Anda di halaman 1dari 3

B.1.

Akibat Kekurangan Protein


Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah.
Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan Kwasiorkor pada anak-
anak dibawah lima tahun (balita). Kekurangan protein sering ditemukan secara
bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan
Marasmus.
Kwashiorkor lebh banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi
pada anak yang terlambatmenyapih, sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang
terutama dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadipada konsumsi energi yang
cukup atau lebih.Gejalanya :
a. Pertumbuhan terhambat.
b. Otot-otot berkurang dan lemah.
c. Edema.
d. Muka bulat seperti bulan (moonface Gangguan psikimotor.)
Ciri khas dari kwashiorkor yaitu terjadinya edema di perut, kaki dan tangan. Kehadiran
kwashiorkor erat kaitannya dengan albumin serum. Pada kwashiorkor gambaran klinik
anak sangat berbeda. Berat badan tidak terlalu rendah, bahkan dapat tertutup oleh
adanya udema, sehingga penurunan berat badan relatif tidak terlalu jauh, tetapi bila
pengobatan odema menghilang, maka berat badan yang rendah akan mulai
menampakkan diri. Biasanya berat badan tersebut tidak sampai dibawah 60 % dari
berat badan standar bagi umur yang sesuai.
Ciri-ciri :
 Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam.
 Kulit tampak kering (Xerosis) dan memberi kesan kasar dengan garis garis
permukaan yang jelas
 Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang menunjukkan
hyperpigmentasi dan kulit dapat mengelupas dalam lembar yang besar,
meninggalkan dasar yang licin berwarna putih mengkilat.
 Perut anak membuncit karena pembesaran hati.
 Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat perlemkan sel-sel hati.
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak. Marasmus umumnya
merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena terlambat diberi makanan
tambahan. Hal ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI
terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi. Marasmus berpengaruh
dalam waku yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki.
Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak di antara kelompok sosial
ekonomi rendah di sebagian besar negara sedang berkembang dan lebih banyak dari
kwashiorkor.
Gejalanya :
a. Pertumbuhan terhambat.
b. Lemak dibawah kulit berkurang.
c. Otot-otot berkurang dan melemah.
d. Berat badan lebih banyak terpengaruh dari pada ukuran kerangka, seperti :
panjang, lingkar kepala dan lingkar dada.
e. Muka seperti orang tua (oldman's face).
Pada penderita marasmus biasanya tidak ada pembesaran hati (hepatomegalia) dan
kadar lemak serta kholesterol didalam darah menurun. Suhu badan juga lebih rendah
dari suhu anak sehat, dan anak tergeletak in-aktif, tidak ada perhatian bagi keadaan
sekitarnya.

B.2. Akibat Kelebihan Protein.


Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi proteinnya
biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang
sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat
menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan
ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak
darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini dilihat pada bayi yang diberi susu skim
atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg
BB. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali angaka kecukupan
gizi AKG) untuk protein.

B.3. Penanggulangan Kekurangan Protein


Pengobatan terhadap Kekurangan Energi Protein adalah ditujukan untuk menambah
zat gizi yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan harus secara
bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit. Secara garis besar
penanganan KEP adalah 1) pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena,
selanjutnya dengan parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet
tinggi kalori dan tinggi protein. 2) komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia,
dehidrasi dan defiseiensi vitamin diberikan secara bersamaan. 3) penanganan
terhadap perkembangan mental anak melalui terapi tumbuh kembang anak.4)
penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu karena sangat
penting pada saat akan keluar rumah sakit akan mempengaruhi keberhasilan
penanganan KEP di rumah.

Pencegahan dari KEP pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang
dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata yang
dapat dilakukan untuk pencegahan adalah mempertahankan status gizi anak yang
sudah baik tetap baik dengan menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi
kesehatan terdepan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu), mengurangi resiko untuk
mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi pangan bila ada yang kurang, penyuluhan
pemberian makanan pendamping ASI, memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi
yang sudah terjadi supaya tidak menurunkan status gizi., merehabilitasi anak yang
menderita KEP pada fase awal/BGM, meningkatkan peran serta masyarakat dalam
program keluarga berencana, meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui
pemberdayaan segala sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-
lain).

Anda mungkin juga menyukai