Anda di halaman 1dari 2

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK MASYARAKAT HUKUM ADAT :

Agar suatu kriteria jelas dapat menunjukkan unsur-unsur dari suatu masyarakat hukum dapat
membedakannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain yang bukan merupakan masyarakat
hukum adat, perlu dicarikan kretiria lain sebagai identifikasi diluar unsur-unsur yang telah disebutkan
diatas yang akan mewujudkan kelompok tersebut sebagai persekutuan hukum atau masyarakat hukum
adat. Sebagai kriteria tambahan yang akan dapat membedakannya dengan kelompok sosial yang lain
yaitu berupa faktor-faktor pembentuknya yaitu :
1. Faktor Teritorial.
2. Faktor Genealogis

A. Faktor Teritorial, apabila dilihat dari dasar teritorial semata sebagai dasar pembentukan suatu
masyarakat hukum adat, yaitu adanya kesamaan wilayah atau tempat tinggal maka kelompok tersebut
telah dapat diartikan sebagai suatu masyarakat hukum. Karena contoh dan jumlah masyarakat seperti
itu banyak ada di indonesia antara lain di jawa dan bali (desa adat seperti yang dikemukakan oleh
Soekanto, seperti tersebut diatas).

CONTOHNYA :

1. Hukum adat nagari yang masih dipatuhi oleh masyarakat minangkabau, marga di sumatera selatan,
kuria di tapanuli, dan lampung.

2. Hukum adat perserikatan desa yang diadakan antar desa untuk kepentingan tertentu misalnya subak
yang diadakan di Pulau Dewata Bali.
B.Faktor Genealogis, yaitu karena adanya hubungan darah.
Artinya bahwa kelompok dalam masyarakat hukum itu terbentuk karena anggotanya berasal dari
adanya hubungan darah antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.Tetapi menurut Ter Haar,
faktor genealogis semata tidaklah dapat mewujudkan kelompok tersebut sebagai persekutuan hukum.
Karena tindakan keluar dari kelompok-kelompok tersebut hanyalah dalam hal-hal tertentu saja yaitu
yang berkaitan dengan pemujaan leluhur. Atau kalau toh mereka dianggap persekutuan hukum maka itu
hanyalah merupakan persekutuan hukum yang sangat terbelakang dalam pelaksanaan fungsi sosialnya
(Ter haar, 1974,h.29). Disamping kedua faktor sebagai pembentuk dari suatu masyarakat hukum adat
terjadi pula campuran dari keduanya yaitu faktor teritorial genealogis atau genealogis teritorial yang
bentuknya bermacam-macam (Soepomo, 1976, h.49).
Dari uraian diatas nampak bahwa masyarakat hukum adat terbentuk lebih banyak didasarkan atas faktor
teritorial. Hal ini karena ada kaitannya dengan sifat hubungan hukum yang tampak dalam kelompok-
kelompok tersebut, seperti sifat faktor teritorial sedangkan sifat “paguyuban” lebih mendasari
masyarakat hukum yang bersifat genealogis (Djojodiguno, 1964, h.5).

CONTOHNYA :

1. Patrilineal : Adalah masyarakat hukum adat dengan garis kuat keturunan laki-laki (Bapak) yang
dijalankan di Suku Batak, Lampung, Bali, NTT, Maluku dan Irian.
2. Matrilineal, masyarakat hukum adat dengan garis kuat keturunan perempuan (Ibu) yang dijalankan di
Suku Minangkabau, Kerinci, Semendo (Sumsel), dan beberapa suku di Timor;

3. Bilateral / Parental, masyarakat hukum adat dengan garis kuat keturunan dari Bapak dan Ibu secara
bersama-sama, yang dijalankan oleh suku bugis, dayak dan jawa

Anda mungkin juga menyukai