Artikel Posmo
Artikel Posmo
Julianus Zaluchu
Program Studi Sarjana Teologi, Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia,
Jl. Panjang Jiwo Permai IC, Surabaya,
E-mail: admin@sttii-surabaya.ac.id
ABSTRAK
Gereja ditantang untuk ambil bagian dalam mengobarkan panggilan-Nya (Matius 28:18-20). Panggilan ini tidak pernah
berubah sepanjang zaman. Ini pula yang harus mewarnai pelayanan gereja. Namun, setiap zaman memiliki konsep,
pandangan, nilai-nilai, dan sistem yang berbeda. Saat ini gereja sudah tampak terbawa oleh arus zaman postmodern,
sehingga gereja menghadapi pergumulan yang sangat serius dalam pemberitaan Injil dan moral-etika. Dalam
menghadapi pergumulan ini gereja di Indonesia dituntut memiliki sikap memprioritaskan membangun watak dan tata
nilai Kristiani, berkarakter Kristus, kehidupan dengan standar berpikir, berperasaan dan tindakan seperti Kristus, dan
berstandar alkitabiah. Gereja mengajak jemaat untuk bersikap sebagai pemrakarsa dalam pelayanan, gereja sebagai
pencari dan menyatakan kebenaran, sikap gereja dalam mengajar dan berkhotbah berdasarkan pengetahuan firman
Tuhan, sikap gereja dalam menerapkan kasih dalam kebenaran dan sikap gereja terhadap penyembahan di dalam Roh
dan kebenaran, sikap gereja dalam menyampaikan kebenaran melalui penginjilan, dan sikap gereja dalam menemukan
kembali doktrin panggilannya. Gereja yang unggul harus memulainya dengan awal yang baik dari melewati proses
rohani yang baik pula untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Gereja yang berkemampuan sebagai fasilitator atau
mentor dalam melaksanakan misi Allah demi menjadikan semua bangsa murid Kristus. Gereja yang mampu
menghadapi arus postmodern ini diperlukan ketangguhan dan konsistensi teologi yang benar, berpusat pada Allah
melalui firman Allah yang hidup dan kekal harus menjadi dasar bagi sikap gereja di era posmodern ini.
Kata kunci: Gereja, Arus Postmodern, Berita Injil, Teologi, Konteks Indonesia
ABSTRACT
Church challenged to take part in fomenting calling (Matthew 28:18-20). These calls are never changed throughout the
ages. It remains to be colored church services. However, every ages have concepts, views, values, and different systems.
This time the church had seemed carried away by the current postmodern age, so that the church faced a very serious
struggle by preaching the gospel and moral-ethically. Faced with this struggle of the church in Indonesia are required
to have the attitude of prioritizing build character and Christian values, character of Christ, the life standard of thinking,
feeling and act like Christ, and biblical standards. The Church invites the congregation to act as initiators in the
ministry, the church as a seeker and a teller of the truth, the attitude of the church in teaching and preaching is based on
the knowledge of the Word of God, the attitude of the church in implementing the love of the truth and the attitude of
the church toward worship in spirit and in truth, the attitude of the church in delivering truth through evangelism and
church attitudes in rediscovering the doctrine of vocation. To be able to face the postmodern church is necessary
toughness and consistency of true theology centered on God through the word of God which lives and abides forever
shall be the basis for the attitude of the church in this postmodern era.
GEREJA MENGHADAPI ARUS POSTMODERN DALAM KONTEKS INDONESIA MASA KINI 27
Istilah postmodern di Indonesia sudah non-Kristen. Apakah Postmodern itu, sehingga dibicarakan
baik lewat media lisan maupun sering dihubungkan dengan berbagai bidang dalam kehidupan ini?
Sudahkah kita di
Indonesia ini berbicara tentang postmodern kata sepakat mengenai unsur-unsur yang
ini? Pertanyaan ini dilandasi oleh pemikiran terdapat di dalam postmodern, kecuali dalam
bahwa kondisi masyarakatnya begitu majemuk hal penolakkannya terhadap modernisme,
dalam hal tingkat kebudayaan di Indonesia. Di secara final kita tidak dapat berbicara apa itu
satu sisi, ada sebagian masyarakat hidup postmodern. Mengenai hal ini Grenz
dalam alam yang serba mewah, dengan standar mengatakan:2
moral yang tidak jelas seperti ciri-ciri Para ahli saling berdebat untuk mencari
postmodern, di sisi lain ada sebagian aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam
postmodernisme. Tetapi mereka telah mencapai
masyarakat baru merangkak mengenal
kesepakatan pada satu butir: fenomena ini menandai
teknologi dan ilmu pengetahuan sebagaimana
berakhirnya sebuah cara pandang universal. Etos
zaman modern. Sedang di belahan nusantara postmodern menolak penjelasan yang harmonis,
lain dipelosok pedalaman masih ada universal, dan konsisten.
masyarakat yang hidup di zaman tradisional Gereja menghadapi pergumulan
pramodern bahkan ada yang masih hidup di mempertahankan jati dirinya sebagai
zaman batu. 1 persekutuan hidup dalam Roh Kudus, dengan
Di samping fakta-fakta yang terjadi di semua doktrin dasar yang dianutnya misalnya
Indonesia seperti tersebut di atas, postmodern mengenai Allah, Alkitab dan Yesus Kristus
sendiri yang lahir di dunia Barat juga baru sebagai kebenaran yang sudah final. Tetapi
memasuki tahap transisi dari masa modern ke gereja sedang hidup dan berkembang di
postmodern. Oleh karena itu sekarang dapat tengah dunia yang terus berubah diterpa
dikatakan postmodern baru dalam proses berbagai krisis multidimensi. Menghadapi
mencari bentuk. Para ahli pun belum memiliki lajunya perubahan dunia di era postmodern,
nilai kehidupan merosot semakin menjauh
1 Tidak ada nama, “Gereja Era Posmodern”,
http://urapan-ilahi.blogspot.co.id/2008/06/gereja-
erapostmodern.html (diakses 10 Mei 2019). 2 ibid
Julianus Zaluchu 28
dari standar kristiani dalam Firman Allah. dirinya menjadi berotoritas mengatasi semua
Menghadapi pergumulan ini gereja dituntut hal yang terjadi dalam pergerakan zaman
memiliki sikap memprioritaskan membangun postmodern.3
watak dan tata nilai kristiani, berkarakter Istilah postmodern dalam tulisan ini
Kristus, kehidupan dengan standar berpikir, tidaklah dimaksudkan untuk dimengerti
berperasaan dan tindakan seperti Kristus, dan sebagai -isme atau paham, tetapi dimengerti
berstandar alkitabiah. Gereja mengajak jemaat sebagai gejala atau fenomena yang terus
berpikir kreatif, pengelola manajemen yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
efektif, kreatif dengan sistim berpikir manusia zaman ini. Seperti yang dijelaskan
sistematis. Gereja yang unggul harus oleh Stanley J. Grenz bahwa belakangan ini
memulainya dengan awal yang baik dari pola pikir postmodern terwujud dalam banyak
melewati proses rohani yang baik pula untuk aspek kebudayaan termasuk arsitektur, seni,
mendapatkan output yang terbaik, dan drama. Kita dapat mencium gejala
berkemampuan sebagai fasilitator atau mentor pergeseran dari modern kepada postmodern
dalam melaksanakan misi Allah menjadikan dalam budaya pop, khususnya video musik
semua bangsa murid Kristus. sampai kepada serial Star Trek.4 Pada dasarnya
Rumitnya permasalahan yang dihadapi, "postmodern atau zaman setelah modern"
gereja belum tentu memiliki pendapat yang muncul sebagai reaksi terhadap fakta tidak
benar terhadap semua isu. Gereja tidak bisa tercapainya impian yang dicita-citakan dalam
meremehkan kerumitan isu-isu yang era modem. Era modern muncul dan
dihadapkan kepada umat manusia masa kini. berkembang sejak abad pertengahan sampai
Generasi ini benar-benar sedang diterpa abad ke-l8, dan mencapai puncaknya pada
problema zamannya. Revolusi sains, revolusi abad ke-19 sampai awal abad ke-20 yang
mental, perang dan damai sejak dulu sudah memiliki cita-cita yang tersimpul dalam lima
mencemaskan hati nurani umat Kristiani. kata yaitu ratio (rasio), nature (alam),
Perkembangan senjata nuklir pemusnah masal happiness (kebahagiaan), progress (kemajuan),
membuat isu menjadi mengerikan sekali. dan liberty (kebebasan).
Teknologi mikro canggih membuat masalah
3 John Sott, Isu-Isu Global Menantang
pengangguran jangka panjang menjadi tambah
Kepemimpinan Kristiani (Jakarta: YKBK, 2005), 1-22.
sukar teratasi. Bidang rekayasa genetik 4 Stanley J. Grenz, Postmodernism; Sebuah
Pengenalan atau dapat dilihat dalam
menjadi masalah etika yang baru yaitu situs:
http://reformed.sabda.org/etos_postmodern (diakses
bioetika. tentu gereja tidak mampu membuat
tanggal 12 Juli 2016, 10.00).
GEREJA MENGHADAPI ARUS POSTMODERN DALAM KONTEKS INDONESIA MASA KINI 29
Pada masa sekarang nyata terlihat bahwa dan kesempatan dalam pelayanan gereja
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekarang ini? berpandangan arus postmodern
merupakan wujud nyata cita-cita modern tidak yang memberikan reaksi keras terhadap
dapat memecahkan semua masalah manusia. modernisme.
Keduanya memang maju secara pesat tetapi Gejala postmodern menarik untuk
kemajuan tersebut seolah-olah justru memberi disimak dengan cirinya di mana orang akan
peluang yang semakin besar bagi manusia semakin menghargai spiritualitas tanpa harus
untuk menghancurkan dirinya sendiri, seperti religius. "Mereka mencari keterlibatan spiritual
polusi yang hebat, pencemaran lingkungan yang lebih dalam di dunia ini tanpa terikat
secara besar-besaran, eksploitasi tenaga kerja, pada guru, medium, atau pengganti lain bagi
imperialisme, kolonialisme, dan tribalisme. kreatifitas individual mereka sendiri."5 Selain
Karena itu muncullah orang-orang yang itu ciri lain dari postmodern adalah menghargai
berpandangan arus postmodern yang kepelbagaian. Di sini terdapat prinsip filsafat
memberikan reaksi keras terhadap relativisme. Trend lain bagi masyarakat post
modernisme. modern adalah tersedianya informasi-informasi
Gejala postmodern menarik untuk yang di posting di cyber-net sehingga belajar
disimak dengan cirinya di mana orang akan secara mandiri dan dapat dilakukan dengan
semakin menghargai spiritualitas tanpa harus mudah. Dalam konteks gereja munculnya
religius. "Mereka mencari keterlibatan spiritual cyberchurch atau electronic church sebagai
yang lebih dalam di dunia ini tanpa terikat hasil dari sistem teknologi mutakhir. Bukankah
pada guru, medium, atau pengganti lain bagi gejala semacam ini merupakan pergumulan
kreatifitas individual mereka sendiri." Selain dan kesempatan dalam pelayanan gereja
itu ciri lain dari postmodern adalah menghargai sekarang ini?
kepelbagaian. Di sini terdapat prinsip filsafat
relativisme. Trend lain bagi masyarakat post
modern adalah tersedianya informasi-informasi PERGUMULAN GEREJA DI ERA
yang di posting di cyber-net sehingga belajar POSTMODERN MASA KINI
kekristenan, yang sebelumnya telah terkikis Dapat diamati bahwa diakhir-akhir ini,
habis-habisan di era modernism. Hal ini fokus dan gaya pelayanan gereja mulai
dimungkinkan oleh hadirnya postmodern yang bergeser dengan menampilkan nuansa yang
menganut filsafat relativisme-radikal yang baru. Umumnya para gembala (pastor), para
justru mengakui kebenaran yang terdapat di pemimpin gereja, dan atau para rohaniwan
dalam Kekristenan. Selain itu, hal yang lebih menerima perubahan tanpa selektif
menarik adalah masyarakat arus postmodern daripada mempertimbangkannya. Menurut
sangat haus dengan persekutuan yang sejati pendapat penulis ini akan dapat
(penekanan pada komunitas), maka pendekatan menghancurkan pelayanan gereja. Gejalagejala
dengan menyajikan kehangatan persaudaraan yang ditimbulkan oleh arus postmodern yang
Kristen dapat membawa mereka bertemu mewarnai dinamika pelayanan gereja yang ada
dengan Kristus. Strategi kelompok kecil dalam di Indonesia saat ini dalam hal pemberitaan
gereja sangat efektif diterapkan dalam konteks Firman Tuhan adalah sebagai berikut:
ini. Meningkatnya penghargaan terhadap Pertama, Presentasi sebagai ganti esensi.
spritualitas, juga merupakan kesempatan yang Orang-orang yang menganut arus postmodern
sangat efektif bagi gereja untuk melayani tidak mencari esensi, karena bagi mereka tidak
orang-orang yang berorientasi pada arus akan pernah diketahui secara pasti. Karena itu
postmodern. bagi mereka yang penting adalah presentasinya
Namun di sisi lain hadirnya postmodern atau aktingnya atau penyampaian hal-hal di
menimbulkan pergumulan yang tidak mudah permukaan saja bukan substansinya atau yang
bagi kekristenan, bahkan lebih berbahaya hakiki. Hal ini telah menghasilkan pudarnya
ketimbang era modernism. Mari kita lihat kebenaran (truth decay) Kristen yang sejati.
secara jelas beberapa pergumulan yang Pemberitaan hanya berfokus pada kebutuhan
ditimbulkan oleh arus postmodern dalam manusia (needs people) secara horizontal dan
pelayanan gereja.6 mengesampingkan sumber vertical yang
seharusnya lebih utama dari segalanya. Banyak
orang Kristen yang tidak lagi menyukai
PERGUMULAN DALAM khotbah-khotbah doktrinal, tetapi lebih
MEMBERITAKAN INJIL menyukai khotbah yang dapat menyentuh
emosional jemaat saja.
6 Kalvin Surya, "Post Modern Kedua, tafsir alternatif sebagai ganti
dan Pengaruhnya bagi Kekristenan" atau dapat
dogma. Orang-orang Kristen yang menganut
di lihat dalam situs: http://www.lrii.or.id.
GEREJA MENGHADAPI ARUS POSTMODERN DALAM KONTEKS INDONESIA MASA KINI 31
arus postmodern menilai bahwa kekristenan bersifat self-interest (yang berpusat pada diri
terlalu menekankan keterikatan pada sendiri) bukan pada Allah.
dogmadogma hasil perumusan gereja abad- Sebagai contoh, saat kita mengajarkan
abad permulaan di Barat. Tidaklah tentang Yesus adalah Tuhan tidak perlu
mengherankan jikalau belakangan ini muncul dipermasalahkan tentang keilahian dan
berbagai dobrakan terhadap dogma-dogma kemanusiaan-Nya, pribadi kedua dari Allah
gereja. Seperti munculnya teologi pembebasan Tritunggal, tidak perlu memperhitungkan yang
yang menilai bahwa Kekristenan telah bersifat bersifat dogmatis, yang penting adalah apakah
terlalu berpusat pada Barat dan tidak praktis. Yesus menyembuhkan atau tidak?
Sedangkan para kaum feminis melihat bahwa Memberikan kelegaan atau tidak? Menguatkan
sifat paternalistik terlalu dominan dalam perasaan atau tidak? Hal ini sangat
teologi Kristen. Demikian pula munculnya membahayakan kehidupan Kekristenan yang
teologi hitam (black theology) adalah untuk sejati.
memberikan alternatif bagi teologi yang dinilai Keempat, produksi makna sebagai ganti
tidak menyentuh kehidupan mereka. objektivitas penafsiran. Penafsiran yang
Ketiga, ortopraksis sebagai ganti ditunjukkan melalui literatur dan khotbah telah
ortodoksi. Pengajaran yang bersifat praktis menonjolkan produksi makna. Gaya penafsiran
(ortopraksis) pada dasarnya memang dituntut melalui studi gramatika historis sudah mulai
dari suatu ajaran, khususnya dalam ditingggalkan dengan alasan tidak realistis dan
Kekristenan. Adalah hal yang wajar apabila mengisolasi teks. Terlebih lagi ketika
seseorang merasa enggan untuk mempelajari pemberitaan firman sudah dipengaruhi oleh
sebuah sistem pengajaran (ortodoksi) yang salah seorang tokoh hermeneutlka postmodern,
tidak bersentuhan dengan realita sehari-hari. Hans Georg Gadamer yang mengusulkan
Keduanya harus seimbang. Namun di dalam empat hal bagi penafsiran: (1) dihapuskannya
era postmodern, ortopraksis jauh lebih segala bentuk model pendekatan dalam
ditekankan ketimbang ortodoksi, bahkan kalau penafsiran. Alasannya kebenaran akan di-
bisa ortodoksi dibuang saja. Itulah sebabnya peroleh apabila batas-batas metodologi dilam-
sering kali banyak orang mengungkapkan, paui, dengan membiarkan tiap-tiap orang
"tidak perlu yang teologis, yang praktis saja." menemukan kebenarannya sendiri; (2) dalam
Ini dapat mengindikasikan bahwa konsep menafsirkan teks, seseorang harus membiarkan
orang-orang postmodern terhadap pengajaran prasangkanya ikut berperan karena berita
sebuah teks semata-mata bukan dari teks,
Julianus Zaluchu 32
melainkan peleburan antara teks dan prasangka Post modern juga ditandai
kita; (3) tidak pernah ada pemahaman hasil dengan runtuhnya nilai-nilai moral.
yang bersifat objektif, sebab pemahaman selalu Gene Veith mengatakan, 7
berkaitan dengan keadaan di mana kita berada, Today religion is not seen as a set of beliefs
kapan dan kondisi bagaimana; (4) penafsir about what is real and what is not. Rather,
religion is seen as preference, a choice. We
harus terbuka terhadap pengalaman baru, tidak
believe in what we like. We believe what we want
terikat pada kebenaran statis dan dogmatik.
to believe.... Where there are no absolute truths,
Berangkat dari hermeneutikanya the intellect gives over to the will. Aesthetic
Gadamer atau para postmodernis lainnya, criteria replace rational criteria.
cobalah kita renungkan sejenak, masihkah
pelayanan gereja mewarnai pengajaran gereja? Pernyataan di atas sangat menyedihkan
Atau gereja sudah terbawa arus postmodern bahkan hal ini merupakan pernyataan yang
dalam gereja tidak akan didapati kebenaran adanya kebenaran mutlak, objektif yang
mutlak dan universal. Dogma gereja tidak akan mempunyai otoritas dari Allah. Karena itu,
pemah tetap, tetapi beritanya berubah orang Kristen perlu mengantisipasi secara tepat
mengikuti arus zaman dunia ini. Tidaklah pengaruh arus postmodern yang amat
alternatif, dan objektif menjadi produksi sodokan licik bagi kepercayaan Kristen yang
berlangsung di media, yang ditudungi oleh
makna, bahkan masih banyak hal lain yang
komentar yang tampaknya objektif di dalam
tampak dalam gaya pelayanan gereja sekarang
dunia seni dan kehidupan publik secara umum.
ini sebagai pengaruh postmodern.
7 Gene Veith, Post Modern Times dalam Kalvin
Surya" Post Modern dan Pengaruhnya
PERGUMULAN DALAM MORAL-ETIKA Bagi
Kekristenan".
8 Harry Blamires, The Post
Christian Mind.Mengenali
Perlawanan Terhadap Wawasan
Kristen. (Surabaya: Momentum, 2003), 199, 203.
GEREJA MENGHADAPI ARUS POSTMODERN DALAM KONTEKS INDONESIA MASA KINI 33
dalam tindakan moral yang mereka tekankan ini semakin banyak anggota jemaat setempat
bukan apa yang benar atau salah, melainkan menyadari bahwa gedung gereja yang mereka
dasar pertimbangannya adalah hal-hal yang warisi dari masa lalu terlalu besar untuk
sangat praktis dan subjektif. Misalnya, dalam keperluan kebaktian dan tidak dalam
kasus euthanasia, aborsi, atau perceraian, tidak kepanjangan tanggung jawab yang mereka
perlu lagi dipusingkan soal dogma gereja, emban. Karena itu banyak jemaat dewasa ini
berdasarkan hal-hal yang praktis. Fenomena ini gedung gerejanya dengan meninggalkan hanya
merupakan pergumulan terbesar dalam sebagian ruangan saja untuk tujuan kebaktian,
pelayanan gereja yang harus dipikirkan secara dan yang selainnya diubah sama sekali untuk
GEREJA DALAM MENGHADAPI ARUS Demi menonjolkan sifat barunya yang serba
guna, ada jemaat yang tidak lagi secara menjadi milik yang paling kita hargai. Seperti
tradisional menyebut gedung (atau kompleks) dikatakan Amsal 23:23, “Belilah kebenaran
itu ‘gereja’, melainkan Pusat Kegiatan Rohani. dan jangan menjualnya”. Sayangnya sejumlah
Pusat-pusat seperti itu ada kalanya mencakup orang Kristen dalam konteks Indonesia yang
kelompok bermain anak-anak atau TK, klub memercayai tanpa sanggup atau bahkan
ibu dan Balita. bersedia mengukur kedalaman iman mereka.
Menurut Stott, sejumlah denominasi Tetapi seperti dikatakan Machen:11
gereja, menitikberatkan tiga wilayah dalam Agama Kristen berkembang bukan di dalam
Sikap Gereja Sebagai Pencari mengenai apa yang benar, khususnya pada inti
Orang –orang yang mengikuti Kristus, perdebatan dan dialog publik, dan bukan
yang adalah Kebenaran (Yoh. 14:6), jangan menyembunyikan terang kita di bawah gantang
sampai pernah merasa kebenaran memang (Matius 5:15-16). Di dalam budaya Indonesia
sudah semestinya demikian, merasa puas di mana toleransi dianggap oleh sebagian pihak
dengan sedikit bantuan darinya, menolak untuk sebagai satu-satunya sifat baik yang tersisa,
menguji klaim-klaim kebenaran mereka kita harus bersedia untuk mengambil sikap
dengan realitas objektif atau gagal untuk yang akan dicap sebagai intoleran, meskipun
hidup mereka. Jika kita ingin mampu melawan 11 Douglas Groothuis, Pudarnya Kebenaran:
pemudaran kebenaran, kebenaran haruslah Membela Kekristenan terhadap
Tantangan
10 0 John Stott, Isu-Isu Global, 235. Posmodernisme, (Surabaya: Momentum, 2003), 272273.
GEREJA MENGHADAPI ARUS POSTMODERN DALAM KONTEKS INDONESIA MASA KINI 35
12 Ibid., 274.
Julianus Zaluchu 36
Peterson untk bagian dari perikop Ucapan juga harus menargetkan apologetika dan etika
Bahagia tersebut menangkap maksudnya guna membalikkan pemudaran kebenaran di
dengan jelas:13 antara jemaat.15 Para penjajak pendapat seperti
Berbahagialah kamu ketika komitmenmu George Barna dan yang lainnya telah
kepada Allah menyebabkan penganiayaan.
menunjukkan bahwa kepercayaan dari banyak
Penganiayaan ini akan membawamu bahkan
orang yang mengaku Injili adalah tidak
semakin jauh masuk ke dalam kerajaan Allah.
alkitabiah bahkan antiAlkitab dan bahwa
kebutaan terhadap Alkitab sudah begitu
Bukan hanya itu, lihatlah dirimu sebagai
umum.16
orang yang terberkati setiap kali orang
merendahkanmu atau melemparmu keluar atau Untuk menyerang balik penyimpangan
berbicara dusta untuk mendiskreditkanmu. Ini yang menyedihkan ini, khotbah harus
berarti bahwa kebenaran berada terlalu dekat terorientasi pada firman dan bukan berorientasi
dan orang banyak itu merasa tidak nyaman. pada citra, rasional dan bukan hanya
Kau bisa bersukacita ketika itu terjadi – emosional, transformasional dan bukan
Khotbah dan pengajaran di dalam gereja menentukan agenda gereja. Daripada terfokus
harus terkonsentrasi pada kebenaran Kristen pada keinginan untuk bersikap relevan pada
yang agung (tetapi yang pada saat ini sebuah budaya yang telah kehilangan sebagian
diabaikan) mengenai otoritas ilahi, kekudusan, besar konsepnya tentang kebenaran, kita harus
dan hukum Allah, keberdosaan kita, takut akan melawan budaya tersebut secara tepat. Tak
dan sorga, supremasi dan ketuhanan Kristus, memengaruhi seseorang–baik itu orang-orang
pertobatan yang saleh dan mempraktikkan dari Generasi X, Baby Boomer atau lain-
karakter dan komunitas Kristen di dalam dunia lainnya– fakta-fakta teologis tertentu yang
yang berkompromi ini. Komunikasi publik mendasar tidak pernah berubah; fakta-fakta ini
tidak spesifik hanya untuk satu budaya saja. Sikap Gereja Terhadap Penyembahan di
Tidak ada Allah lain selain Allah Trinitas; Dalam Roh dan Kebenaran
berhalaberhala harus diturunkan dan dihan-
curkan; hati dan pikiran dan kehidupan harus Pemahaman tentang penyembahan kepada
diubah sesuai standar-standar Allah. Para Allah “di dalam roh dan kebenaran” (Yoh.
konsumen postmodern sebenarnya paling 4:23-24) telah lenyap pada kebanyakan orang
membutuhkan apa yang paling tidak mereka postmodern, mengingat preferensi mereka
inginkan– kebenaran Kristus yang sempurna yang kuat bagi gambaran ketimbang realitas,
yang diterapkan kepada hidup mereka bagi perasaan ketimbang kebenaran, dan hiburan
pengampunan dosa dan pengadopsian mereka ketimbang membangun. Ide tentang otoritas
ke dalam keluarga Allah yang kekal.17 dan kekudusan Allah yang menyebabkan
Pria dan wanita yang terpanggil bagi penghormatan, pujian, penyembahan dan
tugas mulia pengajaran dan khotbah (Yak. penyanjungan harus dikembalikan ke dalam
3:1), tidak boleh menjauh dari gereja-gereja dengan pengajaran yang
kebenarankebenaran Alkitab yang tegas, tetapi direncanakan dengan baik dan praktik yang
harus memegang dan menyatakannya dengan berulang-ulang. Ini berarti memikirkan
api dan terang, disertai doa dam kegentaran di kembali natur dari music penyembahan kita.
hadapan Allah yang kudus. Seperti Rasul Teolog dan kritikus sosial yang terkenal David
Paulus menginstruksikan Titus muda, Wells menganalisis ratusan himne dan lagu
”Hendaklah engkau jujur dan bersungguh- pujian modern dalam kaitannya dengan
sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak himnehimne klasik. Dia berkesimpulan bahwa
bercela dalam pemberitaanmu” (Tit. 2:7-8). liriklirik penyembahan mutakhir
Sebuah pelayanan Firman yang terpusat mengekspresikan suatu “spritualitas
kepada Allah dan intensif dengan kebenaran postmodern” yang menekankan kepada
merupakan hal yang wajib di dalam masa individu daripada gereja, kebutuhan-kebutuhan
postmodern ketika yang dirasakan daripada tuntutan-tuntutan
banyak pihak ingin membuang atau Allah, dan kuasa daripada
memarjinalisasikan keduanya.18 kebenaran.19
Banyak spritualitas postmodern yang
terekspresikan dalam dalam bentuk music
17 Ibid., 277.
18 Ibid.. 279. 19 Ibid., 279.
Julianus Zaluchu 38
tidak pernah berbicara tentang Allah sebagai jiwa mereka sendiri. Dalam upaya kita untuk
Allah, apalagi merayakan atribut-atribut-Nya membujuk orang-orang itu secara rasional dan
dan memuji pribadi-Nya. Spritualitas penuh kasih untuk mengikut Kristus sebagai
postmodern hanya menyatakan perasaan dan satu-satunya bagi pembebasan spiritual, kita
meminta Allah untuk memberikan pertolongan harus yakin untuk menjelaskan dan
psikologis dan sosial tertentu untuk memenuhi mengilustrasikan secara akurat istilah-istilah
kebutuhan yang dirasakan si penyembah. 20
kita. Dengan kata lain, banyak tugas
Hal ini harus diubah jika kita ingin prapenginjilan yang diperlukan pada tingkatan
membalikkan keadaan pemudaran kebenaran natur kebenaran dan implikasi-implikasinya
di dalam gereja-gereja kita di Indonesia. bagi kehidupan, karena pemikiran postmodern
Katakata A. W. Tozer menyatakan kebenaran begitu tercampur baur dalam perkara ini.
ini. “Apa yang muncul di dalam pikiran kita Postmodern mungkin bersedia untuk
ketika kita berpikir tentang Allah merupakan “menerima Yesus ke dalam hati mereka”
hal yang paling penting tentang kita…suatu dengan sedikit atau bahkan tanpa pemahaman
penyembahan itu murni atau tidak tergantung tentang makna atau implikasi-implikasi dari
kepada apakah si penyembah memiliki Injil Kristus. Bagi mereka, “menerima Yesus”
pemikiran yang bisa berarti mencoba satu latihan rohani yang
tinggi atau rendah tentang Allah.21 baru atau bereksprimen dengan satu gaya
hidup baru atau bahkan dianggap seperti
membeli satu produk baru!22
Melihat penolakan postmodern terhadap salah satu bahaya besar dari postmodern adalah
penginjilan Kristen tidak boleh berasumsi adalah pujian hampa yang diberikan kepada
bahwa orang tidak percaya akan datang ke Allah atas jiwa-jiwa yang diduga telatih
gereja sudah dengan pemahaman akan natur diselamatkan yang pada kenyataannya belum.
Allah, Kristus, dosa, kekekalan atau tentang Orang-orang yang menganut pandangan
kebenaran postmodern mungkin saja terlihat
20 Ibid., 281.
21 Ibid., 281. 22 Ibid., 283.
GEREJA MENGHADAPI ARUS POSTMODERN DALAM KONTEKS INDONESIA MASA KINI 39
sangat “rohani”, dan bersedia mengikuti kekuatan untuk melawan angin ketidakbenaran
kepercayaan Kristen sampai titik tertentu, yang membekukan.
hanya selama agama itu bisa memenuhi
kebutuhan yang mereka rasakan. Akan tetapi, Sikap Gereja Menemukan Kembali
jika seseorang tidak mengenal kebenaran Doktrin Panggilan
Yesus Kristus dan Injil, dia tidak mungkin
menjadi orang Kristen. Dia tetap terjebak di Panggilan utama semua orang Kristen
dalam kerajaan kegelapan. Jika seseorang, adalah untuk mengasihi Allah dengan segenap
tidak menerima otoritas dan kekudusan Allah keberadaan mereka (Mat. 22:37-39),
yang tidak ada bandingannya itu–satu otoritas memberikan teladan kebaikan di dalam Roh
kudus yang melampaui preferensi diri dan Kudus (Mat. 5:1-12; Gal. 5:22-26) dan menaati
budaya yang mengkondisikannya–maka orang perintah-perintah Allah (Kel. 20:1-17). Tetapi
tersebut tidak mungkin bertobat, percaya dan para pengikut Kristus juga dipanggil untuk
menerima perkara-perkara Allah sesuai dengan menemukan tujuan hidup mereka yang unik
kehendak Allah.”23 guna memakai karunia dan kemampuan
Penginjilan tidak mungkin efektif atau mereka yang khusus secara maksimal untuk
autentik di dalam suatu iklim intelektual kemuliaan Allah.
dimana pemikiran utama nonKristen tidak Doktrin panggilan telah mengalami masa
memperhatikan, dan bahkan menyerang ide sulit di dunia postmodern ini. Orang berbicara
tentang kebenaran itu sendiri. Akar penghalang tentang “preferensi religius” dan “gaya hidup
tersebut di zaman ini adalah definisi ulang atas rohani” dan bukannya kewajiban, tanggung
dan degradasi terhadap kebenaran yang jawab, dan hak privilese yang telah
dilakukan postmodernis. Tanpa mengekspos ditetapkan Allah.24
dan menghancurkan pandangan yang salah Pertama, panggilan Kristen tidak
yang tengah berjaya dan merebak tentang mengizinkan adanya pemisahan antara yang
kebenaran ini, maka penginjilan–dan bahkan sekuler dan yang kudus. Seluruh kehidupan
semua upaya Kristen–hanya akan menjadi harus dijalankan di bawah ketuhanan Kristus
usaha religius yang sia-sia, serangan tanpa yang komprehensif (Mat. 28:18). Orang tidak
Kerajaan Allah menyangkut setiap gereja – bukan melalui uji psikologis, yang
dimensi kehidupan, dan pelaku-pelaku dari cenderung bersifat impersonal dan mekanis,
kerajaan itu berfungsi sebagai garan dan terang dan ketidakhandalannya.25
di manapun Roh memimpin mereka. Ketika Karunia-karunia kita harus
orang-orang Kristen mewujudkan wawasan dikoordinasikan dengan orang-orang yang
dunia mereka di tengah kehidupan publik, akan mendapatkan manfaat dari karunia-
mereka membantu memutarbalikkan keadaan karunia tersebut. Howard Hendricks, konon
pemudaran kebenaran ini dengan beragam pernah mengatakan bahwa jika Anda berpikir
cara. Di tengah-tengah fragmentasi dari diri Anda memiliki karunia mengajar, maka
pluralisme postmodern, orang-orang Kristen Anda lebih baik bisa menemukan sejumlah
melihat segala hal sebagai suatu kesatuan di orang yang memiliki karunia mendengarkan
bawah rencana Agung Allah bagi alam Anda. Kita diberi karunia untuk melayani,
semesta, yang terhimpun di dalam supremasi bukan untuk memuliakan karunia-karunia kita
Kristus. (Kol. 1:15-20; Ibr. 13:6). atau untuk meniru apa yang telah dilakukan
Kedua, penemuan akan panggilan khusus orang lain dengan begitu baik di dalam
seseorang meliputi penyelarasan dari pelayanan mereka.
sedikitnya tiga unsur utama. Seseorang harus Jika kita mempergunakan
memfokuskan hidupnya pada (1) apa yang karuniakarunia kita yang sesungguhnya untuk
menjadi bidang keahliannya, (2) apa yang tujuantujuan yang bernilai, hal ini
perlu dilakukan bagi kebaikan semua orang pastilah memberikan rasa sukacita yang
dan (3) apa yang memberikan kepada orang berlimpah dan bergerak di dalam kehendak
tersebut kepuasan dan makna yang mendalam. Allah bagi hidup kita (Rm. 12:1-2).
Orang-orang Kristen memiliki Ketika para pengikut Kristus menolak
karuniakarunia alamiah dan rohani yang harus godaan-godaan palsu dari gaya, ketenaran dan
diidentifikasikan dan dipergunakan secara consumer-isme spiritual, mereka mulai
maksimal. Di dalam dunia yang jatuh dalam mendapatkan kembali dan mempertahankan
dosa, kita tidak bisa selalu mempergunakan satu perasaan yang terus bergema akan apa
bakat-bakat kita sepenuhnya. Kita maksudnya mendengar dan menaati panggilan
mengidentifikasi kebenaran mengenai karunia- Allah. Ketika postmodernis dengan gila-gilaan
karunia kita dengan paling baik melalui
dinamika penelaahan Alkitab pribadi, doa, 25
Neil Postman, Technopoly: The Surrender of
Culture to Technology (New York: Alfred A. Knopf,
persahabatan Kristen dan di dalam komunitas
1992), 123-43
Julianus Zaluchu 42
DAFTAR PUSTAKA