1. Pengertian
HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus, genus ini
memiliki tipe klinis yang Panjang, replikasi virus yang persisten dan terlibat
dalam system saraf pusat. Virus ini berbeda dengan viruys lain karena tubuh
manusia tidak dapat menyingkirkan virus ini. HIV menyebar melalui cairan
tubuh dan memiliki cara khas dalam menginfeksi system kekbalan tubuh
manusia terutama sel CD4 atau sel-T.
Definisi Kasus Surveilans untuk infeksi HIV dari CDC menurut Sylvia dan
Lorraine (2017) yaitu: Kriteria yang direvisi pada tahun 2000 untuk
pelaporan tingkat nasional, mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam
satu definisi kasus. Pada orang dewasa , remaja, atau anak berusia 18 bulan
atau lebih, definisi kasus surveilans infeksi HIV dipenuhi apabila salah satu
kriteria laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik
menunjukkan infeksi HIV dan penyakit HIV berat (AIDS).
2) Kondidiasis esofagus
3) Kanker serviks, invasif
5) Kriptokokus, ekstraparu
10) Harpes simpleks; ulkus (-ulkus kronik lebijh dari 1 bulan; atau
bronkitis, pneumonitis, esofagitis
2. Penyebab
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2016) virus HIV menular melalui enam
cara penularan, yaitu :
Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual
berlangsusng, air mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai
selaput lendir, penis, dubur, atau muluh sehingga HIV yang tedapa dalam
cairan tersebut masuk ke aliran darah (Kemenkes RI,2015 dalam
Nursalam,2016 ). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada
dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk
ke aliran darah pasangan seksual
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada
gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%,
sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%
(Kemenkes,2015 dalam Nursalam, 2016). Penularan juga terjadi selama
proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau
membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
(Lili V, 2004 dalam Nursalam, 2016). Semakin lam proses melahirkan,
semakin besar resiko penularan. Oleh karena itu, lama persalinan bisa
dipersingkat dengan operasi sectio caesaria (HIS dan STB,2000 dalam
Nursalam, 2016). Transmisi lain terjadi selam periode post partum melaui
ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dai Ibu yang positif sekitar 10%
Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah
dan menyebar ke seluruh tubuh.
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang,
membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV
sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.
HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan,
hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan
sosial yang lain.
3. patofisiologi
Menurut Robbins, Dkk (2015) Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami
dengan menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan sistem
imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi
antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap awal; (2) fase kronis
pada tahap menengah; dan (3) fase krisis, pada tahap akhir.
CD4+ dalam darah perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah melewati
periode yang panjang dan beragam, pertahanan penjamu mulai berkurang,
jumlah sel CD4+ mulai menurun, dan jumlah sel CD4+ hidup yang
terinfeksi oleh HIV semakin meningkat. Limfadenopati persisten yang
disertai dengan kemunculan gejala konstitusional yang bermakna (demam,
ruam, mudah lelah) mencerminkan onset adanya dekompensasi sistem
imun, peningkatan replikasi virus, dan onset fase “krisis”.
a. Respiratori
Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila
dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain.
Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar
bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada
mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas
seperti demam, menggigil, batuk non produktif, nafas pendek, dispnea dan
kadang-kadang nyeri dada. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada
pasien yang bernafas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan
yang ringan; keadaan ini menunjukkan keadaan hipoksemia minimal. Bila
tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang
signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernafasan.
b. Gastrointerstinal
c. Kanker
Sarkoma Kaposi yaitu kelainan malignasi yang berkaitan dengan HIV yang
paling sering ditemukan merupakan penyakit yang melibatkan lapisan
endotel pembuluh darah dan limfe.Kaposi yang berhubungan dengan AIDS
memperlihatkan penyakit yang lebih agresif dan beragam yang berkisar
mulai dari lesi kutaneus setempat hingga kelainan yang menyebar dan
mengenai lebih dari satu sistem organ. Lesi Kutaneus yang dapat timbul
pada setiap bagian tubuh biasanya bewarna merah mudah kecoklatan hingga
ungu gelap. Lesi dapat datar atau menonjol dan dikelilingi oleh ekimosis
(bercak-bercak perdarahan) serta edema.
Lokasi dan ukuran beberapa lesi dapat menimbulkan statis aliran vena,
limfadema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak integritas kulit dan
meninggalkan ketidaknyamanan pasien serta kerentanannya terhadap
infeksi.
d. Neurologik
a. Struktur integrumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunistik serta
malignansi yang mendampinginya, Infeksi oportunistik seperti harpes zoster
dan harpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri
yang merusak integritas kulit. Moloskum kontagiosum merupakan infeksi
virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi
yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga dapat
memperlihatkan folokulasi menyeluruh yang disertai dengan kulit yang
kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atropik seperti ekzema atau
psoriasis. Hingga 60% enderita yang diobati dengan
trimetroprimsulfametoksazol (TMP/SMZ) untuk mengatasi pneumonia
pneumocytis carinii akan mengalami ruam yang berkaitan dengan obat dan
berua preuritus yang disertai pembentukan papula serta makula bewarna
merah muda. Terlepas dari penyebab ruam ini pasien akan mengalami
ganggua rasa nyaman dan menghadapi peningkatan resiko untuk menderita
infeksi tambahan, akibat rusaknya keutuhan kulit.
2. Penatalaksanaan
Menurut Burnnner dan Suddarth (2015) Upaya penanganan medis meliputi
beberapa cara pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang
berhubungan dengan HIV serta malignansi, penghentian replikasi virus HIV
lewar preparat antivirus, dan penguatan serta pemulihan sistem imun
melalui pengguanaan preparat immunomodulator. Perawatan suportif
merupakan tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan penyakit
AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek tersebut
mencangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan
perubahan status mental. Penatalaksanaan HIV AIDS sebegai berikut :
a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi
Infeksi umum trimetroprime-sulfametokazol, yang disebut pula TMP- SMZ
(Bactrim,septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi berbagai
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV kepada
pasien-pasien dengan fungsi gastrointerstinal yang normal tidak
memberikan keuntungan apapun. Penderita AIDS yang diobati dengan
TMP-SMZ dapat mengalami efekyang merugikan dengan insiden tinggi
yang tidak lazim terjadi, seperti demam, ruam, leukopenia, trombositopenia
dengan ganggua fungsi renal.
Pentamidin, suatu obat anti protozoa, digunakan sebagai preparat alternatif
untuk melawan PCP. Jika terjadi efek yang merugikan atau jika pasien tidak
memperlihatkan perbaikan klinis ketika diobati dengan TMP-SMZ, petugas
kesehatan dapat merekomendasikan pentamidin.
Kompleks Mycobacterium avium, terapi kompleks Mycobacterium avium
complex (MAC) masih belum ditentukan dengan jelas dan meliputi
penggunaan lebih dari satu macam obat selam periode waktu yang lama.
d. Penanganan keganasan
Penatalaksanaan sarkoma Kaposi biasanya sulit karena sangat beragamnya
gejala dan sistem organ yang terkena.Tujuan terapinya adalah untuk
mengurangi gejala dengan memperkecil ukuranlesi pada kulit, mengurangi
gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan edema serta ulserasi, dan
mengendalikan gejala yang berhubungan dengan lesi mukosa serta organ
viseral. Hinngga saat ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa
ABV (Adriamisin, Bleomisin, dan Vinkristin).
e. Terapi Antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat antiretrovirus yang sudah disetujui oleh
FDA untuk pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; Zidovudin,
Dideoksinosin , dideoksisitidin dan Stavudin. Semua obat ini menghambat
kerja enzim reserve transcriptase virus dan mencegah virus reproduksi virus
HIV dengan cara meniru salah satu substansi molekuler yang digunakan
virus tersebut untuk membangun DNA bagi partikel-partikel virus baru.
Dengan mengubah komponen struktural rantai DNA, produksi virus yang
baru akan dihambat.
f. Inhibitor Protase
Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim protase,
yaitu enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion
yang menular. Inhibisi protase HIV-1 akan menghasilkan partikel virus
noninfeksius dengan penurunan aktivitas enzim reserve transcriptase.
g. Perawatan pendukung
Paien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang menurun
sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV memerlukan
banyak macam perawatan suportif. Dukungan nutrisi mungkin merupakan
tindakan sederhana seperti membantu pasien dalam mendapatkan atau
mempersiapkan makanannya. Untuk pasien dengan gangguan nutrisi yang
lanjut karena penurunan asupan makanan, sindrome perlisutan atau
malabsobsi saluran cerna yang berkaitan dengan diare, mungkin diperlukan
dalam pemberian makan lewat pembuluh darah seperti nutrisi parenteral
total. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadiakibat mual,
Vomitus dan diare hebat kerapkali memerlukan terapi pengganti yang
berupa infus cairan serta elektrolit. Lesi pada kulit yang berkaitan dengan
sarkoma kaposi, ekskoriasi kulit perianal dan imobilisasi ditangani dengan
perawatan kulit yang seksama dan rajin; perawatan ini mencangkup
tindakan membalikkan tubuh pasien secara teratur, membersihkan dan
mengoleskan salep obat serta menutup lesi dengan kasa steril.
Gejala paru seperti dispnea dan napas pendek mungkin berhubungan dengan
infeksi, sarkoma kaporsi serta keadaan mudah letih. Pasien-pasien ini
mungkin memerlukan terapi oksigen, pelatihan relaksasi dan teknik
menghemat tenaga. Pasien dengan ganggguan fungsi pernafasan yang berat
pernafasan yang berat dapat membutuhkan tindakan ventilasi mekanis. Rasa
nyeri yang menyertai lesi kulit, kram perut, neuropati perifer atau sarkoma
kaposi dapat diatasi dengan preparat analgetik yang diberikan secara teratur
selama 24 jam. Teknik relaksasi dan guded imagery (terapi psikologi
dengan cara imajinasi yang terarah) dapat membantu mengurangi rasa nyeri
dan kecemasan pada sebagian pasien.
h. Terapi nutrisi
Menurut Nursalam (2016) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan
pasien HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi
sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan
menjaga orang yang hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan
produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai pada orang dengan
HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak stadium dini walaupun pada ODHA
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi szat gizi.
Untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus
diberikan makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral
serta cukup air.
b. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien
AIDS dengan manifestasi
respiratori ditemui keluhan
utama sesak nafas. Keluhan
utama lainnya ditemui pada
pasien HIV AIDS yaitu,
demam yang berkepanjangan
(lebih dari 3 bulan), diare
kronis lebih dari satu bulan
berulang maupun terus
menerus, penurunan berat
badan lebih dari 10%, batuk
kronis lebih dari 1 bulan,
infeksi pada mulut dan
tenggorokan disebabkan oleh
jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah
bening diseluruh tubuh,
munculnya Harpes zoster
berulang dan bercak-bercak
gatal diseluruh tubuh.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan
yang biasanya disampaikan
pasien HIV AIDS adalah :
pasien akan mengeluhkan
napas sesak (dispnea) bagi
pasien yang memiliki
manifestasi respiratori, batuk-
batuk, nyeri dada dan
demam, pasien akan
mengeluhkan mual, dan diare
serta penurunan berat badan
drastis.
d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases
encer, disertai mucus berdarah.
Faktor yang
berhubungan :
Tirah baring
atau imobilisasi
Kelemahan
umum
Ketidakseimba
ngan antara
suplai dan
kebutuhan
oksigen
Imobilitas
Gaya hidup
monoton
5. Ketidakseimbanga Nutrition status Nutrition management
n nutrisi kurang Nutrition
dari kebutuhan - Kaji alergi makanan
tubuh status : food and
- Kolaborasi dengan ahli gizi
fluid intake
menentukan jumlah kalori
Definisi: asupan Nutrition
dan nurisi yang dibutuhkan
nutrisi tidak cukup status : nutrien
untuk memenuhi pasien
kebutuha metabolik intake - Anjurkan pasien untuk
Weight control meningkatkan intke Fe
Batasan - Anjurkan pasien untuk
karakteristik : Kriteria hasil: meningkatkan protein dan
vitamin C
Kram abdomen Adanya - Berikan subtansi gula
Nyeri abdomen peningkatan - Yakinkan diet yang dimakan
Menghindari berat badan mengandung tinggi serat
makanan
sesuai dengan untuk mencegah konstipasi
Berat badan 20%
atau dibawah berat tujuan - Berikan makanan yang
badan ideal Berat badan ideal terpilih (sudah di
Kerapuhan kapiler konsultasikan dengan ahli
sesuai dengan
Diare gizi)
Kehilangan tinggi badan - Ajarkan pasien bagaimana
rambut berlebihan Mampu membuat catatan makanan
Bising usus mengidentifikasi harian monitor jumlah nutrisi
hiperaktif kebutuhan nutrisi dan kandungan kalori
Kurang makanan - Berikan informasi tentang
Kurang informasi Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi kebutuhan nutrisi
Kurang minat
pada makanan - Kaji kemampuan pasien
Menunjukan
Penurunan berat untuk meningkatkan nutrisi
peningkatan yang dibutuhkan
badan dengan
asupan makanan fungsi Nutrition Monitoring
adekuat pengecapan dari - BB pasien dalam batas
Kesalahan menelan normal
informasi
Membran mukosa Tidak terjadi - Monitoring adanya penurunan
pucat penurunan berat BB
Ketidakmampuan - Monitor tipe dan jumlah
memakan badan yang
aktivitas yang bisa dilakukan
makanan berarti
- Monitor interaksi anak atau
Tonus otot
menurun orang tua selama makan
Mengeluh - Monitor lingkungan selama
gangguan sensasi makan
rasa - Jadwalkan pengobatan dan
Mengeluh asupan tindakan tidak selama jam
makanan kurang makan
dari RDA - Monitor kulit kering dan
(recommended perubahan pigmentasi
daily allowance) - Monitor turgor kulit
Cepat kenyang
- Monitor kekeringan, rambut
setelah makan
Sariawan rongga kusam, dan mudah patah
mulut - Monitor mual dan muntah
Steatorea - Monitor kadar albumin, total
Kelemahan otot protein, Hb, dan kadar Ht
pengunyah - Monitor pertumbuhan dan
Kelemahan otot perkembangan
untuk menelan - Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringn jaringan
Faktor-faktor yang konjungtiva
berhubungan :
- Monitor kalorid dan intake
Faktor biologis nutrisi
Faktor ekonomi - Catat adanya edema hiperemi,
Ketidak mampuan hepertonik papila lidah dan
untuk cavitas oral
mengabsorbsi - Catat jika lidah berwaran
nutrien magenta, scarlet
Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
Ketidakmampuan
menelan makanan
Faktor psikologi