Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN
Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi karena adanya penyempitan
saluran napas akibat timbulnya peradangan atau inflamasi. Penyakit asma melibatkan
banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin, dan lain-lain. Inflamasi
kronik ini berhubungan dengan hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan episode
berulang dari mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama
pada malam dan pagi dini hari. Pada orang yang terkena asma, biasanya akan terjadi
pengeluaran cairan mukus atau lendir yang pekat secara berlebihan akibat dari
penyempitan dan peradangan di saluran napas (Izzati dan Umum, 2019).
Dapat disimpulkan asma adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai
peningkatan reaktivitas terhadap aneka macam stimulus dan sumbatan jalan nafas
yang bisa kembali spontan atau menggunakan pengobatan yang sinkron yang
mengakibatkan episodik yang berulang yang ditandai dengan mengi,sesak nafas,dada
terasa berat,dan batuk yang terutama terjadi pada malam hari,hiperinflamasi,serta
hiperventilasi pernafasan (Rahmad, 2021).

Berdasarkan pengkajian teoritis pada individu dengan asma pada umumnya


klien akan mengeluh dispnea (sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan
mengi (Nurarif & Kusuma, 2015), cemas, terdapat perubahan tingkah laku (Nixon
Manurung, 2016). Terdapat suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction
rub, dan crackles, terdapat pernafasan cuping hidung, atau ronchi (Nurarif & Kusuma,
2015). Terjadi peningkatan pada saat bernafas karena adanya rasa sesak, terjadi
penurunan nafsu makan sehingga hanya habis setengah porsi saja, ada beberapa
pasien yang mempunyai alergi terhadap makanan seperti udang, abon, dll, adanya
mual atau muntah, dan penurunan berat badan. Mukosa bibir terlihat kering karena
terjadi penurunan nafsu makan dan kurang minum air putih 8 gelas perhari. Klien
dapat berkomunikasi dengan baik walaupun dengan suara yang pelan karena
merasakan sesak pada dadanya (Nixon Manurung, 2016). Klien jarang melakukan
ibadah dikarenakan setiap kali bergerak klien merasakan sesak dan lemas, sehingga
menyebabkan klien menjadi malas untuk melakukan aktivitas. Adanya keterbatasan
mobilitas fisik dan keterbatasan mempertahankan suara karena distress pernafasan
(Nixon Manurung, 2016).

Pada kasus ini, klien mengeluh sesak, batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu
dan susah mengeluarkan dahak. Pasien mengatakan setelah beraktivitas yang berat
sesak pasien kambuh. Pasien mengatakan sulit tidur, karena sesak ketika pasien posisi
terbaring.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan asma


berdasarkan teori dapat dijabarkan diantaranya bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan spasme jalan napas, pola napas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya napas : kelemahan otot pernapasan, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, defisit
nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, ansietas
berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Namun pada pasien kasus ini hanya
ditemukan 2 diagnosa diantaranya diagnosa pertama yang ditemukan yaitu bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas yang ditandai
dengan pasien mengeluh sesak sejak kemarin sebelum masuk rumah sakit, pasien
mengatakan susah mengeluarkan dahak, pasien mengatakan sesak ketika posisi tidur,
terdapat suara wheezing +/- dan ronkhi +/+, pasien tampak gelisah, RR 20x/menit,
pasien tampak batuk dan susah mengeluarkan dahak dan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di
tandai dengan pasien mengatakan setelah beraktivitas berat pasien sesak, pasien
ketika posisi terbaring pasien sesak, pasien mengeluh lelah karena sesaknya, pasien
merasa tidak nyaman saat berjalan karena sesak, pasien tampak pucat, pasien tampak
lemas, TTV saat istirahat : TD : 100/60 mmHg, RR : 28 x/mnt, N : 105 x/mnt TTV setelah
istirahat : TD : 100/60 mmHg, RR : 28 x/mnt N : 123 x/mnt.
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengelompokkan
seperti bagaimana, kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya, menunjukkan isi dari
aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang dilakukan bersama dengan
pemberi perawatan lainnya) (Baringbing, 2020). Dalam merencanakan intervensi
keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas yang ditemukan tidak semua rencana
tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus tapi disesuaikan dengan
keluhan dan keadaan klien. Dari 2 diagnosa yang ditemukan pada pasien perencanaan
intervensi yang akan dilakukan adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
Intervensi 1 monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas),
intervensi 2 monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering), intervnesi 3 beri posisi semi-fowler, intervensi 4
anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi, intervensi
5 kolaborasi pemberian nebulizer combivent
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Intervensi 1 kaji tanda-tanda vital, intervensi 2 monitor pola dan jam tidur,
intevensi 3 sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus, intervensi 4
atur posisi pasien (semi fowler) , intervensi 5 anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan dan
pengobatan dan Tindakan untuk memperbaiki kondisi dan pendidikan untuk klien-
keluarga atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan & strategi
implementasi keperawatan& dan kegiatan komunikasi (Adinda, 2019). Setelah
rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut
dalam bentuk nyata dalam melakukan perawatan pada pasien dengan asma di ruang
IGD RSU Dharma Yadnya. Implementasi keperarawatan yang dilakukan adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
a. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b. Mengkaji tanda-tanda vital
c. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
d. Memberi posisi semi-fowler
e. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
f. Mengkolaborasi pemberian nebulizer combivent

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen
a. Mengkaji tanda-tanda vital
b. Memonitor pola dan jam tidur
c. Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
d. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa secara umum asuhan


keperawatan pada pasien dengan asma sudah sesuai dengan ketentuan teori pemberian
asuhan keperawatan. Dalam pemberian tindakan semua intervensi sduah dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang sebelumnya dibuat. Evaluasi dari perawatan Ny. S terdapat
masalah yang teratasi. Pada bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen sudah dapat teratasi dan menunjukan hasil yang
baik yang mana seluruh tujuan yang ingin dicapai telah tercapai dan sesuai dengan
kriteria hasil ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, D. (2019). Pentingnya Implementasi Keperawatan Dalam Mengoptimalkan
Asuhan Keperawatan.
Baringbing, J. O. (2020). Pentingnya Perencanaan Keperawatan (Intervensi
Keperawatan) Dalam Asuhan Keperawatan.
F. K. T. R. M. S. Rahmad Gurusinga. (2021) “Pengaruh mengkonsumsi air hangat
sebelum pemberian nebulizer terhadap peningkatan kelancaran jalan napas
pada pasien asma bronkial,” ajaurnal Kebidanan Kestra, vol. 3, pp. 110-
115.
Izzati, Z. S., & Umum, P. K. (2019). Analisis Pemahaman Penderita Asma tentang
Penyakit Asma sebagai Cara untuk Mengontrol Penyakit Asma. Prodi
Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory (1 st ed.).
Jakarta : CV. Trans Info Media
Nurarif , Amin Huda & Kusuma Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Yogjakarta : MediAction

Anda mungkin juga menyukai