Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang Masalah

Polri pada tanggal 1 Juli 2022 telah berusia 76 tahun. Pada usia ini banyak prestasi dan

pencapaian yang sudah diraih Polri untuk Bangsa dan Negara, juga pengabdian yang diberikan

kepada masyarakat. Walaupun sudah bertugas dengan baik, masih ada sebagian masyarakat yang

menilai pelayanan Polri kurang optimal. Untuk itu, Polri masih dituntut untuk terus

meningkatkan kinerja melalui terobosan dan inovasi-inovasi. Masyarakat menginginkan pasukan

baju cokelat terus meningkatkan kinerja dan profesionalisme. Masyarakat ingin Polri dapat

merespons cepat dan tepat jika dibutuhkan.

Dapat dipahami bahwa keinginan masyarakat itu merupakan harapan ideal yang begitu

tinggi terhadap Polri. Tentu saja keinginan masyarakat itu menjadi bahan renungan bagi seluruh

jajaran Polri dalam melaksanakan tugas agar selalu hadir di tengah masyarakat. Secara filosofis,

harapan masyarakat di seluruh dunia terhadap polisi di mana saja sama, yakni menginginkan

polisi yang cepat dan tepat serta selalu benar. Polisi tidak boleh salah dan tindakannya harus

sesuai aturan hukum. Bagi masyarakat, polisi harus seperti dewa dan tindakannya harus seperti

malaikat. Polisi seakan tidak boleh lelah dan harus melayani dan melindungi masyarakat di mana

saja dalam wilayah negara itu tanpa mengenal waktu. Tidak hanya waktu siang dan malam, baik

saat hujan maupun panas, saat masyarakat senang, polisi hadir dan saat musibah, polisi muncul.

Memang itu merupakan tugas yang berat. Walaupun begitu berat dan susah, tugas polisi begitu

mulia karena membantu dan menolong manusia yang kesulitan. Dalam agama juga diminta

demikian. Tugas polisi menuntut pengabdian tulus yang disertai ibadah dan penuh pahala, serta

kebaikan.

Perlu disadari bahwa tugas Polri ke depan semakin berat. Masalah pemberantasan

terorisme, termasuk penindakan KKB Papua, kejahatan narkoba, konflik sosial, akan menjadi
fokus utama Korps Bhayangkara. Beruntung kini ada Virtual Police yang digagas Kapolri. Kini

tudingan kriminalisasi yang selama ini disampaikan masyarakat mulai menghilang. Kemudian,

pelayanan polisi dalam penegakan hukum di jalan raya yang sejak lama disorot masyarakat kini

telah diubah menggunakan tilang elektronik atau ETLE. Ini merupakan sebuah pelayanan yang

transparan dan tanpa diskriminasi. Selain itu, ada pula Propam Presisi yang memudahkan

masyarakat kini menyampaikan keluhan atas kinerja kepolisian. Kita sadari atau tidak, kehadiran

media sosial tetap menonjol dan kini menjadi bagian dari kontrol sosial. Hampir setiap orang

memiliki perangkat ponsel yang bisa menyampaikan segala informasi yang ada di sekitarnya

dengan cepat dan diterima masyarakat lainnya dengan cepat di tempat lain. Artinya, semua

kinerja polisi hari ini dan seterusnya transparan, serta diawasi dan dipantau langsung oleh

masyarakat. Mau tidak mau, suka tidak suka, perkembangan teknologi sudah mengubah semua

manusia dengan profesi apa pun untuk bekerja semakin baik.

Rumusan Masalah

Bagaiamana tugas polisi yang Presisi dalam penegakan hukum di Indonesia ?

Pembahasan

Pada era keterbukaan informasi saat ini, tantangan Polri semakin berat. Kehadiran Polri

harus betul-betul dirasakan masyarakat. Jika Polri hadir dan memberikan respons dengan cepat,

masyarakat akan merasa nyaman. Kita harapankan Polri ke depan akan semakin Presisi, sehingga

Polri akan semakin dicintai dan dipercaya masyarakat.

Fokus utama Polri di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit

Prabowo, yakni berorientasi pada kepentingan masyarakat dan berbasis pada hukum berkeadilan.
Kemudian, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengawal proses demokrasi. Dalam

program Presisi ini Kapolri berjanji memenuhi rasa keadilan dengan mengedepankan instrumen

hukum progresif melalui penyelesaian dengan prinsip keadilan restoratif.

Enam Belas Program Prioritas Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, yaitu

sebagai berikut :

1. Penataan Kelembagaan.

2. Perubahan Sistem dan Metode Organisasi.

3. Menjadikan SDM Polri Yang Unggul di Era Police 4.0.

4. Perubahan Teknologi Kepolisian Modern di Era Police 4.0.

5. Pemantapan Kinerja Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

6. Peningkatan Kinerja Penegakan Hukum.

7. Pemantapan Dukungan Polri dalam Penanganan Covid-19.

8. Pemulihan Ekonomi Nasional.

9. Menjamin Keamanan Program Prioritas Nasional.

10. Penguatan Penanganan Konflik Sosial.

11. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Polri.

12. Mewujudkan Pelayanan Publik Polri yang Terintegrasi.

13. Pemantapan Komunikasi Publik.

14. Pengawasan Pimpinan dalam Setiap Kegiatan.

15. Penguatan Fungsi Pengawasan.

16. Pengawasan Oleh Masyarakat Pencari Keadilan (Public Complaint).

Delapan Komitmen Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo:


1. Menjadikan Polri sebagai institusi yang prediktif, responsibilitas, dan transparansi

berkeadilan (Presisi).

2. Menjamin keamanan untuk mendukung program pembangunan nasional.

3. Menjaga soliditas internal.

4. Meningkatkan sinergitas dan soliditas TNI Polri, serta bekerja sama dengan APH

dan kementerian/lembaga untuk mendukung dan mengawal program pemerintah.

5. Mendukung terciptanya ekosistem inovasi dan kreativitas yang mendorong

kemajuan Indonesia.

6. Menampilkan kepemimpinan yang melayani dan menjadi teladan

7. Mengedepankan pencegahan permasalahan, pelaksanaan keadilan restoratif dan

problem solving.

8. Setia kepada NKRI dan senantiasa merawat kebhinekaan.

Presisi (Prediktif, Responsibilitas dan Transparansi Berkeadilan) tidak hanya sekadar

jargon. Namun, harus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Dalam kamus

bahasa Indonesia, Presisi mempunyai pengertian ketepatan dan ketelitian. Dengan menggunakan

kata ini, diharapkan Polri bertransformasi menjadi lembaga yang yang mengedepankan ketepatan

dalam memberikan pelayanan dan ketelitian dalam melakukan tindakan.

Presisi adalah konsep kepolisian masa depan. Konsep yang dimana dapat melakukan

pendekatan dengan membuat pelayanan lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat. Konsep

transformasi Polri yang ‘Presisi’ hadir melalui penekanan pada upaya pendekatan pemolisian

yang prediktif diharapkan bisa membangun kejelasan dari setiap permasalahan keamanan dalam

menciptakan keteraturan sosial di tengah masyarakat.


Penjabaran konsep Presisi yang pertama, yaitu prediktif Polri akan mengedepankan

kemampuannya memprediksi situasi dan kondisi. Menganalisis isu dan permasalahan yang

berpotensi menjadi gangguan keamanan masyarakat.

Kedua, yaitu responsibilitas kepolisian memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan

dalam ucapan, sikap, perilaku, dan responsif dalam melaksanakan tugas yang dilakukan

bertujuan untuk secara keseluruhan ditujukan untuk menjamin kepentingan dan harapan

masyarakat dalam menciptakan keamanan. Ketiga yaitu konsep transparansi berkeadilan. Konsep

dimana kepolisian akan terealisasi dari prinsip, cara berpikir, dan sistem yang terbuka, akuntabel,

dan humanis. Sehingga pelaksanana tugas-tugas kepolisian akan dapat menjamin keamanan dan

rasa keadilan masyarakat.

Penegakan hukum dengan pendekatan pemolisian prediktif akan membangun kejelasan

permasalahan keamanan yang menciptakan keteraturan sosial di tengah masyarakat. Upaya

pemolisian prediktif dilakukan berdasarkan analisis fakta, data, dan informasi yang didukung

kemajuan dan perkembangan teknologi, sehingga tindakan kepolisian akan lebih tepat dan

menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Pendekatan ini akan mentransformasi wajah Polri ke

depan, antara lain pada pelayanan publik yang terintegrasi, modern, mudah, dan cepat.

Responsibilitas dimaknai sebagai rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam ucapan,

sikap, perilaku, dan responsibilitas menjalankan tugas untuk menjamin kepentingan masyarakat

dalam menciptakan keamanan. Transparansi berkeadilan merupakan realisasi dari prinsip, cara

berpikir, sistem yang terbuka, akuntabel, dan humanis. Polri terbuka untuk diawasi, sehingga

pelaksanaan tugas-tugas kepolisian dapat mewujudkan keamanan dan keadilan masyarakat.

Konsep prediktif diimplementasikan dalam model pemolisian prediktif atau predictive

policing yang mengedepankan kemampuan untuk memprediksi situasi dan kondisi yang menjadi
isu dan permasalahan serta potensi gangguan Keamanan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).

Konsep Presisi fokus pada tiga hal, yakni Pelayanan Publik, Pemeliharan Kamtibmas, dan

Penegakan Hukum.

Untuk program pemeliharaan Kamtibmas dan penegakan hukum yang prediktif,

bertanggung jawab, transparan serta menjamin rasa keadilan masyarakat, dalam

kepemimpinannya Kapolri ingin Kepolisian Sektor (Polsek) tidak lagi menyidik perkara, namun

lebih dimaksimalkan dalam fungsi pencegahan, pemecahan masalah dengan musyawarah, dan

menjadikan proses hukum sebagai upaya terakhir.

Polri tidak perlu memaksakan suatu kasus diproses hukum secara tuntas hingga divonis,

tetapi harus dilihat kasusnya secara arif dan bijaksana. Polri dapat menginisiasi pertemuan

masing-masing pihak untuk diselesaikan secara baik, bukan melalui jalur hukum. Anggota Polri

harus menjalankan peran tersebut untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat. Namun, tentunya

dengan pengawasan yang ketat agar anggota Polri tidak menyalahgunakan kewenangannya.

Kesimpulan.

Konsep Presisi ini, memiliki setiap poinnya yang menjadi impian atau harapan

masyarakat Indonesia adalah Pertama, konsep Prediktif. Dimana kepolisian akan

mengedepankan kemampuannya untuk mempredikisi situasi dan kondisi. Dengan menganalisis

isu dan permasalahan yang berpotensi menjadi gangguan keamanan masyarakat. Kedua, konsep

Responsibilitas. Kepolisian dalam hal ini memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam

ucapan, sikap, perilaku, dan responsif dalam melaksanakan tugas yang dilakukan. Bertujuan

untuk secara keseluruhan ditujukan untuk menjamin kepentingan dan harapan masyarakat dalam

menciptakan keamanan. Ketiga, konsep transparansi berkeadilan. Konsep dimana kepolisian


akan terealisasi dari prinsip, cara berpikir, dan sistem yang terbuka, akuntabel, dan humanis.

Sehingga pelaksanana tugas-tugas kepolisian akan dapat menjamin keamanan dan rasa keadilan

masyarakat.

Segenap tantangan dan peluang tersebut, mendorong kepemimpinan Polri 2021-2025

membangun kerangka transformasi melalui transformasi organisasi, transformasi operasional,

transformasi pelayanan publik, dan transformasi pengawas. Sejalan dengan hal ini, pendekatan

konsep Polri Presisi ini dipilih sebagai upaya mengikuti perkembangan pemolisian di berbagai

negara maju yang dilatarbelakangi dua faktor penentu. Pertama, perkembangan pesat teknologi

informasi (IT) dan pemanfaatannya secara masif. Kedua, implikasi lanjutan dari perubahan

tersebut memberi konsekuensi dunia menghadapi gejolak, ketidakpastian, kompleksitas dan

keambiguan atau secara universal.

Ditengah tugas berat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri dari tahun ke tahun

terus meningkat. Masyarakat menginginkan pasukan baju cokelat ini masih harus terus

meningkatkan kinerja dan profesionalisme. Masyarakat ingin kehadiran Polri harus respons cepat

dan tepat jika dibutuhkan masyarakat. Tentu keinginan masyarakat terhadap Polri akan menjadi

bahan renungan buat seluruh jajaran Polri dalam melaksanakan tugasnya dan selalu hadir di

tengah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai