Iji 2022 1 8.en - Id
Iji 2022 1 8.en - Id
com
Imam Makrufi
Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia,imam.makruf@iain-surakarta.ac.id
Yunika Triana
Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Indonesia,yunika@iain-surakarta.ac.id
Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk institusi pendidikan tinggi. Institut Agama Islam Negeri Surakarta (IAIN
Surakarta) sebagai salah satu perguruan tinggi Islam di Indonesia telah mengembangkan manajemen pembelajaran online menggunakan platform Moodle. Penelitian ini
mencoba mengukur tingkat penerapan manajemen pembelajaran pada tiga dimensi pembelajaran online berbasis Moodle; perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel sebanyak 718 mahasiswa dari lima fakultas berdasarkan analisis deskriptif,
laporan menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran berada pada kategori tinggi dengan rata-rata 4,06 (dalam skala 5), pelaksanaan pembelajaran berada pada kategori
tinggi dengan rata-rata 4,06 (dalam skala 5), pelaksanaan pembelajaran berada pada kategori tinggi. kategori sedang dengan rata-rata 3. 35 dan evaluasi pembelajaran juga
berada pada kategori sedang dengan rata-rata 3,14. Artinya, perlu dilakukan optimalisasi pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan hasil CFA menunjukkan ketiga
variabel manifes berada di bawah 0,4 yaitu penggunaan Zoom, Google Meet atau lainnya (di luar Moodle) untuk sinkron (λ = 0,01, mean = 3,86), penggunaan Google Classroom,
WhatsApp atau lainnya. untuk asinkron (λ = 0,04, mean = 4,31), dan pemeriksaan berupa penugasan (λ = 0,11, mean = 3,86). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-
learning berbasis Moodle kurang optimal dalam pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas aplikasi, fasilitas pendukung dan
kemampuan pengguna. Artinya, perlu dilakukan optimalisasi pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan hasil CFA menunjukkan ketiga variabel manifes berada di
bawah 0,4 yaitu penggunaan Zoom, Google Meet atau lainnya (di luar Moodle) untuk sinkron (λ = 0,01, mean = 3,86), penggunaan Google Classroom, WhatsApp atau lainnya.
untuk asinkron (λ = 0,04, mean = 4,31), dan pemeriksaan berupa penugasan (λ = 0,11, mean = 3,86). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-learning berbasis Moodle
kurang optimal dalam pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas aplikasi, fasilitas pendukung dan kemampuan pengguna.
Artinya, perlu dilakukan optimalisasi pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan hasil CFA menunjukkan ketiga variabel manifes berada di bawah 0,4 yaitu penggunaan
Zoom, Google Meet atau lainnya (di luar Moodle) untuk sinkron (λ = 0,01, mean = 3,86), penggunaan Google Classroom, WhatsApp atau lainnya. untuk asinkron (λ = 0,04, mean =
4,31), dan pemeriksaan berupa penugasan (λ = 0,11, mean = 3,86). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-learning berbasis Moodle kurang optimal dalam
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas aplikasi, fasilitas pendukung dan kemampuan pengguna. Google Meet atau
lainnya (di luar Moodle) untuk synchronous (λ = 0,01, mean = 3,86), penggunaan Google Classroom, WhatsApp atau lainnya untuk asynchronous (λ = 0,04, mean = 4,31), dan ujian
berupa tugas ( = 0,11, rata-rata = 3,86). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-learning berbasis Moodle kurang optimal dalam pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas aplikasi, fasilitas pendukung dan kemampuan pengguna. Google Meet atau lainnya (di luar Moodle) untuk synchronous (λ = 0,01, mean = 3,86), penggunaan Google Classroo
PENGANTAR
Pembelajaran online di perguruan tinggi seperti perguruan tinggi di masa pandemi Covid-19
mungkin bisa menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian terbaru melaporkan
bahwa di bawah 50% siswa di Indonesia belum siap untuk belajar online karena berbagai
Kutipan:Makruf, I., Rifa'i, AA, & Triana, Y. (2022). Manajemen pembelajaran online berbasis Moodle
di perguruan tinggi.Jurnal Instruksi Internasional,15(1), 135-152.
136 Manajemen Pembelajaran Online Berbasis Moodle di Perguruan Tinggi …
aspek (Giatman et al., 2020). Salah satu syaratnya adalah karena kesiapan perguruan tinggi
yang selama ini melakukan pembelajaran offline harus berubah atau beralih ke mode online.
Pergeseran baru ini juga memberikan masalah baru karena belum memadainya infrastruktur,
sumber daya manusia, dan aplikasi e-learning untuk pelaksanaan perkuliahan online secara
penuh. Meskipun pada umumnya perguruan tinggi memiliki infrastruktur teknologi informasi
untuk layanan akademik dan pembelajaran, namun belum dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran online secara penuh, yang pada dasarnya membutuhkan server yang memadai,
jaringan internet yang stabil, dan integrasi sistem aplikasi e-learning dengan sistem layanan
akademik yang ada. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di negara lain seperti di
Rumania, Filipina dan negara lainnya (Radu et al., 2020), (Joaquin et al., 2020). Selain itu, aspek
sumber daya manusia seperti staf akademik dan IT serta dosen belum siap untuk melakukan
pelayanan atau proses pembelajaran online. Dosen dan staf belum memiliki keterampilan
atau kemampuan dalam menggunakan teknologi IT untuk pengelolaan kelas online karena
terbiasa melakukan pembelajaran secara tradisional (Zainal Ilmi et al, 2020).
Konsep pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 saat ini dapat dimanfaatkan oleh
penyelenggara pendidikan sebagai solusi untuk memperbaiki perkuliahan tatap muka yang selama
ini memiliki kelemahan antara lain keterbatasan durasi, lemahnya fasilitas di ruang kelas dan
lemahnya fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Teknologi tersebut diharapkan dapat
memberikan kemudahan belajar bagi mahasiswa dan juga dosen. Teknologi saat ini
menggabungkan pengalaman belajar asinkron dan sinkron (Keren-kolb, 2013). Asynchronous
menyediakan materi, pengajaran dan kursus, dan synchronous menyediakan komunikasi interaktif
untuk memberikan penguatan positif kepada siswa di rumah dengan menggunakan media digital
(Mantasiah, 2021). Oleh karena itu, layanan tersebut dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi
proses belajar mengajar di universitas (Mlotshwa et al., 2020). Dengan kata lain, pembelajaran online
tidak boleh mengurangi kriteria pembelajaran tatap muka, dan jika dikelola dengan baik akan
menambah sisi positif dari perkuliahan tatap muka. Pembelajaran online berbasis Moodle adalah
salah satu dari banyak platform online yang menawarkan mode sinkron dan asinkron dengan tips
berikut.
Perencanaan sistem pembelajaran online berbasis Moodle merupakan proses awal penggunaannya
dengan tahapan diantaranya; membuat akun e-learning, menentukan kegiatan kursus, jadwal waktu
dan sebagainya. Langkah ini membutuhkan waktu ekstra dimana seorang guru harus menentukan
materi dan metode apa yang akan digunakan dalam pembelajaran (Nash & Rice, 2018). Strategi ini
merupakan upaya penting untuk membuat aktivitas kelas terlihat dalam e-learning. Dalam
pembelajaran asinkron, misalnya, klip video, dokumen PDF, dan sumber pendidikan terbuka lainnya
biasanya disiapkan lebih awal (Nichols, 2016). Selain itu, dosen dapat memberikan Massive Open
Online Course (MOOC) untuk merancang strategi, metode, dan teknik pengajaran baru di platform
(Aljaraideh, 2019). Jadi, dosen dapat membawa cara belajar informal ke dalam setting formal.
Pembelajaran online berbasis Moodle sama halnya dengan pembelajaran tatap muka yang juga
mengharapkan pembelajaran yang aktif dan efektif. Mode ini memungkinkan penggunaan sistem
pendukung pembelajaran yang sinkron dan asinkron yang disediakan oleh kampus (Chourishi, 2015).
Dengan sistem ini pemanfaatan e-learning, seperti siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja tanpa
harus datang ke kelas. Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan bahwa kemampuan e-learning dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran (Goyal & Tambe, 2015). Penelitian lain secara khusus menemukan
bahwa sistem manajemen pembelajaran berbasis Moodle memudahkan siswa untuk beradaptasi dengan
teknologi pembelajaran (Umek, Keržič, et al., 2015). Selain itu, e-learning secara signifikan dapat
meningkatkan kreativitas guru dan siswa (Gunawan et al., 2019).
Selain berdampak positif, pembelajaran online berbasis Moodle juga ditemukan tidak efektif dalam
pembelajaran ini yang disebabkan oleh kurangnya interaksi antara mahasiswa dengan dosen.
Masalah interaksi ini sebenarnya dapat diminimalisir dengan menghubungkan interaksi sosial
antara dosen dan mahasiswa dengan pendekatan teknologi (Wood, 2010). Model interaktif ini
menempatkan kombinasi synchronous dan asynchronous secara bersamaan. Pada flipped learning
class misalnya, mahasiswa berada di kelas pada jam yang telah ditentukan, kemudian dosen
memberikan penjelasan secara langsung. Arahan dosen akan memikat mahasiswa untuk
berpartisipasi aktif (Abar & Carnevale de Moraes, 2019). Seperti
Evaluasi adalah proses memperoleh data untuk menentukan apakah siswa dapat mencapai tujuan
sesuai dengan pembelajaran yang telah ditentukan. Proses ini harus dapat mengukur kinerja siswa
dan memberikan langkah-langkah untuk memberikan umpan balik (Koneru, 2017). Sistem
manajemen evaluasi ini tidak hanya menilai dan menilai siswa, tetapi diharapkan dapat menilai
apakah metode pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi siswa atau tidak. Sistem manajemen
pembelajaran berbasis Moodle menawarkan berbagai mode penilaian akhir seperti tugas, modul
pilihan, forum dan lain-lain. Data terakhir menyebutkan bahwa evaluasi dengan e-learning seperti ini
jarang dilakukan oleh dosen, karena mereka lebih cenderung menggunakan e-learning untuk
kebutuhan penyampaian materi (Deepak, 2017). Evaluasi yang ideal harus dapat menunjukkan
indikator keterampilan dan kualitas belajar siswa.
Dari penjelasan di atas, e-learning diharapkan dapat meningkatkan tiga dimensi perkuliahan
tatap muka tanpa mengurangi konsep dasar pembelajaran ideal secara umum. Pada
dasarnya, mata kuliah e-learning hanya menggantikan pendekatan (media konvensional ke
digital), tidak menggantikan prinsip dasar pembelajaran. Berdasarkan konsep tersebut,
evaluasi pembelajaran berbasis Moodle dapat diukur melalui aspek-aspek berikut; 1)
menggunakan fasilitas Moodle, 2) diberikan oleh dosen berupa tugas dan 3) menggunakan
fasilitas Moodle untuk penyerahan tugas.
METODE
Desain, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif atau penelitian kuantitatif berupa survei
online (Stephen Gorard, 2001) (Creswell, 2012). Sebagai penelitian kuantitatif, penelitian ini
menggunakan pengukuran objektif untuk mengumpulkan data numerik yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan yang telah ditentukan (Ary et al., 2010). Bentuk alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner
dengan memanfaatkan fasilitas google form. Kuesioner dibagikan kepada mahasiswa melalui
grup WhatsApp mahasiswa dan dosen. Hanya kuesioner yang mendapat respon sempurna
yang dimasukkan dalam analisis data.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dan CFA (Confirmatory Factor
Analysis) menggunakan SEM AMOS (Byrne, 2010). Teknik deskriptif dimaksudkan untuk
menggambarkan respon siswa berupa mean jawaban dan simpangan baku. Sedangkan
analisis CFA dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan faktor (indikator) mana
yang paling kuat dan paling lemah pada setiap dimensi.
Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di IAIN Surakarta dengan populasi 15.824 mahasiswa (berdasarkan data
pddikti.kemdikbud.go.id pada 30 Oktober 2020). Sampel ditentukan secara acak dengan
menyebarkan kuesioner berupagoogle formulirkepada mahasiswa melalui grup WhatsApp di
fakultas masing-masing. Kuesioner dibagikan antara 20thsampai 30thOktober 2020. Terdapat
822 responden yang kemudian dieliminasi dari kriteria tersebut diantaranya hanya responden
yang berada pada semester 3 – 7 yang mengikuti perkuliahan online denganSiKulon, dan
mengisi formulir terakhir pada tanggal 30 Oktoberth, 2020. Dari hasil eliminasi data diperoleh
sampel sebanyak 718 mahasiswa atau sebanyak 4,5% dari populasi yang tersebar di 5 (lima)
fakultas dengan rincian seperti pada tabel 1 dan 2 di bawah ini:
Tabel 1
Distribusi responden
Fakultas Frekuensi Persen
Fakultas Adab dan Bahasa (FAB) 114 15.88
Fakultas Hukum Syari'ah (FASYA) 244 33.98
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) 104 14.48
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIT) 135 18.80
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) 121 16.85
Total 718 100.00
Semester Frekuensi Persen
3 (tiga) 177 24.70
5 (lima) 464 64.60
7 (tujuh) 77 10.70
Total 718 100.00
Responden dalam penelitian ini berasal dari lima fakultas dengan jumlah mahasiswa 718
(responden). Distribusi data responden berdasarkan fakultas adalah FAB 15,9% (114
mahasiswa), FASYA 34% (244 mahasiswa), FEBI 14,5% (104 mahasiswa), FIT 18,8% (135
mahasiswa) dan FUD 16,9% (121 mahasiswa). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
responden dalam penelitian ini tersebar merata di seluruh fakultas dan respon tertinggi
berasal dari Fakultas Syari'ah (FASYA). Sedangkan sebaran responden berdasarkan
semester, paling tinggi berasal dari mahasiswa semester V (64,50%), disusul semester III
(24,70%) dan paling sedikit berasal dari semester tujuh (10,70%). Distribusi berdasarkan
fakultas dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
Meja 2
Responden menurut fakultas dan semester
Semester 3 semester 5 Semester 7 Total
Fakultas FP F P F P F P
Fakultas Adab dan Bahasa (FAB) 45 25% 64 14% 5 6% 114 16%
Fakultas Hukum Syari'ah (FASYA) 63 36% 157 34% 24 31% 244 34%
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 27 15% 53 11% 24 31% 104 14%
(FEBI)
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIT) 18 10% 96 21% 21 27% 135 19%
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) 24 14% 94 20% 3 4% 121 17%
Total 177 25% 464 65% 77 11% 718 100%
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak dari seluruh
fakultas yang ada berasal dari 5thmahasiswa semester dengan urutan sebagai berikut; FASYA
(157 atau 34%), FIT (96 atau 21%), FUD (94 atau 20%), FAB (64 atau 14%), FEBI (53 atau 11%).
Respon terendah dari masing-masing fakultas berasal dari 7thmahasiswa semester kecuali
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIT), respon terendah datang dari 3thmahasiswa semester dengan
18 responden.
Instrumen Penelitian
Dalam menyusun instrumen penelitian, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
mengidentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul, mendeskripsikan variabel-variabel tersebut
ke dalam sub-variabel, mencari indikator-indikator dalam sub-variabel, membuat daftar deskriptor
setiap indikator, merumuskan masing-masing deskriptor ke dalam item-item instrumen, melengkapi
instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar (Riduwan, 2003). Penelitian ini
menggunakan instrumen yang dikembangkan dengan menggabungkan konsep manajemen
pembelajaran dengan teknologi Moodle (Kats, 2010) (Bach et al., 2007). Dalam pembelajaran
terdapat tiga dimensi utama yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi; penyampaian rencana pembelajaran,
penjelasan rencana pembelajaran, Penyusunan dan penyerahan kontrak pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi; pencatatan kehadiran, sinkron dan asinkron penjelasan materi, tugas, dan
penyampaian bahan ajar dan sumber belajar. Sedangkan evaluasi pembelajaran meliputi;
melakukan dan menyerahkan ujian, tes atau tugas. Instrumen penelitian ini menggunakan skala
Likert dengan 5 kategori jawaban (Sangat Setuju, Setuju, Ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju).
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran online berbasis Moodle diukur dengan empat kriteria, yaitu;
mengunggah rencana pembelajaran semester diSiKulon, menjelaskan rencana pembelajaran
semester di awal semester, membuat kontrak belajar antara dosen dan mahasiswa, dan
mengunggah kontrak pembelajaran diSiKulon. Sekilas tentangSiKulonAdapun tanggapan dari
siswa dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3
Perencanaan pembelajaran
Dimensi Kriteria Rata-rata (SD) Kategori
Perencanaan mengunggah rencana pembelajaran semester pada fasilitas Moodle 3.58 (0.996) Tinggi
Sedang belajar (X1)
menjelaskan rencana pembelajaran semester di awal 4.17 (0.981) Tinggi
semester (X2)
membuat kontrak belajar antara dosen dan mahasiswa (X3) 4.35 (0.886) Tinggi
mengunggah kontrak belajar pada fasilitas Moodle (X4) 4.16 (0.951) Tinggi
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan bentuk tindakan dari perencanaan yang telah
disusun secara komprehensif dalam format rencana pembelajaran. Dalam
menggambarkan bagaimana perencanaan pembelajaran diimplementasikan dalam
kegiatan belajar mengajar berbasis Moodle dijelaskan dengan kriteria atau karakteristik
antara lain: penggunaan e-learning untuk kehadiran mahasiswa, penggunaan Bigblue
untuk perkuliahan tatap muka (synchronous), penggunaan aplikasi di luar elearning
seperti Zoom, Google meet, atau lainnya untuk mode Synchronous oleh dosen,
penggunaan e-learning untuk mendukung pembelajaran asynchronous, penggunaan
Google classroom, WhatsApp atau aplikasi lain untuk asynchronous dan pengiriman
tugas mahasiswa, penggunaan elearning untuk mengunggah bahan ajar, dan
menggunakan e-learning untuk menghubungkan bahan ajar.
Tabel 4
Pelaksanaan pembelajaran
Dimensi Kriteria Rata-rata (SD) Kategori
Penerapan Pengaturan kehadiran (X5) 3,53 (0,974) Tinggi
belajar Memanfaatkan bigblue untuk sinkron (X6) 2.13 (1.077) Rendah
Memanfaatkan Zoom, Google meet, atau lainnya untuk aktivitas 3,86 (0,895) Tinggi
sinkron (X7)
Pemanfaatan e-learning untuk aktivitas asinkron (X8) 3,25 (1.076) Sedang
Memanfaatkan Google classroom, WhatsApp (WA), untuk 4.31 (0.681) Tinggi
aktivitas asynchronous (X9)
Pembuatan tugas dan pengiriman tugas menggunakan 3.18 (1.013) Sedang
fasilitas Moodle (X10)
Mengupload bahan ajar (PDF, PPT, Dokumen, 3,58 (1.024) Tinggi
Video, dll) pada e-learning (X11)
Menghubungkan bahan ajar pada fasilitas Moodle (X12) 2,98 (1.085) Sedang
Total 3.35 Sedang
Dari delapan indikator di atas, total rata-rata jawaban responden adalah 3,35, artinya
pelaksanaan pembelajaran berada pada kategori sedang. Dengan uraian sebagai
berikut:
sebuah. Berdasarkan standar deviasi dapat disimpulkan bahwa tidak ada SD yang
melebihi rata-rata, artinya sebaran data berada pada kategori baik (normal) dan
tidak bias.
b. Penggunaan presensi melalui e-learning oleh dosen dalam kategori tinggi dengan
rata-rata jawaban responden 3,53.
c. penggunaan dariBiru besaroleh dosen dalam mendukung perkuliahan sinkron masih rendah
(rata-rata jawaban responden 2.13.
d. Penggunaan synchronous activity menggunakan zoom, google meet, atau lainnya termasuk dalam
kategori tinggi dengan rata-rata 3,86.
e. Penggunaan asynchronous learning dilakukan oleh dosen dalam e-learningSiKulon
(dalam bentuk diskusi atau lainnya) dalam kategori sedang, dengan rata-rata 3,25
f. Penggunaan synchronous learning menggunakan WhatsApp, Google Classroom, atau lainnya termasuk
dalam kategori tinggi, dengan rata-rata 4,31
g. Penggunaan tugas dan penugasan menggunakan e-learning termasuk dalam kategori sedang
(rata-rata 3,18)
h. Pengunggahan bahan ajar dalam e-learning berupa PDF, PPT, Dokumen, Audio, Video atau
lainnya termasuk dalam kategori tinggi, dengan rata-rata 3,58
saya. Menghubungkan bahan ajar diSiKulonberada pada kategori sedang, dengan rata-rata
2,98
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa aplikasi video conference seperti
Zoom, Google Meet atau lainnya lebih disukai oleh dosen daripadaBiru besartombol
yang tersedia dalam e-learning dengan rasio rata-rata 3,86 > 2,13. Demikian juga,
Google Kelas,Ada apaatau lainnya yang lebih disukai dosen dibandingkan e-learning
dengan rasio rata-rata 4,31 > 3,25. Pemanfaatan e-learning oleh dosen untuk
memberikan penjelasan materi dengan mengupload di youtube link pada model e-
learning belum optimal (respon dalam kategori sedang).
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran yang
direncanakan. Hasil evaluasi ini akan menunjukkan tingkat keefektifan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis Moodle dilihat
dari tiga kriteria yaitu; pemeriksaan fasilitas Moodle sesuai jadwal yang telah ditentukan, dosen
memberikan tugas untuk menilai hasil belajar, dan dosen menggunakan e-learning untuk
mengumpulkan hasil karya mahasiswa. Gambaran rata-rata jawaban responden seperti terlihat
pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5
Evaluasi pembelajaran
Dimensi Kriteria Kategori Rata-rata (SD)
Evaluasi Menggunakan fasilitas Moodle untuk pemeriksaan (X13) 2.66 (1.202) Sedang
belajar Pemberian tugas (X14) 3,78 (1,014) Tinggi
Menggunakan fasilitas Moodle untuk mengirimkan tugas (X15) 2.97 (1.142) Sedang
Total 3.14 Sedang
Gambar 1
Deskripsi manajemen pembelajaran online berbasis moodle
Analisis deskriptif pengelolaan pembelajaran online berbasis Moodle pada tiga dimensi utama yaitu
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran di atas (lihat
gambar 1), menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran menggunakan Moodle dinyatakan pada
dimensi dengan rata-rata respon tertinggi dibandingkan dengan dua dimensi lainnya. Dilaporkan
dengan nilai 4,07 pada skala 5. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran pada dimensi
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran berada pada kategori sedang. Dengan kata lain, kedua
dimensi tersebut tidak digunakan secara optimal.
Meskipun analisis deskriptif berbasis rata-rata di atas telah memberikan gambaran tentang
manajemen pembelajaran online berbasis Moodle, namun perlu analisis lebih lanjut
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk mengetahui indikator atau aspek
mana yang dominan (tinggi) dan mana yang rendah. berdasarkan koefisien bobot faktor.
Koefisien bobot faktor pada dasarnya menunjukkan keeratan hubungan atau korelasi antara
variabel laten dan variabel manifes (Bachrudin & Tobing, 2003). Batas minimum
koefisien bobot faktor (lambda-λ) dapat dianggap layak tidak kurang dari 0,4.
Gambar 2
Analisis faktor konfirmatori (CFA) manajemen pembelajaran online berbasis moodle
Gambar 3
Bobot regresi
Pada dimensi pelaksanaan pembelajaran (EL) terdapat dua indikator yang bobot loading
factornya (λ) di bawah 0,4 yaitu penggunaan Zoom, Google meet, atau lainnya untuk
Synchronous (X7) dengan P-Value = 0,888 (lihat gambar 3 .), pemanfaatan Google classroom,
WA, untuk asynchronous (X9) dengan P-Value = 0.305. Kedua variabel manifes ini memiliki
rata-rata X7 = 3,86 dan rata-rata X9 = 4,31. Artinya dosen menggunakan aplikasi lain daripada
menggunakanBiru besaryang telah disediakan di SiKulon'spembelajaran elektronik. Mereka
cenderung menggunakan aplikasi lain seperti Google Classroom, WhatsApp atau lainnya
untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Pada dimensi evaluasi pembelajaran (EL) berupa penugasan (X14) memiliki bobot
loading factor 0,11 (P-Value = 0,305) dengan rata-rata 3,78. Artinya indikator ini tidak
mampu menjelaskan dimensi evaluasi pembelajaran. Indikator pengumpulan hasil karya
siswa menggunakanSiKulone-learning (X13) rata-rata sebesar 2,66. Dapat disimpulkan
bahwa tugas yang dilakukan oleh dosen tidak semuanya dikumpulkan menggunakan
elearning.
2010). Penggunaan synchronous learning menggunakan platform eksternal seperti zoom, google
meet dan lainnya lebih besar dibandingkan dengan penggunaan fitur internal. Hal ini disebabkan
terbatasnya penggunaan Bigblue Button. Oleh karena itu, kapasitas sistem ini merupakan faktor
penting dalam meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan tinggi. Harus ada
pengembangan lanjutan pada infrastruktur teknis platform Moodle. Sistem manajemen
pembelajaran harus menyediakan dokumentasi, administrasi, pelacakan, pelaporan, dan otomatisasi
yang andal (Naz & Khan, 2018). Tampaknya penggunaan eksternal yang besar menyebabkan tidak
ada dokumentasi, administrasi, pelacakan, pelaporan, dan otomatisasi.
Hal ini juga menunjukkan bahwa kelemahan manajemen pembelajaran berbasis Moodle dalam dua
dimensi, yaitu implementasi dan evaluasi pembelajaran. Dalam penelitian yang sama terkait
penerapan pembelajaran online berbasis Moodle oleh Miller dan Edwards; Ditemukan bahwa kuliah
dengan Moodle lebih disukai oleh mahasiswa pascasarjana daripada mahasiswa sarjana yang diukur
dengan tiga dimensi kerangka Community of Inquiry (CoI); yaitu, pembelajaran online, persepsi, dan
penyampaian teknologi dari kursus mereka (Miller & Edward, 2020). Dari sudut pandang fasilitator,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson et al, perlu juga dilihat bagaimana
persepsi jangka pendek dan jangka panjang terhadap penggunaan pembelajaran berbasis Moodle
(Richardson et al., 2012). Di samping itu, siswa yang menggunakan e-learning sering mengalami
gangguan pada perangkat komputer dan akses data yang mereka gunakan (Al-ani, 2013).
Sementara itu, Dahal dan Pangeni juga menjelaskan kelemahan evaluasi. Dinyatakan bahwa
fasilitator tidak menyadari atau memanfaatkan fitur penilaian di Moodle, sehingga siswa kehilangan
alat penilaian diri dan teman sebaya yang sangat berguna ini untuk belajar di perguruan tinggi. Oleh
karena itu, penelitian ini merekomendasikan pelatihan bagi fasilitator dalam merancang, membuat,
dan memanfaatkan fitur penilaian yang ada (Dahal & Pangeni, 2019). Sejalan dengan teori sistem
manajemen pembelajaran yang dikemukakan oleh (Naz & Khan, 2018), dokumentasi, administrasi,
pelacakan, pelaporan dan otomatisasi membutuhkan kesadaran dan literasi digital dari semua
pihak. Lembaga harus memberikan akses yang mudah dan nyaman agar dosen dan mahasiswa
dapat menggunakan kelas online dengan nyaman. Peran lembaga dalam memberikan informasi
yang masif dan kebijakan yang bijak kepada pengguna juga akan meningkatkan literasi digital dalam
penggunaan sistem manajemen pembelajaran.
Persepsi dan sikap siswa terhadap e-learning merupakan faktor penting bagi
keberhasilan sistem (Hsu & Chang, 2013). Penelitian lain menemukan bahwa mahasiswa
mempersepsikan kualitas interaksi secara positif (dengan diri mereka sendiri, dengan
dosen (instruktur) dan konten menggunakan pembelajaran berbasis Moodle. dengan
mengoptimalkan fitur khas Moodle (Abdelraheem, 2012).Kualitas proses pendidikan
yang sempurna tergantung pada banyak faktor seperti; literasi digital mahasiswa dan
dosen, strategi pengajaran, interaksi dengan mahasiswa, hubungan antara mahasiswa
dan fakultas, umpan balik yang cepat, pembelajaran aktif, pembelajaran kolaboratif,
aplikasi teknologi dan banyak lainnya (Coman et al., 2020). penggunaan video tutorial
interaktif dalam pembelajaran dengan menyematkan link youtube pada Moodle menjadi
faktor yang krusial, karena dapat meningkatkan kepuasan belajar siswa (Nagy, 2018).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-learning berbasis Moodle di
perguruan tinggi kurang optimal dalam pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Oleh
karena itu, lembaga perlu
KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 telah membawa tuntutan dan budaya baru dalam manajemen pembelajaran ke
perguruan tinggi di seluruh dunia. Platform digital seperti manajemen pembelajaran berbasis online
menjadi harapan baru. IAIN Surakarta mengembangkan pembelajaran berbasis Moodle (SiKulon)
untuk menjamin terselenggaranya dan terjaminnya mutu pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran berbasis online kurang optimal terutama
pada dimensi pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Namun, dalam perencanaan
pembelajaran termasuk dalam penggunaan yang tinggi atau optimal.
Penelitian ini menemukan kelemahan pada dimensi penting sistem manajemen pembelajaran,
yaitu; pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran masih
banyak dosen yang menggunakan platform lain di luar Moodle, seperti Zoom, Google Meet
atau lainnya untuk melakukan pembelajaran sinkron (digital face-to-face learning) dan Google
Classroom, WhatsApp dan lain-lain untuk pembelajaran sinkron. Seleksi ini dapat disebabkan
oleh tiga faktor utama; kualitas sistem, fasilitas pendukung dan kemampuan pengguna.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan optimalisasi penggunaan aplikasi yang tersedia dalam e-
learning dengan berbagai kapasitas pendukung yang memadai. Begitu juga dengan evaluasi,
penggunaan menu pada aplikasi pembelajaran berbasis Moodle khususnya pada koleksi hasil
kerja siswa, perlu dioptimalkan baik dari sisi sistem maupun pengguna (mahasiswa dan
dosen). Selain itu, pemanfaatan fitur evaluasi atau assessment perlu ditingkatkan dengan
memaksimalkan fungsionalitas dari sistem yang ada. Sejalan dengan penelitian tersebut,
penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengevaluasi permasalahan teknis yang dialami oleh
mahasiswa dan institusi khususnya selama pembelajaran online. Temuan akan mencerminkan
banyak aspek dukungan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas
pembelajaran online, metode pengajaran dan peran pemerintah memainkan peran penting.
Namun, dibutuhkan parameter yang tepat untuk melakukan penelitian. Lembaga dapat
melakukan survei mendalam sebagai langkah evaluasi internal. Persepsi positif pengguna
mencerminkan harapan pengguna, tetapi lembaga juga perlu melihat harapan kinerja,
harapan usaha, pengaruh sosial dan fasilitas. Hasilnya akan menentukan apa yang harus
dilakukan lembaga untuk mengembangkan layanan pembelajaran.
REFERENSI
Abar, CAAP, & Carnevale de Moraes, U. (2019). Ruang kelas terbalik dan moodle: Teknologi
digital untuk mendukung pengajaran dan pembelajaran matematika.Acta Didactica
Napocensia,12(2), 209–216. https://doi.org/10.24193/adn.12.2.16
Abdelraheem, AY (2012). Kualitas interaksi dalam moodle yang dirasakan oleh peserta didik
dan hubungannya dengan beberapa variabel.Jurnal Pendidikan Jarak Jauh Turki Online,13(3),
375–389. https://doi.org/10.17718/tojde.30315
Al-ani, WT (2013). Pendekatan blended learning menggunakan moodle dan prestasi belajar
mahasiswa di universitas sultan qaboos di oman.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2(3).
https://doi.org/10.5539/jel.v2n3p96
Algayres, M., & Triantafyllou, E. (2020). Analisis pembelajaran di ruang kelas terbalik:
Tinjauan pelingkupan.Jurnal Elektronik E-Learning,18(5), 397–409.
https://doi.org/10.34190/JEL.18.5.003
Ary, D., Jacobs, LC, & Sorensen, CK (2010).Pengantar penelitian dalam pendidikan
(Kedelapan). Wadsworth.
Bach, S., Haynes, P., & Lewis, J. (2007).Pembelajaran dan pengajaran online di pendidikan
tinggi. Pers Universitas Terbuka.
Bachrudin, A., & Tobing, HL (2003). Analisis data untuk penelitian survey dengan
menggunakan lisrel 8.FMIPA UNPAD. Bandung.
Byrne, BM (2010).Pemodelan persamaan struktural dengan AMOS: Konsep, Aplikasi,
dan Pemrograman BHasic(Kedua). Routledge Taylor & Grup Francis.
Chourishi, D. (2015). E-learning yang efektif melalui moodle moodle untuk e-learning.
Jurnal Internasional Penelitian Teknologi & Rekayasa Tingkat Lanjut,1(1), 34–38.
Chung, C., & Ackerman, D. (2015). Reaksi siswa terhadap teknologi manajemen
kelas: Gaya belajar dan sikap terhadap moodle.Jurnal Pendidikan untuk Bisnis,90(4),
217–223. https://doi.org/10.1080/08832323.2015.1019818
Cole, J., & Foster, H. (2007). Menggunakan moodle: Mengajar dengan sistem
manajemen kursus open source yang populer.O'ReillyCommunityPress.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Coman, C., ru, LG, Meseșan-Schmitz, L., Stanciu, C., & Bularca, MC (2020).
Pengajaran dan pembelajaran online di pendidikan tinggi selama pandemi
coronavirus: Perspektif siswa.Keberlanjutan (Swiss),12(24), 1-22.
https://doi.org/10.3390/su122410367
Dahal, N., & Pangeni, SK (2019). Workshop kursus online : Wawasan untuk
pembelajaran dan penilaian di perguruan tinggi.Jurnal Internasional Perspektif
Multidisiplin dalam Pendidikan Tinggi,4(1), 89–110.
De Clunie, GT, Clifton, CT, Castillo, A., & Rangel, N. (2013). Lingkungan seluler
berbasis Android untuk pengguna moodle.Prosiding Mobile Learning
Konferensi Internasional IADIS 2013, ML 2013, 125-132.
Deepak, KC (2017). Evaluasi fitur moodle di universitas kajaani studi kasus ilmu
terapan. DiProcedia Ilmu Komputer(Jil. 116, hlm. 121–128). https://doi.org/
10.1016/j.procs.2017.10.021
Goyal, E., & Tambe, S. (2015). Efektivitas pembelajaran campuran yang diaktifkan moodle di
ceruk pengajaran sekolah bisnis swasta India.Jurnal Online Cakrawala Baru dalam Pendidikan,
5(2), 14–22.
Gunawan, G., Sahidu, H., Susilawati, S., Harjono, A., & Herayanti, L. (2019). Sistem
manajemen pembelajaran dengan moodle untuk meningkatkan kreativitas calon guru
fisika. Jurnal Fisika: Seri Konferensi,1417(1), 0–6. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1417/1/012078
Hsu, H., & Chang, Y. (2013). Model TAM yang Diperluas: Dampak kenyamanan pada
penerimaan dan penggunaan moodle.Ulasan Pendidikan AS-China,3(4), 211–218.
Joaquin, JJB, Biana, HT, & Dacela, MA (2020). Sektor pendidikan tinggi Filipina di
masa COVID-19.Perbatasan dalam Pendidikan,5.
https://doi.org/10.3389/feduc.2020.576371
Luk, C.-H., Ng, K.-K., & Lam, W.-M. (2018).Penerimaan Penggunaan Open-Source
Learning Platform (Moodle) untuk Pembelajaran di Perguruan Tinggi Hong Kong(hal.
249–257). https://doi.org/10.1007/978-981-13-0008-0_23
Mantasiah, R. (2021). Menilai penguatan verbal positif guru selama sekolah dari
rumah di era pandemi Covid-19.Jurnal Instruksi Internasional,14(2), 1037–1050.
Miller, T., & Edward, P. (2020). Pembelajaran online : Praktek, Persepsi, dan
Teknologi.Jurnal Pembelajaran dan Teknologi Kanada / La Revue Canadienne de
l'apprentissage et de La Technologie,46(1), 1-27.
Miller, T., MacLaren, K., & Xu, H. (2020). Pembelajaran online: Praktik, persepsi, dan
teknologi.Jurnal Pembelajaran dan Teknologi Kanada / La Revue Canadienne de
l'apprentissage et de La Technologie,46(1). https://doi.org/10.21432/cjlt27894
Mlotshwa, N., Tunjera, N., & Chigona, A. (2020). Integrasi moodle ke dalam kelas untuk
pemahaman konseptual yang lebih baik tentang fungsi dalam matematika.Jurnal
Pendidikan Afrika Selatan,40(3), 1–14. https://doi.org/10.15700/saje.v40n3a1570
Nagy, JT (2018). Evaluasi penggunaan video online dan kepuasan belajar: Perpanjangan
dari model penerimaan teknologi.Tinjauan Internasional Penelitian dalam Pembelajaran
Terbuka dan Terdistribusi,19(1).
Nash, SS, & Rice, W. (2018).Pengembangan Kursus E-Learning Moodle 3(Edi keempat).
Penerbitan Paket.
Naz, T., & Khan, M. (2018). Kesenjangan fungsionalitas dalam desain sistem manajemen
pembelajaran.Jurnal Internasional Ilmu Komputer dan Aplikasi Tingkat Lanjut,9(11), 371–
374. https://doi.org/10.14569/ijacsa.2018.091152
Radu, M.-C., Schnakovszky, C., Herghelegiu, E., Ciubotariu, V.-A., & Cristea, I. (2020).
Dampak pandemi COVID-19 terhadap kualitas proses pendidikan: Survei siswa.
Jurnal Internasional Penelitian Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, 17(21), 7770.
https://doi.org/10.3390/ijerph17217770
Rakic, S., Tasic, N., Marjanovic, U., Softic, S., Lüftenegger, E., & Turcin, I. (2020).
Kinerja siswa pada platform e-learning: Pendekatan metode campuran.Jurnal
Internasional Teknologi Berkembang dalam Pembelajaran (IJET),15(02), 187. https://
doi.org/10.3991/ijet.v15i02.11646
Ramllah, R., & Nurkhin, A. (2020). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi niat perilaku
menggunakan e-learning menggunakan pendekatan unified theory of acceptance and use of
technology. Ilmu Sosial KnE,2020, 1005–1025. https://doi.org/10.18502/kss.v4i6.6658
Richardson, J., Finholt-Daniel, M., Penjualan, G., & Flora, K. (2012). Pergeseran ruang
pedagogis : Pendidik Mesir menggunakan moodle.Jurnal Internasional Pendidikan dan
Pengembangan Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IJEDCT),8(2), 92–
106.
Samudi, S., Widodo, S., & Brawijaya, H. (2020). Metode clustering K-Medoids untuk
aplikasi pembelajaran di masa pandemi COVID-19.SinkrOn,5(1), 116. https://doi.org/
10.33395/sinkron.v5i1.10649
Santoso, HB, Batuparan, AK, Isal, RYK, & Goodridge, WH (2018). Pengembangan
dasbor pembelajaran untuk dosen : Studi kasus pada lingkungan e-learning yang
berpusat pada siswa.Jurnal Pendidik Online,1, 1–14.
Stephen Gorard. (2001).Metode Kuantitatif dalam Penelitian Pendidikan: Peran
Bilangan Menjadi Mudah(Jil. 110, Edisi 9). kontinum.
Umek, L., Aristovnik, A., Tomaževi, N., & Kerži, D. (2015). Analisis aspek terpilih
dari kinerja dan kepuasan siswa dalam lingkungan sistem e-learning berbasis
moodle.Jurnal Eurasia Pendidikan Matematika, Sains dan Teknologi, 11(6),
1495–1505. https://doi.org/10.12973/eurasia.2015.1408a
Umek, L., Kerži, D., Tomaževi, N., & Aristovnik, A. (2015). Sistem e-learning
Moodle dan kinerja mahasiswa di perguruan tinggi: Kasus program
administrasi publik.Prosiding International Conference on E-Learning 2015, E-
LEARNING 2015 - Bagian dari Multi Conference on Computer Science and
Information Systems 2015, 97-104.
Kayu, SL (2010). Teknologi untuk pengajaran dan pembelajaran: Moodle sebagai alat untuk
pendidikan tinggi.Jurnal Internasional Pengajaran dan Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Http://Www.Isetl.Org/Ijtlhe/ 2010, 22(3), 299–307.
Zainal Ilmi dkk. (2020). Kemandirian dalam pembelajaran, manajemen pendidikan, dan
industri 4.0: Habitat Indonesia selama COVID-19.Jurnal Antropologi Olahraga dan
Pendidikan Jasmani,4(4), 63–66.
Zainuddin, N., Idrus, R., & Jamal, AFM (2016). Moodle sebagai alat pengajaran ODL :
Perspektif mahasiswa dan akademisi.Jurnal Elektronik E-Learning,14(4), 282–290.