p-ISSN: 2085-9643
e-ISSN: 2502-6380 http://journal.unesa.ac.id/index.php/aj
Rachma Indrarini
Universitas Negeri Surabaya
rachmaindrarini@unesa.ac.id
Aditya Surya Nanda
Universitas Airlangga
adityananda418@gmail.com
Abstract
Received: 03-04-17
Indonesia is one of country that has great potential zakat. That is
because the majority of Indonesia's population is Muslim. But the
Reviewed: 10-04-17 phenomenon that the opposite is where zakat is not as big as the
existing potential. In fact, in Indonesia many Organisasi Penerima
Zakat (OPZ) both government and private sector have a good system,
Accepted: 16-05-17 professional and trustworthy. Allegedly one of the problems is the lack
of transparency and accountability of institutions. The method used in
this research is descriptive qualitative data collection techniques used
Published: 20-07-17 interviews. The object of research is UPZ BNI Syariah. The results of
this research are largely muzaki UPZ BNI Syariah not feel the
transparency and accountability of UPZ BNI Syariah.
PENDAHULUAN
Pada zaman Rosulullah SAW zakat utama pendapatan Negara. Khalifah Abu bakar
merupakan salah satu instrumen terpentig ash shiddiq memerangi kaum muslim yang
dalam pendpaatan suatu Negara. Zakat tidak mengeluarkan zakatnya dan tidak
dikelola dengan baik oleh lembaga pemerintah mengakui kewajiban zakatnya. Pada masa
yakni Baitul Maal. Zakat yang telah terkumpul Khalifah Umar bin Khattab sistem manajemen
selalu habis dibagikan kepada delapan asnaf keuangan baitul maal semakin baik. Setiap
(fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharimin, pemasukan dan pengeluaran anggaran tercatat
fisabilillah, ibnu sabil). Zakat yang diambil dengan rapi dan teratur, salah satunya adalah
dari kaum muslimin bukan hanya zakat fitrah pencatatan pemasukan dan pengeluaran zakat.
namun juga terdapat jenis zakat lain seperti Dengan pencatatan yang teratur, rapi dan baik
zakat ternak, zakat pertanian, zakat barang zakat tidak hanya menjadi harta yang
tambang dan lain sebagainya. dikeluarkan sebagai pebersih harta yang lain,
Pengumpulan zakat sebagai salah satu namun terdapat fungsi zakat yang lain yakni
pendapatan Negara terus berlangsung setelah sebagai alat distribusi kekayaan sehingga
Rosulullah SAW wafat. Pada masa Khurafatur kesenjangan antara si kaya dengan si miskin
Rasyidin zakat masih menjadi instrumen semakin mengecil, dimana si kaya dapat
memberikan kelebihan hartanya untuk 25.000). Potensi zakat ini tidak hanya pada
konsumsi si miskin. Ketika si miskin dapat zakat fitrah namun juga pada jenis zakat yang
memenuhi konsumsinya maka pengaruh lain yang telah diajarkan oleh Rosulullah
jangka panjang adalah kestabilan SAW. Sehingga penerimaan zakat di Indonesia
perekonomian, turunnya angka kriminalitas memiliki potensi yang tinggi apabila dalam
dan kestabilan harga. sistem manajemen zakat di kelola secara baik,
Indonesia merupakan salah satu Negara rapi, teratur dan transparan. Dalam jangka
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di panjang dengan pengelolaan yang baik
Dunia, memiliki potensi zakat yang tinggi. diharapkan distribusi pendapatan di Indonesia
Dari data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun dapat merata dan zakat menjadi salah satu
2010 didapatkan data sebagai berikut. instrumen kebijakan fiskal di Indonesia.
Tabel 1. Di Indonesia Organisasi Penerimaan
Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Zakat (OPZ) di bagi menjadi dua lembaga
Agama
JUMLAH yakni BAZ (Badan Amil Zakat) yang di kelola
AGAMA PENDUDUK
(Jiwa) oleh pemerintah dan LAZ (Lembaga Amil
ISLAM 207.176.162 Zakat) yang dikelola oleh pihak swasta. Forum
KRISTEN 16.528.513 Zakat Nasional tahun 2010 mencatat terdapat
KATOLIK 6.907.873
421 organisasi pengelola dana zakat di
HINDU 4.012.116
BUDHA 1.703.254 Indonesia, satu merupakan BAZNAS (Badan
KHONG HU CHU 117.091 Amil Zakat Nasional), 18 merupakan LAZ
LAINNYA 299.617
Nasional, 32 BAZ (Badan Amil Zakat) tingkat
TIDAK TERJAWAB 139.582
TIDAK provinsi, 300 merupakan BAZ tingkat Kota
757.118
DITANYAKAN maupun Kabupaten dan 70 merupakan LAZ
JUMLAH 237.641.326
Sumber : Data Badan Pusat Statistik, 2010 tingkat Kota maupun Kabupaten (Mubarok,
2014). Dari tahun ke tahun jumlah OPZ di
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
Indonesia terus meningkat tercatat pada tahun
2010 menyatakan bahwa dari 237.641.236
2012 terdapat 19 OPZ yang memiliki izin
jiwa terdapat 207.176.162 jiwa penduduk
resmi pemerintah dengan pengelolaan secara
Indonesia yang beragama Islam. Hal ini
Nasional. OPZ Nasional tersebut adalah
mengindikasikan adanya potensi zakat yang
sebagai berikut.
besar di Indonesia. Dapat disimulasikan dan
Tabel 2.
diasumsikan apabila sebanyak 207.176.162 Daftar Organisasi Penerima Zakat Nasional
jiwa lima puluh persen diantaranya merupakan
NO Organisasi Penerima Zakat (OPZ)
muzaki (pembayar zakat) zakat fitrah, maka 1 Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)
pendapatan dari zakat fitrah adalah sebesar 2,5
2 LAZ Dompet Dhuafa Republika
Triliun (asumsi harga 2,5kg beras adalah Rp. 3 LAZ Yayasan Amanah Takaful
4 LAZ Pos Keadilan Peduli Umat
antara transparansi dan akuntabilitas dengan mualaf yang dibujuk hatinya, untuk
kinerja keuangan penerimaan zakat. (memerdekakan) budak, orang – orang
Setelah terlihat adanya keterkaitan yang berhutang, untuk jalan Allah dan
antara transparasi dan akuntabilitas dengan orang – orang yang sedang dalam
kinerja penerimaan zakat yang di analisis dari perjalanan, sebagai ketetapan yang
perspektif amil zakat, maka dalam penelitian diwajibkan Allah, dan allah maha
ini akan melihat transparansi dan akuntabilitas mengetahui maha bijaksana” At – Taubah
laporan keuangan dalam perspektif muzaki. (60).
Data yang digunakan meupakan data primer Terdapat beberapa persyaratan harta
dengan metode wawancara yang dilakukan yang wajib dizakatakan. Menurut hafidudin
oleh muzaki UPZ BNI Syariah. (2002) terdapat empat starat yakni 1) harta
tersebut harus diperoleh dengan cara yang baik
LANDASAN TEORI dan halal sehingga harta yang diperoleh dari
Zakat hasil yang tidak halal tidak dapat dizakatkan.
Pengertian zakat dibedakan menjadi dua yakni 2) harta tersebut berkembang atau berpotensi
ditinjau dari segi bahasa dan istilah. Ditinjau untuk dikembangkan, seperti melalui kegiatan
dari segi bahasa, zakat memiliki beberapa usaha, perdagangan, pembelian saham,
pengertian yakni al barakatu ‘keberkahan’, al tabungan baik yang dilakukan sendiri maupun
namaa ‘pertumbuhan dan perkembangan’, ath kerjasama. 3) pemilik penuh yakni harta
thaharatu ‘kesucian’ dan ash – shalahi tersebut merupakan kepemilikan penuh dari
‘keberesan’. Sedangkan dalam istilah setiap individu yang didalamnya tidak terdapat hak
ulama memiliki pandangan tersendiri orang lain. 4) harta tersebut harus memenuhi
mengenai pengertian zakat, akan tetapi pada nisabnya, misalnya adalah nisab zakat maal
dasarnya sama dimana zakat merupakan harta adalah 85 gram emas sehingga apabila harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah yang telah dimiliki telah mencapai 85 gram
mewajibkan kepada pemiliknya, untuk emas atau lebih maka diwajibkan untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, berzakat.
dengan persyaratan tertentu pula (Hafidudin, Seperti yang telah dijelaskan
2002). sebelumnya bahwa harta yang dizakatkan
Seorang yang berhak menerima zakat memiliki potensi untuk berkembang. Sehingga
disebut mustahiq. Terdapat delapan mustahiq dalam islam bukan hanya zakat fitrah saja
yang berhak menerima zakat seperti yang telah yang dibayarkan namun terdapat zakat lain
dijelaskan pada surat At – Taubah ayat 60. seperti zakat hewan ternak, zakat pertanian,
“Sesungguhnya zakat – zakat itu hanyalah zakat emas dan perak, zakat perdangangan dan
untuk orang – orang fakir, orang – orang lain sebagainya. Masing – masing zakat
miskin, pengurus – pengurus zakat, para
Tabel 4
Jenis dan Nishab Zakat
NO ZAKAT NISHAB BESARAN ZAKAT
1 Emas 93.6 gram 2.5%
2 Perak 624 gram 2.5%
3 Harta perdagangan 93.6 gram 2.5%
4 Hasil tanaman dan buah- 1350 Kg 10% bila disiram dengan air
buahan hujan dan
5 Biji – bijian yang 1 ton 5% bila dengan air/ alat sendiri
mengenyangkan
6 Hasil tambang emas dan 93.6 gram (emas) 2.5%
perak
624 gram (perak)
7 Harta terpendam Tidak ada nishab 20%
8 Harta profesi 93.6 gram 2.5%
9 Kambing / domba 40 – 120 ekor 1 ekor kambing
121 – 200 ekor 2 ekor kambing
201 – 200 ekor 3 ekor kambing
Selanjutnya setelah Bertambah 1 ekor kambing
bertambah 100 ekor
10 Unta 5 ekor unta 1 ekor kambing
10 ekor unta atau lebih 2 ekor kambing
15 ekor unta atau lebih 3 ekor kambing
20 ekor unta atau lebih 4 ekor kambing
25 ekor unta atau lebih 1 unta (unur 1-2th)
36 ekor unta atau lebih 1 unta (umur 2-3th)
pada awalnya rendah sehingga mustahiq dapat umat islam mau untuk bekerja, bukan hanya
memnuhi kebutuhan konsumsi lebih baik lagi. untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri namun
Sedang dari sisi muzaki, muzaki akan juga untuk membantu sesame umat muslim.
mengalami penurunan pendapatan namun
Sistem Pengelolaan Zakat
muzaki tidak mengalami penurunan konsumsi
Dalam surat At – Taubah ayat 60 terdapat
karena zakat dipotong setelah perhitungan
salah satu golongan yang mendapatkan zakat
pendapatan dikurangi dengan konsumsinya
yakni Amil. Sedangkan pada at–taubah 103
dan telah mencapai nishabnya.
dijelaskan bahwa zakat itu dijemput dari orang
Tidak hanya meratakan distribusi
-orang yang membayar zakat dan dibeikan
pendapatan, zakat memiliki banyak hikmah
pada orang-orang yang berhak menerima
diantaranya 1) zakat merupakan perwujudan
zakat. Sehingga amil adalah golongan yang
keimanan kepada Allah. Kewajiban zakat
ditugaskan untuk mengambil, menuliskan ,
berkali – kali disebutkan dalam Al-Quraan
mencatat zakat yang diambilnya dari para
sehingga apabila kita menunaikan ibadah zakat
muzaki untuk kemudian diberikan kepada
maka hal tersebut merupakan perwujudan
yang berhak menerimanya.
keimanan kepada Allah. 2) zakat merupakan
Amil sudah ada sejak zaman
hak dari muztahiq, setiap harta yang diperoleh
Rosulullah SAW. Pada zaman Rosulullah,
maka aka nada hak bagi muztahiq didalamnya
Rosul mengutus Bani Sulaiman untuk
sehingga perlu untuk disalurkan. Dengan
mengelola zakat, pernah juga rosul mengutus
menyalurkan harta kita kepada muztahik maka
Muaz bin Abu Thalib ke Yaman untuk
kita menolong mereka untuk mencukupi
menjadi amil zakat. Kegiatan amil zakat terus
kebutuhan hidipnya dan memperkecil
berlangsung hingga pada zaman Khurafatur
kecemburuan sosial yang akan terjadi. 3)
Rasyidin. Khurafatur Rasyidin selalu memiliki
sebagai pilar amal bersama antara orang –
petugas yang khusus untuk menangani zakat,
orang yang berkecukupan hidupnya. 4) sebagai
mulai dari pengambilan, pencatatan, per-
salah satu sumber dana bagi pembangunan
hitungan dan sampai dengan
sarana prasarana yang diperlukan oleh umat
pendistribusiannya.
islam. 5) untuk memasyarakatkan etika bisnis
Di Indonesia pengelolaan zakat dikelola
yang benar karena zakat di ambil dari usaha
oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).
yang halal dengan etika bisnis sesuai dengan
Organisasi pengelola zakat di Indonesia dibagi
kaidah islam. 6) ditinjau dari sisi
menjadi dua yaknii BAZ (Badan Amil Zakat)
pembangunan kesejahteraan umat, zakat
yang dikelola oleh pemerintahan serta LAZ
merupakan salah satu instrumen pendapatan
(Lembaga Amil Zakat) yang dikelola oleh
pemerintah. 7) dorongan islam kepada
pihak swasta. Pengelelolaan zakat yang
umatnya untuk berzakat, infaq maupun
dikelola oleh lembaga dan memiliki kekuatan
shadaqah membuat motivasi tersendiri agar
hokum memiliki beberapa keuntungan, antara amanah yang jujur, zakat merupakan dana
lain 1) untuk menjamin kepastian dan disiplin umat dimana zakat berasal dari umat dan
pembayaran zakat. Dalam hal ini OPZ harus kembali lagi kepada umat sehinggga
memiliki data muzaki yang dapat di pengelolanya haruslah bersifat amanah,
sinkronisasikan dengan OPZ lainnya, namun terbuka dan transparan. 4) mengerti dan
di Indonesia, hal ini belum terlaksana dengan memahami hokum – hokum zakatsehingga
baik. 2) untuk menjaga perasaan rendah diri pengelola dapat bersosialisasi kepada
mustahiq apabila langsung menerima zakat masyarakat dengan baik dan dapat
dari muzaki. 3) untuk mencapai efisien dan dipertanggungjawabkan. 5) Memiliki
efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan
penggunaan dana zakat. sebaik-baiknya. 6) Amil memiliki
Dasar pengelolaan dana zakat di kesungguhan dalam mengelola dana zakat, di
Indonesia adalh Undang – undang No. 38 sini niat ikhlas untuk menegakan agama Allah
tahun 1999 tentang pengelolaan dana zakat. sangat di uji karena mengelola dana zakat
Dalam undang – undang tersebut Bab II Pasal merupakan pengelolaan dana sosial dimana
5 dikemukakan bahwa pengelolaan zakat keikhlasan merupakan hal yang penting.
bertujuan untuk 1) meningkatkan pelayanan Pengelolaan dana zakat tidak hanya
bagi masyarakat dalam menunaikan zakat dinai dari sistem penerimaan maupun
sesuai dengan tuntunan agama. 2) pengeluarannya. Sistem pencatatan juga
meningkatkkan fungsi dan peranan pranata meripakan salah satu sistem terpenting dalam
keagamaann dalam upaya mewujudkan pengelolaan dana zakat. Sistem akuntansi
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. merupakan sistem pencatatan yang umumnya
3) meningkatkan hasil guna dan daya guna digunakan dalam mencatat dana zakat yang
zakat. masuk maupun yang keluar. Sistem akuntansi
Dalam mencapai tujuan pengelolaan merupakan sekumpulan prosedur yang saling
zakt maka lembaga pengelola zakat wajib terkait dan membuat standart yang sama,
mematuhi persyaratan sebagai pengelola zakat. prosedur yang digunakan seperti halnya tata
Menurut Yusuf Qardawi (1991) beberapa cara penulisan, tata cara pencatatan dan
persyaratan yang harus dimiliki oleh lembaga prosedur lainnya sesuai dengan standart.
pengelola zakat adalah sebagai berikut 1) Standart atau prosedur yang digunakan dalam
lembaga tersebut termasuk anggota di pencatatan akuntansi zakat di Indonesia
dalamnya harus beraga islam dan memunhi berbasis pada PSAK 109.
ketentuan syariat islam, karena zakat Menurut PSAK 109 output atau luaran
merupakan rukun islam sehingga pengelolanya dari pencatatan dana zakat adalah Laporan
haruslah umat islam. 2) Mukallaf atau orang keuangan meliputi neraca, laporan perubahan
dewasa yang sehat akalnya. 3) Memiliki sifat dana, laporan perubahan asset kelolaan,
sebelumnya oleh manajer operasioal kepada terlaksana. Disisi lain adalah program kerja,
karyawan BNI Syariah. Tujuan dari selama berdirinya UPZ BNI Syariah, UPZ
pemotongan ini salah satnya adalah agar hanya mengupload tiga program kerja yakni
karyawan BNI Syariah yang beragama islam Dapur hasanah (2011), pernikahan masal
tidak lupa untuk membayar kewajibannya. (2011) dan membantu korban merapi (2011).
sehingga dapat juga disimpulkan bahwa
Laporan Keuangan transparansi program kerja pada UPZ BNI
Unit Pelayanan Zakat (UPZ) BNI Syariah Syariah belum terlaksana dengan baik.
merupakan unit pelayanan yang dibentuk oleh Akuntabilitas Keuangan
PT Bank BNI Syariah dengan tujuan untuk Akuntabilitas keuangan adalah suatu bentuk
pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan pertanggungjawaban dari suatu lembaga (UPZ
waqaf di lingungan BNI Syariah baik BNI Syariah) dalam pengelolaan dana
karyawan maupun nasabah. UPZ BNI Syariah ZISWAF dan Shadaqah baik dalam
berdiri bersamaan dengan spin oofnya BNI penghimpunan dana dari muzaki maupun
Syariah yang terdapat di PT Bank Negara penualuran dana kepada mustahiq kepada
Indonesa (persero). Dasar operasional UPZ pihak pihak yang terkait. Pihak-pihak yang
BNI Syariah adalah Keputusan Ketua Umum terkait seperti halnya dewan pertimbangan,
Badan Pelaksana BADAN AMIL ZAKAT dewan pelaksana, dewan pengawas, divisi-
NASIONAL (BAZNAS) No. 020 tahun 2010, divisi, muzaki sebagai sumber dana dan
pada tanggal 30 Agustus 2010. pemerintah.
Operasional UPZ BNI Syariah sama Sesuai dengan undang-undang No. 23
halnya dengan lembaga amil zakat. UPZ BNI Tahun 2011 LAZ ( Lembaga Amil Zakat)
Syariah mengelola dana ZISWAF (Zakat, wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
Infaq, Waqaf) dan shadaqah dengan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana
menghimpun dana baik dari karyawan BNI sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
Syariah dan nasabah BNI Syariah dan dan pemerintah daerah secara berkala. Laporan
mendistribusikannya kepada delapan asnaf neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui
(Fakir, Miskin, Amil, Mualaf, Riqab, media cetak atau media elektronik. Sedangkan
Gharimin, Fi sabilillah, Ibnu sabil). UPZ BNI tata cara pelaporan telah di jabarkan pada
Syariah memilik website dimana tercantum PSAK 109. PSAK 109 juga telah memberikan
laporan keuangan dan program kerja. Namun komponen laporan keuangan yang harus
setelah di telusuri, sejak berdirinya UPZ BNI dilaporkan oleh amil seperti neraca, laporan
Syariah, UPZ tersebut belum pernah perubahan dana, laporan perubahan asset
mengupload laporan keuangan sehingga kelolaan, laporan arus kas dan catatan atas
transparansi dan akuntabilitas dana zakat yang laporan keuangan. Akan tetapi yang terjadi
dikelola oleh UPZ BNI Syariah belum pada UPZ BNI Syariah, tidak terdapat laporan
keuangan sehingga tidak dapat pula ditelusuri akhir bulan yang terdiri dari neraca,
lebih lanjut kesesuaian laporan dengan PSAK. laporan perubahan dana, laporan
Akuntabilitas dapat diukur dengan perubahan asset kelolaan, laporan arus
berpedoman pada tiga hal yakni kas dan catatan atas laporan keuangan
pertanggungjawaban dana publik, penyajian sesuai dengan standar PSAK 109.
yang tepat waktu dan adanya audit dari 3. ADANYA AUDIT DARI
pemerintah atau lembaga eksternal. Jika dilihat PEMERINTAH ATAU LEMBAGA
dari sisi UPZ BNI Syariah ketiga hal tersebut EKSTERNAL
tidak terlihat. Sedangkan apabila di lihat dari Muzaki tidak mengetuhi apakah terdapat
sisi lai, dari sudut pandang muzaki dapat audit atau pengawasan pemerintah
dijelaskan sebagai berikut: maupun lembaga lain dikarenakan tidak
1. PERTANGGUNGJAWABAN DANA terdapat laporan keuangan yang
PUBLIK dipublikasi kepada muzaki. UPZ sebagai
Seluruh informan yakni muzaki salah satu lembaga keuangan syariah
(karyawan BNI Syariah) menjelaskan seharusnya memiliki dua macam
tidak adanya pelaporan zakat oleh UPZ pengendalian yakni dari sisi keuangan dan
BNI Syariah baik melalui surat resmi kepatuhan terhadap syariah. Dari sisi
maupun media. Salah satu cara lembaga keuangan audit dapat dilakukan oleh
zakat melaporkan keuangannya adalah lembaga akuntan publik dan BAZNAS
dengan mem-publikasikan pada media (pemerintah) sedangkan dari sisi
cetak (majalah), akan tetapi hal ini juga kepatuhan terhadap syariah dapat
tidak dilaksanakan oleh UPZ BNI dilakukan oleh DSN MUI dan BAZNAS
Syariah. Sama halnya dengan program (pemerintah) sehingga tercipta sistem
kerja menurut muzaki tidak terdapat keuangan lembaga amil zakat yang
pelaporan program kerjam bahkan muzaki transparan dan akuntabel.
tidak mengatuhi dana zakat yang telah
SIMPULAN
dikumpulkan akan disalurkan kemana dan
Indonesia salah satu negara yang memiliki
kepada siapa.
potensi penerimaan zakat yang besar. Hal
2. PENYAJIAN TEPAT WAKTU
tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk
Muzaki UPZ BNI Syariah tidak
Indonesia beragama Islam. Akan tetapi
merasakan adanya penyajian laporan
fenomena yang terjadi adalah sebaliknya
keuangan yang tepat waktu dikarenakan
dimana penerimaan zakat tidak sebesar potensi
tidak adanya pelaporan keuangan yang
yang ada. Padahal, di Indonesia banyak
dipublikasi kepada muzaki. Sesuai dengan
Organisasi Penerima Zakat (OPZ) baik
standartnya laporan keuangan disajikan
secara berkala minimal adalah setiap
pemerintah maupun swasta yang memiliki adanya peraturan yang mengikat mengenai
sistem yang baik, profesional dan amanah. pelaporan Organisasi Penerima Zakat.
Sistem yang baik, profesional dan Organisasi Penerima Zakat masih binggung
amanah memiliki ukuran yang relatif. hal-hal apa saja yang harusnya dilaporkan
Mungkin sebagian besar Organisasi Penerima kepada publik, dan selain kepada publik
Zakat telah menilai sistem yang digunakan kepada siapa pelaporan itu di tujukan.
telah baik, profesional dan amanah. Akan Sehingga perlu adanya suatu peraturan dan
tetapi berbeda dengan muzaki. Beberapa sistem pelaporan yang terintegritas dengan
Muzaki belum menilai sistem yang digunakan baik, tidak hanya menaungi Badan Amil Zakat
oleh Organisasi Penerima Zakat baik, (BAZ) yang di kelola oleh pemerintah, namun
profesional dan amanah. Banyak muzaki yang juga Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
menilai bahwa Organisasi Penerima Zakat dikelola oleh pihak swasta. Sehingga dapat
belum akuntabel dan transparan. disimpulkan salah satu penyebab terjadinya
Muzaki UPZ BNI Syariah salah ketimpangan antara potensi dan realisasi
satunya, Muzaki UPZ BNI Syariah menilai penerimaan zakat adalah tidak adanya
bahwa UPZ BNI Syariah belum akuntabel dan akuntabilitas dan transparansi laporan baik
transparan dalam pengelolaan dana zakatnya. keuangan dan kegiatan sehingga membuat
Ketidak transparan dan akuntabel UPZ muzaki tidak atau kurang percaya kepada
tercemin dari tidak adanya publikasi laporan Organisasi Penerima Zakat.
keuagan baik melalui media cetak
(majalah/brosur) dan web, tidak adanya DAFTAR PUSTAKA
pelaporan kegiatan yang dilakukan oleh UPZ Al-Qaradawi, Y. (2009a). Fiqh al-Jihad
dan tidak adanya laporan mustahiq yang Maktabat Wahba, Kaherah, Mesir.
menerima zakat. Padahal, muzaki UPZ BNI Badan Pusat Statistik. 2010. www. Bps.go.id
Syariah merupakan karyawan BNI Syariah Hafidhuddin, Didin, 2002. Zakat Dalam
yang setiap bulannya pembayaran zakat Perekonomian Modern, Jakarta, Gema
langsung dipotong dari gaji karyawan. Insani Press
Seharusnya, walaupun sebagian besar muzaki Karim A Adiwarman. 2009. Fenomena Unik
UPZ BNI Syariah merupakan muzaki tetap Di Balik Menjamurnya Lembaga Amil
yang berasal dari karyawan BNI Syariah, UPZ Zakat (LAZ) Di Indonesia. Jurnal
harus tetap melaporkan keuangan dan segala Pemikiran dan Gagasan – Vol I 2009.
kegiatan yang telah dilaksanakan secara Mubarok Abdullah. 2014. Penghimpunan
berkala sehingga transparansi dan akuntabilitas Dana zakat Nasional. Permana Vol. V
UPZ terjaga. No.2 Februari 2014.
Disisi lain ketidak transparansi dan
akuntabel UPZ dapat terjadi karena belum