Anda di halaman 1dari 1

Diskusi.

3
Rabu, 9 Maret 2022, 03:08
Jumlah balasan: 6
Sebagai negara demokrasi, Indonesia menerapkan proses pergantian kekuasaan secara rutin
dan berkala setiap lima tahun sekali. Partisipasi politik rakyat dalam pemilu di Indonesia juga
cukup tinggi, selalu di atas 70% secara nasional. Namun demikian, dalam setiap kasus pemilu
di Indonesia selalu menyisakan persoalan golput (golongan putih/tidak memilih) yang hadir
dalam jumlah yang signifikan.

Diskusikan, apakah menurut anda bahwa golput itu bagian dari partisipasi politik atau bukan?
Jelaskan argumentasi anda dengan disertai contoh yang relevan!

Jawaban :

Menurut dari BMP yang telah saya pelajari yaitu kepedulian warga negara terhadap
kehidupan bangsa dan negara dapat digambarkan dalam partisipasi. Partisipasi menurut
herbert mc Closky ( international encyclopedia of the social sciences ) adalah " Kegiatan-
kegitan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan dalam kebijakan umum".

Jadi golput atau golongan putih tidak menyalurkan suaranya, bisa disebut sebagai warga
atau masyarakat yang non konvensional melakukan tindakan pengajuan petisi,
berdemontasi, mogok, tindakan kekerasan politik terhadap harta benda ( perusakan,
pemboman, pembakaran, penjarahan), tindakan kekerasan politik terhadap manusia,
perang gerilya dan melakukan kudeta.

Mungkin saja ada alasan tertentu mengapa seseorang melakukan golput itu sendiri bisa
dikarenakan sudah muak dengan kecurangan politik yang kian marak seperti banyaknya
warga masyarakat yang di iming imingi uang sebagai imbalan untuk memilih salah satu
paslon yg sudah ditentukan ( serangan fajar ). Ataupun masyarakat yang kurang merasakan
dampak dari paslon yang dipilih secara demokrasi seperti contoh warga masyarakat desa
rancadaka yangemberontak akibat beberapa kali ganti paslon kades tetap saja mereka
kurang diperhatikan akan akses jalan yang kian lambat laun rusak atau kebijakan kebijakan
yang para paslon utarakan ketika kampanye tidak bisa di buktikan secara nyata.

Referensi : BMP ISIP4213 MODUL 3 HAL 3.3 - 3.10

Anda mungkin juga menyukai