Anda di halaman 1dari 3

Fachridha Laily

200200194

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:


a. Tititk Taut dan beberapa pembagiannya.
Titik-titik taut adalah fakta-fakta di dalam sekumpulan fakta perkara yang menunjukkan
pertautan antara perkara ini dengan suatu tempat tertentu, dan karena itu menciptakan
relevansi antara perkara yang bersangkutan dengan sistem hukum dari tempat itu.
Dalam HPI dikenal 2 (dua) jenis titik taut, yaitu:
1. Titik-titik Taut Primer (Primary points of contact) yaitu fakta-fakta di dalam sebuah
perkara atau peristiwa hukum yang menunjukkan bahwa peristiwa hukum itu
mengandung unsur-unsur asing dan karena itu bahwa peristiwa hukum yang dihadapi
dalam peristiwa HPI dan bukan peristiwa hukum intern.
Faktor-faktor yang tergolong titik taut primer antara lain, kewarganegaraan
(nasionalitas), bendera kapal dan pesawat terbang, domisili, tempat kediaman,
kebangsaan badan hukum, dan pilihan hukum intern.
2. Titik-titik Taut Sekunder (Secondary points of contact) yaitu fakta-fakta dalam
perkara HPI yang akan membantu penentuan hukum manakah yang harus
diberlakukan dalam menyelesaikan perkara HPI. Titik taut sekunder biasa disebut
Titik Taut Penentu, karena berfungsi akan menentukan hukum dari tempat manakah
yang akan digunakan sebagai the applicable law.
b. Kualifikasi dalam HPI.
Di dalam HPI, kualifikasi menjadi lebih penting lagi karena berkaitan dengan adanya
kewajiban untuk memilih salah satu sistem hukum yang relevan dengan kasus yang dihadapi.
Kualifikasi dalam HPI juga diperlukan, karena fakta-fakta harus berada di bawah kategori
hukum tertentu (subsumption of facts under categories of law), sehingga fakta-fakta
diklasifikasikan, dimasukkan ke dalam pengertian hukum yang ada. Dalam HPI selain fakta
yang dikualifikasikan juga kaidah hukum perlu dikualifikasikan (classification of law).
Menurut Sudargo Gautama menyebutkan ada tiga teori yang berkembang dalam HPI, yakni:
1. Teori kualifikasi menurut lex fori;
2. Teori kualifikasi menurut lex causae; dan
3. Teori kualifikasi yang dilakukan secara otonom.

2. HPI pada dasarnya bersifat nasional teritorialistik. Internasionalisme pada saat ini
mengarah pada pembentukan borderless world society. Bagaimana menampakkan upaya
dalam menyelesaikan masalah-masalah pokok dalam HPI?
Teori HPI mengenal tiga pandangan tentang cara penyelesaian persoalan pendahuluan, yaitu:
Prinsipnya melalui absorption, lex causae yang dicari dan ditetapkan melalui penerapan
kaedah HPI untuk mengatur masalah pokok (main issue) akan digunakan juga untuk
menjawab “persoalan pendahuluan”. Jadi setelah lex causae untuk masalah pokok ditetapkan
kaedah HPI lex fori, masalah pendahuluannya akan ditundukan pada lex causae yang sama.
Repartition disini hakim harus menetapkan lex causae untuk masalah pendahuluan secara
khusus dan tidak perlu menetapkan lex causae dari masalah pokoknya terlebih dahulu.
Dengan mengabaikan lex causae dari masalah pokok, hakim akan melakukan kualifikasi
berdasarkan lex fori dan menggunakan kaedah HPInya yang relevan khusus untuk
menetapkan lex causae masalah pendahuluan.
Pendekatan Kasus demi Kasus Penetapan lex causae untuk masalah pendahuluan atau
incidental question dilakukan dengan pendekatan kasuistis, dengan memperhatikan sifat dan
hakekat perkara atau kebijakan dan kepentingan forum yang mengadili perkara.
3. Dalam Teori choice influencing considerations, terdapat 5 butir pertimbangan dalam teori
ini. Sebutkan dan jelaskan!
Menurut teori ini, faktor-faktor yang akan mempengaruhi pemilihan hukum harus dapat
membuka kemungkinan dalam HPI untuk menerapkannya setiap kali jika pengadilan
menghadapi perkara-perkara sejenis tertentu.​Proses penyelesaian perkara HPI sebenarnya
merupakan upaya untuk memadukan dan mengaitkan fungsi social dari suatu bidang hukum
dimana perkara timbul di satu pihak dengan perbedaan kebijakan hukum setempat yang
melatarbelakangi aturan-aturan hukum lokal yang berhadapan dalam sebuah perkara di lain
pihak, pertimbangan ini lah yang disebut choice influencing considerations​
5 butir pertimbangan:​
1. Prediktabilitas hasil penyelesaian perkara.​
2. Pemeliharaan ketertiban antar negara bagian dan antara negara​
3. Penyederhanaan pelaksanaan tugas pengadilan​
4. Pemberian prioritas pada kepentingan negara dari negara forum​
5. Penerapan aturan hukum yang lebih baik​

4. Ehrenzweig melakukan pendekatan yang dinamakan “the proper law in the proper forum”
yang mempunyai beberapa elemen-elemen penyelesaian suatu perkara HPI. Sebutkan dan
jelaskan elemen-elemen tersebut!
Sebagian besar kaidah-kaidah HPI adalah kaidah-kaidah hukum lokal. Sehingga untuk
menyelesaikan perkara HPI, pengadilan harus senantiasa menyelidiki politik hukum yang
melandasi suatu kaidah hukum. Terkhusus jika tidak ada kaidah-kaidah HPI tertulis atau
yurisprudensi lokal yang menetapkan cara penentuan hukum yang berlaku. Melalui policy
analysis terhadap hukum lokal yang dianggap relevan, pengadilan bisa mengetahui apakah
perkara HPI benar-benar layak untuk diajukan ke pengadilan ini atau tidak. Jika jawabannya
tidak, maka pengadilan bisa menggunakan asas forum non-coveniens serta mengarahkan para
pihak yang berpekara untuk mengajukan perkara HPI pengadilan yang tepat. Pendekatan
seperti ini disebut dengan the proper law in the proper forum.
Tiga hal dasar dalam teori Ehrenzweig dalam penyelesaian perkara HPI:
1. True Rules
True Rules (aturan-aturan HPI) terbentuk secara faktual di pengadilan-pengadilan dan
dilandasi kebijakan-kebijakan serta prinsip-prinsip fairness dan justice bagi para pihak yang
sedang berpekara.
2. Kaidah-kaidah hukum intern forum
Merupakan kaidah-kaidah hukum intern lex fori yang diperlukan dalam penyelesaian perkara
apabila tidak bisa disimpulkan adanya true rules yang bisa diterima umum. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa kaidah-kaidah hukum intern forum bisa saja dikesampingkan jika
terdapat cukup alasan untuk melakukan hal tersebut.
3. The Proper Forum
Merupakan kebebasan bagi pihak penggugat dalam sebuah perkara untuk memilih forum
dengan politik hukum yang dianggap bisa menyebabkan berlakunya aturan-aturan hukum
yang paling memberikan keuntungan.

5. Terdapat suami istri menikah di Inggris, sang suami berkewarganegaraan Inggris dan sang
istri berkewarganegaraan Korea, mereka berdomisili di Perancis. Mereka mempunyai asset
sebidang tanah di Inggris dan Perancis. Mereka bercerai dan sang istri mengajukan gugatan
untuk mendapatkan haknya atas asset tersebut dengan mengajukan gugatan di Pengadilan
Inggris. Dari contoh kasus tersebut, kajilah penyelesaian contoh kasus HPI tersebut
berdasarkan:
a. Teori kualifikasi lex fori.
kualifikasi lex fori dalam kasus tersebut adalah dengan memakai kualifikasi pengadilan yang
memeriksa perkara dalam hal ini pengadilan Inggris,sehingga penyelesaian masalah
perkawinannya,dan harta bersama yang dituntut oleh istrinya menggunakan Hukum Inggris
yang diterapkan di Pengadilan Inggris.

b. Teori Kualifikasi lex causae.


kualifikasi lex cause penerapannya dalam kasus diatas maka pemeriksaan perkaranya
dilakukan dengan menerapkan seluruh kaedah-kaedah hukum yang berlaku dalam semua
sistem hukum baik hukum Inggris,hukum korea dan sistem hukum Perancis

c. Teori Hukum Lokal.


forum akan memberlakukan kaidah hukum lokal dari negara inggris

d. Teori Analisis Kepentingan Negara.


negara korea tidak berkepentingan untuk memebrlakukan hukumnya

6. Jelaskan pendapat pribadi anda mengenai:


a. Eksistensi dan prospek HPI di masa depan.
HPI pada awalnya berkembang sebagai bidang hukum yang sangat berpusat pada hukum
yang sangat terpusat pada hukum dari tempat perkara diajukan(lex fori). Upaya mencari
jawaban terhadpa permaslahan pokok HPI bertitik tolak dari kewenangan forum dan
kedaulatan negara forum. Dengan munculnya teori HPI universal, paradigma HPI bergeser
menjadi sebuah sistem multilateralistik yang bertitik toalk dari kesederajatan semua sistem
hukum dunia.

b. Pentingnya HPI dalam penyelesaian suatu perkara


Hapusnya penggolongan penduduk di Indonesia sejak 1966, sehingga penduduk yang ada di
Indonesia hanya terdiri dari WNA atau WNI, mengakibatkan permasalahan-permasalahan
hukum yang timbul di antara penduduk yang ada di Indonesia yang tadinya merupakan
permasalahan antargolongan (yang bersifat intern) berubah menjadi masalah yang bersifat
internasional karena adanya unsur asing. Hukum yang berlaku pun menjadi berubah pula,
dulunya hukum intern Indonesia yang terdiri dari hukum adat Indonesia atau hukum adat
WNA, atau ketentuan hukum sesuai dengan KUHPerdata. Pada saat ini, berlaku hukum
intern-Indonesia yang dapat terdiri dari hukum adat dan ketentuan hukum sesuai dengan
KUHPerdata. atau hukum asing tergantung dari kewarganegaraan masing-masing pihak.
Dalam hal ini segala permasalahan yang menyangkut perkawinan antar WNA dan WNI serta
permasalahan lain semua ini dijawab oleh HPI. Pemahaman HPI untuk memecahkan
masalah-masalah di atas menjadi semakin penting.

Anda mungkin juga menyukai