Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020,290-307

Available online at http://journal.sbm.itb.ac.id


Manajemen
Teknologi

Corporate Branding Organisasi Sektor Publik:


Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

1* 2
Shiddiq Sugiono and Maria Puspitasari
1
Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia
2
Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia

Abstrak. Technology Business Incubation Center (TBIC) Puspiptek merupakan organisasi sektor publik yang memberikan
layanan inkubasi bisnis kepada perusahaan rintisan (startup). Pengomunikasian identitas organisasi kepada stakeholder
menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membangun daya tarik tersendiri dibanding organisasi lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran serta mengevaluasi aktivitas corporate branding TBIC Puspiptek melalui
penyelarasan model vision-culture-image (VCI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, adapun data penelitian diperoleh melalui wawancara dengan manajemen TBIC dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa TBIC Puspiptek telah berusaha untuk menyelaraskan tujuan, budaya dan citranya
meskipun masih terdapat ketidakselarasan di antara komponen tersebut. TBIC telah berupaya menyelaraskan identitasnya
melalui pemberian layanan yang menumbuhkan jiwa technopreneurship, membangun iklim komunikasi yang positif dan
membangun pengelolaan anggaran yang baik. Adapun gap yang muncul dikarenakan komunikasi dengan stakeholder yang
kurang intens, budaya organisasi sektor publik yang kurang cocok dengan sektor swasta serta tidak relevannya kompetensi
pengelola inkubator. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa organisasi sektor publik yang masuk dalam kompetisi bisnis
perlu melakukan corporate branding agar memiliki daya tarik tersendiri dibanding organisasi lainnya. Penelitian ini turut
memberikan berbagai implikasi salah satunya untuk mentransformasi budaya Puspiptek sebagai organisasi pembelajar.

Kata kunci: Corporate branding, organisasi sektor public, inkubator bisnis, identitas; model VCI

Abstract. Technology Business Incubation Center (TBIC) Puspiptek is a public sector organization that provides business
incubation services to startup companies. Communicating the identity of the organization to stakeholders is one effort that can be
done to build its own appeal compared to other organizations. This study aims to provide an overview and evaluate the TBIC
Puspiptek corporate branding activities through alignment of the vision-culture-image (VCI) model. The method used in this
research is descriptive analysis with a qualitative approach, while the research data were obtained through interviews with TBIC
management and documentation studies. The results of the study mentioned that TBIC Puspiptek has tried to harmonize its goals,
culture and image even though there are still gaps between these components. TBIC has sought to harmonize its identity through the
provision of services that foster a spirit of technopreneurship, build a positive communication climate and build good budget
management. As for the gaps that arise due to less intense communication with stakeholders, the culture of public sector
organizations that are less suited to the private sector as well as the irrelevance of the competencies of incubator managers. The
conclusion that can be drawn is that public sector organizations involved in business competition need to do corporate branding in
order to have their own appeal compared to other organizations. This research also provides various implications, one of which is to
transform the Puspiptek culture as a learning organization.

Keywords: Corporate branding, public sector organizations, business incubator, identity, VCI model
*Corresponding author. Email: sugionoshiddiq@gmail.com
Received: June 29th, 2020; Revision: November 30th, 2020; Accepted: December 14th, 2020
Print ISSN: 1412-1700; Online ISSN: 2089-7928. DOI: http://dx.doi.org/10.12695/jmt.2020.19.3.5
Copyright@2020. Published by Unit Research and Knowledge, School of Business and Management - Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB)

Jurnal
290 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

Pendahuluan tidak fleksibel, tata kelola yang buruk, kerja


yang tidak efisien bahkan adanya tindak
Organisasi sektor publik pada dasarnya korupsi. Berbagai citra buruk tersebut pada
bertujuan untuk memberikan layanan publik akhirnya menjadi suatu penyebab mengapa
secara prima dan tidak berfokus pada profit. organisasi sektor publik tidak memiliki daya
Organisasi tersebut merujuk pada organisasi tarik bahkan tidak membangun niatan
yang berhubungan dengan penyediaan barang stakeholder untuk membuat suatu ikatan
dan jasa kepada publik untuk kepentingan tertentu ——(Canel & Luomo-Aho, 2018).
umum (Haryono, 2013). Adapun organisasi
tersebut memiliki target dalam memenuhi Berdasarkan gagasan-gagasan yang telah
kebutuhan dan kepuasan masyarakat melalui disampaikan maka org anisasi publik,
pemberian layanan publik yang berkualitas. khususnya yang terlibat dalam kompetisi
Selain itu pemberian layanan publik s u m b e r d ay a , p e r l u m e n y u s u n s e r t a
merupakan cara organisasi sektor publik untuk mengevaluasi strategi komunikasi yang tepat
menjamin berbagai hak konstitusional dari agar publik mengetahui akan layanan yang
masyarakat (Sururi, 2020). disediakan maupun kelebihan-kelebihan yang
ditawarkan dari layanan tersebut agar mampu
Meskipun tidak berfokus pada profit, bukan menarik calon pelanggan. Cornelissen (2004)
berarti organisasi sektor publik terlepas dari menyampaikan bahwa tumbuhnya daya tarik
kompetisi bisnis. ——Canel & Luomo-Aho organisasi kepada berbagai stakeholder dapat
(2018) menyampaikan bahwa bahwa terdapat memengaruhi perilaku seseorang untuk
memilih dan mendukung suatu organisasi
beberapa organisasi sektor publik yang turut
dibanding organisasi lainnya yang memberikan
berkompetisi dengan organisasi lainnya dalam
produk serupa. Adapun tujuan akhir dalam
memperebutkan sumber daya, salah satunya
meng omunikasikan daya tarik adalah
pelanggan. Organisasi sektor publik dalam hal
membangun reputasi positif sehing ga
ini turut masuk dalam kompetisi bisnis dengan
seseorang akan membangun hubungan
organisasi swasta untuk memperebutkan dengan suatu organisasi (Doorley & Garcia,
berbag ai sumber daya, salah satunya 2015).
p e l a n g g a n . ' –L u o m a - a h o ( 2 0 0 7 )
mengidentifikasi 3 kelompok organisasi sektor Pada tatanan tersebut, Pusat Penelitian Ilmu
publik berdasarkan tingkat kompetisinya yaitu: Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek)
organisasi publik tanpa kompetisi, organisasi merupakan unit kerja di bawah Kementerian
publik dengan kompetisi sedang dan organisasi Riset dan Teknologi (Kemenristek)/BRIN di
publik dengan kompetisi tinggi. Organisasi mana salah satu tugasnya adalah mengelola
sektor publik dalam hal ini harus mampu Technology Business Incubation Center (TBIC)
menyampaikan berbagai keunggulannya (Puspiptek, 2020a). Tujuan dari didirikannya
sehingga semakin banyak pelanggan yang TBIC tidak dapat dilepaskan dari visi dan misi
menggunakan layanan publik. Puspiptek sebagai pusat pengembangan startup
berbasis teknologi dalam rangka menghilirisasi
Namun dalam prakteknya organisasi sektor produk inovasi teknologi (Puspiptek, 2013).
publik dilanda oleh beberapa masalah citra atau Adapun fungsi tersebut merupakan implikasi
stereotip negatif di masyarakat (Wæraas & dari diresmikannya Puspiptek sebagai taman
Byrkjeflot, 2012). Wæraas & Byrkjeflot (2012) sains dan teknologi nasional/National Science
menyampaikan bahwa salah satu stereotip yang and Technology/NSTP (Puspiptek, 2020a). Selain
tercipta secara global meng gambarkan itu, didirikannya TBIC merupakan
pekerjaan pegawai organisasi sektor publik transfor masi Puspiptek yang awalnya
hanyalah membaca koran saja. Selain itu merupakan pusat penelitian menjadi organisasi
organisasi sektor publik dikenal memiliki citra sektor publik yang mendorong pertumbuhan
bahkan reputasi buruk seperti birokrasi yang ekonomi dan lapangan kerja berbasis iptek
(Puspiptek, 2020a).

Jurnal
291 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

Kepala Puspiptek melalui SK Kepala meningkatkan kualitas sumber daya manusia,


Puspiptek Nomor 887/P2/Kp/XI/2016 terutama untuk menguasai ilmu pengetahuan
menugaskan Bidang Kerjasama dan Bisnis dan teknologi (KPPIP, 2019). Berdasarkan
Teknologi menjadi pengelola inkubator bisnis argumentasi tersebut maka dinilai penting
teknologi Puspiptek. Dalam hal ini bidang untuk meneliti bagaimana kesiapan Puspiptek
kerjasama dan bisnis teknologi dinilai menjadi dalam membangun brand inkubator bisnis yang
bidang kerja di Puspiptek yang memiliki baik sehingga publik percaya dengan pelayanan
intensitas lebih tinggi dalam berkomunikasi yang diberikan.
dengan stakeholder layanan inkubasi bisnis
teknologi dibandingkan dengan bidang lainnya Dalam hal ini, TBIC Puspiptek bukan
(Puspiptek, 2020a). Melalui kondisi tersebut merupakan satu-satunya organisasi yang
penelitian ini memiliki fokus kajian pada memberikan layanan inkubasi bisnis. Berbagai
Bidang Kerja Sama dan Bisnis Teknologi perusahaan bonafid yang sudah memiliki nama
secara khusus. baik turut menawarkan program yang sama
kepada masyarakat. Bank Mandiri dalam hal ini
TBIC merupakan inkubator bisnis yang memiliki inkubator bisnis yang bernama
memiliki tujuan untuk menumbuhkan Mandiri Digital Incubator –(Mandiri Digital
perusahaan pemula berbasis teknologi melalui Incubator, 2020), Telkom Indonesia turut
program inkubasi bisnis dan berbagai kegiatan memiliki inkubator bisnis yang bernama
seperti pelatihan technopreneurship¸mentoring, Indigo Incubator (Indigo, 2020). Meskipun tidak
business gathering , promosi, dan lain-lain bersaing secara langsung, namun TBIC
(Puspiptek, 2020a). TBIC menyiapkan Puspiptek dalam hal ini perlu menunjukan daya
berbagai sarana dan prasarana yang dapat tariknya agar masyarakat mengenali atau
digunakan oleh tenan/peserta program bahkan mau menggunakan layanannya. Hal ini
inkubator bisnis secara gratis pada masa menjadi penting karena jumlah pelanggan
inkubasi (Puspiptek, 2020a). Adapun TBIC turut menjadi target kinerja dari TBIC
Puspiptek telah menyiapkan insentif untuk (Puspiptek, 2015).
keperluan pengembangan bisnis tenan.
Namun begitu, tenan tetap memiliki perjanjian Dalam kondisi tersebut, Puspiptek pada
dengan TBIC untuk dapat memenuhi target akhirnya turut masuk dalam kompetisi bisnis
penjualan produknya hingga masa inkubasi untuk memperebutkan sumber daya, yaitu
berakhir. Melalui berbagai macam aktivitas pelang gan. Puspiptek harus mampu
yang dilakukan TBIC Puspiptek, diharapkan mengomunikasikan seluruh keunggulannya
tenan dapat menjadi startup yang siap masuk ke maupun daya tariknya dengan inkubator bisnis
dalam pasar yang sesungguhnya. lainnya agar stakeholder memiliki ketertarikan
untuk menggunakan layanannya. Hal ini perlu
Pengembangan inkubator bisnis dalam hal ini dilakukan agar calon pelanggan semakin
menjadi isu yang memiliki urgensi tersendiri, tertarik untuk menggunakan layanan yang
terutama dalam konteks Indonesia. Inkubator diberikan. Semakin menarik citra suatu
bisnis menjadi suatu fasilitas untuk melahirkan organisasi maka akan semakin mendorong
UMKM bar u dan menumbuhkan jiwa pelanggan tertarik dalam menggunakan
technopreneurship pada masyarakat. UMKM layanannya. Adapun terpenuhinya target
dalam hal ini menjadi komponen penting peserta inkubasi mer upakan indikator
dalam menyangga perekonomian Indonesia kesuksesan Puspiptek dalam menjalankan
(Hasbullah, Surahman, Yani, Almada, & layanan publiknya (Puspiptek, 2015).
Faizaty, 2014). Selain itu, Puspiptek akan
memiliki peran yang cukup penting pada masa Dalam kompetisi tersebut TBIC sebagai
pemerintahan Republik Indonesia periode organisasi sektor publik harus tetap waspada
2019-2024 karena pada periode tersebut dengan stereotip buruk mengenai organisasi
pemerintah akan lebih fokus dalam tersebut. Sebagai organisasi yang

Jurnal
292 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

berbasiskan birokrasi, fleksibilitas menjadi isu Beberapa penelitian empiris sebelumnya


penting dalam membangun reputasi positif sebagian besar menganalisis corporate branding
——(Canel & Luomo-Aho, 2018). Nilai dari perusahaan diluar organisasi
profesinalisme dari para pegawai TBIC turut pemerintahan. Zubaedah (2018) menganalisis
menjadi permasalahan karena tidak semua peran cor porate branding dalam aktivitas
memiliki keahlian dalam mengoperasionalkan rebranding perusahaan tokobagus.com menjadi
inkubator bisnis teknologi (Puspiptek, 2020a). olx.com. Stuart & Jones (2004) menganalisis
Hal ini cukup berbeda dengan inkubator bisnis peran corporate branding dalam membangun
swasta lainnya karena memiliki fleksibilitas brand di marketspace. Purwanti (2018)
serta tingkat profesionalitas yang mumpuni. melakukan penelitian untuk menganalisis
peran log o, iklan, dan cor porate social
Corporate branding dapat menjadi salah satu responsibility/CSR dalam corporate branding PT
upaya yang dilakukan oleh organisasi untuk PLN Batam. Hal ini membuka peluang untuk
membangun daya tarik yang positif (Van Riel memberikan pemahaman lebih luas mengenai
& Fombrun, 2007). Corporate branding adalah bagaimana organisasi sektor publik atau lebih
serangkaian aktivitas yang diambil oleh khsusnya pemerintahan yang memiliki
organisasi untuk membangun ikatan dan persaing an bisnis dalam
reputasi positif antara internal dan eksternal mengimplementasikan corporate branding untuk
stakeholder positif (Van Riel & Fombrun, 2007). menunjukan daya tariknya.
De Chernatony (1999) menyatakan bahwa
aktivitas corporate branding akan mengurangi gap Model vision-culture-image/VCI dapat menjadi
antara identitas dengan reputasi organisasi. salah satu acuan untuk melihat bagaimana
Selain itu, corporate branding mampu mendorong efektivitas dari aktivitas corporate branding pada
stakeholder untuk mengidentifikasikan diri suatu organisasi (Hatch & Schultz, 2016: 11).
mereka terhadap organisasi melalui Gagasan utama model tersebut menyatakan
penyampaian identitas dan budaya perusahaan bahwa corporate brand yang kuat ditunjukan dari
'(Farid & Faridha, 2017). keselarasan antara tujuan, budaya dan citra
suatu organisasi. Adapun hal tersebut dapat
Dalam melakukan aktivitas corporate branding, dibangun melalui pengomunikasikan identitas
organisasi harus mengacu pada identitas organisasi secara konsisten kepada stakeholder.
organisasi yang dimilikinya. Thomsen (2016) Penyelarasan ketiga komponen tersebut
menjelaskan bahwa cor porate branding menjadi penting bagi suatu organisasi karena
mengintegrasikan stakeholder internal dan melalui hal tersebut identitas organisasi dapat
eksternal melalui identitas dari organisasi, dikomunikasikan secara utuh sehing ga
dalam hal ini organisasi perlu menyampaikan memiliki daya tarik positif di benak stakeholder.
jati diri organisasi. de Chernatony (2006)
menyatakan bahwa corporate branding mengacu Pendekatan Corporate Branding dengan Model
pada merek yang mampu merepresentasikan VCI memiliki kunci bahwa corporate brand yang
organisasi di mana nilai korporat diterapkan kuat memiliki gap yang sangat kecil antara visi,
pada selur uh aspek ter masuk produk. budaya dan citra (Hatch & Schultz, 2016: 11).
Berdasarkan kerangka kerja yang Hubungan antara ketiga komponen secara
dikembangkan oleh Hatch & Schultz (2003), ideal perlu dipantau untuk menjaga efektivitas
cor porate branding adalah suatu proses corporate branding. Dengan kata lain, Hatch dan
menyambungkan vision (tujuan), culture Schultz mengklaim bahwa visi perlu didukung
(budaya), dan image (citra) dari suatu organisasi. dan sesuai dengan budaya perusahaan serta
Berbagai hal tersebut turut menyatakan bahwa harus sesuai dengan persepsi pemangku
organisasi harus memiliki identitas yang jelas kepentingan utama untuk membangun dan
serta kuat, sehingga memiliki jati diri yang siap mempertahankan merek korporat yang kuat.
dikomunikasikan kepada stakeholder. Corporate branding membutuhkan pesan yang
konsisten mengenai identitas organisasi
sehingga dapat memunculkan reputasi yang
baik pada seluruh stakeholder ''(Harris & de
Jurnal
Chernatony, 2001).
293 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

Penelitian terhadap perusahaan LEGO Dalam meningkatkan daya tariknya, organisasi


menyatakan bahwa corporate branding penting sektor publik harus terus menjadi organisasi
untuk mengevaluasi brand perusahaan, dalam pembelajar sehingga menumbuhkan inovasi
hal ini perusahaan tersebut melakukan serta meningkatkan kualitas layanan publik
transformasi budaya organisasinya sehingga (Hui, Radzi, Jenatabadi, Kasim, & Radu, 2013).
terdapat keselarasan antara tujuan, budaya dan Secara umum organisasi pembelajar mengacu
citra dari LEGO (Schultz & Hatch, 2003). pada suatu budaya yang mendukung
Penelitian lainnya mengeksplorasi aktivitas dan lingkung an untuk belajar, mencakup
membangun model corporate branding yang pembelajaran untuk individu dan organisasi
dilakukan oleh perusahaan swasta coworking (Kanten, Kanten, & Gurlek, 2015).
space di Bandung '(Damayanti, 2017). Penelitian M e m b e r i k a n p e r h a t i a n l e b i h ke p a d a
Damayanti menyarankan bahwa pembenahan pembangunan organisasi pembelajar akan
budaya kerja internal perlu dilakukan terlebih membantu terwujudnya budaya inovasi dan
dahulu untuk membangun citra yang baik di kreativitas dalam suatu tempat kerja (Inków,
benak stakeholder. 'Resya (2019) melakukan 2020). Melalui organisasi pembelajar, tingkat
analisis model VCI pada kompetisi Unilever keterlibatan dalam bekerja akan
Future Leaders' League (UFLL) sebagai bagian mengembangkan perilaku inovatif dari
dari upaya cor porate branding perusahaan pegawai-pegawainya. Selain itu, fokus dalam
Unilever. Melalui UFLL, Unilever mencoba mengembangkan organisasi pembelajar akan
meningkatkan reputasi per usahaannya meningkatkan kapabilitas serta kolaborasi
sehingga bisa merekrut calon pegawai yang dalam berbagi pengetahuan diantara pegawai
berkualitas. Lorenz (2010) mengkaji bagaimana sehingga tercipta inovasi secara terbuka (Jui-
nilai inti perusahaan yang diinternalisasi oleh Hsi, Jiun-Kai, Jian-feng, & Ping, 2019).
para pegawai sektor manufaktur di Belanda
mampu mengurangi ketidakselarasan pada Berangkat dari permasalahan yang telah
model VCI. Penelitian ini akan memberikan disampaikan, penelitian ini dilakukan dengan
kebaruan dalam penggunaan model VCI untuk tujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi
menganalisis corporate branding pada organisasi bagaimana aktivitas corporate branding yang
sektor publik/pemerintahan karena berbagai dilakukan oleh Puspiptek dalam rangka
peneltian sebelumnya berfokus pada membangun daya tariknya kepada stakeholder.
organisasi/perusahaan swasta. Penelitian ini akan melengkapi pemahaman
cor porate branding namun dalam konteks
Dalam konteks global, corporate branding telah organisasi sektor publik karena belum
menjadi salah satu fokus dari organisasi sektor ditemukan penelitian empiris yang
publik (Wæraas, 2008). Salah satu alasan menganalisis corporate branding organisasi sektor
organisasi tersebut melakukan corporate branding publik melalui melalui model VCI. Terdapat
adalah untuk menempati top-of-mind dari brand tiga pertanyaan penelitian yang akan dijawab
yang dibangun. Adapun melalui corporate serta turut menjadi batasan penelitian: Apa saja
branding yang kuat, reputasi organisasi yang visi, budaya dan citra pada TBIC Puspiptek?,
positif akan turut terbangun (Van Riel & Apa saja keselarasan antara tujuan, budaya dan
Fombrun, 2007). Reputasi organisasi akan citra dari TBIC Puspiptek ?, Serta apa saja
menjadi suatu daya tarik yang mampu ketidakselarasan antara tujuan, budaya dan
memberikan berbagai manfaat positif bagi citra dari TBIC Puspiptek ?
organisasi sektor publik (Bass, 2018). Selain itu,
brand yang kuat mampu membangun
kepercayaan dari stakeholder '(Jan & Putro, Metodologi Penelitian
2020), tidak terkecuali pada organisasi sektor
publik yang sangat membutuhkan kepercayaan Penelitian ini menerapkan paradigma post-
untuk memperkuat legitimasinya ——(Canel positivistik dan pendekatan kualitatif dalam
& Luomo-Aho, 2018) mengamati realitas yang terjadi di lapangan.

Jurnal
294 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

Paradigma tersebut digunakan untuk Data primer yang digunakan dalam penelitian
mengidentifikasi dan menguji sebab yang ini adalah wawancara dengan Narasumber.
menentukan suatu hasil (Creswell, 2009). Adapun teknik wawancara yang digunakan
Adapun penggunaan paradigma tersebut adalah semi-structured inter views. Teknik
dilakukan untuk mendapatkan suatu dilakukan untuk menggali perspektif subjektif
pemahaman yang utuh terhadap teori yang dari Narasumber penelitian sehing g a
digunakan dalam penelitian (Panhwar, Ansari, didapatkan pengalaman yang mendalam
& Shah, 2017). Dalam penelitian ini, aktivitas (Evans & Lewis, 2017: 2). Narasumber dipilih
corporate branding yang pada dasarnya dilakukan melalui teknik purposive sampling sehingga
untuk membangun daya tarik atau reputasi mampu memberikan informasi yang lebih
positif akan dieksplorasi melalui pendekatan relevan terhadap konteks penelitian. Tabel 1
kualitatif karena brand/identitas menjadi suatu menyajikan daftar Narasumber penelitian
pembeda dengan organisasi lainnya. Adapun
penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksploratif karena bertujuan untuk
mengeksplorasi dan menggambarkan aktivitas
corporate branding di Puspiptek.

Tabel 1.
Daftar Narasumber Penelitian
Jabatan (Identitas) Data yang dibutuhkan
Kepala Subbidang Promosi dan Inkubasi Aktivitas pengomunikasan identitas TBIC
Bisnis Teknologi (N.1) Puspiptek terhadap pelanggan
Kepala Subbidang Pengelolaan Data dan Aktivitas pengomunikasian identitas TBIC
Informasi (N.2) Puspiptek terhadap pelanggan
Kepala Bidang Dokumentasi dan Publikasi Strategi pembentukan identitas TBIC Puspiptek.
Kemenristek/BRIN (N.3)
Kepala Bidang Rumah Tangga dan Barang Implementasi manajerial dalam menjalankan
Milik Negara Kemenristek/BRIN (N.4) strategi branding TBIC Puspiptek.
Sumber: Olahan Penelitian (2020)

Empat Narasumber pada tabel 3.6 dinilai Data sekunder yang digunakan dalam
memiliki informasi yang spesifik terhadap penelitian ini adalah dokumen-dokumen,
topik penelitian mengenai corporate branding di laporan, literatur akademis maupun kajian yang
TBIC. Mereka menjadi aktor yang secara relevan terhadap TBIC Puspiptek. Fungsi dari
langsung berkomunikasi dan berinteraksi data sekunder ini adalah untuk melakukan
dengan pelanggan sehingga berbagai informasi triangulasi sehingga dapat dipastikan bahwa
mengenai proses pengomunikasian identitas pengumpulan berbagai macam data pada suatu
dapat diperoleh secara tepat jika dibandingkan fenomena telah dilakukan secara valid
dengan pimpinan tertinggi di organisasi. (Matthews, Ross, & Ellison, 2010: 217). Dalam
Adapun pegawai internal pada dasarnya hal ini TBIC telah beroperasi mulai dari tahun
memiliki pemahaman mengenai nilai-nilai 2016 sehingga unit kerja tersebut telah
perusahaan secara mendalam sehingga mereka memproduksi berbagai dokumen yang dapat
akan mengimplementasikannya setiap hari digunakan sebagai data sekunder. Tabel 2
(Lorenz, 2010). Selain itu menganalisis branding menyajikan daftar dokumen yang digunakan
secara internal merupakan awal yang baik pada penelitian ini.
untuk membangun reputasi organisasi
'(Damayanti, 2017).

Jurnal
295 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

Tabel 2.
Daftar Dokumen
No. Judul Dokumen Alasan Pemilihan
1 Rencana Strategis Puspiptek Dokumen ini memaparkan identitas serta
Tahun 2015-2019 strategi yang digunakan oleh Puspiptek
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
2 Buku Rencana Induk/Masterplan Dokumen ini berisikan roadmap
Revitalisasi Puspiptek (Puspiptek, mengenai pengembangan Puspiptek
2013) sebagai Taman sains dan teknologi.
3 Laporan Kinerja Bagian Kerja Dokumen ini memaparkan berbagai hasil
Sama dan Bisnis Teknologi kerja dari TBIC Puspiptek selama tahun
Tahun 2019 2019.3
4 Laporan Kinerja (LAKIN) Dokumen ini memaparkan berbagai hasil
Puspiptek tahun 2019. kerja Puspiptek selama tahun 2019 .
Sumber: Olahan Penelitian (2020)

Penelitian ini menggunakan metode analisis Vision, Culture dan Image Puspiptek
deskriptif kualitatif untuk menganalisis data Puspiptek mendedikasikan dirinya untuk
penelitian (Miles & A. Huberman, 1994: 10). menjadi National Science and Technolog y
Analisis data dilakukan melalui 3 tahap analisis Park/NSTP di Indonesia, hal ini turut
yaitu: reduksi data, penyajian data dan digambarkan dalam berbagai visi, misi,
penyimpulan data. Reduksi data merupakan maupun fungsi. Konsep NSTP sendiri lahir
suatu proses memusatkan perhatian, dari sebuah kajian yang dilakukan bersama
menyederhanakan serta mengabstraksi data pemerintahan Korea Selatan. Kajian tersebut
kasar yang diperoleh dari tahap pengumpulan menghasilkan sebuah pemikiran di mana
data. Penyajian data adalah stahap untuk Puspiptek menjadi Indonesia Science Technology
menggabungkan dan mengorganisir data yang Park (ISTP). Seiring dengan berkembangnya
telah direduksi sehingga mudah dipahami. Puspiptek dan dalam menghadapi kebutuhan
Sedangkan penyimpulan data adalah tahap perkembangan teknologi. Puspiptek ditunjuk
untuk menyimpulkan suatu fenomena melalui menjadi NSTP dalam RPJMN 2015-2019 di
data yang telah valid. Ketiga tahapan tersebut mana dalam hal ini Puspiptek memiliki fokus
terus menerus dilakukan hing ga akhir dalam menghilirisasi riset-riset teknologi
penelitian sehingga diperoleh kesimpulan yang menjadi produk-produk yang dapat
utuh. dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

Nomenklatur Indonesia diganti menjadi


Hasil dan Diskusi “National” karena pada praktiknya banyak
taman sains lainnya yang telah dan akan
Hasil dan diskusi secara umum terbagi atas tiga dibangun di Indonesia selain itu Puspiptek
bagian. Bagian pertama akan menjelaskan telah menjadi pusat rujukan untuk
vision, culture dan image dari TBIC Puspiptek. membangun taman sains lainnya. Sebagai
Hal ini perlu dilakukan karena pada dasarnya NSTP, Puspiptek merupakan suatu role model
analisis model VCI dilakukan atas dasar ketiga atau percontohan bagi setiap institusi yang
komponen tersebut. Bagian kedua akan ingin mengembangkan tatman sains dan
membahas mengenai keselarasan antara ketiga teknologi/STP. Pada akhirnya Puspiptek ingin
komponen tersebut. Sedangkan bagian ketiga mencapai suatu tahap di mana mereka setara
akan membahas mengenai gap yang menjadi dengan Silicon Valley, Daedok Innopolis dan
masalah Puspiptek dalam menyelaraskan taman sains lainnya yang dalam hal ini menjadi
ketiga komponen tersebut serta tindakan yang garda terdepan suatu bangsa dalam
perlu diambil untuk menyelaraskannya menghasilkan produk teknologi (Puspiptek,
kembali. 2013).
Jurnal
296 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

Tabel 3.
Vision TBIC Puspiptek

Vis io n Sumber Wawancara Dokumen


“Menjadi pusat penelitian, — Pemerintah hadir untuk Visi TBIC Puspiptek
pengembangan, dan inovasi mendorong komersialisasi tertuang pada Dokumen
teknologi terdepan yang bermutu teknologi lah, bagaimana Rencana Strategis Puspiptek
dan mendukung daya saing hasil riset dan inovasi bisa Tahun 2015-2019
bangsa”. berkontribusi bagi (Puspiptek, 2015).
ekonomi, toolsnya dengan
Visi tersebut diuraikan kembali melahirkan perusahaan Fungsi Puspiptek sebagai
menjadi 3 misi yaitu: (1) startup” (N.3) penyelenggara inkubator
meningkatkan inovasi produk- bisnis turut tertuang pada
produk nasional, (economic impact) Puspiptek adalah NSTP buku Rencana
(2) meningkatkan budaya disana ada inkubator Induk/Masterplan Puspiptek
entrepreneurship, penumbuhan dan berbagai lahan yang (Puspiptek, 2013)
Perusahaan Pemula Berbasis disiapkan untuk
Teknologi (PPBT) dan industri. Pada saat 2015
meningkatkan kemampuan SDM jadi program nasional,
industri/masyarakat s(ocial and masterplan Puspiptek
academic impact) ; serta (3) menjadi referensi perpres.
Meningkatkan kualitas layanan Konsep Puspiptek
tata kelola, sarana-prasarana, dan akhirnya diadopsi di
keamanan-keselamatan kawasan perpres” (N.3)
Puspiptek.

Dihadirkannya layanan inkubasi bisnis eksternal yang produktif dan harmonis, 2)


merupakan salah satu cara Puspiptek untuk Integritas: Bersikap, bertindak dan mengambil
mengomunikasikan tujuan maupun brand keputusan berdasarkan sistem nilai, moral,
organisasinya sebagai NSTP. Adapun tujuan kejujuran, komitmen dan kepatuhan pada
Puspiptek tersebut telah menjadi bagian dari ketentuan peraturan perundang-undangan. 3)
program nasional pengembangan taman sains Inovatif: Membangun sikap menyempurnakan
dan teknologi. Inkubator bisnis dalam hal ini yang sudah ada dan mengkreasikan hal baru
merupakan salah satu komponen yang harus yang lebih baik secara terus menerus dan
hadir didalam taman sains dan teknologi berkelanjutan. 4) Akuntabel: Mengembangkan
sehingga terdapat aktivitas hilirisasi teknologi sikap dan tindakan kerja yang terukur dan
(Puspiptek, 2020a). Adapun dalam mengambil bertang gung jawab terhadap hasil. 5)
perannya sebagai lembaga pemerintahan, Profesional: Bersikap dan Bertindak dengan
Puspiptek turut menyediakan berbagai lahan pengetahuan dan keahlian.
yang disiapkan untuk kebutuhan aktivitas
penelitian dan pengembangan sektor industri. Adapun tagline yang menempel pada nilai-nilai
organisasi tersebut adalah “siap melayani
Aspek culture atau budaya organisasi dari TBIC bangsa”, melalui tagline tersebut seluruh
Puspiptek pada dasarnya telah dirumuskan pegawai di setiap unit kerja Kementerian Riset,
oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Berikut Teknologi dan Pendidikan Tinggi harus
penjelasan mengenai nilai-nilai organisasi mampu memiliki jiwa pelayan publik yang kuat
tersebut: 1) Sinergi: Membangun hubungan dalam dirinya.
kerja sama dengan internal maupun kemitraan

Jurnal
297 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

Tabel 4
Culture TBIC Puspiptek

Culture Sumber Wawancara Dokumen


Culture atau budaya organisasi “kita masih mengikuti mekanisme Bentuk organisasi TBIC
dari Puspiptek telah dirumuskan birokrasi organisasi pemerintah pada Puspiptek sebagai lembaga
oleh Kementerian Riset dan umumnya, semua unit bikin SOP pemerintahan tertuang pada
Teknologi. Nilai -nilai budaya mulai dari penerimaan pelanggan, (Puspiptek, 2015) .
tersebut terdiri dari: berikut: (1) review, sudah diinkubasi, penilaian,
Sinergi, (2) Integritas, (3) dan pasca inkubasi. Kalau
Inovatif, (4) Akuntabel, (5) manajemen keuangan kita ikut dari
Professional atau disingkat Puspiptek secara umum.” (N.3)
dengan sebutan “SIIAP”.

Sebagai organisasi sektor publik,


TBIC Puspiptek tidak bisa lepas
dari budaya birokrasi/hirarki
(hierarchy culture )
Sumber: Olahan Penelitian (2020)

Sebagai organisasi sektor publik, TBIC Adapun nilai integritas dan akuntabel turut
Puspiptek tidak bisa lepas dari budaya menjadi aspek yang penting dalam
birokrasi/hirarki (hierarchy culture) yang menjalankan tata kelola pemerintahan yang
menerapkan berbagai macam prosedur, tidak dapat lepas dari regulasi. Begitu pula pada
kebijakan maupun regulasi untuk nilai profesionalisme, TBIC Puspiptek harus
meningkatkan produktivitas serta efisiensi mampu memberikan layanan inkubasi bisnis
kerja ''(Hatch & Cunliffe, 2013). Berbagai SOP secara prima.
dan proses birokrasi turut mengatur sistem
kerja di TBIC Puspiptek. Dalam layanan Dalam aspek citra/image, TBIC Puspiptek
inkubasi bisnis, seluruh proses kerja di ingin menyampaikan bahwa dirinya
inkubator Puspiptek dalam hal ini telah merupakan inkubator bisnis yang memiliki
disampaikan melalui dokumen SOP sehingga kelebihan dalam jaringan riset. Dalam hal ini
diharapkan mampu membangun tata kelola TBIC Puspiptek memiliki jaringan riset dengan
pemerintahan yang baik. Adapun berbagai laboratorium-laboratorium pengujian di
perjanjian kerja antara Puspiptek dengan tenan Kawasan Puspiptek (Puspiptek, 2013). Melalui
turut disampaikan dalam suatu kontrak resmi keunggulan tersebut diharapkan banyak
yang sama-sama disetujui pada awal masa masyarakat, terutama technopreneur, yang
inkubasi (Puspiptek, 2020a). tertarik untuk menggunakan layanan TBIC
Puspiptek. Adapun dengan digunakannya
Dalam hal ini, Inkubator Bisnis Teknologi fasilitas pengujian produk di Puspiptek, TBIC
Puspiptek terus berupaya untuk turut membangun brand NSTP yang kuat
mengomunikasikan nilai-nilai tersebut dalam kepada masyarakat. Selain itu, Puspiptek ingin
setiap performa dan perilaku menyampaikan kepada publik bahwa dirinya
keorganisasiannya. Nilai sinergi menjadi salah adalah suatu fasilitas yang mendukung aktivitas
satu nilai yang penting karena sebagai kolaborasi antara peneliti, pebisnis maupun
pengelola inkubator bisnis, Puspiptek harus pemerintah daerah. Berkumpulnya aktor-aktor
mampu membangun kolaborasi yang kuat tersebut dinilai akan mampu mempercepat
dengan seluruh stakeholder. Hal ini tentunya terjadinya proses hilirisasi teknologi.
akan mendukung tujuan dari Puspiptek sendiri
yang ingin menjadi pusat penelitian terbesar,
terutama pada sisi jaringan.

Jurnal
298 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

Tabel 5
Image TBIC Puspiptek
Image Sumber Wawancara Studi Dokumen
TBIC Puspiptek ingin “Sebetulnya kalau dilihat dari fungsi, Citra yang ingin disampaikan
menyampaikan citra sebagai disini memang inkubasi bisnis kita oleh TBIC Puspipt ek sesuai
inkubator bisnis yang memiliki pengennya jadi acuan orang -orang dengan fungsi Puspiptek
kelebihan dalam jaringan riset. kalau mau jadi technopreneur, kita pada buku rencana induk
Dalam hal ini TBIC Puspiptek punya kelebihan akses ke Puspiptek (Puspiptek, 2013)
memiliki jaringan riset dengan laboratorium Puspiptek.” (N.3)
laboratorium -laboratorium
pengujian di Kawasan Puspiptek.

“TBIC merupakan sarana atau


fasilitas ko inkubasi yang
bekerjasama dengan inkubator yang
ada di perguruan tinggi, lembaga
litbang yang berbasis teknologi”
(N.2)
Sumber: Olahan Penelitian (2020)

Keselarasan Model VCI Hal ini relevan dengan penelitian Schultz &
Bagian kedua dalam pembahasan akan Hatch (2003) yang menyampaikan bahwa
mengeksplorasi keselarasan antara vision¸ culture dalam membangun corporate branding, suatu
dan image pada aktivitas corporate branding TBIC layanan har us didesain sesuai dengan
Puspiptek. Hal ini perlu dilakukan untuk kebutuhan pelanggan sehingga muncul suatu
memberikan gambaran empiris bagi organisasi daya tarik tertentu dari layanan tersebut.
sektor publik lainnya yang ingin
mengembangkan inkubator bisnis. Keselarasan tersebut turut menyampaikan
bahwa citra dari produk (product image) pada
Keselarasan antara vision dengan image organisasi sektor publik memiliki peran yang
diwujudkan dalam pemberian layanan untuk penting dalam membangun daya tarik pada
menumbuhkembangkan jiwa technopreneurship stakeholder. Van Riel & Fombrun (2007)
pada tenan binaan. Hal ini sesuai dengan tujuan menyebutkan bahwa daya tarik atau reputasi
Puspiptek untuk meningkatkan SDM industri organisasi turut dibangun oleh citra dari
serta citra yang ingin dibangun untuk produknya.
menghilirisasi produk inovasi. Dalam hal ini
manajemen inkubator melakukan berbagai Begitu juga Purwanti (2018) tur ut
upaya, antara lain mengadakan coaching bisnis menyampaikan bahwa pelayanan publik yang
secara rutin, sharing pengalaman dengan alumni prima menjadi fokus PT PLN Batam untuk
inkubator, pelatihan branding produk serta membangun coporate branding di benak
mengundang ahli-ahli yang bersangkutan stakebolder dan shareholder. Adapun dalam hal ini
dengan kewirausahaan. TBIC Puspiptek fokus layanan inkubasi menjadi media dalam
dalam memberikan layanan yang sesuai dengan mengomunikasikan identitas TBIC Puspiptek
kebutuhan. Hong & Yang (2009) mengatakan sebagai NSTP. Kondisi tersebut pada dasarnya
jika perusahaan menawarkan bantuan kepada dapat dikatakan sudah baik karena produk dari
pelanggan untuk mencapai tujuannya, maka organisasi harus menggambarkan tujuan
kepuasan akan mengikutinya dan akan organisasi tersebut ——(Canel & Luomo-
meningkatkan identifikasi terhadap organisasi. Aho, 2018).

Jurnal
299 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

Keselarasan antara vision dengan image lainnya Keselarasan ini ditunjukan oleh TBIC
ditunjukan dengan memunculkan dampak Puspiptek melalui pengeomunikasian Standard
sosial kepada masyarakat melalui Operational Procedure/SOP kepada stakeholder
pengembangan perusahaan startup. Hal ini terutama pada aspek pengelolaan anggaran.
sesuai deng an misi Puspiptek untuk Berbagai hal tersebut merupakan upaya
meningkatkan kompetensi masyarakat branding Puspiptek dalam mengomunikasikan
industri dan citra yang ingin dibangun sebagai nilai budaya integritas, di mana Puspiptek
pusat inovasi yang berkontribusi bagi ekonomi patuh terhadap peraturan per undang-
Indonesia (Puspiptek, 2015). Adapun undangan. Dalam mengomunikasikan nilai
keselarasan tersebut ditunjukan TBIC melalui tersebut, Puspiptek telah menyampaikan SOP-
pembinaan startup yang menyasar komunitas- SOP yang baku kepada stakeholder pada setiap
komunitas tertentu seperti petani ataupun mekanisme, khususnya yang berkaitan dengan
tenaga kesehatan. Program ini dinilai turut penganggaran. Lorenz (2010) dan 'Damayanti
mendorong pemberdayaan masyarakat. (2017) turut menyampaikan bahwa keselarasan
antara vision dengan culture terjadi karena
Memunculkan dampak sosial menjadi salah adanya nilai perusahaan yang terinternalisasi,
satu cara yang efektif dalam membangun hal ini meng g ambarkan bahwa TBIC
corporate branding karena melalui program Puspiptek telah menginternalisasi nilai
tersebut akan terjalin hubungan baik antara integritas.
perusahaan dengan berbagai stakeholder.
Purwanti (2018) menyampaikan bahwa PT Pengelolaan ang garan yang baik oleh
PLN Batam memiliki tujuh program tanggung Puspiptek telah membuahkan hasil di mana
jawab sosial yang berdampak kepada Puspiptek memenangkan dua buah
masyarakat di sekitar persuhaan untuk penghargaan ditahun 2019. Smidts, Pruyn, &
membangun hubungan harmonis. Kumar Van Riel (2001) dalam hal ini menyatakan
(2018) turut menjelaskan bahwa tanggung bahwa pengomunikasian berbagai pencapaian
jawab sosial menjadi pendorong bagi organisasi membuka suatu kesempatan bagi
terjalinnya hubungan baik dengan stakeholder stakeholder untuk membangun kesadaran akan
serta membangun reputasi positif dari daya tarik dari organisasi. Dalam penelitian
perusahaan. Purwanti (2018) PT PLN Batam menunjukan
capaiannya pada iklan perusahaan sebagai
Pelaksanaan tanggung jawab sosial turut bagian dari corporate branding. Hal ini penting
menjadi urgensi bagi organisasi sektor publik. untuk terus dipertahankan karena sebagai
Pada dasarnya ikatan sosial akan membangun dasar dalam melawan stereotip bur uk
modal sosial/social capital '(Ryan, 2007). organisasi sektor publik yang identik dengan
Adapun social capital mampu mendorong publik tindak korupsi —(Canel & Luomo-Aho, 2018).
untuk mengidentifikasi organisasi serta Adapun pengalaman negatif mengenai
membangun kolaborasi '(Ryan, 2007). Hal ini kor upsi akan memperbur uk re putasi
harus terus dilanjutkan oleh Puspiptek karena organisasi sektor publik —(Canel & Luomo-
mampu mendorong kolaborasi dengan Aho, 2018).
berbagai elemen di inkubator bisnis.
Keselarasan pada vision dengan culture lainnya
Keselarasan antara vision dengan culture ditunjukan oleh TBIC Puspiptek melalui
ditunjukan TBIC Puspiptek dengan fokus pengomunikasikan motivasi secara intens
membangun pengelolaan anggaran yang baik. tentang target penjualan atau action plan yang
Hal ini relevan dengan visi Puspiptek sebagai harus dicapai oleh tenan. Hal ini sesuai dengan
lembaga pemerintahan yang mengedepankan tujuan Puspiptek untuk melahirkan startup yang
tata kelola yang baik dan budaya organisasi d a p a t b e r s a i n g d i p a s a r d a n b u d ay a
sektor publik yang mengutamakan akuntabilitas yang mengharuskan TBIC
akuntabilitas. Puspiptek untuk bertanggung jawab atas
rencana kerja yang disusun.

Jurnal
300 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

Relevan dengan penelitian Lorenz (2010) yang Dalam hal ini pimpinan TBIC Puspiptek sebisa
menyampaikan bahwa pemberian motivasi dari mungkin tidak membangun sekat antara tenan
pimpinan kepada stakeholder menjadi cara untuk sebagai pelanggan dengan manajemen TBIC.
menumbuhkan corporate brand yang positif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
Dalam hal ini pencapaian target penjualan terbangun ikatan yang kuat antara pelanggan
tenan menjadi salah satu indikator untuk dengan pengelola inkubator, sehingga proses
menilai apakah suatu startup dikatakan lulus dari komunikasi dapat berjalan secara lancar.
inkubasi atau tidak. Adapun semakin Kepemimpinan yang kolaboratif menjadi
banyaknya tenan yang lulus dari program salah satu elemen dalam membangun corporate
inkubasi menggambarkan kesuksesan TBIC branding yang positif (Schultz & Hatch, 2003)
Puspiptek dalam memberikan layanan
inkubasi. Selain itu setiap tahun target kinerja Iklim komunikasi yang positif dalam hal ini
dari inkubator bisnis telah melampaui target menjadi komponen yang penting dalam
yang telah ditetapkan (Puspiptek, 2020a). membangun ikatan dengan stakeholder (Van
Riel & Fombrun, 2007). Semakin terikatnya
Keselarasan antara culture dengan image lainnya stakeholder dengan organisasi akan semakin
ditunjukan dengan menunjukan produktivitas mudah mereka menerima daya tarik yang ingin
yang tinggi kepada stakeholder. Hal ini sesuai d i s a m p a i k a n ( H o n g & Ya n g , 2 0 0 9 ) .
dengan budaya akuntabilitas yang Menghadirkan pemimpin yang mampu
mengharuskan TBIC Puspiptek bertanggung membangun iklim komunikasi harus terus
jawab atas rencana kerjanya dan citra yang ingin dipertahankan oleh Puspiptek karena kualitas
dibangun sebagai organisasi sektor publik yang pemimpian mampu mendorong stakeholder
fokus dalam mencapai tujuannya sebagai dalam mengidentifikasi daya tarik dari
NSTP. Dalam hal ini manajemen TBIC organisasi yang mereka pimpin (Alharbi &
Puspiptek selalu menging atkan untuk Abdullah, 2016). Hal ini menjadi penting
membuat laporan mengenai kinerja yang telah karena Schultz & Hatch (2003) menyampaikan
dilakukan. Adapun produktivitas yang tinggi bahwa komunikasi pimpinan yang lemah pada
turut ditunjang dengan penteapan target yang aktivitas corporate branding akan menurunkan
tegas dari atasan. Selain itu, produktivitas performa manajemen brand.
Puspiptek turut disampaikan melalui berbagai
laporan kinerja tiap tahunnya. Mohamad, Ketidakselarasan Model VCI
Bakar, Halim, & Ismail (2014) tur ut Bagian ketiga pembahasan ini mengeksplorasi
menyampaikan bahwa produktivitas memiliki ketidakselarasan yang menjadi penghalang
peran penting untuk membangun performa TBIC Puspiptek dalam mengomunikasikan
suatu organisasi. Schultz & Hatch (2003) dalam dan menyelaraskan identitasnya. Urgensi
kerangka kerja manajmen brandnya turut eksplorasi ketidakselarasan ini adalah untuk
menyampaikan bahwa performa organisasi merumuskan implikasi praktis yang nantinya
memiliki peran utama dalam membangun akan menyempurnakan corporate branding dari
corporate branding. TBIC Puspiptek.

Keselarasan antara culture dengan image lainnya Ketidakselarasan antara vision dengan image
ditunjukan TBIC Puspiptek dengan terletak pada tidak adanya komunikasi yang
menghadirkan pemimpin yang mampu intens antara Puspiptek dengan peneliti dan
menciptakan iklim komunikasi positif antara stakeholder lainnya. Hal ini dinilai menjadi suatu
tenan dengan pengelola inkubator. Hal ini ketidakselarasan karena seharusnya tujuan
sesuai dengan budaya sinergi yang menyatakan Puspiptek sebagai NSTP adalah untuk
bahwa TBIC Puspiptek harus membangun membangun lingkungan kolaborasi antara
ikatan produktif dengan stakeholder dan citra berbagai stakholder namun dengan hilangnya
Puspiptek yang menyatakan bahwa TBIC peneliti dalam lingkungan tersebut menjadikan
Puspiptek hadir untuk memperluas jaringan. identitas Puspiptek sebagai NSTP tidak utuh.

Jurnal
301 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

'Damayanti (2017) menyampaikan bahwa Ketidakselarasan antara vision dengan culture


ketidakselarasan antara tujuan dengan citra terletak karena adanya birokrasi antar instansi
adalah karena belum kuatnya visi dari suatu yang berbelit-belit. Hal ini dinilai menjadi
organisasi. Visi dalam suatu organisasi harus ketidakselarasan model VCI karena pada
menjadi pondasi dalam merancang berbagai akhirnya tujuan TBIC Puspiptek dalam
program. Hal ini bisa terjadi oleh TBIC melahirkan perusahaan startup berbasis
Puspiptek yang belum memaksimalkan teknologi terhalang oleh berbagai administrasi
implementasi tujuan dalam membangun sehingga layanan inkubasi tidak berjalan
kolaborasi dengan peneliti maupun stakeholder dengan lancar. Adapun Lorenz (2010)
lainnya melalui program-program menyampaikan bahwa ketidakselarasan antara
organisasinya. vision dengan culture adalah karena tidak
relevannya nilai inti per usahaan.
Kurang terlibatnya peneliti dalam ekosistem Ketidakselarasan ini tergambar dari beberapa
inkubator bisnis TBIC turut menjadi faktor kondisi di lapangan, salah satunya adalah ketika
akan ketidakselarasan identitas Puspiptek tenan membutuhkan izin produksi industri
sebagai NSTP dengan keadaan yang terjadi. namun wilayah Puspiptek tidak diperuntukan
Dalam hal ini Puspiptek harus mampu bagi sektor industri, sehingga butuh izin yang
membangun program komunikasi yang menghambat proses inkubasi. Permasalahan
mampu merangkul seluruh stakeholder secara ini harus menjadi fokus dari Puspiptek karena
lebih efektif. Selain itu, perlu dimatangkan terdapat inkubator bisnis swasta lainnya yang
kembali penyelarasan kebijakan komersialisasi memiliki fleksibilitas dalam membina tenan.
teknologi, sehingga akses peneliti terhadap Relevan dengan gagasan dari 'Damayanti
inkubator menjadi lebih mudah. Berikut (2017) yang menyatakan bahwa bahwa budaya
kutipan wawancara dari Narasumber: yang tidak sejalan dengan visi tidak dapat
menunjang pencapaian tujuan organsasi.
“Lebih banyak mengadakan forum2 diskusi
dengan peneliti dan pelanggan TBIC yang sukses. Beban administrasi yang ting gi tur ut
Menyelaraskan kebijakan komersialisasi hasil riset menjadikan pengelola inkubator tidak fokus
yang berlaku di LPNK (Pusat/Balai) dengan dalam mendampingi perkembangan bisnis
Puspiptek.” (N.3) tenan. Permasalahan tersebut menegaskan
kembali bahwa organisasi sektor publik
Stakeholder dalam hal ini bisa menjadi agen memiliki stereotip negatif karena tidak
komunikasi orag anisasi yang mampu fleksibelnya birokrasi (Wæraas & Byrkjeflot,
melakukan Word-of-Mouth/WOM kepada 2012). Adapun tidak fleksibelnya birokrasi
publik. Berdasarkan model manajemen menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
reputasi Cornelissen (2014), WOM menjadi organisasi sektor publik memiliki reputasi
salah satu komponen untuk membangun negatif .
reputasi suatu organisasi. Melalui nilai budaya
sinergi, TBIC Puspiptek harus mampu Menyikapi hal tersebut beberapa Narasumber
merancang kembali mekanisme komunikasi turut menyarankan bahwa pada akhirnya
yang efektif dan efisien dengan berbagai Puspiptek harus merubah sistem manajemen
stakeholder, sehingga semakin banyak agen menjadi semi-profesional atau Badan Layanan
komunikasi yang untuk membangun reputasi Umum (BLU). Dalam sistem manajemen
yang positif. Adapun Zubaedah (2018) turut tersebut, Puspiptek dapat memfokuskan
menambahkan bahwa dalam melakukan pegawai untuk mengerjakan hal administratif
corporate branding, WOM dari konsumen dapat atau teknis saja. Berikut kutipan Narasumber
terjadi karena adanya pengalaman pemberian mengenai pola manajemen BLU:
layanan yang baik.

Jurnal
302 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

“Dengan adanya perubahan sistem menjadi Hal ini jelas terlihat di lapangan bahwa TBIC
BLU bisa lebih fleksibel, kita bisa merekrut lebih Puspiptek masih mengimplementasikan
spesifik misalnya administrasi saja, atau profesional budaya birokrasi padahal Inkubator bisnis
saja.” (N.1) sudah seharusnya dikelola secara profesional
(Puspiptek, 2019a).
Merubah pola manajemen menjadi semi
profesional/BLU merupakan salah satu solusi Menyikapi gap antara vision dengan image, sudah
untuk membangun pegawai yang lebih seharusnya Puspiptek mulai merumuskan nilai
profesional dalam melayani pelanggan. Hal ini budaya kerjanya kembali sehingga komunikasi
disebabkan karena salah satu komponen gaji antara pengelola inkubator dengan tenan
berasal dari hasil kerja organisasi. Berbeda menjadi efektif. TBIC Puspiptek dinilai perlu
dengan budaya kerja yang ada karena meskipun menginternalisasi nilai dinamis dan organisasi
target tidak dipenuhi, gaji pegawai tetap berasal pembelajar/learning organization. Berikut
dari APBN. Dengan fokusnya pegawai dalam kutipan dari Narasumber:
memberikan layanan maka Puspiptek dinilai
telah mengomunikasikan identitasnya sebagai “TBIC sebagai organisasi perlu diperlakukan
p u s a t u n t u k m e nu m b u h ke m b a n g k a n sebagai learning organization yang adaptif. Mengelola
perusahaan startup dengan lebih jelas. Semakin TBIC sama dengan mengelola startup itu sendiri,
baiknya pengomunikasian identitas organisasi harus selalu menyesuaikan dengan kebutuhan
maka akan semakin baik pula reputasi yang customer (pelanggan), memberikan solusi atas
diperoleh. Terlebih jika Puspiptek menerapkan permasalahan pelanggan, dan selalu memperluas
pola BLU, reputasi organisasi menjadi modal jejaring dengan stakeholder untuk memperluas
untuk mendapatkan pegawai profesional market” (N.3)
sehingga dapat terus membangun reputasi
yang lebih baik. Dalam hal ini pegawai Puspiptek harus terus
belajar untuk menempatkan dirinya selain
Ketidakselarasan antara culture dengan image sebagai pelayan publik/aparatur sipil namun
terletak pada kurang relevannya kompetensi juga berjiwa pengusaha startup yang bergerak
pengelola inkubator dengan tugas cepat dalam mengambil keputusan bisnis
pendampingan bisnis. Hal ini dinilai menjadi tetapi tidak serta merta mendobrak tata kelola
permasalahan karena pada dasarnya pegawai yang telah ditentukan. Melalui organisasi
TBIC Puspiptek harus memiliki budaya pembelajar, Puspiptek har us mampu
profesional, tetapi dengan tidak adanya melakukan branding untuk meruntuhkan
kompetensi pada pengembangan bisnis stereotip lembaga sektor publik yang buruk,
menjadikan citranya sebagai pusat khususnya dalam menangani birokrasi serta
pengembangan startup menjadi terganggu. dapat menemukan gagasan-gagasan yang
inovatif tanpa mendobrak sistem dan budaya
Hal tersebut harus diperhatikan kembali oleh yang telah diterapkan (Kanten, Kanten, &
Gurlek, 2015).
Puspiptek karena inkubator lain telah memiliki
peg awai yang secara khusus memiliki
kompetensi dalam pengembangan bisnis.
Thomsen (2016) menjelaskan bahwa gap antara Simpulan
image dengan culture menimbulkan
kebingungan dari stakeholder eksternal untuk Temuan utama dari penelitian ini menyebutkan
bahwa TBIC Puspiptek telah berupaya untuk
mengidentifikasikan dirinya terhadap identitas
mengomunikasikan dan menyelaraskan
organisasi. Lorenz (2010) turut menyampaikan
identitasnya kepada stakeholder secara baik
gagasan yang relevan bahwa lemahnya nilai-
meskipun masih terdapat gap di antara
nilai inti dari perusahaan akan memperbesar
komponen-komponen tersebut.
gap antara culture dan image.

Jurnal
303 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

Dalam hal ini, TBIC Puspiptek telah berupaya Selain itu penelitian lainnya diharapkan mampu
untuk memberikan layanan yang sesuai dengan memperdalam keselarasan maupun
tujuan org anisasi, membangun iklim ketidakselarasan VCI melalui pendekatan
komunikasi yang positif serta berupaya untuk kuantitatif.
membangun sistem pengelolaan anggaran
yang baik. Meskipun begitu, berbagai
permasalah turut dihadapi oleh Puspiptek Referensi
dalam mengomunikasikan dan menyelaraskan
identitasnya. Penelitian ini menyatakan bahwa Alharbi, K., & Abdullah, A. (2016). Leadership
setidaknya terdapat tiga permasalahan yang styles as a source of employee
dihadapi oleh TBIC Puspiptek antara lain: organizational identification.
kurang intensnya komunikasi dengan peneliti International Journal of Economics, Commerce
dan alumni, budaya birokrasi organisasi sektor and Management, 4(12), 270–279.
publik dan kurang relevannya kompetensi Bass, K. (2018). Organizational Reputation: For
pengembangan bisnis pada pegawai. public organizations. in media literacy: how the
era of fake news affects public service. 5.
Pada dasarnya berbagai ketidakselarasan VCI Retrieved from
merupakan permasalahan umum yang terjadi https://stars.library.ucf.edu/publicsectormedi
pada organisasi sektor publik. Sehingga aliteracy/5
implikasi yang diajukan adalah untuk Canel, M.-J., & Luomo-Aho, V. (2018). Public
memunculkan suatu urgensi mengenai sector communication: closing gaps between
perubahan pola manajemen TBIC Puspiptek citizens and public organizations. Medford:
menjadi BLU. Melalui langkah tersebut John Wiley & Sons, Inc.
diharapkan pengelolaan TBIC menjadi lebih Cornelissen, J. (2004). Corporate communications.
fleksibel dan profesional sehingga organisasi California: SAGE Publications Inc.
dapat berfokus dalam mendampingi Cornelissen, J. (2014). Corporate communication: a
pengembangan bisnis tenan TBIC. Implikasi guide to theory & practice (4th Ed.; D.
praktis lainnya penelitian ini menyatakan Alfonso, Ed.). Los Angeles; London; New
bahwa Puspiptek har us melakukan Dehli; Singapore; Washington DC: Sage
transformasi terhadap budaya organisasinya Publications.
menjadi organisasi pembelajar yang adaptif Creswell. (2009). Research Design. California:
dan dinamis. Hal tersebut dibutuhkan untuk SAGE Publications Inc.
menutupi kekurangan pengelola TBIC Damayanti, D. (2017). Corporate branding
Puspiptek dalam hal kompetensi coworking place in bandung (corporate
pengembangan bisnis startup. Adapun branding coworking space di Bandung).
internalisasi nilai-nilai tersebut perlu dirancang Edutech, 16(2), 122. doi:
oleh pihak manajemen agar terus tumbuh 10.17509/e.v16i2.5171
semangat untuk belajar dari berbagai de Chernatony, L. (2006). From brand vision to
stakeholder. brand evaluation. in from brand vision to brand
evaluation (second eds). doi:
Penelitian ini memiliki keterbatasan pada data 10.4324/9780080506975
yang diperoleh karena hanya berasal dari De Chernatony, L. (1999). Brand management
stakeholder internal. Adapun penelitian through narrowing the gap between
selanjutnya dapat menganalisis cor porate brand identity and brand reputation.
branding di suatu inkubator bisnis melalui Journal of Marketing Management, 15(1–3),
perspektif multi-stakeholder. Organisasi sektor 1 5 7 – 1 7 9 . d o i :
publik yang bergerak dalam bidang lainnya 10.1362/026725799784870432
dapat menjadi objek penelitian selanjutnya
sehingga dapat memperluas pemahaman
corporate branding di sektor publik.

Jurnal
304 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

Doorley, J., & Garcia, H. F. (2015). Reputation Hui, H., Radzi, C. W. J. W. M., Jenatabadi, H. S.,
management: the key to successful Kasim, F. A., & Radu, S. (2013).
public relations and corporate Influence of organizational learning and
communication. In The British Journal of innovation on org anizational
Psychiatry (3rd Editio, Vol. 112). doi: performance in Asian manufacturing
10.1192/bjp.112.483.211-a food. Asian Journal of Empirical Research,
Evans, C., & Lewis, J. (2017). Analysing semi- 8(3), 962–971.
structured interviews using thematic analysis: Indigo. (2020). Startup Incubator & Accelerator
exploring voluntary civic participation among Indonesia | indigo.id. Retrieved June 19,
adults. analysing semi-structured interviews 2020, from http://indigo.id/
using thematic analysis: exploring voluntary Inków, M. (2020). Organizational innovation
civic participation among adults. SAGE capability as a result of knowledge
Publications. doi: management processes - a literature
10.4135/9781526439284 review. Management, 24(1), 143–156. doi:
Farid, F., & Faridha, S. (2017). Corporate 10.2478/manment-2019-0040
branding. Journal of Brand Management, Jan, A., & Putro, W. (2020). The influence of
4(5), 303–310. doi: 10.1057/bm.1997.10 corporate branding dimensions to
Harris, F., & de Chernatony, L. (2001). consumer’s product evaluation: cross-
Corporate branding and corporate cultural perspective. European Journal of
brand performance. European Journal Business and Management, 12(8), 18–27.
of Marketing, 35(3–4), 441–456. doi: doi: 10.7176/ejbm/12-8-04
10.1108/03090560110382101 Jui-Hsi, C., Jiun-Kai, H., Jian-feng, Z., & Ping,
Haryono, S. (2013). Balanced Score Card Untuk W. (2019). Open innovation: the role of
Mengukur. STIE YPN, IV(1), 32–54. organizational learning capability,
Hasbullah, R., Surahman, M., Yani, A., collaboration and knowledge sharing.
Almada, D. P., & Faizaty, E. N. (2014). International Journal of Organizational
Model pendampingan umkm pangan Innovation, 1(3), 260–272. Retrieved from
melalui inkubator bisnis perguruan http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct
tinggi ( mentoring model for food sector =true&db=ent&AN=133901713&site=
of smes through business incubator of ehost-live
university ). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Kanten, P., Kanten, S., & Gurlek, M. (2015).
(JIPI), 19(April), 43–49. The effects of organizational structures
Hatch, M. J., & Cunliffe, A. L. (2013). Modern, and learning organization on job
symbolic, and postmodern perspectives. In embeddedness and individual adaptive
Oxford University Press. performance. Procedia Economics and
Hatch, M. J., & Schultz, M. (2003). Bringing the Finance, 23 (October 2014), 1358–1366.
corporation into corporate branding. doi: 10.1016/s2212-5671(15)00523-7
European Journal of Marketing, 37(7/8), KPPIP. (2019). Lima fokus kerja di periode
1 0 4 1 – 1 0 6 4 . d o i : kedua pemerintahan jokowi. Retrieved
10.1108/03090560310477654 from https://kppip.go.id/siaran-pers/lima-
Hatch, M. J., & Schultz, M. (2016). Taking Brand fokus-kerja-di-periode-kedua-pemerintahan-
Initiative Ch.2 (First Edit). San Francisco: jokowi/
Jossey-Bass. Kumar, T. (2018). Linkage between csr &
Hong, S. Y., & Yang, S. U. (2009). Effects of corporate reputation: evidence from
reputation, relational satisfaction, and public & private corporations in
customer-company identification on Bangladesh. Review of Integrative Business
positive word-of-mouth intentions. and Economics Research, 7(1), 127–134.
Journal of Public Relations Research, 21(4), Retrieved from
3 8 1 – 4 0 3 . d o i : http://irep.iium.edu.my/27270/
10.1080/10627260902966433

Jurnal
305 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Jurnal Manajemen Teknologi, 19(3), 2020, 290-307

Lorenz, J. G. (2010). Corporate brand Puspiptek. (2015). Rencana Strategis Puspiptek


management: aligning core values, Tahun 2015-2019. Tangerang Selatan.
strategic vision, corporate culture and Puspiptek. (2019a). Laporan Kinerja Puspiptek.
image. Retrieved from Tangerang Selatan.
https://essay.utwente.nl/60563/1/MSc_L Puspiptek. (2019b). Puspiptek meraih peringkat
orenz,_J.G..pdf%0Ahttp://essay.utwente.nl ke-2 dalam penilaian laporan keuangan
/60563/ negara. Retrieved March 17, 2020, from
Luoma-aho, V. (2007). Neutral reputation and https://puspiptek.ristekbrin.go.id/puspiptek-
public sector organizations. Corporate meraih-peringkat-ke-2-dalam-penilaian-
Reputation Review, 10(2), 124–143. doi: laporan-keuangan-negara/
10.1057/palgrave.crr.1550043 Puspiptek. (2020a). Laporan Tahun 2019 Bidang
Mandiri Digital Incubator. (2020). Incubator – Kerjasama dan Bisnis Teknologi. Tangerang
mandiri capital Indonesia. Retrieved June Selatan.
19, 2020, from https://mandiri- Puspiptek. (2020b). Puspiptek meraih
capital.co.id/en/mandiri-digital-incubator/ peringkat ke-2 pada ikpa awards 2019 –
Matthews, B., Ross, L., & Ellison, N. (2010). Puspiptek. Retrieved March 17, 2020, from
Research Methods : A great starting https://puspiptek.ristekbrin.go.id/puspiptek-
point for students and would-be social meraih-peringkat-ke-2-pada-ikpa-awards-
researchers. Pearson Education Limited. 2019/
Miles, M. B., & A. Huberman, M. (1994). Resya, P. I. (2019). Analisis keselarasan vision-
Qualitative data analysis_ an expanded culture-image dengan corporate branding
sourcebook 2nd edition (1994).pdf (Second strategy dalam event employer branding unilever
Edi). California: SAGE Publications Inc. future leaders’ league. Universitas Bakrie.
Mohamad, B., Bakar, H. A., Halim, H., & Ryan, B. (2007). How can the corporate sector
Ismail, A. R. (2014). Cor porate concepts of “reputation” and “trust” be
communication management (ccm) and used by local government?: A study to
organisational performance: a review of establish a model of reputation
the current literature, conceptual model management for local government. Asia
and research propositions. Procedia - Pacific Public Relations Journal, 8(2007),
Social and Behavioral Sciences, 155(October), 37–75.
1 1 5 – 1 2 2 . d o i : Schultz, M., & Hatch, M. J. (2003). The cycles
10.1016/j.sbspro.2014.10.266 of corporate branding: the case of the
Panhwar, A. H., Ansari, S., & Shah, A. S. (2017). lego company. California Management
Post-positivism: an effective paradigm R e v i e w, 4 6 ( 1 ) , 6 – 2 6 . d o i :
for social and educational research. 10.2307/41166229
International Research Journal of Arts & Smidts, A., Pruyn, A. T. H., & Van Riel, C. B. M.
Humanities (IRJAH), 45(45), 254–260. (2001). The impact of employee
Retrieved from communication and the impact of
https://www.researchgate.net/publication/31 perceived exter nal prestig e and
7605754. communication climate. Journal of
Purwanti, A. (2018). Corporate branding Organizational Behavior, 28, 173–190. doi:
Sebagai Peran Public Relations PLN 10.2307/3069448
Bright Batam dalam Meningkatkan Stuart, H., & Jones, C. (2004). Corporate
Pelayanan Publik. Jurnal Akrab Juara, branding in marketspace. Cor porate
3(1), 61–71. Reputation Review, 7(1), 84–93. doi:
Puspiptek. (2013). Master plan Revitalisasi 10.1057/palgrave.crr.1540213
Puspiptek dan Pengembangan I-STP. Sururi, A. (2020). Kinerja implementasi
Tangerang Selatan. pelayanan publik pemerintah kecamatan
di kota Cilegon. Jurnal Aristo (Social,
Politic, Humaniora), 08(1), 129–153.

Jurnal
306 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020
Sugiono and Puspitasari / Corporate Branding Organisasi Sektor Publik: Studi pada Technology Business Incubation Center Puspiptek

Thomsen, P. C. K. (2016). Corporate branding


in the municipal sector in Denmark
(Copenhagen Business School). Retrieved
f r o m
https://research.cbs.dk/files/58428950/Pet
er_Christian_Kofoed_Thomsen.pdf
Van Riel, C. B. M., & Fombrun, C. J. (2007).
Essentials of cor porate communication.
implementing practices for effective
r e putationmanagement. New York:
Routledge.
Wæraas, A. (2008). Can public sector
organizations be coherent corporate
brands? Marketing Theory, 8(2), 205–221.
doi: 10.1177/1470593108093325
Wæraas, A., & Byrkjeflot, H. (2012). Public
sector organizations and reputation
management: five problems. International
Public Management Journal, 15(2), 186–206.
doi: 10.1080/10967494.2012.702590
Zubaedah, L. M. (2018). Corporate
Rebranding tokobagus.com menjadi
olx.co.id. JITMI, 1(1), 97–107.

Jurnal
307 Manajemen Teknologi
Vol. 19 | No. 3 | 2020

Anda mungkin juga menyukai