Desain Tulangan Badan Geser
Desain Tulangan Badan Geser
ABSTRAK
Perkembangan aplikasi program bantu dalam bidang teknik sipil saat ini sangat
pesat dan mempunyai peranan yang besar dalam dunia konstruksi. Sudah banyak aplikasi
program bantu yang dihasilkan oleh negara – negara maju yang notabene dapat
mempercepat proses perhitungan struktur seperti PCACOL, PCABEAM, SAP 2000, ETABS,
dan sebagainya. Sedangkan di Indonesia perkembangan aplikasi program bantu yang sesuai
dengan kebutuhan ahli – ahli konstruksi di Indonesia saat ini masih minim jumlahnya.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan aplikasi program bantu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Di dalam tugas akhir ini, aplikasi program yang dikembangkan hanya
mengadopsi peraturan yang ada di Indonesia saat ini yaitu SNI 03-2847-2002. Beberapa
mahasiswa Teknik Sipil ITS sebelumnya telah mengembangkan beberapa software untuk
analisa struktur. Salah satu software yang telah dikembangkan sebelumnya adalah Program
Analisa Struktur Frame 3D yakni SFAP (Space Frame Analysis Program). Program tersebut
digunakan untuk menganalisa struktur space frame.
Program analisa struktur yang telah dibuat sebelumnya hanya menghasilkan output
berupa momen, gaya geser dan gaya aksial. Output tersebut dirasa masih belum memenuhi
kebutuhan untuk mendesain suatu struktur. Oleh karena itu dibutuhkan output lain berupa
tulangan geser pada balok. Penulis berusaha mengembangkan program tersebut dengan
menambahkan analisis geser sampai dapat menghasilkan output lain gambar potongan
memanjang tulangan serta spasi tulangan geser. Dari 3 studi kasus yang dianalisa dalam
studi tugas akhir ini didapatkan bahwa program bantu yang dikembangkan menghasilkan
output yang hampir sama (berselisih sedikit) setelah dibandingkan dengan program bantu
SAP 2000 v.14 dan dengan perhitungan manual.
i
BAB I tulangan torsi, Vincentius Arif W membahas tentang
PENDAHULUAN Lentur pada balok beton bertulang yang menghasilkan
jumlah tulangan lentur, jarak antar tulangannya serta
1.1 Latar Belakang panjang penyalurannya. Karena itulah dirasa masih
Balok merupakan salah satu komponen dari memerlukan output mengenai bahasan tentang Geser
sebuah struktur yang direncanakan mampu menahan pada balok beton bertulang serta Analisis pada
tegangan tekan maupun tegangan tarik yang Hubungan Balok Kolomnya ( HBK ). Maka penulis
diakibatkan oleh beban lentur yang bekerja pada balok mengambil bahasan mengenai Geser pada balok beton
tersebut. Karena sifat beton yang kurang mampu bertulang dengan menggunakan program bantu Visual
menahan tegangan tarik, maka beton diperkuat dengan Basic. Penulis berusaha menyempurnakan program
tulangan baja di daerah dimana tegangan tarik tersebut sebelumnya dan mengembangkan program tersebut
bekerja. Selain gaya lentur, hal yang perlu sampai dapat menghasilkan output lain berupa jumlah,
diperhatikan dalam perencanaan balok salah satunya jarak serta gambar potongan tulangan geser.
ialah gaya geser. Dengan menggunakan bahasa pemrograman
Tulangan geser dibutuhkan untuk yang mudah dipelajari serta bersifat open source,
mengantisipasi timbulnya retak secara langsung pada maka pembaharuan data lebih mudah dilakukan.
balok yang diakibatkan oleh gaya geser yang cukup Pembaharuan data akan dilakukan seiring dengan
besar. Dalam sebuah komponen struktur ada dua perubahan yang akan terjadi pada peraturan beton di
kondisi memakai atau tidak tulangan geser. Pertama Indonesia. Ketika peraturan beton diperbaharui, pada
yakni tanpa tulangan geser, gaya geser yang terjadi saat yang sama software ini dapat dirubah. Selain itu
diasumsikan hanya ditahan oleh beton. Namun jika sifat yang open source dari software ini membuat
memakai tulangan geser, maka porsi kuat geser sharing knowledge lebih mudah dilakukan.
diasumsikan disumbangkan oleh beton dan sisanya
oleh tulangan geser (Nawy, Tavio, dan Kusuma. Beton 1.2 Perumusan Masalah
Bertulang: Sebuah Pendekatan Mendasar. 2010. 1. Bagaimana cara mengontrol geser pada balok
Surabaya : ITS Press). beton bertulang ?
Oleh karena itu, untuk mendesain tulangan 2. Bagaimana cara desain tulangan geser pada
geser tersebut dibutuhkan suatu alat bantu (software) balok ?
yang dapat memudahkan dalam proses perencanaan. 3. Bagaimana cara mendesain interface program
Akan tetapi pada kenyataannya beberapa software untuk menghitung dimensi dan spasi tulangan
teknik sipil seperti SAP 2000, ETABS, STAAD Pro, geser serta gambar pendetailan tulangan geser
PCACol, PCABeam dan sebagainya yang digunakan pada balok ?
di Indonesia saat ini sebagian besar bukanlah software 4. Apakah nilai output dari software yang telah
yang memiliki lisensi penuh ( full licensed ). dibuat dapat dipertanggungjawabkan melalui
Software-software tersebut menghasilkan output yang perbandingan dengan software profesional
kurang akurat, selain itu running program dari yang lain dan perhitungan manual ?
software yang tidak memiliki full licensed tidak bisa 5. Bagaimana membuat program analisa
dikembangkan sehingga tidak bisa diketahui letak struktur yang dapat dipelajari dan
kesalahan dari running program tersebut jika terjadi dikembangkan oleh semua orang ?
permasalahan. Masalah lainnya adalah semakin
ketatnya peraturan tentang penggunaan aplikasi 1.3 Tujuan
komputer berlisensi ( Sumber : Undang-Undang No. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta ). Pada adalah:
kenyataannya memang software dengan full licensed 1. Mengetahui cara mengontrol geser pada
memiliki harga yang cukup mahal. Jadi, jika suatu saat balok beton bertulang
peraturan tersebut semakin ketat maka dikhawatirkan 2. Mengetahui cara desain tulangan geser pada
software full licensed tersebut akan sulit didapat dan balok
semakin mahal harganya. 3. Mengetahui cara mendesain interface
Beberapa mahasiswa Teknik Sipil ITS program untuk mengitung spasi tulangan
sebelumnya telah mengembangkan beberapa software geser serta gambar pendetailan tulangan geser
untuk analisa struktur. Salah satu software yang telah pada balok
dikembangkan sebelumnya adalah Program Analisa 4. Mengetahui bahwa nilai output dari software
Struktur Frame ( SFAP / Space Frame Analysis yang telah dibuat dapat
Program ) dengan menggunakan program bantu dipertanggungjawabkan melalui perbadingan
Visual Basic. Seperti Ahmad Faza Azmi yang dengan software profesional lain dan
membahas tentang kolom beton bertulang tetapi hanya perhitungan manual
mendapat beban gravitasi saja, Diar Fajar Gosana 5. Membuat sebuah program yang bersifat open
yang membahas tentang Torsi pada balok beton source listing sehingga dapat dipelajari dan
bertulang yang menghasilkan jumlah dan jarak dikembangkan lagi oleh semua orang.
1
1.4 Batasan Masalah Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada
Batasan masalah atau ruang lingkup pada tugas penampang yang ditinjau dan Vn adalah kuat
akhir ini adalah : geser nominal yang dihitung dari :
1. Penampang balok yang dipakai hanya
penampang persegi Vn = Vc + Vs ( SNI pasal 13.1.1 )
2. Gaya dalam dari elemen balok yang dianalisa
ini hanya berupa gaya geser Gaya geser tahanan nominal Vc dapat
3. Output hasil analisa program tersebut dihitung dari :
dibandingkan dengan output software lainnya
4. Beban yang dikenakan pada struktur adalah
Vc = bw d ( SNI pasal 13.3.1.1 )
beban gravitasi khususnya beban merata
Vu ≤ bw d : smax = ≤ 300 mm
( SNI pasal 13.5.4.1 )
Finish
Vu > bw d : perbesar penampang
Gambar 3.1 Metodologi
Av minimum = ( SNI pasal 13.5.5.3 )
3.1 Penjelasan Penyelesaian Tugas Akhir
Langkah-langkah penyusunan tugas akhir ini
BAB III dapat dijelaskan sebagai berikut :
METODOLOGI 1. Studi Literatur
a. Mengumpulkan materi penunjang untuk
Tugas Akhir
Start b. Mempelajari visual basic 6.0
c. Mempelajari konsep penulangan geser
5. Running Program
a. Menjalankan program dan memeriksa
masalah akibat kesalahan pemrograman
Error Running
Program 6. Output
a. Mengoperasikan program dan
OK membandingkannya hasilnya dengan
teori dan software profesional lain
3
2. Purwono, R., Tavio, Imran, I., dan Raka, Berikut penjelasan dari Gambar 3.2
I.G.P. 2007. Tata Cara Perhitungan Flowchart Program Secara Umum :
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-2847-2002) Dilengkapi Input Data meliputi :
Penjelasan (S-2002). Surabaya : ITS
a. Input Material : Jenis material, f’c ,
Press.
3. Dewobroto, W. 2003. Aplikasi Sains dan fy ,
Teknik dengan Visual Basic 6.0. Jakarta : 2. dimensi balok
PT. Elex Media Komputindo. b. Input Tulangan : diameter tulangan
4. Dewobroto, W. 2005. Aplikasi Rekayasa transversal dan
Konstruksi dengan Visual Basic 6.0 3. tulangan
(Analisis dan Desain Penampang Beton longitudinal
Bertulang sesuai SNI 03-2847-2002). c. Input koordinat titik, perletakan dan
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. pembebanan
5. Tavio. “Diktat Kuliah Beton”, Jurusan
Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh
Output Data :
Nopember Surabaya.
6. Bambang Piscesa. “Diktat Kuliah a. Output akan berupa gaya geser,
Beton”, Jurusan Teknik Sipil Institut momen dan gaya aksial
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. b. Setelah memasukkan gaya dalam
7. Chu-Kia Wang, Reinforced Concrete untuk analisa baloknya makan akan
Design. 1990 didapat output berupa potongan
memanjang dan spasi antar tulangan
3.3 Algoritma Pemrograman Secara Umum geser
Untuk susunan pemrograman secara
umumnya yang pertama ialah dengan
menginputkan data yang berupa data
material, diameter tulangan, koordinat
titik, serta frame yang akan digunakan
Start
1. INPUT DATA
2. ANALISA STRUKTUR
3. OUTPUT
DATA
4. Analisa Balok
Finish
Ø = 0,75
Vc = bw d
Sengkang Praktis
s= atau smax ≤ 600
Ya mm
Vu ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
Tidak
Ya s= atau smax
Ø ( Vc + VYa
smin ) ≤ Vu ≤ Ø ( Vc +
≤ 600 mm
)
Tidak
Ya s= atau
Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu ≤ Ø ( Vc + ) smax ≤ 300 mm
Tidak
Penampang
diperbesar
Selesai
5
3.3.1. Input User (data input oleh pengguna) 1
Data input yang diperlukan pada program ini b. Vc Vs min Vu Vc fc '.bw.d
berupa: 3
1. Data material antara lain f c, f y , perlu adanya tulangan geser
Av. fy.d
2. Data nodal beserta koordinatnya. .Vsperlu Vu .Vc ; Vs
3. Data member/frame yang berisi informasi S
nodal pengapit ji dan jk , serta d
Smaks dan Smaks 600mm
panjang batang, dimensi member, dimensi 2
tulangan lentur.
4. Data joint restraint 1 2
c. Vc fc '.bw.d Vu Vc fc '.bw.d
3 3
3.3.2 Penentuan penampang kritis , perlu adanya tulangan geser
Setelah didapat nilai gaya geser dan momen
Av. fy.d
yang didapat dari perhitungan reaksi perletakan .Vperlu Vu .Vc ; Vs
dialnjutkan ke penentuan dimensi penampang S
kritis. Pada langkah ini akan didapatkan nilai d
dari bw yang merupakan lebar web dan d yang Smaks ; Smaks 300mm
merupakan jarak dari serat beton tertekan ke 4
tulangan tarik longitudinal. Pada langkah ini 2
juga akan didapat nilai fy dari asumsi, di mana
d. Vu fc '.bw.d (Perbesar penampang)
3
fy adalah kekuatan tulangan transversal.
3.3.6 Perhitungan gaya geser yang mampu
3.3.3 Perhitungan gaya geser nominal beton polos ditahan oleh sengkang (Vs)
Jika Vu Vc , tulangan geser haruslah
(Vc)
Setelah diperoleh ukuran dimensi dari
penampang kritis dihitung nilai dari Vc. Nilai disediakan sehingga Vu (Vc Vs ) ,
Vc ini didapat dengan cara Vc = bw d . di mana
Av f y d
3.3.4 Kontrol penampang untuk sengkang vertikal
Jika kondisi bwd ≤ Vu ini tidak s
terpenuhi maka irisan penampang kritis Vs
haruslah diperbesar lagi.
untuk
3.3.5 Penentuan perlunya dipasang tulangan 3.3.7 Merancang Program Dengan Visual Basic
geser atau tidak 6.0
Gunakan tulangan geser minimum Av jika Langkah awal yang dilakukan pada tahap
Vu lebih besar dari setengah фVc, dengan ini adalah mempelajari dasar-dasar
pengecualian-pengecualian sebagai berikut: pemrograman dengan Visual Basic 6.0. Setelah
(a) Konstruksi join beton mempelajari bahasa pemrograman ini
(b) Slab-slab dan telapak-telapak kemudian dilanjutkan dengan membuat
(c) Balok-balok dangkal yang lebih kecil program analisa struktur menggunakan metode
dengan kedalaman tidak melebihi 10 kekakuan langsung untuk mendapatkan jumlah
inchi (254 mm) atau 2½ kali ketebalan tulangan yang dibutuhkan.
flens
Penentuan pemasangan tulangan geser pada 3.3.8 Verifikasi Output
balok : Setelah program di-running dan berjalan
sesuai rencana, dilakukan verifikasi output
a. .Vc Vu Vc Vs min , memakai dengan output dari SAP2000 serta dengan
tulangan geser minimum perhitungan manual.
q = 7500 kg
Gambar 3.4 Uji perbandingan portal 3D sederhana
6m
q = 12500 kg
6m
6 m
6m
Gambar 5.1 Studi Kasus 1
7m
E : 2625051388,85415 kg/m2
G : 1009635149,55929 kg/m2
f’c : 30 MPa
7
1 : 0,85
U : 0,3
9
Karena beban yang diberikan pada frame 7
maupun frame 8 sama dengan beban yang diberikan
pada frame 2 dan 5 maka untuk hasil output
programnya terutama element force nya memiliki
hasil yang sama juga.
8.
Frame 5
fx1 = 5897,68 kg
fy1 = 22500 kg
M z1 = 19873,69 kgm
fx2 = -5897,68 kg Gambar 5.13 Tampilan 3D-view SAP 2000 v.14
fy2 = 22500 kg
M z2 = -19873,69 kgm Untuk hasil output element forces nya
sebagai berikut :
Frame 2
Vu1 = 209,617 kN
f’c = 35 MPa
fy = fyv = 400 MPa
Dlentur = D19
Gambar 5.15 Tampilan Input tulangan pada Dgeser = D10
balok
Dimensi balok :
Kemudian klik Analyze Run Beam Analysis bw = 300 mm
Run Shear Analysis. Hasil dari run shear analysis h = 400 mm
sebagai berikut :
d = h – (40 + Dlentur)
= 400 – (40 + 19)
= 350,5 mm
Vc = bw d
Vsmin = bw d
Kondisi 1 :
Vu1 ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
209,617 kN ≤ 0,75 (95,988 kN + 35,05 kN )
209,617 kN ≤ 98,278 kN
Kondisi 2 :
Gambar 5.16 Tampilan Run Shear Analysis Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu1 ≤ Ø ( Vc + bw d )
98,278 kN ≤ 209,617 kN ≤ 0,75(95,988+
Setelah proses running analisis geser akan
didapatkan hasil seperti Gambar 5.14 diatas. Pada .300.350,5)
Gambar 5.14 terlihat pengambilan nilai Vu dari 5 titik 98,278 kN ≤ 209,617 kN ≤ 0,75 (95,988 kN +
pada diagram geser secara otomatis. Pengambilan 191,976 kN)
bilai Vu dari beberapa titik ini dimaksudkan untuk 98,278 kN ≤ 209,617 kN ≤ 215,973 kN
kemudahan perhitungan spasi (jarak) antar tulangan
geser. Didapatkan untuk Frame 2 pada Vu berada di
11
Maka Vsperlu = 98,278 kN ≤ 110,325 kN ≤ 0,75(95,988+
.300.350,5)
=
98,278 kN ≤ 110,325 kN ≤ 0,75 (95,988 kN +
191,976 kN)
= 98,278 kN ≤ 110,325 kN ≤ 215,973 kN
Kondisi 1 : Vsmin = bw d
Vu1 ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
209,617 kN ≤ 0,75 (95,988 kN + 35,05 kN )
209,617 kN ≤ 98,278 kN = 300 x 350,5 = 35,05 kN
Kondisi 2 : Kondisi 1 :
Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu1 ≤ Ø ( Vc + bw Vu1 ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
110,325 kN ≤ 0,75 (95,988 kN + 35,05 kN )
d) 110,325 kN ≤ 98,278 kN
98,278 kN ≤ 209,617 kN ≤ 0,75(95,988+
.300.350,5) Kondisi 2 :
98,278 kN ≤ 209,617 kN ≤ 0,75 (95,988 kN + Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu1 ≤ Ø ( Vc + bw
191,976 kN)
d)
98,278 kN ≤ 209,617 kN ≤ 215,973 kN
98,278 kN ≤ 110,325 kN ≤ 0,75(95,988+
.300.350,5)
Maka Vsperlu =
98,278 kN ≤ 110,325 kN ≤ 0,75 (95,988 kN +
= 191,976 kN)
98,278 kN ≤ 110,325 kN ≤ 215,973 kN
=
Maka Vsperlu =
= = 181.213 kN =
13
praktis praktis Data-data material beton sebagai berikut :
4 110,325 kN 430,872 mm 443,58 mm E : 2625051388,85415 kg/m2
5 209,617 kN 120,013 mm 121,467 mm G : 1009635149,55929 kg/m2
f’c : 30 MPa
Tabel 5.4 Perbandingan hasil perhitungan SFAP 1 : 0,85
dengan perhitungan manual pada frame 5 U : 0,3
15
dan frame 14 yakni sebesar 15000 kg, maka untuk Diameter tulangan lentur : D19
hasil output programnya terutama element force nya Diameter tulangan geser : D10
memiliki hasil yang sama juga. Beda halnya dengan fy = fyv = 400 Mpa
frame pada no 5, frame 11, frame 15 dan frame 6
diberi beban sebesar 12500 kg. Kemudian klik Analyze Run Beam Analysis
Run Shear Analysis. Hasil dari run shear analysis
5.2.2 Perhitungan Studi Kasus 2 dengan SAP 2000 sebagai berikut :
v.14
Dengan menggunakan program SAP 2000
v.14 untuk menghitung portal sederhana pada studi
kasus 2 didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 5.22 Tampilan Diagram for Frame SAP Vu = xqxL = x 12500 kg/m x 7 m
2000 v.14
= 43750 kg = 437,5 kN
5.2.3 Perhitungan Tulangan Geser dengan SFAP
Setelah selesai melakukan run analysis dan Frame 3
menghasilkan output element forces yang telah Vu1 = 410,653 kN
ditampilkan sebelumnya maka dilanjutkan dengan f’c = 30 MPa
proses running shear. Data input yang digunakan fy = fyv = 400 MPa
sebagai berikut : Dlentur = D19
Dgeser = D10
= 350 x 400,5 = 127,96 kN
Dimensi balok :
bw = 300 mm
h = 400 mm Vsmin = bw d
d = h – (40 + Dlentur)
= 400 – (40 + 19) = 350 x 400,5 = 46,73 kN
= 350,5 mm
Kondisi 1 :
Vu1 ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
Vc = bw d
410,653 kN ≤ 0,75 (127,96 kN + 46,73 kN )
410,653 kN ≤ 131,02 kN
= 300 x 350,5 = 95,988 kN
Kondisi 2 :
Vsmin = bw d Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu1 ≤ Ø ( Vc + bw d )
131,02 kN ≤ 410,653 kN ≤ 0,75(127,96+
= 300 x 350,5 = 35,05 kN .350.400,5)
131,02 kN ≤ 410,653 kN ≤ 0,75 (127,96 kN +
Kondisi 1 : 255,92 kN)
Vu1 ≤ Ø ( Vc + Vsmin ) 131,02 kN ≤ 410,653 kN ≤ 287,91 kN
410,653 kN ≤ 0,75 (95,988 kN + 35,05 kN )
410,653 kN ≤ 98,278 kN Kondisi 3 :
Ø(Vc + bw d )≤ Vu1 ≤ Ø (Vc + bw d )
Kondisi 2 : 287,91 kN ≤ 410,653 kN ≤ 0,75(127,96 +
Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu1 ≤ Ø ( Vc + bw d .350.400,5)
98,278kN≤410,653kN≤0,75(95,988+ .300.350,5) 287,91 kN ≤ 410,653 kN ≤ 0,75 (127,96 kN +
98,278 kN≤ 410,653kN≤0,75(95,988 kN+191,976kN) 511,85 kN)
98,278 kN ≤ 410,653 kN ≤ 215,973 kN 287,91 kN ≤ 410,653 kN ≤ 479,86 kN
Frame 3
Vc = bw d
Vu2 = 214,52 kN
17
f’c = 30 MPa pemasangan tulangan geser di lapangan pakai s = 150
fy = fyv = 400 MPa mm.
Dlentur = D19 Dengan demikian pada Vu di titik 2 memakai
Dgeser = D10 tulangan geser terpasang Ø10 – 150 mm.
Pada Vu di titik 3 (Vu3) tidak ada pengaruh
Dimensi balok : gaya geser (Vu) maka langsung dipasang tulangan
bw = 350 mm geser dengan jarak sebesar 600 mm atau bisa juga
h = 450 mm tidak memakai tulangan geser.
d = h – (40 + Dlentur)
= 450 – (40 + 19)
= 400,5 mm
Vc = bw d
= 350 x 400,5 = 127,96 kN
Vsmin = bw d
Kondisi 1 :
Vu2 ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
214.52 kN ≤ 0,75 (127,96 kN + 46,73 kN )
214.52 kN ≤ 131,02 kN
Gambar 5.24 Tampilan Run Shear Analysis Studi
Kondisi 2 : Kasus 2 Frame 5
Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu2 ≤ Ø ( Vc + bw d ) Setelah proses running analisis geser akan
131,02 kN ≤ 214.52 kN ≤ 0,75(127,96+ didapatkan hasil seperti Gambar 5.24 diatas. Pada
.350.400,5) Gambar 5.23 terlihat pengambilan nilai Vu dari 5 titik
pada diagram geser secara otomatis. Pengambilan
131,02 kN ≤ 214.52 kN ≤ 0,75 (127,96 kN + nilai Vu dari beberapa titik ini dimaksudkan untuk
255,92 kN) kemudahan perhitungan spasi (jarak) antar tulangan
131,02 kN ≤ 214.52 kN ≤ 287,91 kN geser. Didapatkan untuk Frame 3 pada Vu berada di
titik 1 (Vu1) dengan nilai 492,784 kN memiliki spasi
Maka Vsperlu = hitung antar tulangan gesernya sebesar 57,468 mm,
lalu pada saat Vu berada di titik 2 (Vu2) dengan nilai
257.425 kN memiliki spasi hitung antar tulangan
=
gesernya sebesar 158.368 mm, sedangkan pada saat
Vu berada pada titik 3 tidak ada pengaruh dari gaya
= geser, maka untuk spasi tulangang nya berlaku praktis.
Sedangkan untuk Vu pada titik 4 (Vu4) dan Vu pada
titik 5 (Vu5) berlaku gaya geser dan spasi antar
= = 158,07 kN tulangan gesernya sama dengan Vu pada titik 1(Vu1)
Syarat jarak tulangan geser ialah s ≤ ≤ smax = dan Vu pada titik 2 (Vu2).
600 mm. Karena memakai sengkang dua kaki untuk a v
Frame 5
= Ø2 = 157 mm.
Vu1 = 492,784 kN
f’c = 30 MPa
s syarat = = = 200,25 mm fy = fyv = 400 MPa
Dlentur = D19
Dgeser = D10
s= = = 159,12 mm
Dimensi balok :
Karena s = 159,12 mm ≤ s = = 200,25 mm, bw = 300 mm
h = 400 mm
maka pakai s = 159,12 mm, namun untuk kemudahan
d = h – (40 + Dlentur)
= 400 – (40 + 19) Vsmin = bw d
= 350,5 mm
= 400 x 450,5 = 60,07 kN
Vc = bw d
Kondisi 1 :
= 300 x 350,5 = 95,988 kN Vu1 ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
492,784 kN ≤ 0,75 (164,5 kN + 60,07 kN )
492,784 kN ≤ 168,43 kN
Vsmin = bw d
Kondisi 2 :
= 300 x 350,5 = 35,05 kN Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu1 ≤ Ø ( Vc + bw d )
168,43 kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75(164,5+
Kondisi 1 :
.400.450,5)
Vu1 ≤ Ø ( Vc + Vsmin )
492,784 kN ≤ 0,75 (95,988 kN + 35,05 kN ) 168,43 kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75 (164,5 kN +
492,784 kN ≤ 98,278 kN 328,99 kN)
168,43 kN ≤ 492,784 kN ≤ 370,12 kN
Kondisi 2 :
Kondisi 3 :
Ø ( Vc + Vsmin ) ≤ Vu1 ≤ Ø ( Vc + bw d )
Ø(Vc + bw d ) ≤ Vu1 ≤Ø(Vc + bw d )
98,278 kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75(95,988+
370,12 kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75(164,5+
.300.350,5)
.400.450,5)
98,278 kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75 (95,988 kN +
191,976 kN) 370,12 kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75 (164,5 kN +
98,278 kN ≤ 492,784 kN ≤ 215,973 kN 657,99 kN)
370,12 kN ≤ 492,784 kN ≤ 616,87 kN
Kondisi 3 :
Ø (Vc + bw d ) ≤ Vu1 ≤ (Vc + bw d ) Maka Vsperlu =
215,973kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75(95,988+ =
.300.350,5)
215,973kN ≤ 492,784 kN ≤ 0,75 (95,988 kN + =
383,953 kN)
215,973kN ≤ 492,784 kN ≤ 359,955 kN
= = 492,55 kN
Karena Vu lebih besar dari bw d maka Syarat jarak tulangan geser ialah s ≤ ≤ smax =
penampang balok harus diperbesar. Perlu dicatat 300 mm. Karena memakai sengkang dua kaki untuk av
bahwa pada perbesaran penampang balok ini akan = Ø2 = 157 mm.
diiterasikan secara otomatis sampai memenuhi syarat
perbesaran penampang balok yang cocok. Maka untuk s syarat = = = 112,63 mm
perhitungan spasi tulangan geser nya memakai
penampang balok yang sudah diperbesar secara s= = = 57,44 mm
otomatis tersebut.
Frame 5
Vc = bw d Vu2 = 257,425 kN
f’c = 30 MPa
= 400 x 450,5 = 164,5 kN fy = fyv = 400 MPa
Dlentur = D19
Dgeser = D10
19
geser dengan jarak sebesar 600 mm atau bisa juga
Dimensi balok : tidak memakai tulangan geser.
bw = 400 mm
h = 500 mm Tabel 5.7 Perbandingan hasil perhitungan SFAP
d = h – (40 + Dlentur) dengan perhitungan manual pada Studi
Kasus 2 frame 3
= 500 – (40 + 19)
= 450,5 mm Titik Vu s (SFAP) s (Manual)
Vc = bw d 1 410,653 kN 59,975 mm 59,95 mm
2 214,52 kN 159,201 mm 159,12 mm
= 400 x 450,5 = 164,5 kN 3 0 Sengkang Sengkang
praktis praktis
4 214,52 kN 159,201 mm 159,12 mm
Vsmin = bw d 5 410,653 kN 59,975 mm 59,95 mm
21