Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Muhammad Nashiruddin rabbani

NIM : 2010112210042
KELAS : A1
MATA KULIAH : Hukum Adat

Pertanyaan:
Jawablah pertanyaan dibawah ini!

1. Hukum adat merupakan serangkaian aturan yang mengikat pada suatu masyarakat yang tidak
tertulis dan bersumber dari kebiasaan yang tumbuh dan berkembang pada suatu masyarakat
tertentu yang kemudian diterima menjadi hukum secara turun temurun. Jelaskan bagaimana
proses terbentuknya hukum adat !
2. Masyarakat Hukum menurut Ter Haar adalah kelompok-kelompok masyarakat yang tetap
dan teratur dengan mempunyai kekuasaan sendiri dan kekayaan sendiri baik yang berwujud
atau tidak berwujud.
a. Jelaskan bentuk masyarakat hukum adat !
b. Jelaskan susunan masyarakat hukum adat !
3. Hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis memiliki pengaruh terhadap perkembangan
hukum di Indonesia. Bahkan Hakim ketika menghadapi suatu perkara yang mana tidak
ditemukan pengaturannya dalam hukum tertulis maka Hakim wajib menggali nilai-nilai yang
hidup dan berkembang di masyarakat guna memutus perkara tersebut.
a. Jelaskan hubungan hukum nasional dengan hukum adat Indonesia !
b. Bagaimana peradilan hukum adat bagi masyarakat hukum adat !
4. Jelaskan bagaimana hukum adat mengatur kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota
kerabat (keluarga), kedudukan anak terhadap orang tua dan sebaliknya, kedudukan anak
terhadap kerabat dan sebaliknya, dan masalah perwalian anak !
5. Perkawinan adat adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk-bentuk
perkawinan, cara-cara pelamaran, upacara perkawinan & putusnya perkawinan di Indonesia.
Berikan contoh aturan perkawinan adat di Indonesia !

JAWABAN

1) Proses Pembentukan Hukum Adat adalah proses bagaiman bisa muncul dan berkembang
sebuah praturan yang di anut oleh sekelompok masyarakat yang kebanyakan hukum
tersebut tidak tertulis namun masyarakat tersebut bisa tunduk dan patuh terhadap
peraturan tersebut. Hukum adat juga lahir dan dipelihara oleh putusan-putusan para
warga masyarakat hukum terutama keputusan kepala rakyat yang membantu pelaksanaan
perbuatan hukum itu atau dalam hal bertentangan keperntingan dan keputusan para hakim
mengadili sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat,
senafas, seirama, dengan kesadaran tersebut diterima atau ditoleransi.
2) A). masyarakat hukum adat adalah masyarakat yang timbul secara spontan di wilayah
tertentu, berdirinya tidak ditetapkan atau diperintahkan oleh penguasa yang lebih tinggi
atau penguasa lainnya, dengan rasa solidaritas sangat besar diantara anggota, memandang
bukan anggota masyarakat sebagai orang dan menggunakan wilayahnya sebagai sumber
kekayaan yang hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh anggota.

B). susunan masyarakat hukum adat dibagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Struktur masyarakat matrilineal
2. Struktur masyarakat patrilineal
3. Struktur masyarakat patrilineal beralih-alih
4. Struktur masyarakat bilateral/parental
A. Struktur Masyarakat Matrilineal
Yaitu struktur masyarakat dimana orang menarik garis hukum dengan menggabungkan
diri dengan orang lain melalui garis perempuan. Contohnya perkawinan semendo. Ciri-
ciri perkawinan semendo adalah endogami dan matrilokal.
B. Struktur Masyarakat Patrilineal
Yaitu susunan masyarakat dimana orang menarik garis hukum dalam hubungan diri
dengan orang lain melalui garis laki-laki. Contohnya kawin jujur. Ciri-ciri perkawinan
jujur adalah eksogami dan patrilokal.
C. Struktur Masyarakat Patrilineal Beralih-Alih
Yaitu struktir masyarakat dimana orang menarik agris hukum dengan menghubungkan
diri dengan orang lain beralih-alih antara perempuan dengan garis laki-laki, tergantung
pada bentuk perkawinan yang dipilih oleh orang tuanya.
D. Struktur Masyarakat Bilateral/Parental
Yaitu struktur masyarakat dimana orang menari garis hukum dan hubungan diri dengan
orang lain melalui garis laki-laki maupun perempuan.

3) A. Hukum Adat di Indonesia. Seperti halnya


dengan semua sistem hukum di bagian di muka
bumi ini, maka hukum adat itu senantiasa tumbuh,
berkembang serta dipertahankan oleh masyarakat
adat Indonesia karena timbul dari suatu kebutuhan
hidup yang nyata, cara hidup dan pandangan hidup
yang keseluruhannya merupakan kebudayaan
masyarakat tempat hukum adat itu berlaku.
Ketetapan MPRS No.ll/MPRS/1960 pada
Lampiran A Paragraf 402 telah menetapkan hukum
adat sebagai asas-asas pembinaan hukum
nasional, yang merupakan garis-garis politik di
bidang hukum, yang bunyi selengkapnya sebagai
berikut:
a. Azas-azas pembinaan hukum nasional supaya
sesuai dengan haluan negara dan berlandaskan
pada hukum adat yang tidak menghambat
perkembangan masyarakat adil dan makmur.
b. Di dalam usaha ke arah homogenitas dalam
bidang hukum supaya diperhatikan kenyataan
kenyataan yang hidup di Indonesia.
c. Dalam penyempumaan undang-undang hukum
perkawinan dan hukum waris supaya
diperhatikan adanya faktor-faktor agama, adat
dan lain-lainnya.
Berpijak pada Tap MPRS No.ll/MPRS/1960
tersebut diatas, maka kedudukan serta peranan
hukum adat dalam pembinaan hukum nasional
menjadi lebih jelas dan tegas, yaitu sepanjang tidak
menghambat perkembangan masyarakat adil dan
makmur merupakan landasannya. Sangat tepat
Ketetapan MPRS tersebut, karena hukum adat
bagian dari kebudayaan Indonesia.

B. Menurut Pasal 51 ayat (1) undang-undang tersebut, peradilan adat adalah peradilan
perdamaian di lingkungan masyarakat hukum adat, yang mempunyai kewenangan
memeriksa dan mengadili sengketa perdata adat dan perkara pidana di antara para warga
masyarakat hukum adat yang bersangkutan

4) Seseorang dapat disebut kerabat apabila ada pertalian darah atau pertalian langsung, dan
pertalian perkawinan atau tidak langsung.
Kerabat merupakan sebuah kelompok yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, anak,
menantu, cucu, kakak, adil, paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya. Kelompok
kekerabatan ada yang jumlahnya kecil hingga besar.
Dalam kekerabatan juga mengenal hukum adat tersendiri. Hukum adat tersebut mengatur
kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orang
tua dan sebaiknya, kedudukan anak terhadap kerabat dan sebaliknya, hingga permasalah
perwalian anak.
Hilman Hadikusuma dalam Buku Pengantar Ilmu Adat Indonesia (2003) mengatakan
hukum adat kekerabata mengatur pertalian sanak berdasarkan pertalian darah
(seketurunan, pertalian perkawinan, dan perkawinan adat.

perwalian dengan cara penunjukan ini


dilakukan lewat surat wasiat, sehingga sudah barang tentu bentuk perwalian ini berlaku
syah setelah kedua orang tua anak meninggal dunia. Dalam hubungannya dengan
ketentuan
perwalian yang dilakukan dalam sengketa kasus yang terdapat dalam studi kasus bahwa
pelaksanaan perwalian tersebut dilakukan dengan cara waktu tergugat Rahuddin masih
kecil dimana perwalian ini justru dilakukan ibunya setelah ayahnya meningal dunia dan
ibunya sekalipun masih hidup merasa tidak ada kemampuan untuk mengawasi si anak
sehingga demi kelanjutan hidup si anak oleh ibunya dilakukan perwlaian kepada pihak
ketiga.
Maka sehubungan dengan itulah jelas bentuk yang berkembang ditengah-tengah
masyarakat perwalian itu bisa dilakukan sekalipun salah satu orang tuanya masih
hidup.Bahkan perwalian tersebut diserahkan terhadap pihak ketiga yang sebenarnya tidak
mempunyai ikatan. Namun sekalipun demikian berdasarkan ketentuan yang terjadinya
dipengadilan negeri Padangsidimpuan bahwa bentuk perwalian dengan cara penunjukan
oleh hakim ini tidak berlaku atas dasar terjadinya perceraian antara suami atau istrinya.
Hal ini jelas karena sesuai dengan ketentuan hukum perwalian sekalipun kedua orang tua
bercerai kekuasaan dan pengawasan anak-anak dibawah umur tidak terputus karenanya.
Didalam hal putusnya kekuasaan orangtua terhadap si anak dibawah umur karena
perceraian secara hukum otomatis menjadi tanggung jawab suami atau istri karena itu
supaya tidak terjadi penyalahgunaan wali ini kiranya hakim benar - benar jeli untuk
mempertimbangkannya. Sehubungan dengan itulah jelas bentuk perwalian ini inisiatif
terdapat pada hakim untuk menentukan apakah dengan cerainya suami atau istri anak-
anak
dibawha umur perwalian. Dengan adanya kebebasan seperti diuraikan diatas menurut
hemat penulis bahwa bentuk perwalian dengan cara penunjukan masih jarang dilakukan.
5) Secara umum definisi perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan YME (UU No. 1/74).
Definisi Perkawinan Menurut Hukum Adat
Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
adat, sebab perkawinan bukan hanya menyangkut kedua mempelai, tetapi juga orang tua
kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga mereka masing-masing. Dalam
hukum adat perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penteng bagi mereka yang
masih hidup saja. Tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta
yang sepenuhnya mendapat perhatina dan diikuti oleh arwah-arwah para leluhur kedua
belah pihak.
Berikut ini akan dikemukakan definisi perkawinan menurut hukum adat yang
dikemukakan oleh para ahli:
1. Hazairin
Menurut Hazairin perkawinan merupakan rentetan perbuatan-perbuatan magis, yang
bertujuan untuk menjamin ketenangan, kebahagiaan, dan kesuburan.
2. A. Van Gennep
Perkawinan sebagai suatu rites de passage (upacara peralihan) peralihan status kedua
mempelai. Peralihan terdiri dari tiga tahap:
• Rites de separation
• Rites de merge
• Rites de aggregation
3. Djojodegoeno
Perkawinan merupakan suatu paguyupan atau somah (jawa: keluarga), dan bukan
merupakan suatu hubungan perikatan atas dasar perjanjian. Hubungan suami-istri
sebegitu eratnya sebagai suatu ketunggalan.
Definisi Perkawinan Menurut Hukum Islam
Menurut hukum islam perkawinan adalah perjanjian suci (sakral) berdasarkan agama
antara suami dengan istri berdasarkan hukum agama untuk mencapai satu niat, satu
tujuan, satu usaha, satu hak, satu kewajiban, satu perasaan: sehidup semati. Perkawinan
adalah percampuran dari semua yang telah menyatu tadi. Nikah adalah akad yang
menghalalkan setiap suami istri untuk bersenag-senang satu dengan yang lainnya.
(Jaza’iri, A.B.J, 2003;688).

B. Definisi Pertunangan, Alasan, dan Akibat Dari Pertunangan

Pertunagan adalah suatu fase sebelum perkawinan, dimana pihak laki-laki telah
mengadakan prosesi lamaran kepada pihak keluarga perempuan dan telah tercapai
kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengadakan perkawinan. Pertunangan baru
mengikat apabila pihak laki-laki telah memberikan kepada pihak perempuan tanda
pengikat yang kelihatan (Jawa: peningset atau panjer).
Pertunagan juga bisa diartikan sebagai suatu persetujuan antara pihak keluarga laki-laki
dengan keluarga pihak wanita sebelum dilangsungkan suatu perkawinan dan ditandai
dengan:
• Adanya lamaran/ meminag yang biasanya dilakukan oleh utusan pihak laki-laki.
• Adanya tanda pengikat yang kelihatan, seperti peningset (Jawa), payangcang (Sunda),
biasanya dengan pertukaran cincin.
Alasan-alasan Dilakukannya Perkawinan
- Ingin menjamin perkawinan yang dikehendaki dapat berlangsung dalam waktu dekat.
- Untuk membatasi pergaulan pihak yang telah diikat pertunangan.
- Memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk saling mengenal.
Akibat Pertunangan
Akibat dari pertunagan adalah kedua belah pihak telah terikat untuk melangsungkan
perkawinan. Tetapi, walaupun sudah terikat dalam pertunagan bukan berarti kedua
mempelai harus melaksanakan perkawinan, tetap dimungkinkan terjadi pembatalan
pertunangan.
Kemungkinan pembatalan pertunangan:
- Oleh kehendak kedua belah pihak.
- Oleh salah satu pihak.
• Jika dilakukan pihak yang menerima tanda tunagan
Mengembalikan tanda tunagan sejumlah atau berlipat dari yang terima.
• Jika dilakukan pihak yang memberi tanda tunangan
Tanda tunangan tidak dikembalikan.

Sifat Perkawinan menurut Hukum Adat dan Menurut Hukum Islam

Perkawinan dalam hukum adat sangat dipengaruhi oleh sifat dari pada susunan
kekeluargaan. Susunan kekeluargaan dikenal ada beberapa macam, yaitu:
- Perkawinan dalam kekeluargaan Patrilinier:
• Corak perkawinan adalah “perkawinan jujur”.
• Pemberian jujur dari pihak laki-laki melambangkan diputuskan hubungan keluarga si
isteri dengan orang tuanya dan kerabatnya.
• Isteri masuk dalam keluarga suami berikut anak-anaknya.
• Apabila suami meninggal, maka isteri tetap tinggal dirumah suaminya dengan saudara
muda dari almarhum seolah-olah seorang isteri itu diwarisi oleh adik almarhum.
- Perkawinan dalam keluarg matrilinier:
• Dalam upacara perkawinan mempelai laki-laki dijemput.
• Suami berdiam dirumah isterinya, tetapi suaminya tetap dapat keluarganya sendiri.
• Anak-anak masuk dalam klan isterinya dan si ayah tidak mempunyai kekuasaan
terhadap anak-anaknya.
- Perkawinan dalam keluarga parental:
• Setelah kawin keduanya menjadi satu keluarga, baik keluarga suami maupun keluarga
isteri.
Dengan demikian dalam susunan keluarga parental suami dan isteri masing-masing
mempunyai dua keluarga yaitu keluarga suami dan keluarga isteri.

 pernikahan dengan menggunakan adat, suku Dayak di Kalimantan juga memiliki tradisi yang
diturunkan dari para leluhurnya. Banyak ragamnya tergantung sub suku Dayak yang
menggunakan, yang paling banyak adalah suku Dayak Ngaju. Pernikahan bisa dibatalkan
jika salah satu syarat tidak terpenuhi.

"Itu ada sub suku lagi ada 405 tapi di Kalteng yang terbesar adalah suku Dayak Ngaju jadi ini
yang biasa digunakan untuk pernikahan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kalimantan
Tengah, Leonard Samuel Ampung saat ditemui di acara Festival Pesona Budaya Borneo 2017 di
Halaman Keong Mas.
Selain pernikahan yang menggunakan proses adat, ada seperti untuk acara kematian, kelahiran,
bangun rumah, memasuki rumah baru.

"Ada juga acara acara ucapan syukur memuai bertani memulai membuka lahan baru ya kan ini
juga harus melalui proses adat," kata Leonard.

Lanjut Leonard, jika proses adat pernikahan seperti contohnya memanggul, kemudian melamar.
Setiap tahapan dalam melangsungkan pernikahan ada yang mengatur yakni ketua adat. "Ada itu
yang namanya Basir yang mengatur sebagai ketua adat kita, Damang kita istilahnya itu yang
mengatur adat istiadat kita itu," kata Leonard.

Setiap tahapan, lanjut dia, memiliki aturan mainnya dan syarat-syaratnya semua diatur oleh Basir
kepala adat.

"Iya itu saling menanya kalau syarat-syaratnya terpenuhi jalan dia, kalau tidak terpenuhi batal
dia," lanjut Leonard.

Selain pernikahan, suku Dayak juga dikenal melalui ragam tarian maupun rumah adatnya. "Dari
uniknya, tariannya atraktif, energik, kemudian dari sisi warna. Dia warna mencolok ada putih,
ada hitam, ada hijau, ada merah, ada kuning. Itu warna Dayak. Cuma lima ya," jelas Leonard.

Ia menerangkan jika Suku Dayak aslinya memiliki lima warna, jika selain dari warna kelima itu
adalah bentuk modifikasi Suku Dayak. Ia pun tidak bisa menjelaskan arti dari kelima warna itu,
tetapi tegasnya jika kelima warna itu memiliki artinya semua, yang itu menjadi ciri khas
tersendiri.

Selain itu, ia menambahkan jika ciri khas lain Suku Dayak yaitu rumah Betang Dayak. Rumah
yang bentuknya panjang. Ia mengatakan jika dalam rumah itu terdapat sebuah kebersamaan dan
kesetaraan, serta gotong-royong.

Leonard menceritakan jika dalam rumah Betang Dayak itu didiami oleh beberapa keluarga, di
mana terdapat keunikan jika di dalam rumah itu terdapat penganut agama lain, seperti yang
muslim, ada Kristen, hingga agama yang dahulu yaitu Hindu Kaharingan.
Ia pun juga mencontohkan dalam keluarganya sendiri. "Saya ini, adiknya saya muslim, juga ada
yang agama dulu. Satu keluarga, tapi hidup kita berdampingan rukun harmonis," jelas Leonard.

Namun Leonard mengatakan, jika akhir-akhir ini banyak dari masyarakat yang bukan asli Suku
Dayak datang ke sana, dan itu membuat adanya perbedaan. "Akhir-akhir ini memang banyak lah
yang dari luar masuk, itu yang bikin tanda petik bikin sesuatu adanya perbedaan-perbedaan,"
jelas Leonard.

Namun Leonard menyampaikan, jika aslinya mereka tetap bersatu, karena dalam filosofinya
rumah Betang Dayak. "Pada aslinya kita tetap satu, karena filosofi betang, rumah panjang tadi
kelihatan. Kebersamaan itu di campur, enggak ada istilahnya enggak boleh berdampingan
dengan ini, misalnya haram," kata Leonard.

Leonard menyampaikan jika itu sebagai adat istiadat dari Suku Dayak nenek moyang turun
temurun. Itu Kebersamaan sudah didapat, keharmonisan sudah didapat oleh masyarakat Dayak.
Suku Dayak tetap menghargai pendatang.

SUMBER

http://honeywhite93.blogspot.com/2012/12/susunan-masyarakat-hukum-adat.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/mengenal-sistem-kekerabatan-bilateral-patrilineal-
dan-matrilineal-gbvJ
https://brainly.co.id/tugas/37366207
Jurnal dewi sartika
Jurnal peranan hukum adat dalam pembangunan hukum nasional
Jurnal sistem peradilan adat dalam kesatuan-kesatuan masyarakat
Jurnal hambatan yang ditemui dalam perwalian anak di bawah umur
http://www.lutfichakim.com/2012/01/perkawinan-menurut-hukum-adat-dan.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com/amp/peristiwa/tradisi-adat-pernikahan-suku-
dayak-batal-jika-syarat-tak-lengkap.html

Anda mungkin juga menyukai