Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PERCOBAAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA ADSORPSI


(Mata kuliah Praktikum Pengolahan Limbah)

oleh Kelompok 3 Kelas 2C :


Adinda Dwi Ifvournamasari NIM 1831410045
Arya Rizqy Irangga NIM 1831410137
Gracela Ratu Salsabillah NIM 1831410029
Muhammad Alfin Firdaus NIM 1831410110
Shafara Najla Marinda S. NIM 1831410116
Shella Novita Setyawati NIM 1831410109

LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH


D-III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Pengolaha Limbah Cair secara Adsorpsi


Jenis Limbah Cair : Larutan CaCO3
Tanggal Praktikum : 24 Februari 2020 dan 2 Maret 2020
Tempat Praktikum : Laboratorium Pengelolaan Limbah
Dosen Pengampu / NIDN : Susanto, S.Pd., M.Sc / 0620118901
Kelas / Kelompok : 2C D3 / 3
Program Studi : D-III Teknik Kimia
Jurusan : Teknik Kimia
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Malang
Personil Kelompok :
No. Nama Mahasiswa NIM
1 Adinda Dwi Ifvournamasari 1831410045
2 Arya Rizqy Irangga 1831410137
3 Gracela Ratu Salsabillah 1831410029
4 Muhammad Alfin Firdaus 1831410110
5 Shafara Najla Marinda S. 1831410116
6 Shella Novita Setyawati 1831410109

Malang, 9 Maret 2020


Mengetahui, Ketua Kelompok 3
Dosen Pengampu

Susanto, S.Pd., M.Sc. Arya Rizqy Irangga


NIP 198911202019031014 NIM 1831410137

ABSTRAK
Pengolahan limbah cair merupakan salah satu teknik untuk
menurunkan tingkat pencemaran dan bahaya air limbah bagi lingkungan
dan manusia. Limbah cair yang tidak diolah juga dapat mematikan
organisme yang hidup di lingkungan. Salah satu alternatif penanganan air
limbah adalah dengan cara adsorpsi. Pada penelitian ini limbah cair dibuat
sendiri dari larutan CaCO3 dengan konsentrasi 500 ppm. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan massa
adsorben dan pengaruh flowrate terhadap turbidity dan kesadahan, serta
untuk mengetahui kondisi optimum pada hasil pengolahan limbah cair.
Proses adsorpsi dilakukan dengan memvariasikan adsorben berupa
karbon aktif dan batu apung. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan
semakin banyak massa yang digunakan maka semakin rendah nilai
turbidity dan kesdahan, serta semakin lambat flowrate maka semakin
rendah nilai turbidity dan kesadahan. Kondisi optimum proses adsorpsi
yaitu dengan flowrate lambat (0,075 L/menit) dengan hasil kesadahan
sebesar 4,06 mg CaCO3/L dan turbidity sebesar 125 NTU serta
menggunakan jenis adsorben karbon aktif bermassa 400 gram pada
waktu 55 menit.

Kata Kunci: Adsorpsi, Batu Apung, Karbon Aktif, Kesadahan, Turbiditas

ABSTRACT

Liquid waste treatment is one technique to reduce the level of


pollution and the danger of wastewater to the environment and humans.
Untreated liquid waste can also kill organisms that live in the environment.
One alternative treatment for wastewater is adsorption. In this research,
liquid waste is made by itself from CaCO3 solution with a concentration of
500 ppm. The purpose of this study was to determine the effect of adding
adsorbent mass and the effect of flowrate on turbidity and hardness, as
well as to determine the optimum conditions on the results of wastewater
treatment. The adsorption process is carried out by varying the adsorbent
in the form of activated carbon and pumice. Based on the experimental
results, the more mass is used, the lower the turbidity and hardness
values, and the slower the flowrate, the lower the turbidity and hardness
values. The optimum conditions of the adsorption process are slow
flowrate (0.075 L / min) with hardness results of 4.06 mg CaCO3 / L and
turbidity of 125 NTU and using a type of activated carbon adsorbent with a
mass of 400 grams at 55 minutes.

Keywords: Adsorption, Pumice Stone, Active Carbon, Hardness, Turbidity

DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................5

I.1 Latar Belakang................................................................................5

I.2 Tujuan.............................................................................................7

I.3 Manfaat...........................................................................................7

BAB II...........................................................................................................8

II.1 Dasar Teori......................................................................................8

BAB III........................................................................................................11

BAB IV........................................................................................................15

BAB V.........................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Teknologi pengolahan air limbah merupakan salah satu teknik
untuk menurunkan tingkat pencemaran dan bahaya dari air limbah bagi
lingkungan dan manusia. Terdapat beragam teknologi pengolahan air
limbah yang dapat diterapkan namun perlu dipertimbangkan beberapa
hal yaitu: harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh pihak industri,
dapat menurunkan pencemaran dalam air limbah ke tingkat yang
sesuai atau lebih rendah dari baku mutu yang ditetapkan, layak secara
ekonomi dalam pembangunan (konstruksi), operasional dan
pemeliharaannya (Nurlela, 2018).
Metode yang paling sederhana, murah dan efektif adalah
pengolahan secara fisika dengan menggunakan adsorben Karbon aktif
ataupun batu apung. Berbeda dengan absorbsi, adsorpsi mengikat
adsorbat membentuk suatu lapisan tipis atau film pada permukaannya.
Adsorben dapat digunakan untuk mengurangi bahan organik dan
anorganik (Syauqiah, Amalia and Kartini, 2011).
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida
(cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut.
Berbeda dengan absorpsi, dimana fluida terserap oleh fuida lainnya
dengan membentuk suatu larutan. Dalam adsorbsi digunakan istilah
adsorbat dan adsorben, dimana adsorbat adalah substansi yang
terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal
ini berupa senyawa karbon. Menurut Webber (1972) adsorpsi dibatasi
terutama oleh proses film diffusion atau pore diffusion, tergantung
besarnya pergolakan dalam sistem. Jika pergolakan yang terjadi relatif
kecil maka lapisan film yang mengelilingi partikel akan tebal sehingga
adsorpsi berlangsung lambat. Apabila dilakukan pengadukan yang
cukup maka kecepatan difusi film akan meningkat (Analisis Variasi
Waktu Dan Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam
Berat Dengan Karbon aktif, 2011).
Kesadahan dalam tingkat tertentu akan bermanfaat bagi
kesehatan, namun ketika kesadahan menjadi tinggi dan dikonsumsi
manusia dalam jangka waktu yang lama akan dapat mengganggu
kesehatan. Secara khusus kelebihan unsur kalsium akan menjadikan
hyperparatyroidsm, batu ginjal (Nephrolithiasis), dan jaringan otot rusak
(musculusweaknes). Kelebihan logam magnesium dalam darah akan
mempengaruhi syaraf otot dan otot jantung yang ditandai lemahnya
refleksi dan berkurangnya rasa sakit pada otot yang rusak, ini
merupakan kekhasan dari kelebihan magnesium dalam darah juga
ditandai adanya keluarnya cairan asetil cholin pada otot. Adanya
depresi pada vasoliditasi myocardial berperan dalam terjadinya
hipotensi. Penggunaan air yang memiliki tingkat kesadahan yang
melebihi ambang batas dalam kurun waktu yang lama dapat
menyebabkan berbagai penyakit (Bobihu, 2012).
Adsorpsi diketahui merupakan metode yang paling efisien untuk
menghilangkan warna, bau, minyak, dan organik dari air limbah. Karbon
aktif menjadi adsorben yang paling banyak dipakai karena kemampuan
adsorpsinya yang sangat bagus, tetapi kelemahannya adalah harganya
yang mahal. Untuk itu perlu dicari alternatif adsorben dengan harga
yang lebih murah (Murti, Purwanti and Suyatini, 2013)
Pada pengolahan ini dilakukan pengolahan limbah cair secara
adsorpsi dengan variabel massa adsorben dan kecepatan flowrate
yang bertujuan untuk mengoperasikan peralatan adsorption kits
dengan baik dan benar, mengetahui pengaruh penambahan berat
adsorben terhadap penurunan konsentrasi kekeruhan dan kesadahan
total yang terkandung dalam air limbah, mengetahui pengaruh flowrate
terhadap turbidity dan kesadahan total yang terkandung dalam air
limbah, dan mengetahui kondisi optimum pada hasil pengolahan
limbah cair secara adsorpsi.
I.2 Tujuan
Tujuan percobaan pengolahan limbah cair secara adsorpsi sebagai
berikut:
a. Mengoperasikan peralatan adsorption kits dengan baik dan benar
b. Mengetahui pengaruh penambahan berat adsorben terhadap
penurunan konsentrasi kekeruhan dan kesadahan total yang
terkandung dalam air limbah.
c. Mengetahui pengaruh flowrate terhadap turbidity dan kesadahan
total yang terkandung dalam air limbah.
d. Mengetahui kondisi optimum pada hasil pengolahan limbah cair
secara adsorpsi.

I.3 Manfaat
Manfaat percobaan pengolahan limbah cair secara adsorpsi sebagai
berikut:
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai sara dalam melaksanakan salah satu Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu penelitian dan pengembangan. Selain itu
juga sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh dari kegiatan perkuliahan.
b. Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Sebagai salah satu solusi untuk mengatasi limbah cair pada
lingkungan yang ada di masyarakat, serta untuk menjaga
kelestarian lingkungan dengan tidak membuang limbah cair yang
belum diolah secara sembarangan.
BAB II
DASAR TEORI

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion)
pada permukaan adsorben. Mekanisme penjerapan tersebut dapat
dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika (fisiosorpsi) dan
jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisiosorpsi gaya
yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der
waals. Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat
dengan adsorben melalui pembentuk-an ikatan kimia. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun
gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu
film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda
dengan absorpsi, dimana fluida terserap oleh fuida lainnya dengan
membentuk suatu larutan. Dalam adsorbsi digunakan istilah
adsorbat dan adsorben, dimana adsorbat adalah substansi yang
terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam
hal ini berupa senyawa karbon (Syauqiah, Amalia and Kartini, 2011).
Menurut Reynold (1982) gaya adsorpsi molekul dari suatu zat
terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan karbon
aktif makin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses
difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi
berlangsung lebih baik. Secara umum, faktor-faktor yang
mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:
1. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak
zat yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben
ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
2. Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsor-bat akan meningkatkan
kemampu-an adsorpsi molekul yang mempunyai
polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan
tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan molekul
yang tidak dapat membentuk dipol (non polar).
Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan
kemampuan adsorpsi. Adsorbat dengan rantai yang
bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi dibandingkan
rantai yang lurus.
3. Konsentrasi adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka
semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada
permukaan adsorben.
4. Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan
meningkatkan daya serap adsorben terhadap adsorbat
menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka
pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya
adsorben sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
5. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas
gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam
dalam proses adsorpsi.
6. Waktu kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas
adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.
II.1.2 Karbon Aktif
Karbon aktif adalah arang yang diproses sedemikian rupa
sehingga mempunyai daya serap atau adsorpsi yang tinggi terhadap
bahan yang berbentuk larutan atau uap. Karbon aktif secara luas
digunakan sebagai adsorben dan secara umum mempunyai
kapasitas yang besar untuk mengadsorpsi molekul organik. Karbon
aktif atau karbon aktif adalah arang yang dapat menyerap anion,
kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik maupun
anorganik, larutan ataupun gas. Karbon aktif terdiri dari berbagai
mineral yang dibedakan berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya
serap) dan karakteristiknya. (Syauqiah, Amalia and Kartini, 2011).

II.1.3 Batu Apung


Batu apung adalah jenis batuan yang berwarna terang yang
mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas
dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
Batu apung memiliki struktur yang berpori dan mengandung banyak
sekali kapiler-kapiler yang halus, sehingga adsorbat akan
teradsorpsi pada kapiler tersebut (Endahwati, 2011). Batu apung
sering disebut batu semilir, yaitu batuan yang terbentuk dari
kumpulan pumice yang terpadatkan secara alamiah oleh tekanan
dan waktu yang sangat lama. Pumice adalah hasil letusan gunung
berapi yang padat, tapi ringan dan mempunyai porositas yang tinggi.
Batu apung merupakan batuan sedimen epiklasik yang bersisipkan
dengan batuan lempung tufan, batu pasir tufan dan batu kerikil.
Berdasarkan analisis petrografis breksi batu apung mempunyai
kandungan unsur antara lain: SiO2, Al2O3, Fe2O3 (Luwihana,
1998). Pemanfaatan batu apung ini digunakan sebagai media
adsorbsi yang mempunyai beberapa keunggulan yaitu, ramah
lingkungan, ekonomis dan aplikasi dilapangan yang mudah serta
sederhana (Abuzar, Edwin and Hasibuan, 2015).
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

III.1.1 Percobaan Adsorpsi:


a. Adsorption kits
b. Stopwatch
c. Pompa air
d. Erlenmeyer 50 ml
e. Bak penampung air
f. Gelas ukur 2 L
g. Kaca arloji
h. Spatula
i. Batang pengaduk

III.1.2 Analisis Kesadahan


a. Labu takar 100 ml
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Ball pipet
d. Pipet ukur 5 ml
e. Pipet ukur 25 ml
f. Corong kaca
g. Buret 50 ml
h. Kaca arloji
i. Spatula
j. Batang pengaduk
k. Beaker glass 400 ml
l. Statif
m. Klem
III.1.3 Analisis Turbidity
a. Turbidimeter
b. Kuvet

III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
III.2.1 Percobaan Adsorpsi
a. Larutan CaCO3 20 liter
b. Karbon aktif
c. Batu apung

III.2.2 Analisis Kesadahan


a. Larutan Buffer pH 10 5 ml
b. Larutan Standar EDTA 0,01 M
c. Larutan Standar primer Ca2+
d. Indikator EBT
e. Larutan sampel limbah

III.2.3 Analisis Turbidity


a. Larutan sampel limbah yang dianalisis
b. Akuades

III.3 Prosedur
III.3.1 Prosedur Pengolahan Limbah secara Adsorpsi
III.3.1.1Tahap Persiapan
a. Pompa umpan dilakukan pengecekan dalam keadaan baik
siap beroperasi.
b. Bak umpan dan bak penampung luaran limbah (effluent)
disiapkan.
c. Adsorben ditimbang sesuai kebutuhan.
d. Kolom adsorpsi dipastikan dalam keadaan baik (tidak
bocor).
e. Larutan EDTA disiapkan untuk dilakukan standarisasi
serta titrasi sampel.
f. Buret dan peralatan lainnya disiapkan untuk titrasi sampel.
g. Kelengkapan peralatan adsorption kits disiapkan.

III.3.1.2 Tahap Percobaan


a. Laju alir umpan diatur, dengan cara:
- Bak sampel diisi dengan air sebanyak kurang lebih 20
liter.
- Pompa yang terdapat dalam bak dihubungkan dengan
arus listrik.
- Laju alir umpan diatur pada laju tertentu (sesuai arahan
pembimbing), dengan cara valve input dibukaan.
- Pompa dimatikan dengan cara kabel listrik pompa dilepas
dari stop kontak.
b. Bak diisi dengan air limbah tiruan artificial waste yaitu air
yang mengandung konsentrasi kesadahan total tertentu
(sesuai dengan arahan pembimbing) atau air limbah asli
sebanyak kurang lebih 20 liter (bertahap).
c. Kolom adsorpsi diisi dengan adsorben pada berat tertentu
(sesuai arahan pembimbing).
d. Pompa dialirkan air limbah ke dalam kolom adsorpsi
sehingga kolom adsorpsi terisi air limbah.
e. Luaran (effluent) dari kolom adsorpsi yang keluar dari
valve output ditampung menggunakan beaker glass pada
setiap 5 menit sekali hingga 60 menit, untuk selanjutnya
dilakukan analisis kadar kesadahan total dan analisis
kekeruhannya.
f. Percobaan dihentikan dengan cara kabel pompa dilepas
dari stop kontak.
g. Percobaan untuk variabel yang berbeda dilakukan dengan
cara yang sama.
h. Kadar kesadahan total dan kekeruhan air limbah hasil
adsorpsi dianalisis dengan menggunakan titrasi EDTA dan
turbidity meter.

III.3.1.3 Standarisasi EDTA


a. Larutan standar Ca2+ sebanyak 25 ml dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer.
b. 5 ml larutan buffer pH 10 ditambahkan .
c. 3 tetes indikator EBT ditambahkan lalu dititrasi dengan
larutan EDTA sampai terjadi perubahan wrna dari merah
menjadi biru.

III.3.2 Analisis Kesadahan Total


a. Sampel sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
b. Larutan buffer pH 10 sebanyak 5 ml ditambahkan.
c. 3 tetes indicator EBT ditambahkan.
d. Larutan EDTA dititrasi sampai terjadi perubahan warna dari
merah menjadi biru.

III.3.3 Analisis Turbidity


a. Tombol power dinyalakan.
b. Alat dinyalakan selama 5 menit.
c. 5 ml sampel dituangkan ke dalam kuvet dan ditutup rapat.
d. Kuvet dimiringkan agar bagian dalam kuvet dan bagian
dalam tutup kuvet dapat dibersihkan.
e. Cairan sampel yang ada di dalamnya dibuang.
f. Pencucian kuvet diulangi 1X lagi.
g. Kuvet diisi dengan sampel.
h. Kuvet ditutup dengan rapat sebelum bagian luarnya
dibersihkan.
i. Bagian luar atau dinding kuvet dibersihkan dengan kain
halus dan akuades. Bagian dinding kuvet pada bagian
bawah tanda batas dihindari untuk dipegang, karena
pembacaan akan terpengaruh.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Data Awal Percobaan
Percobaan I
- Volume air limbah : 20 L
- Kadar Ca++ : 500 ppm
- Flowrate influent : 0,106 L/mnt
- Jenis adsorbent : Batu apung
- Berat adsorbent : 350 gram & 700 gram
Percobaan II
- Volume air limbah : 20 L
- Kadar Ca++ : 500 ppm
- Flowrate influent : 0,138 L/mnt & 0,075 L/mnt
- Jenis adsorbent : Karbon aktif
- Berat adsorbent : 400 gram & 400 gram

Data Hasil Percobaan


Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Pengolahan Limbah Cair Secara Adsorpsi
Percobaan I Percobaan II
Wakt Berat Adsb Berat Adsb Berat Adsb Berat Adsb
u 350 gr 700 gr 400 gr 400 gr
EDT Turbidit EDT Turbidit EDT Turbidit EDT Turbidit
(meni
A y A y A y A y
t)
(mL) (NTU) (mL) (NTU) (mL) (NTU) (mL) (NTU)
0 7,9 198 12,5 1902 6,5 485 6,8 299
5 6,7 316 5,5 534 5,5 324 6,4 174
10 6,2 258 6,1 445 6,5 275 5 138
15 6,1 227 7,3 1608 4,9 267 4,7 139
20 5,6 233 6,2 524 5,5 305 4,3 133
25 5,5 207 5,1 579 4,8 276 5,2 129
30 5 147 5,1 590 4,6 308 4,5 124
35 5,2 223 5,5 549 5,5 293 4,2 135
40 5,2 216 4,9 566 4,9 228 5,2 150
45 5 231 4,9 523 5,4 297 4,8 134
50 5,5 453 5,3 856 5,8 279 4,2 147
55 5,5 515 5,8 1246 4,7 268 4,1 125
60 5 456 5,5 521 5 237,5 5,7 123

Data Tambahan:
- Volume pH Buffer 10 : 5 mL
- Volume sampel untuk uji kesadahan : 25 mL

Data Analisis Kesadahan


Percobaan I
Standarisasi EDTA
- M Ca2+ : 0,02 M
- Volume Ca2+ : 25 mL
- M EDTA : 0,0203 M
- Volume EDTA : 24,55 mL
Percobaan II
Standarisasi EDTA
- M Ca2+ : 0,02 M
- Volume Ca2+ : 25 mL
- M EDTA : 0,0247 M
- Volume EDTA : 20,2 mL
Tabel IV.1.2 Hasil Analisis Kesadahan
Waktu Percobaan I Percobaan II
(menit Kesadahan Kesadahan Kesadahan Kesadahan
) (mg CaCO3/L) (mg CaCO3/L) (mg CaCO3/L) (mg CaCO3/L)
0 6,4418 10,1927 6,4414 6,7387
5 5,4633 4,4848 5,4504 6,3423
10 5,0556 4,9740 6,4414 4,9550
15 4,9740 5,9525 4,8559 4,6577
20 4,5663 5,0556 5,4504 4,2613
25 4,4848 4,1586 4,7568 5,1531
30 4,0771 4,1586 4,5586 4,4595
35 4,2401 4,4848 5,4504 4,1622
40 4,2401 3,9955 4,8559 5,1531
45 4,0771 3,9955 5,3513 4,7568
50 4,4848 4,3217 5,7477 4,1622
55 4,4848 4,7294 4,6577 4,0631
60 4,0771 4,4848 4,9550 5,6486
Perhitungan pada analisis kesadahan terdapat pada lampiran.

IV.2 Pembahasan
Percobaan pengolahan limbah cair secara adsorpsi dilakukan
dengan menggunakan kolom adsorpsi. Adapun sampel limbah cair yang
digunakan adalah larutan CaCO 3 dengan konsentrasi 500 ppm. Jenis
adsorben yang digunakan yaitu batu apung dan karbon aktif. Prinsip kerja
pada kolom adsorpsi yaitu sampel limbah cair ditampung pada bak
penampung, selanjutnya akan dipompa oleh pompa umpan menuju kolom
adsorpsi, terdapat valve yang berfungsi untuk mengatur flowrate yang
masuk ke dalam kolom adsorpsi. Pada kolom adsorpsi terdapat valve
yang berfungsi untuk mengalirkan hasil limbah cair yang telah melewati
proses adsorpsi. Pada percobaan dilakukan pengambilan sampel mulai
dari t = 0 menit hingga 60 menit dengan interval 5 menit.
2000
1800
1600 berat adsorbent 350
gram
1400
Turbidity (NTU)

1200 berat adsorbent 700


gram
1000
800
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu(menit)

Grafik IV.2.1 Pengaruh Massa Adsorben Batu Apung Terhadap Turbidity


Pada grafik diatas variabel berat adsorben 350 gram terlihat
penurunan turbidity pada menit ke 5 dan secara bertahap naik walaupun
terdapat kenaikan dan penurunan. Pada variabel berat adsorben 700
gram terlihat penurunan dan kenaikan secara signifikan pada tiga titik,
pertama pada menit ke 5, kedua pada menit ke 15, dan ketiga pada menit
ke 55. Dari kedua variabel massa adsorben 350 gram dan 700 gam, nilai
turbidity nya cenderung turun dan menurut literatur semakin kecil massa
adsorben, semakin kecil nilai turbidity nya dan percobaan ini mendekati
hasil literatur.Ketidakstabilan nilai turbidity disebabkan oleh larutan CaCO 3
yang tidak larut sempurna, sehingga serbuk CaCO 3 yang tidak larut
mengendap dibagian bawah bak penampung serta sela-sela pompa
umpan. Selain itu, dalam proses pengambilan sampel larutan CaCO 3 pada
menit ke 50, larutan CaCO3 di bak penampung sudah habis, sehingga
dilakukan pembuatan kembali larutan CaCO 3 yang baru. Hal ini membuat
serbuk CaCO3 yang mengendap terakumulasi dengan larutan CaCO 3 yang
baru. Sehingga, membuat nilai turbidity pada massa adsorben 700 gram
diwaktu 55 menit meningkat.
500

Turbidity (NTU) 400 cepat


Lambat
300

200

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)

Grafik IV.2.2 Pengaruh Flowrate Terhadap Turbidity


Pada grafik diatas dengan variabel flowrate menggunakan
adsorben karbon aktif dengan massa yang sama. Pada variabel flowrate
cepat semakin lama proses nilai turbidity cenderung turun terlihat pada
waktu ke-0 sampai waktu ke-15 nilai turbidity turun. Sedangkan pada
variabel flowrate lambat semakin lama proses nilai turbidity cenderung
turun juga tetapi tidak sesignifikan pada variabel flowrate cepat. terlihat
Pada flowrate cepat memiliki nilai turbidity yang lebih tinggi daripada
flowrate yang lambat dan terdapat penurunan nilai turbidity pada menit ke
40. Nilai turbidity dari kedua garis memiliki kecenderungan nilai yang
turun.Hal ini sesuai dengan literatur dimana semakin rendah flowrate
maka nilai efisiensi adsorpsi semakin tinggi yang ditandai dengan kecilnya
nilai turbidity.

11.0000
Kesadahan (mg CaCO3/L)

10.0000
9.0000
8.0000
7.0000
6.0000 350 gr 700 gr
5.0000
4.0000
3.0000
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
Grafik IV.2.3 Pengaruh Massa Adsorben Batu Apung Terhadap
Kesadahan
Pada grafik diatas dengan variabel massa batu apung 350 gram
dan 700 gram. Pada massa 350 gram cenderung stabil yang
menunjukkan penurunan nilai kesadahan dan pada massa 700 gram
terdapat kenaikan nilai kesadahan pada menit ke 15. Hal ini terjadi karena
adanya penambahan larutan CaCO 3 baru kedalam bak penampung yang
menyebabkan akumulasi serbuk CaCO3 didalam bak penampung dan
pompa umpan.Kedua grafik menunjukkan kecenderungan nilai kesadahan
yang turun. Menurut literatur semakin kecil massa adsorbent, nilai
kesadahan seharusnya semakin kecil dan hasil praktikum kurang sesuai
dengan teori.

7.0000
Kesadahan (mg CaCO3/L)

6.5000
Cepat Lambat
6.0000

5.5000

5.0000

4.5000

4.0000
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik IV.2.4 Pengaruh Flowrate terhadap Kesadahan


Pada grafik diatas pada flowrate cepat dan flowrate lambat, terjadi
kenaikan dan penurunan nilai kesadahan yang signifikan dan tidak teratur.
Akan tetapi pada flowrate lambat maupun flowrate cepat nilai kesadahan
cenderung turun yang dapat diartikan bahwa kandungan CaCO 3 dalam
larutan limbah semakin berkurang. Menurut literatur semakin besar
flowrate, semakin kecil efisiensi adsorbsi dan ciri ciri dari kecilnya efisiensi
adsorbsi yaitu semakin besar nilai kesadahannya. Namun hasil praktikum
ini tidak sesuai, dimana kesadahan pada flowrate tinggi masih lebih
rendah dibandingkan kesadahan flow rate rendah.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan elektrokoagulasi maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin kecil massa adsorben,
semakin kecil nilai turbidity limbah,walaupun terdapat kenaikan nilai
turbidity, hasil ini mendekati teori. Sedangkan untuk kesadahan,
semakin kecil massa adsorben, nilai kesadahan cenderung turun, hal
ini kurang sesuai dengan teoritis, seharusnya jika massa adsorbent
semakin banyak, maka nilai kesadahan turun.
2. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin kecil flowrate semakin
kecil nilai kesadahan dan turbiditynya dan sebaliknya.
3. Kondisi optimum proses adsorpsi yaitu dengan flowrate lambat
(0,075 L/menit) dengan hasil kesadahan sebesar 4,06 mg CaCO 3/L
dan turbidity sebesar 125 NTU. Dengan jenis adsorben karbon aktif
bermassa 400 gram pada waktu 55 menit.

V.2 Saran
Adapun saran pada percobaan adsorpsi sebagai beriku:
1. Bak penampung umpan harusnya bisa lebih besar agar larutan
dalam bak tidak cepat habis dengan menyediakan bak penampung
umpan yang besar untuk menampung umpan dalam satu putaran
praktikum sehingga hasil maksimal.
2. Pengait kolom adsorption kits harus lebih baik dan rapat. Serta
memilih pengait kolom adsorption kits yang paling sesuai dengan
kolomnya
DAFTAR PUSTAKA

Abuzar, S. S., Edwin, T. and Hasibuan, U. L. S. (2015) ‘Kemampuan Batu


Apung sebagai Adsorben Penyisihan Logam Besi (Fe) Air
Tanah’, Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 12(1), pp. 1–9. doi:
10.25077/dampak.12.1.1-9.2015.

Nurlela (2018) ‘Pengolahan Air Limbah Pewarna Sintetis Dengan Metode


Adsorpsi Dan Ultraviolet’, Jurnal Redoks, 3(2018), pp. 44–50.

Syauqiah, I., Amalia, M. and Kartini, H. A. (2011) ‘Analisis Variasi Waktu


Dan Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah
Logam Berat Dengan Karbon aktif’, INFO TEKNIK, 12(1), pp.
11–20.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Log Sheet Peralatan
Laboratorium : Pengolahan Limbah
Unit Kerja : Praktikum Adsorpsi
Tanggal : 24 Feb & 2 Maret 2020
Nama 1. Adinda Dwi Ifvournamasari
2. Arya Rizqy Irangga
3. Gracela Ratu Salsabillah
4. Muhammad Alfin Firdaus
5. Shafara Najla Marinda S.
6. Shella Novita Setyawati
Peralatan yang Kondisi
masuk dalam unit Keterangan
OK Not OK
kerja
 Adsorption Kits     Kondisi baik
 Buret     Kondisi baik
 Turbidity meter     Kondisi baik
 Pompa air     Kondisi baik
*Centang pada salah satu pilihan OK/Not OK

Ketidaknormalan Selama Pengoperasian

Selang penyambung antara adsorption kits dengan pompa air lepas 2kali
saat praktikum berlangsung.
Lampiran 2. Log Sheet Aktivitas
Laboratorium : Pengolahan Limbah
Unit Kerja : Praktikum Adsorpsi
Tanggal : 24 Feb & 2 Maret 2020
Nama 1. Adinda Dwi Ifvournamasari
2. Arya Rizqy Irangga
3. Gracela Ratu Salsabillah
4. Muhammad Alfin Firdaus
5. Shafara Najla Marinda S.
6. Shella Novita Setyawati

Aktiv Paraf
itas Jawaban Praktikan Maha
Dosen
ke- siswa
Adsorpsi adalah proses melekatnya molekul
1
atau ion pada permukaan zat padat.
Proses terikatnya adsorbat yang terdapat dalam
molkeul gas atau cair terjadi karena adanya
gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan
gaya ikatan hydrogen yang bekerja diantara
2 molekul seluruh material. Gaya gaya yang tidak
seimbang pada batas fasa tersebut
menyebabkan perubahan perubahan
konsentrasi molekul pada interface solid atau
fluida.
3  Adsorpsi Fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals.
Apabila gaya tarik menarik antara zat terlarut
dengan adsorben lebih besar dari gaya tarik
menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya,
maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada
permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan
proses kondensasi dan biasanya terjadi pada
temperatur rendah. Pada proses ini gaya yang
menahan molekul fluida pada permukaan solid
relatif lemah, dan besarnya sama dengan
gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van
der waals) mempunyai derajat yang sama
dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair,
yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan
antara permukaan solid dengan molekul fluida
biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.
Adsorbsi dapat memurnikan suatu larutan dari
zat-zat pengotornya.
 Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat
dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi
ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang
jauh lebih besar daripada adsorpsi fisika. Panas
yang dilibatkan adalah sama dengan panas
reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul
teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya
valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi
antara atom-atom dalam molekul. Karena
adanya ikatan kimia maka pada permukaan
adsorben akan terbentuk suatu lapisan, di mana
terbentuknya lapisan tersebut akan
menghambat proses penyerapan selanjutnya
oleh bantuan adsorben sehingga efektivitasnya
berkurang.
4 Faktor – faktor yang memengaruhi adsorpsi,
antara lain tekanan adsorbat, suhu absolut
(suhu absolut), interaksi potensial (interaksi
adsorbat dengan dinding adsorben), jenis
adsorbat (ukuran dan kepolaran adsorbat), serta
karakteristik adsorben (kemurnian, luas
permukaan, dan volume pori).
Karakteristik adsorben
 Luas permukaan adsorben. Semakin
besar luas permukaan maka semakin
besar pula daya adsorpsinya, karena
proses adsorpsi terjadi pada permukaan
adsorben.
 Tidak ada perubahan volume yang berarti
selama proses adsorpsi dan desorpsi.
5  Kemurnian adsorben. Adsorben yang
memiliki tingkat kemurnian tinggi, daya
adsorpsinya lebih baik.
 Jenis atau gugus fungsi atom yang ada
pada permukaan adsorben. Sifat-sifat
atom dipermukaan berkaitan dengan
interaksi molekuler antara adsorbat
dengan adsorben yang lebih besar pada
adsorbat tertentu.
Adsorben yang umumnya digunakan untuk
proses adsorpsi fisika adalah silika gel. Silika gel
6 cenderung mengikat adsorbat dengan energi
yang relatf kecil dan membutuhkan temperature
yang rendah untuk proses desorpsinya.

Anda mungkin juga menyukai