Anda di halaman 1dari 5

4.

Makanan atau cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak


toleran terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit.
5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6. Nyeri atau ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7. Pernafasan : bunyi napas tambahan (creakles, ronchi, mengi).
8. Keamanan : demam, kulit kemerahan, inflamasi, eritema,
edema (thrombosis superfisial), kehilangan tonus otot atau
kekuatan

2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosis
Supraventrikular Takikardia (SVT) (Nurarif dan Kusuma, 2015) Yaitu :
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung
3) Nyeri akut berhubungan dengan arterosklorosis

3. Intervensi
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Setelah dilakukan intervensi keperawtaan selama 3x24 jam maka pola
nafas membaik, dengan kriteria hasil :
a. Dispnea, menurun 5
b. Penggunaan otot bantu nafas, menurun 5
c. Pemanjangan fase ekspirasi, menurun 5
d. Frekuensi nafas, membaik 5
e. Kedalaman nafas, membaik 5
Intervensi
Manajemen Jalan nafas
Observasi
1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis:
gurgling,mengi,wheezing,ronki kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna aroma)
Terapeutik
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin lift
(jaw-trush jika curiga trauma cervical)
5. Posisikan Fowler atau semi fowler
6. Berikan minuman hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill
11. Berikan oksigenasi, jika perlu
12. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
13. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,jika
perlu

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama


jantung
Setelah dilakukan intervensi keperawtaan selama 3x24 jam maka
curah jantung meningkat, dengan kriteria hasil :
a. Kekuatan nadi perifer, meningkat 5
b. Ejection fraction (EF), meningkat 5
c. Palpitasi, menurun 5
d. Bradikardi, menurun 5
e. Takikardi, menurun 5
f. Gambaran EKG aritmia, menurun 5
g. Lelah, menurun 5
h. Edema, menurun 5
i. Dispnea, menurun 5
Intervensi
Perawatan Jantung
Observasi
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(meliputi: dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, peningkat CVP).
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi: peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronki basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
4. Monitor input dan output cairan
5. Monitor saturasi oksigen
6. Memonitor keluhan nyeri dada (PQRST)
Terapeutik
7. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
8. Berikan diet jantung yang sesuai
9. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi gaya hidup
sehat
10. Berikan terapi relaksasi untuk mengatasi stress, jika perlu
11. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
12. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
13. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
14. Anjurkan berhenti merokok
15. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
3) Nyeri akut berhubungan dengan arterosklorosis
Setelah dilakukan intervensi keperawtaan selama 3x24 jam maka
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil:
a. Keluhan nyeri, menurun 5
b. Meringis, menurun 5
c. Sikap protektif, menurun 5
d. Gelisah, mnurun 5
e. Kesulitan tidur, menurun 5
f. Frekuensi nadi, membaik 5
Intervensi :
Manajemen Nyeri
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intnsitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
5. Monitor efek samping pemberian analgetik
Terapeutik :
6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis
: TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, aromaterapi,kompres
hangat/dingin)
7. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis : suhu,
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
8. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi :
9. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaorasi:
10. Kolaborasi pemberian antipiretik

Anda mungkin juga menyukai