Anda di halaman 1dari 11

Rian Ashari Siregar dkk.

: Hukum Ohm

HUKUM OHM (E2)


Rian Ashari Siregar , Muhammad Fadlil2, Rahman Rizalti2, Arif Rahardi2
1

1
Fisika, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jumat Shift I, Universitas Andalas
2
Laboratorium Fisika Dasar, Universitas Andalas

Info Artikel ABSTRAK

Kata kunci: Telah dilakukan praktikum fisika dasar mengenai Hukum Ohm yang bertujuan
untuk menentukan hambatan dalam amperemeter, hambatan dalam voltmeter
hambatan dalam dan resistansi resistor. Alat dan bahan yang digunakan antara lain catu daya,
hukum ohm amperemeter, voltmeter, multimeter, resistor, papan rangkaian, dan jumper.
resistansi Percobaan penentuan hambatan dalam amperemeter dan voltmeter dilakukan
resistor sebanyak lima kali perulangan dengan memvariasikan nilai tegangan pada catu
tegangan daya. Sedangkan percobaan untuk menentukan resistansi resistor dilakukan
menggunakan 2 resistor yang salah satunya telah diketahui nilai resistansinya.
Hasil dari percobaan hambatan dalam amperemeter diperoleh nilai hambatan
dalam amperemeter rata-rata sebesar 0,2782963 Ω dengan nilai ralat nisbi
(RN) sebesar 0,005% . Pada percobaan hambatan dalam voltmeter diperoleh
nilai hambatan dalam voltmeter rata-rata sebesar 15,2454 Ω dengan nilai ralat
nisbi (RN) sebesar 0,036%. Sedangkan pada resistansi resistor diperoleh nilai
resistansi percobaan yang tidak terlalu beda dengan nilai resistansi sebenarnya,
yaitu sebesar 51,371 Ω dengan nilai ralat sebesar 0,727%.

Keywords: A basic physics practicum has been carried out regarding Ohm's Law which
aims to determine resistance in amperemeters, resistance in voltmeters and
inner barrier resistor resistance. The tools and materials used include power supply,
ohm law amperemeter, voltmeter, multimeter, resistor, circuit board, and jumper. The
resistance resistance determination experiment in the amperemeter and voltmeter was
resistor carried out five times by varying the voltage value on the power supply. While
voltage the experiment to determine resistor resistance is carried out using 2 resistors,
one of which has been known the resistance value. The results of the resistance
Penulis Korespondensi: experiment in the amperemeter obtained an average resistance value in the
amperemeter of 0.2782963 Ω with a ralat nisbi (RN) value of 0.005%. In the
Rian Ashari Siregar resistance experiment in the voltmeter obtained an average resistance value in
Email: the voltmeter of 15.2454 Ω with a ratio of 0.036%. While the resistance of the
2110443011_rian@student.unand.a resistor obtained a test resistance value that is not too different from the actual
c.id resistance value, which is 51,371 Ω with a lick value of 0.727%.

Copyright © 2022 Author(s). All rights reserved

1. PENDAHULUAN
Rangkaian arus didefinisikan sebagai pergerakan muatan positif. Arah arus positif mengalir dari
potensi tinggi menuju potensi rendah, dan arah arus negatif mengalir dari potensi rendah ke potensi tinggi.
Arus searah merupakan arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap satuan waktu. Contoh
sumber arus searah adalah baterai kering dan akumulator atau aki. Hukum Ohm merupakan hukum dasar
dalam pengukuran besaran listrik. Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan yang melintasi resistor
langsung proporsional terhadap arus yang mengalir melalui resistor tersebut. George Simon Ohm (1787-
1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial
yang diberikan ke ujung-ujungnya (Giancolli,2001).

1 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9


Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm
Dalam Hukum Ohm dikenal istilah daerah ohmik dan daerah non-ohmik. Daerah ohmik adalah
sifat material yang menunjukkan hubungan kurva antara V dan I yang berbentuk garis lurus dengan
gradien menunjukkan nilai dari R serta memenuhi Hukum Ohm. Sedangkan daerah non-ohmik adalah
sifat material yang nilai R-nya bergantung pada V dan I namun jika diplot dalam grafik hubungan V dan I
tidak berbentuk garis lurus.

Gambar 1 Daerah Ohmik dan Daerah Non-ohmik


Amperemeter bekerja sesuai dengan prinsip Gaya Lorentz atau disebut juga dengan gaya
magnetik. Ketika terdapat kumparan yang dikelilingi oleh medan magnet, maka arus yang mengalir
melalui kumparan tersebut akan menimbulkan Gaya Lorentz. Gaya Lorentz ini akan menggerakkan jarum
penunjuk. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka akan menimbulkan Gaya Lorentz yang
besar pula sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga semakin besar. Demikian pula sebaliknya, jika
tidak ada arus yang melewati kumparan, maka jarum penunjuk akan kembali ke posisi awal. Amperemeter
digunakan untuk mengukur kuat arus listrik dalam rangkaian tertutup. Sementara untuk prinsip kerja dari
voltmeter adalah karena adanya fluks magnetik dimana fluks magnetik ini memiliki bentuk gelombang
sinus yang sama dan masuk ke dalam suatu kepingan logam secara paralel. Ini akan menimbulkan beda
fasa antara fluks yang satu dengan fluks yang lain. Fluks yang bolak-balik akan membangkitkan
tegangan-tegangan dalam kepingan logam dan menyebabkan terjadinya arus putar di dalam kepingan
logam tersebut. Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan listrik yang ada di suatu rangkaian
listrik. Pengukuran dengan amperemeter harus menggunakan rangkaian seri karena rangkaian seri
memiliki besar arus yang sama di semua hambatannya. Oleh karena itu, apabila amperemeter disusun seri
dengan resistor maka arus yang mengalir besarnya sama sehingga besar arus yang mengalir ini dapat
terbaca oleh amperemeter. Sedangkan pengukuran dengan voltmeter harus menggunakan rangkaian
paralel karena dalam rangkaian paralel memiliki besar tegangan yang sama dalam rangkaiannya. Oleh
karena itu, apabila voltmeter dan resistor disusun paralel, besar tegangan pada keduanya akan sama dan
akan terbaca nilainya oleh voltmeter.
Hambatan dalam ideal ampermeter harus sama dengan nol karena, ampermeter dirangkai secara
seri. Jika ada resistor didalam rangkaian, maka hambatan tetap adalah jumlah, dari hambatan beban dan
hambatan ampermeter. Hal ini akan menjadikan pengukuran arus tidak akurat. Sedangkan pada voltmeter
ideal. Resistansinya harus bernilai tidak terhingga, karena voltmeter dipasang secara paralel, sehingga
voltmeter tidak menarik arus dan pengukuran akurat (Naufal,A,2020)

Untuk sebuah konduktor dengan resistivitas ρ , kerapatan arus ⃗


J di sebuah titik di mana medan
listrik adalah ⃗
E diberikan persamaan (1):

E =ρ ⃗J (1)

Jika kawat merupakan batang homogen maka potensial dapat dirumuskan pada persamaan (2):

V =⃗
El (2)

Dengan melakukan substitusi persamaan (2) maka diperoleh:

2 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9


Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm
ρJ (3)
V= I
A

Persamaan (1) di atas memperlihatkan bahwa bila ρ konstan, arus total I itu sebanding dengan
selisih potensial V. Rasio perbandingan V terhadap I dinamakan hambatan (resistansi)
V
R=
I
(4)

Maka untuk mendapatkan hubungan hambatan terhadap hambatan jenis dapat dilakukan dengan
substitusi nilai V ke dalam persamaan (2) maka diperoleh persamaan R. Hambatan R kawat logam
berbanding lurus dengan panjang L dan resistivitas kawat namun berbanding terbalik dengan luas
penampang lintang A (Giancolli,2001).
L
R=ρ
A
(5)

Resistivitas sebuah konduktor logam hampir selalu bertambah dengan suhu yang semakin
bertambah. Jika suhu bertambah, ion-ion konduktor akan bergetar dengan amplitudo yang besar,
sehingga cenderung mengakibatkan tumbukan elektron .Pada jangkauan suhu yang kecil sampai ± 1000C
secara aproksimasi hubungan resistivitas dengan suhu adalah

ρ(T )=ρ[1+α (T −T )] (6)

Karena nilai R sebanding dengan besarnya resistivitas, sehingga secara spesifik maka besarnya
nilai R Juga akan dipengaruhi oleh besarnya suhu. Hubungan ini memiliki analogi bentuk dengan
persamaan (5) yaitu: (Giancolli, 2001).
R(T )=R [ 1+ α (T −T ) ]
(7)

Resistansi atau nilai hambatan dalam sebuah kawat penghantar dapat terpengaruh oleh perubahan
Suhu lingkungannya. Material murni seperti bahan platina memiliki respon resistansi yang baik terhadap
perubahan suhu lingkungannya. Namun kendala yang dihadapi material platina memiliki harga yang
relatif sangat mahal, sehingga dibutuhkan biaya yang lebih besar untuk merancang pengukuran suhu
rendah.

2. METODE
2.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan adalah catu daya sebagai sumber tegangan
DC pada rangkaian. Amperemeter digunakan sebagai alat pengukur nilai arus yang mengalir dalam
rangkaian.Voltmeter digunakan sebagai alat pengukur besar tegangan yang ada pada rangkaian.
Multimeter sebagai alat untuk mengetahui ukuran tegangan listrik, resistansi, dan arus listrik. Resistor
sebagai penghambat serta pengatur arus listrik dalam rangkaian. Papan rangkaian sebagai tempat
meletakkan komponen- komponen elektronika sehingga menjadi suatu rangkaian, dan jumper sebagai
penghubung komponen pada rangkaian.

3 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9


Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm
2.2 Prosedur Percobaan
2.2.1 Hambatan dalam Amperemeter
Percobaan pertama adalah untuk mengukur hambatan dalam amperemeter. Rangkaian disusun
seperti Gambar 1.

Gambar 2. Rangkaian pengukuran hambatan dalam amperemeter


(Putra,A,2022)

Tegangan masukan catu daya diatur sebesar 3V. Besar tegangan yang terbaca pada multimeter
dan arus yang terbaca pada amperemeter dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel sebagai data yang akan
digunakan. Lalu hambatan dalam amperemeter dihitung dengan persamaan (8):
V
RA= (8)
I
Setelah itu, nilai tegangan di variasikan dan pengukuran diulangi sebanyak lima kali. Kemudian
dihitung hambatan dalam amperemeter rata-rata dengan persamaan (9) :

RA=
∑ RA
n
(9)

Setelah itu, dihitung persentase kesalahan dengan persamaan (10) dan persamaan (11):


∑ (R A −⃗
R A )2 (10)
RM =
n−1
RM (11)
RN = x 100 %
RA

Keterangan:
RA = hambatan dalam amperemeter (Ω)

RA = hambatan dalam ampermeter rata-rata (Ω)
R = persentase kesalahan
V = tegangan (volt)
I = kuat arus (ampere).

2.2.2 Hambatan dalam Voltmeter


Percobaan kedua mengenai pengukuran hambatan dalam voltmeter. Rangkaian disusun seperti
Gambar 2.

Gambar 3. Rangkaian pengukuran hambatan dalam voltmeter


(Putra,A,2022)
Tegangan masukan catu daya diatur sebesar 3V. besar arus dan tegangan yang terbaca pada
voltmeter kemudian dicatat pada table sebagai data yang akan dipakai. Kemudian hambatan voltmeter
(Rv) dapat dihitung dengan persamaan (12):
4 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9
Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm

V (12)
Rv=
I

Setelah itu, nilai variasikan dan pengukuran diulangi sebanyak lima kali. Kemudian dihitung
hambatan dalam voltmeter rata-rata dengan persamaan 8:

Rv (13)
Rv=∑

n

Setelah itu, dihitung persentase kesalahan dengan persamaan 9 dan persamaan 10:


(14)
RM =
∑ ( R A −R A ¿ )2 ¿
n−1

RM (15)
RN = x 100 %

Rv

Keterangan:
RV = Hambatan dalam voltmeter (Ω)

RV = Hambatan dalam voltmeter rata-rata (Ω)
RN = Persentase kesalahan

2.2.3 Resistansi Resistor


Percobaan ketiga mengenai pengukuran resistansi resistor. Rangkaian seperti Gambar 3.

Gambar 4. Rangkaian pengukuran pada resistansi resistor


(Putra,A, 2022)
Resistor dirangkai secara seri dengan R1 = 100 Ω dan R2 merupakan resistor yang akan dicari
resistansinya. Rangkaian dihubungkan dengan rumber tegangan sebesar 3V diukur beda tengangan yang
mengalir. Hasil pengukuran yang didapat kemudian dicatat pada tabel (3) . Setelah itu, arus yang mengalir
pada rangkaian dihitung. Diulangi langkah sebelumnya dengan menaikkan tegangan sebesar 0,5V serta
data yang didapat dituliskan pada tabel. Berdasarkan Tabel (3), data tersebut diubah menjadi komponen
tabel perhitungan dan dilengkapi semua komponennya kemudian dibuat grafik x dan y berdasarkan data.
Diplot titik V 2(sumbu y) dan I (sumbu x).

a=n
∑ xy−¿ ∑ x ∑ y ¿ (16)
n ∑ x 2−¿ ¿ ¿ ¿ ¿
5 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9
Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm

b= y−a x=
∑ y −a ∑ x (17)
n n

Kemudian, hasil percobaan dibandingkan dengan resistansi resistor sebenarnya dengan persamaan (18):

% percobaan= ( R perhitungan−R pengukuran


R pengukuran ) x 100 %
(18)
Keterangan :
a = Gradien
b=¿Intersep
n = Jumlah data
x = Kuat arus
y = Tegangan

3. HASIL DAN DISKUSI


3.1 Analisis Hasil Pengukuran
3.1.1 Hambatan dalam amperemeter
Percobaan pertama dilakukan pengukuran mengukur hambatan dalam amperemeter (RA).
Pengukuran dilakukan dengan menghitung nilai tegangan pada multimeter (VM) dan kuat arus (I) pada
amperemeter. Pengukuran dilakukan lima kali, menggunakan tegangan yang bersumber dari catu daya
sebesar 3V dan divariasikan setiap melakukan pengukuran. Setelah dilakukan pengukuran, didapatkan
data-data dalam tabel berikut ini:
Tabel 1 Hasil pengukuran hambatan dalam Amperemeter
VM I RA
No
(V) (A) (Ω)
1 0,153 0,54 0,2833
2 0,1522 0,54 0,2818
3 0,1516 0,54 0,2807
4 0,1483 0,54 0,2746
5 0,1463 0,54 0,2709
Berdasarkan tabel (1) dapat diketahui bahwa nilai hambatan dalam amperemeter pada setiap 5
kali percobaan adalah berbanding lurus dengan tegangan. Hal tersebut sesuai dengan Hukum Ohm yang
menyatakan “Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.
Setelah diperoleh data nilai hambatan dalam amperemeter pada tabel (1), dilakukan pengukuran hambatan
dalam amperemeter rata-rata (RA) menggunakan persamaan (2), sehingga dihasilkan pengukuran
hambatan dalam amperemeter rata-rata yaitu sebesar 0,278Ω.

3.1.2 Hambatan dalam Voltmeter


Percobaan kedua dilakukan pengukuran untuk mengukur nilai hambatan pada voltmeter.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung nilai tegangan pada voltmeter dan kuat arus pada

6 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9


Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm
multimeter. Pengukuran dilakukan sebanyak lima kali dengan besar tegangan yang divariasikan. Setelah
melakukan pengukuran, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Pengukuran Resistansi Voltmeter
V IM RV
No
(V) (A) (Ω)
1 2,5 0,16 15,625
2 3,0 0,20 15
3 3,5 0,23 15,21739
4 4,0 0,26 15,38462
5 4,5 0,30 15
Pada Tabel (2) menunjukkan hasil dari pengukuran tegangan pada voltmeter, kuat arus, pada
voltmeter, dan tegangan dari sumber. Setelah didapatkan nilai hambatan pada voltmeter, dilakukan
perhitungan untuk mencari nilai hambatan rata-rata pada voltmeter sehingga dihasilkan pengukuran
untuk nilai hambatan voltmeter rata-rata adalah 15,2454Ω. Dari percobaan tersebut didapatkan hambatan
dalam voltmeter yang sangat besar. Hal ini sesuai dengan aturan pembuatan voltmeter yang hambatan
dalamnya harus bernilai besar atau tak hingga agar tidak ada arus yang melewatinya sehingga
didapatkanlah pengukuran tegangan murni atau yang mendekatinya.

3.1.3 Resistansi Resistor


Percobaan ketiga dalam hukum ohm merupakan pengukuran resistansi resistor.
Pengukuran dilakukan sebanyak delapan kali dengan merangkai 2 buah resistor dengan resistor 1 bernilai
100 . Resistansi kedua merupakan resistor yang akan dicari nilai resistansinya. Kemudian rangkaian ini
disambungkan dengan sumber tegangan 3V dan dinaikkan 0.2V setiap pengukuran,yang kemudian
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil Pengukuran Resistansi Resistor
V1 V2 I
(V) (V) (mA)
1,933 0,970 0,01933
2,275 1,560 0,02275
2,631 1,340 0,02631
2,950 1,507 0,0295
3,190 1,636 0,0319
3,568 1,820 0,05368
3,920 2,000 0,0392
4,310 2,198 0,0431

Pada Tabel (3), terdapat nilai tegangan tertinggi (V1) sebesar 4,31 volt dan nilai arusnya juga
merupakan nilai paling besar yaitu 0,02165 Ampere. Begitu juga pada nilai tegangan (V2) memiliki nilai
arus sebesar 0,0431A dan nilai tegangan yang paling besar. Berdasarkan Hukum Ohm arus memiliki
hubungan yang berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan. Hal
tersebut sesuai dengan data yang ada pada tabel (3). Di mana jika nilai suatu arus semakin besar, maka
nilai tegangannya juga semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang terdapat di dalam
Hukum Ohm.
Berdasarkan Tabel (3) didapatkan hubungan V2 dan I seperti berikut:

7 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9


Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm
2.5
2f(x) = 51.3712101692004 x − 0.0109389547367518
R² = 0.999815869045046
1.5

V2(V)
1
0.5
0
0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045
I(A)

Gambar 1 Hubungan V2 terhadap I


Berdasarkan gambar (1), dapat dilihat bahwa hubungan antara V 2 dan I adalah semakin besar
tegangan (V2) pada listrik maka semakin besar juga arus (I) yang mengalir pada sebuah penghantar dalam
suatu rangkaian.

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui resistansi resistor dengan menggunakan


regresi linear berdasarkan table berikut:

Tabel 4 Hasil Pengukuran Regresi linear


I V2 I2 IV2
x Y x 2
xy
0,0193 0,971 3,7249×10-4 0,0187
0,0227 1,160 5,1529×10-4 0,0263
0,0263 1,340 6,9169×10-4 0,0352
0,0295 1,507 8,7025×10 -4
0,0444
0,0319 1,636 1,0176×10-4 0,0521
0,0356 1,820 1,2673×10-4 0,0647
0,0392 2 1,5366×10 -4
0,0784
0,0431 2,198 1,8576×10-4 0,0947
∑ 0,2476 12,937 81,2882×10-4 0,4157
Pada Tabel (4) dengan menggunakan persamaan (16) didapatkan nilai a = 51,371 dan dengan
menggunakan persamaan (17) didapatkan b = -0,0109 dan nilai hasil percobaan resistansinya= 7,88 %
sedangkan nilai persen ralatnya didapatkan sebesar 0,727 % dengan menggunakan persamaan (18).

3.2 Analisis Nilai Ralat


3.2.1 Hambatan dalam Amperemeter
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan perhitungan seperti tabel berikut:
Tabel 5 Hasil Perhitungan Hambatan Dalam Amperemeter Rata-Rata
RA RA RA - R A (RA - R A )2
(Ω) (Ω) (Ω) (Ω)2
0,2833 0,27826 0,00504 2,54016×10-5
0,2818 0,27826 0,00354 1,25316×10-5
0,2807 0,27826 0,00244 5,9535×10-5
0,2746 0,27826 -0,00366 1,33956×10-5
0,2709 0,27826 -0,00736 5,41696×10-5

Pada perhitungan nilai ralat hambatan dalam amperemeter, berdasarkan pengukuran pada tabel (5)
dengan menggunakan persamaan (10), diperoleh nilai ralat mutlak (RM) sebesar 1,3931×10-5Ω, dan
dengan menggunakan persamaan (11) diperoleh nilai ralat nisbi (RN) sebesar 0,005%. Hasil pengukuran
8 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9
Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm
nilai ralat nisbi pada hambatan dalam amperemeter didapat <5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
hambatan dalam amperemeter yang dihitung mendekati atau hampir sama dengan nilai hambatan dalam
amperemeter yang sebenarnya, karena persentase kesalahan nilai hambatan dalam amperemeter yang
dihitung kurang dari 5%.
3.2.2 Hambatan dalam Voltmeter
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan perhitungan seperti tabel berikut:
Tabel 6 Hasil Perhitungan Hambatan Rata-Rata
RV RV RV - RV (RV - RV )2
(Ω) (Ω) (Ω) (Ω)2
15,625 15,2454 0,379599 0,144095
15 15,2454 -0,2454 0,060222
15,2173 15,2454 -0,02801 0,000785
15,3846 15,2454 0,139214 0,019381
15 15,2454 -0,2454 0,060222

Pada perhitungan nilai ralat hambatan dalam voltmeter, berdasarkan data perhitungan tabel (6)
dengan menggunakan persamaan (14) diperoleh nilai ralat mutlak sebesar 0,071176 Ω dan dengan
menggunakan persamaan (15) diperoleh nilai ralat nisbinya 0,036%. Hasil pengukuran ralat nisbinya
<5%. Hal ini menunjukkan perhitungan nilai hambatan dalam voltmeter sudah sesuai dengan aturan
pembuatan hambatan dalam voltmeter karena persentase kesalahannya kurang dari 5%.
3.2.3 Resistansi Resistor
Pada perhitungan nilai ralat resistansi resistor, diketahui nilai hambatan pengukuran (Rpengukuran)
sebesar 51,371Ω. Kemudian diperoleh nilai hambatan perhitungan (Rperhitungan) sebesar 51 Ω sehingga
diperoleh nilai ralat 0,73%. Hasil pengukuran nilai ralat pada resistansi resistor <5%, menunjukkan bahwa
perhitungan yang dilakukan sesuai dengan aturan pengukuran resistansi resistor.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada amperemeter d
iperoleh hambatan dalam yang semakin kecil (mendekati nol). Pada voltmeter didapatkan hambatan dala
m yang semakin mendekati nilai tak hingga. Sedangkan pada percobaan untuk resistansi, hal tersebut
sesuai dengan Hukum Ohm. Jadi, didapatkan hubungan antara arus dengan hambatan adalah berbanding
terbalik sehingga jika semakin kecil hambatan, maka arus yang dihasilkan akan semakin besar. Begitu
juga sebaliknya. Jika hambatan semakin besar, maka arus yang dihasilkan akan semakin kecil.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan
jurnal ini, terutama kepada Tuhan yang Maha Esa. Selanjutnya kepada Elistia Liza Namigo, M.Si selaku
kepala labor, Arif Rahardi selaku koordinator umum, Rahman Rizalti selaku koordinator alat, Riky Adona
selaku koordinator jurusan, Muhammad Fadlil selaku asisten pembimbing dalam pembuatan jurnal,
seluruh Staff Labor Fisika Dasar Universitas Andalas, serta kepada teman-teman kelompok jurnal E2.

DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, D. C. (2001). Fisika Jilid 2 (5th ed.). Jakarta: Erlangga.

Irawan, Qolis Fandra. (2020). Pengukuran Hambatan Dan Mengubah Batas Ukur Amperemeter Dan Voltmeter
Pada Arus Searah (DC), 4,5.

Naufal, A. (2020). Menentukan Hambatan Dalam Amperemeter dan Voltmeter. 2-3.

9 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9


Rian Ashari Siregar dkk.: Hukum Ohm
Putra, A. (2022). Panduan dan Laporan Pratikum Fisika Dasar Semester Genap. 1-3.

Riswanto.(2015). Analisis Resistansi Coil Kawat Tembaga Terhadap Perybahab Suhu Sangat Rendah Sebagai
Rancang Dasar Pengukuran Suhu Rendah, 11.73-83.

Radhityo.Hukum Ohm,7 halaman,2

Sudirham, Sudaryatno.(2012). Analisis Rangkaian Listrik jilid 1. Bandung. Darpublik.

Sundaygara, Chandra. Kurniawan Budi Pranata. M. Sayadi. (2018). Materi Listrik Magnet. Malang. Media Nusa
Creative

1 JPFDU, E02(2), Mei 2022, hal. 1–9


0
Jurnal Praktikum Fisika Dasar Unand Laboratorium Fisika Dasar
Jurusan, Fakultas, Mei 2022, hal. 1–8
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, 25163 Universitas Andalas

1 JPFDU, A01(1), Mei 2022, hal. 1–8

Anda mungkin juga menyukai