifikasi R : di perut kanan bawah
laparatomi) respon nyeri non verbal S : skala nyeri 6
09.30 – memberikan teknik T : menetap
non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik O : Ku sedang, kes: cm
relaksasi napas dalam) Ttv
10.00 -memberikan injeksi TD : 130/80 mmHg
ketorsolac N : 70x/menit
10.20 – mengontrol RR : 22x/menit
lingkungan yang S : 37,6°c
memperberat nyeri SpO2 : 97%
( kebisingan, membatasi A : masalah keperawatan nyeri
kunjungan keluarga) belum teratasi
11.30 – memonitor TTV P : intervensi di lanjutkan
12.30 – Memfasilitasi istrahat 12.50 – mengidentifikasi lokasi,
dan tidur karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
13.00 – memberikan teknik non
farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
(relaksasi napas dalam)
13.20 – memfasilitasi istrahat
dan tidur

2 Senin Risiko infeksi 09.10 –memonitor S : pasien mengatakan masih


13/12 dengan faktor karakteristik luka nyeri pada bekas operasi
risiko tindakan 09.15 – memonitor tanda- O : Ku sedang, kes: cm
invasif (insisi tanda infeksi Ttv
post 10.00 – memberikan injeksi TD : 130/80 mmHg
pembedahan) cefriaxon N : 70x/menit
11.30 – memonitor ttv RR : 22x/menit
S : 37,6°c
SpO2 : 97%
A : masalah keperawatan risiko
infeksi belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
13.10 – memonitor karakteristik
luka
13.25 – memonitor tanda-tanda
infeksi

FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN


Nama Pasien : ny. Y No. RM : 11.00xx
Namar :53 tahun Diagnosa Masuk :app perforasi
Jenis kelamin :P Ruangan : cendrawasih

HARI/TGL DIAGNOSA EVALUASI TTD


KEPERAWAT (SOAPIE )
AN
Selasa Nyeri akut b.d agen
14/12/202 cedera fisik (luka S : pasien mengatakan masih
insisi post operasi nyeri di area post op
laparatomi) P : post op
Q : tersayat
R : di perut bagian bawah
S : skala nyeri 4
T : menetap

O : Ku sedang, kes: cm
Ttv
TD : 130/80 mmHg
N : 72x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6°c
SpO2 : 97%
- Pasien tampak meringis

A : masalah keperawatan nyeri


belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
09.00 – mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
09.30 – memberikan teknik non
farmakologi ( terapi relaksasi
napas dalam)
10.00 - memberikan injeksi
Ketorolac
I : memonitor Ttv
E : nyeri berkurang, skala nyeri
3

Selasa, Risiko infeksi S : pasien mengatakan masih


14/12 dengan faktor nyeri pada bekas operasi
risiko tindakan
invasif ( insisi O : Ku sedang, kes: cm
post Ttv
pembedahan) TD : 130/80 mmHg
N : 72x/menit
RR : 20x/menit
S : 37s,6°c
SpO2 : 97%
A : masalah keperawatan risiko
infeksi belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
09.20 – memonitor karakteristik
luka
10.00 – memberikan injeksi
cefriaxon
I : memonitor Ttv
E : risiko infeksi menurun
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : ny. Y No. RM : 11.00xx
Namar :53 tahun Diagnosa Masuk :app perforasi
Jenis kelamin :P Ruangan : cendrawasih

HARI/TGL DIAGNOSA EVALUASI TTD


KEPERAWATAN (SOAPIE )

Nyeri akut b.d agen


Rabu cedera fisik (luka S : pasien
15/12 insisi post operasi mengatakan masih
laparatomi) nyeri di area post op
P : post op
Q : tersayat
R : di perut bagian
bawah
S : skala nyeri 3
T : menetap

O : Ku sedang, kes:
cm
Ttv
TD : 120/80 mmHg
N : 72x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°c
SpO2 : 97%
- Pasien tampak
meringis

A : masalah
keperawatan nyeri
belum teratasi
P : intervensi di
lanjutkan
20.00 –
mengidentifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan
intensitas nyeri
20.30 – memberikan
teknik non
farmakologi ( terapi
relaksasi napas
dalam)
21.00 - memberikan
injeksi ketorolac
I : 06.00 memonitor
Ttv
E : nyeri berkurang,
skala nyeri 2

Rabu, Risiko infeksi S : pasien


14/12 dengan faktor mengatakan masih
risiko tindakan nyeri pada bekas
invasif ( insisi post operasi
pembedahan)
O : Ku sedang, kes:
cm
Ttv
TD : 130/80 mmHg
N : 72x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°c
SpO2 : 97%
A : masalah
keperawatan risiko
infeksi belum teratasi
P : intervensi di
lanjutkan
21.20 – memonitor
karakteristik luka
22.00 – memberikan
injeksi cefriaxon
I : 06.00 -
memonitor Ttv
07.30Lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan

07.33 membersihkan
dengan cairan Nacl
atau pembersih
nontoksik sesuai
kebutuhan
07.36Membersihkan
jaringan nekrotik
07.39Membeikan salep
yang sesuai jenis
luka

07.40 balutan sesuai


jumlah eksudat dan
drainase
07.50Pertahankan teknik
sterik saat
melakukan
perawatan luka
E : risiko infeksi
menurun

FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN


Nama Pasien : ny. Y No. RM : 11.00xx
Namar :53 tahun Diagnosa Masuk :app perforasi
Jenis kelamin :P Ruangan : cendrawasih
HARI/TGL DIAGNOSA EVALUASI TTD
KEPERAWATAN (SOAPIE )

Kamis Nyeri akut b.d agen


15/12 cedera fisik (luka insisi S : pasien
post operasi laparatomi) mengatakan masih
nyeri di area post op
P : post op
Q : tersayat
R : di perut bagian
bawah
S : skala nyeri 0
T : menetap

O : Kubaik, kes: cm
Ttv
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°c
SpO2 : 99%
- Pasien tampak
rileks

A : masalah
keperawatan nyeri
teratasi
P : intervensi di
hentikan
I:-
E : pasien tidak lagi
nyeri

Kamis, Risiko infeksi S : pasien


15/12 dengan faktor mengatakan sudah
risiko tindakan idak lagi nyei operasi
invasif ( insisi post
pembedahan) O : Kubaik, kes: cm
Ttv
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°c
SpO2 : 99%
A : masalah
keperawatan risiko
infeksi teratasi
P : intervensi di
hentikan
I: -
E : pasien tidak lagi
nyeri
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan
secara langsung pada Ny Y dengan diagnosa medis Apendisitis perforasi di ruang
Cendrawasih RSUD SK LERIK Kota Kupang, yang meliputi pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi
1.1. Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis telah
mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dan kelurga secara terbuka, mengerti, dan kooperatif.

1.1.1. Keluhan Utama

Pada tinjauan pustaka menurut Mutaqin dan Sari (2015) didapatkan data
adanya nyeri abdomen pada kuadran kanan atas. Pada tinjauan kasus didapatkan data
Pasien mengatakan nyeri di bagian perut kanan bawah P :Nyeri saat bergerak Q : teriris-
iris R : di perut kanan bawah S : Skala nyeri 6 T : menetap. Berdasarkan pengamat
peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena tanda
dan gejala yang dialami oleh pasien sama dengan gejala pada penderita kolelitiasis yaitu
nyeri pada perut kanan bawah
1.1.2. Riwayat penyakit saat ini
Pada tinjauan pustaka menurutMutaqin dan Sari (2015) perlu ditanyakan kapan
terjadinya nyeri, penyebab terjadinya nyeri, upaya yang telah dilakukan pasien untuk
mengatasi nyeri. Mengidentifikasi dengan metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu
fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan
oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu
sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.Pada tinjauan kasus didapatkan nyeri ulu
hati sejak tanggal 18 Desember 2021. Pasien sempat mengkonsumsi promag 2 tablet saat
nyeri muncul dan nyeri berkurang, 4 jam SMRS pasien mengeluh nyeri memberat seperti
tertikam menjalar ke dada atas sampai perut kanan bawah. Pasien diantarkan ke IGD RSUD
SK.Lerik dan mendapat tindakan keperawatan dan terapi medis. Pasien didiagnosa
kolelitiasis sehingga pasien dirawat inap di ruang garuda untuk mendapat tindakan
keperawatan dan terapi medis. Saat pengkajian pasien post op hari pertama.
Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan teori, tidak
terdapat kesenjangan karena riwayat penyakit dahulu yang dialami oleh pasien sama dengan
riwayat penyakit dahulu pada penderita kolelitiasis.
1.1.3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menurut Suratun & Lusianah (2010).Tinjauan teori di
dapatkan adanya kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang dialami oleh
pasien dengan kolelitiasis.

1.2 Diagnose Keperawatan


1.2.1 Diagnose keperawatan berdasarkan tinjauan teori
Berdasarkan tinjauan teori terdapat 5 diagnosa keperawatan antara lain:
1.2.1.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
1.2.1.2 Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (prosedur infasi)
1.2.1.3 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis.infeksi)
1.2.1.4 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
1.2.1.5 Risiko ketidakseimbangan cairan berhungan dengan difusi intenstinal

4.2.2 Diagnosa pada tinjauan kasus


Pada studi kasus diagnosis keperawatan yang muncul ada 4 diagnosa keperawatan antra
lain:
4.2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
4.2.2.2Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ; kecemasan dan keenganan
melakukan pergerakan
4.2.2.3 Nausea berhubungan dengan distensi lambung
4.2.2.4 Risiko infeksi dibuktikan dengan faktor risiko efek prosedur/tindakan infaksi

Pada tinjauan teori didapatkan diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik.Pada tinjauan kasus didapatkan diagnosis nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik. Tidak terdapat kesenjangan dikarnakan hasil pengkajian yang
didapatkan oleh penulis dengan tinjauan teori yang berasal dari pengalaman kasus yang
didapkan oleh pengarangan buku sama. Dengan data objektif pada tinjauan kasus nyeri
pada perut kanan bawah

Pada tinjauan teori didapatkan diagnosisrisiko infeksi berhubungan dengan


kerusakan integritas kulit.Pada tinjauan kasus di dapatkan gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri.Terdapat kesenjangan dikarnakan adanya perbedaan antara
hasil pengkajian yang didapatkan oleh penulis dengan tinjauan teori.Dengan data pada
tinjauan kasus pasien tampak berbaring ditempat tidur dan pergerakan terbatas.
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. pada pengkajian keperawatan di dapatkan di tandai dengan pasien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah,pasien tampak meringis.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut bd agen pencedera fisik(proses pembedahan) di tandai dengan yeri
bagian perut kanan bawah nyeri muncul di aat keadaan istrahat dengan skala
nyeri 6,nyeri hilang timbul ,pasien tampak,pucat,lemah dan sekal memegang area
nyeri.
b. Resiko infeksi di tandai dengan pasien mengatakan mengalami kerusakan lapisan
kulit,adanya luka operasi pada perut kanan bawah
3. Intervensi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik(proses pembedahan)
- Manajemen nyeri
c. Risiko infeksi
- pencegahan infeksi
4.Implementasi Keperawatan ( 3 hari dari tgl 13-15 Desember 2021)
Nyeri akut:
1.mengidentifikasi skala nyeri.
2.Memintor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan
3.Menganjurkan untuk istrahat cukup
4.Menjelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
Resiko infeksi:
1.Memonitor tanda dan gejala infeksi.
2.Membatasi jumlah pengunjung.
3.Memberikan perawatan kulit pada area edema.
5. Evaluasi
1. Nyeri akut teratasi.
2. Risiko infeksi teratasi.
5.2 Saran
Saran
1. Bagi institusi rumah sakit
Rumah sakit perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih memadai sebagai sara
na peningkatan kualitas asuhan keperawatan khususnya klien dengan
pre dan post apendisitis. Peningkatan sumber daya manusia sangat di butuhkan untuk 
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
2. Bagi institusipendidikan
Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar mengajar, khususnya 
tentang kasus apendiksitis di harapakan dapat menyediakan fasilitas,sarana dan prasar
ana dalam proses pendidikan dan melengkapi perpustakaan
dengan buku keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada apendisitis terbaru da
n terupdate.
3. Bagi perawat
Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberika
n asuhan keperawatan pada pasien apendisitis, serta mampu melakukanasuhan kepera
watan kepada pasien dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Kadrianti, E., & I. (2013). Pengaruh Tindakan Mobilisasi Terhadap


Penyembuhan Luka Post Operasi Usus Buntu (Appendicitis) Di RSI Faisal Makassar.
Arifin, D. S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Post Operatif Apendiktomy et
cause Appendisitis Acute.
Ariska, D. W., & Ali, M. S. (2019). Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Junk Food Terhadap
Kejadiaan Obesitas Remaja. Jurnal Kesehatan Surya Mitra Husada, 1–7.
Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat
Kesehatan (p. 49). p. 49.
Burkitt, and R. (2007). Appendicitis. In: Essential Surgery Problems, Diagnosis, &
Management . (4th ed.). London: Elsevier Ltd.
Dewi, A. A. W. T. (2015). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada klien Operasi
Appendisitis Akut di Instalasi Rawat Inap RS Baptis Batu Jawa Timur.
Eylin. (2009a). Karakteristik Klien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus Appendisitis
Berdasarkan Data Registasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UI
RSUP Cipto Mangunkusumo.
Eylin. (2009b). Ksrskteristik Klien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus Appendisitis
Berdasarkan Data Registasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UI
RSUP Cipto Mangunkusumo.
goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat
Saji Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Yogyakarta. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hasanah, H. (2016). Teknik-teknik observasi. 21–46.
Hidayatullah, R. M. R. (2014). Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca Operasi
Appendisitis Di RUMKITAL dr . Mintohardjo Jakarta Pusat.
Kedokteran, F. (2018). Teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Basic Physical
Examination : Teknik Inspeksi, Palpasi, dan auskultasi,(0271)
ansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran (ketiga jil). Jakarta.
Mulya, R. E. (2015). Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka
Post Operasi Apendiktomi.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Mediaction.
Potter, P., & Perry, A. (2014). Fundamentals of Nursing (7th ed.). Philadelphia: Elsevier Ltd.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperatan Indonesia.Definisi dan Kriteria hasil
keperawatan,Edisib I. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia .Definisi dan Indikator
Diagnostik,Edisi.I. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018),Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan
Keperawatan,Edisi I. Jakarta DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai