1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari untuk mengakhiri kehidupan individu secara
sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati (Yosep, 2007). Bunuh diri
menurut Edwin Schneidman dalam Kaplan (2015) adalah tindakan pembinasaan yang
disadari dan ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada
kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan yang dirasakan
sebagai pemecahan yang terbaik.
Bunuh diri berhubungan dengan kebutuhan yang dihalangi atau tidak terpenuhi, perasaan
ketidakberdayaan, keputusasaan, konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan
yang tidak dapat ditanggung, menyempitkan pilihan yang dirasakan dan kebutuhan
meloloskan diri; orang bunuh diri menunjukkan tanda-tanda penderitaan (Kaplan &
Saddock, 2015)
1
rendah
1.1.2 Tanda dan gejala Isyarat Bunuh Diri Obyektif: sedih, murung, marah, menangis,
banyak diam, kontak mata kurang, emosi labil, tidur kurang.
1.2 Ancaman
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati disertai
dengan rencana untuk mengakhiri hidupnya dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai
percobaan bunuh diri.
1.3 Percobaan
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri,
minum racun, memotong urat nadi atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
4.2 Psikologis
4.2.1 Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang menyebabkan suplay oksigen
dan glukosa terganggu di mana lobus tersebut berpengaruh kepada proses kognitif
anak yang dapat berpengaruh pada kemampuan kognitif anak.
4.2.2 Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak mampu berkomunikasi,
komunikasi tertutup (non verbal), gagap, riwayat kerusakan yang mempunyai fungsi
bicara, misalnya trauma kepala dan berdampak kerusakan pada area broca dan area
wernich.
4.2.3 Moral: Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (misalnya; penjara anak-anak,
penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok atau tempat tinggal yang tidak disiplin
4.2.4 Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang tinggi
dan menutup diri dan pernah mengalami depresi sebelumnya
4.2.5 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
3
4.2.5.1 Perubahan/kehilangan pekerjaan
4.2.5.2 Kegagalan di tempat kerja/sekolah (sering mengalami kegagalan)
4.2.5.3 Ancaman kehilangan sumber pendapatan
4.2.5.4 Perceraian dan perpisahan
4.2.5.5 Kehilangan orang yang berarti
4.2.5.6 Penyakit/kecelakaan
4.2.5.7 Ancaman tuntutan kriminal
4.2.5.8 Penggunaan alkhohol/obat dalam keluarga
4.2.5.9 Konflik/penganiayaan orang tua terhadap anak
4.2.6 Konsep diri: Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas,
krisis peran, gambaran diri negatif
4.2.7 Motivasi: adanya riwayat kegagalan dan kurangnya pernghargaan
4.2.8 Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres yang rendah, riwayat
gangguan perkembangan sebelumnya
4.2.9 Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk menyendiri, perasaan
ditinggal orang di sekitarnya
4
4.3.6 Status sosial: terisolasi secara sosial, tinggal sendirian, relokasi atau pindah rumah.
Resiko menurun pada pria dan wanita menikah. Meningkat seiring dengan
kesendirian (hidup seorang diri)
4.3.7 Latar belakang budaya: bunuh diri massal/berkelompok
4.3.8 Agama dan keyakinan: Pelaksanan kegiatan religi yang berlebihan atau kurang
4.3.9 Keikutsertaan dalam politik: aktif dalam kegiatan sosial dan organisasi berisiko
melakukan bunuh diri ketika mengalami kegagalan
4.3.10 Pengalaman sosial: Perceraian, perpisahan dan janda meningkatkan risiko bunuh diri,
bencana alam, sulit mendapatkan pekerjaan, adanya tekanan dalam pekerjaan
4.3.11 Peran sosial: semakin tinggi tingkat kepuasan atas hubungan sosial, semakin rendah
kemungkinan yang terjadi (semakin kecil tingkat resikonya), adanya stigma negatif
dalam masyarakat, acuh dengan lingkungan
5. Respons
5.1 Kognitif
• Mengungkapkan tidak berguna/ merasa gagal
• Mengungkapkan putus asa/ tidak ada harapan
• Mengungkapkan ada keinginan bunuh diri
• Mengungkapkan pernah mencoba bunuh diri
• Mengungkapkan orang yang gagal
• Merasa kurang energi/letih
• Bingung
• Tidak dapat berpikir logis
• Tidak mampu membuat tujuan hidup
• Tidak dapat mengambil keputusan
• Pikiran negatif terhadap diri
• Tidak mampu memecahkan masalah
• Ragu-ragu/ ambivalensi
• Tidak ada harapan hidup
5.1.2 Afektif
• Merasa malu
5
• Merasa kecewa
• Sedih
• Murung
• Marah
• Ketakutan
• Khawatir
• Curiga
• Afek Datar/ tumpul
• Malu
• Kecewa
5.1.3 Fisiologis
• Merasa dada berdebar-debar
• Mengatakan tidak dapat tidur
• Mengatakan tidak selera makan
• Tidak dapat tidur nyenyak
• Merasa letih
• Merasa lemas
• Menahan nafas
• Tekanan darah meningkat
• Denyut nadi meningkat
• Frekuensi nadi meningkat
5.1.4 Perilaku
• Gaduh gelisah
• Tidak mampu merawat diri
• Menolak minum obat
• Banyak diam
• Menarik diri dari lingkungan
• Berbicara seperlunya
• Menunjukkan perilaku menunjukkan isyarat keinginan bunuh diri
• Impulsif
6
• Melakukan percobaan bunuh diri
• Membeli obat atau alat untuk percobaan bunuh diri
• Mudah menangis
5.1.5 Sosial
• Mengatakan malas bicara
• Mengatakan malas berinteraksi
• Acuh dengan lingkungan
• Mengurung diri
• Kontak mata mudah beralih
6. Sumber Koping
6.1 Personal ability
6.1.1 Kemampuan individu untuk menanggulangi stres berulang
6.1.2 Tingkat kemampuan individu dalam melakukan kontrol impuls
6.1.3 Kemampuan klien dalam memecahkan masalah
6.1.4 Kemampuan melakukan kontrol untuk tidak mengambil risiko yang tidak perlu
(minuman keras, alkhohol)
7. Mekanisme Koping
7.1 Konstruktif: -
7.2 Destruktif: Prilaku menghindari masalah seperti alkhohol atau minuman keras sering
dihubungankan dengan bunuh diri
8. Tindakan Keperawatan
5.1 Tindakan keperawatan pada klien
5.1.1 Tindakan keperawatan ners
5.1.1.1 Tindakan keperawatan individu
1) Tujuan
a) Kognitif, klien mampu :
menyebutkan penyebab resiko bunuh diri
menyebutkan tanda-gejala resiko bunuh diri
menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari resiko bunuh diri yang dilakukan.
Menyebutkan cara mengatasi resiko bunuh diri yang tepat
2) Tindakan
a) Mengidentifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri: isyarat, ancaman, percobaan (jika
percobaan segera rujuk)
b) Mengidentifikasi benda-benda berbahaya dan mengamankannya (lingkungan aman
untuk pasien)
c) Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri
sendiri, latihan afirmasi/berpikir aspek positif yang dimiliki
d) Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga dan lingkungan
e) Mendiskusikan harapan dan masa depan
f) Mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
g) Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
h) Melatih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
10
5.2.1.2 Tindakan
Menjelaskan masalah klien Resiko bunuh diri pada keluarga: mengidentifikasi masalah
keluarga dalam merawat klien resiko bunuh diri; menjelaskan pengertian, tanda & gejala,
dan proses terjadinya resiko bunuh diri; mendiskusikan masalah dan akibat yang
mungkin terjadi pada klien resiko bunuh diri, mendiskusikan masalah dan akibat yang
mungkin terjadi pada klien resiko bunuh diri, menganjurkan keluarga memutuskan untuk
merawat klien resiko bunuh diri.
Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien resiko bunuh diri: menjelaskan
cara melatih klien berkenalan, menjelaskan cara melatih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sehari-hari; Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial :
meminta sesuatu, berbelanja dan sebagainya; memotivasi, membimbing dan memberi
pujian kepada klien untuk latihan berkenalan; memotivasi, membimbing dan memberi
pujian kepada klien untuk latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari;
memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan berbicara
sosial.
Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik bagi klien
resiko bunuh diri: mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan klien;
mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan klien:
mengajurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya merawat klien
Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up , cara
rujukan kesehatan klien dan mencegah kekambuhan: menjelaskan cara memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia; menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan
relaps; mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh; menjelaskan dan
menganjurkan follw up dan merujuk klien ke pelayanan kesehatan.
11
Mengatasi beban pada keluarga yang muncul karena adanya anggota keluarga dengan
skizofrenia
Memanfaatkan sarana dikomunitas untuk membantu keluarga
Tindakan keperawatan ini bertujuan agar klien tetap aman dengan tidak menciderai diri
sendiri dan dapat melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri dengan membuat
daftar aspek positif diri sendiri.
12
Daftar Pustaka
Keliat, BA, Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jiwa Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC.
13