Perkembangan Bunga, Buah Dan Keberhasilan Reproduksi Jenis SAGA (Adenanthera Pavonina L.)
Perkembangan Bunga, Buah Dan Keberhasilan Reproduksi Jenis SAGA (Adenanthera Pavonina L.)
net/publication/323145605
CITATIONS READS
5 3,753
2 authors, including:
Agus Pramono
Forestry Research and Development Agency
21 PUBLICATIONS 114 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Agus Pramono on 19 July 2018.
ABSTRACT
The information of flower and fruit development and the reproduction success rate of Adenanthera pavonina plant is
important to increase the production of seeds. The objectives of this research were to determine (1) the development
of A. pavonina's fruit and flower and (2) the rate of reproduction success. The research was conducted in Bogor,
Cikampek and Yogyakarta. Observations were done on changes of color, shapes and sizes as well as calculated the
time period of each stage of development. Stages of development observed ranging from flowers to bloom. Stages of
the development of the flowers observed started from bud up to the bloom of the flowers. The reproduction success
marked by calculating the average number of flowers per branch and the amount of flowers' ovule. The results
showed that A. pavonina's flower buds were shaped of grains in one series. The structure of the A. pavonina flower
are hermaphrodites. The period of time needed to form the flower buds up to small (pieces) pods was 25 days.
Development of small pods up to solid pods took 64 days. Total time to form flowers and fruit were 89 days or about 3
months. A. pavonina's reproduction succes were low which is 0.89 %. The number of pods (malai) varied between 1
and 8 pieces; based on that A. pavonina's fruit set can be improved by increasing the success of pollination and cross
out, through increasing the number of trees, genetic diversity, and the density of trees.
Keywords: Adenanthera pavonina, flowering, fruiting, reproductive success
ABSTRAK
Informasi perkembangan bunga dan buah serta tingkat keberhasilan reproduksi tanaman Adenanthera pavonina
sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produksi biji atau benihnya. Tujuan penelitian adalah mengetahui
perkembangan buah dan bunga A. pavonina serta tingkat keberhasilan reproduksi. Penelitian dilaksanakan di tiga
lokasi yang berbeda yaitu Bogor, Cikampek dan Yogyakarta. Metode penelitian adalah observatif. Pengamatan yang
dilakukan meliputi pengamatan perubahan warna, bentuk dan ukuran serta menghitung periode waktu dari setiap
tahapan perkembangan tersebut. Tahapan perkembangan bunga yang diamati mulai dari tunas bunga hingga bunga
mekar. Tahapan perkembangan buah yang diamati mulai dari bakal buah, terjadinya buah, buah muda, hingga buah
masak. Keberhasilan reproduksi diketahui dengan menghitung rata-rata jumlah bunga per ranting dan jumlah ovule
per bunga pada 3–4 ranting dari beberapa pohon yang sedang berbunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga
kuncup A. pavonina berbentuk bulir-bulir dalam satu rangkaian (malai). Berdasarkan struktur bunganya, tanaman A.
pavonina bersifat hermaphrodites. Periode waktu yang dibutuhkan dari kuncup bunga hingga buah/polong kecil
adalah 25 hari. Perkembangan polong kecil hingga polong berisi benih padat dan akhirnya pecah memerlukan waktu
64 hari. Total perkembangan pembentukan bunga dan buah memerlukan waktu 89 hari atau sekitar 3 bulan.
Keberhasilan reproduksi A. pavonina masih rendah yaitu 0,89%. Jumlah polong/malai bervariasi antara 1 dan 8
buah, oleh karena itu fruit set A. pavonina masih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keberhasilan
penyerbukan dan silang luar, melalui peningkatan jumlah pohon, keanekaragaman genetik, dan kerapatan pohon.
Kata kunci : Adenanthera pavonina, keberhasilan reproduksi, pembungaan, pembuahan
147
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.3, September 2013, 147 - 154
serbaguna karena hampir semua bagian tanaman nyediaan informasi tentang teknik pengadaan bi-
dapat digunakan dan bernilai ekonomis. Batang bit dan teknik produksi buah saga, maka diper-
pohon A. pavonina dapat dimanfaatkan sebagai lukan pemahaman tentang potensi dan kendala
bahan bangunan dan mebel. Selain itu, nilai ener- produksi benih saga antara lain tahapan-tahapan
gi kayu saga mencapai 6.628 cal/g, maka kayu A. perkembangan organ reproduktif, dan periode
pavonina sangat baik untuk dimanfaatkan seba- waktu yang dibutuhkan dari setiap tahapan per-
gai kayu bakar dan bahan pembuatan arang (Kur- kembangan tersebut, serta tingkat keberhasilan
niaty et al. 2011), sedangkan bijinya mempunyai reproduksinya. Pemahaman tentang keberhasilan
komposisi nutrisi (protein, lemak dan karbo- reproduksi dari saga diperlukan dalam menen-
hidrat) relatif tinggi yang hampir sama dengan tukan strategi tentang jumlah pohon, keragaman
kacang kedelai. Penilaian terhadap kandungan genetik dan kerapatan pohon yang diperlukan da-
protein menunjukkan kualitas yang baik, dengan lam rangka pengembangan tanaman A. pavonina,
asam amino esensial relatif lengkap dan menun- sebagai penghasil benih atau sebagai penghasil
jukkan konsentrasi tinggi (Oey et al., 1981, dalam biji dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.
Adimunca, 1988). Biji A. pavonina memiliki Keberhasilan reproduksi dapat diprediksi dengan
komposisi asam lemak tidak jenuh (82,24 %) mengetahui proses pembungaan seperti musim,
yang lebih tinggi dari asam lemak jenuh (17,76 waktu, periode dan juga intensitas dari pembu-
%) (Lembaga Kimia Nasional, 1983) sehingga ngaan dan pembuahan suatu jenis (House, 1977).
berpotensi sebagai sumber energi terbarukan Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menge-
(biodisel). Timnas Pengembangan BBN (2008) tahui waktu dan tahapan perkembangan generatif
menyatakan bahwa saga memiliki potensi yang Adenanthera pavonina yang meliputi karakteris-
cukup menjanjikan sebagai biodiesel diantaranya tik struktur bunga dan tahapan perkembangan bu-
karena daging biji yang mengandung 14–28 % nga sampai buah serta (2) mengetahui nilai keber-
minyak lemak yang tergolong Non Pangan. Se- hasilan reproduksi.
lain berpotensi sebagai biodiesel, minyak dari biji
A. pavonina sangat baik untuk mengobati penya-
kit dalam, kudis, luka-luka, pembuatan lilin, in- II. METODE PENELITIAN
dustri batik, dan bahan membuat sabun (Kurniaty
et al., 2011). A. Waktu dan Tempat Penelitian
Berdasarkan kemanfaatan dari tanaman A.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret
pavonina tersebut, maka perlu adanya pengem-
sampai Oktober 2011. Lokasi penelitian penga-
bangan melalui kegiatan penanaman khususnya
matan perkembangan organ generatif A. pavoni-
pada daerah-daerah yang membutuhkan bahan
na terletak di Desa Babakan, Kecamatan Bogor
bakar untuk pengembangan industri atau daerah-
Tengah, Propinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk
daerah yang menghadapi keterbatasan dalam pa-
penelitian keberhasilan reproduksi selain di loka-
sokan bahan bakar untuk kegiatan rumah tangga.
si Bogor juga dilakukan di 2 tempat lainnya yaitu
Pengembangan saga pohon sebagai sumber ener-
di Desa Kamojing Kabupaten Cikampek dan di
gi memerlukan pemahaman yang komprehensif
Desa Tlogo Prambanan Kecamatan Prambanan
dari teknik budidaya, teknik produksi, hingga
Kabupaten Klaten Propinsi DI Yogjakarta. Data
teknik pemanfaatnnya. Untuk mendukung pe-
Tabel (Table) 1. Risalah tempat tumbuh tegakan A. pavonina (Site description of A. pavonina plant)
Curah hujan
Ketinggian Kelembaban Intensitas matahari
tahunan
tempat Suhu nisbi (Relative (Sun intensity)
Lokasi (annual
(Altitude) (Temperature) hum idity ) (Cal/cm2 /menit 2 )
(Location) rainfall)
(m dpl) ( O C) (%) (Cal/cm 2 / minute 2 )
mm/tahun
(m dpl)
(mm/year)
Ds. Babakan Kec.
207 3.633 25,6 83,5 286,2
Bogor Barat Bogor
Ds. Kamojing Kab
<10 0 1.084 27 80 -
Cikampek
Ds. Tlogo Kec.
Prambanan Kab.
154 2.000 –3.000 28 - -
Sleman , DI
Yogjakarta
148
Perkembangan Bunga, Buah dan Keberhasilan
Reproduksi Jenis Saga (Adenanthera pavonina L.)
Kurniawati Purwaka Putri dan Agus Astho Pramono
kondisi iklim secara rinci setiap bulan selama RS) dihitung dengan menggunakan rumus (Owen
tahun 2011 disajikan dalam Lampiran 1. et al., 1991):
RS= Fr/Fl x S/O
B. Bahan Penelitian
dimana: RS = keberhasilan reproduksi (repro-
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini duction succes)
adalah pohon A. pavonina dengan rata-rata dia- Fr = buah (fruit) / malai
meter pohon di Bogor, Cikampek dan Yogjakarta Fl = bunga (flower) /malai
masing-masing sebesar 48,09 ± 7,6 cm; 15,23 ± S = benih (seed) / polong
10,43 cm; 31,9 ± 8,6 cm. Rata-rata tinggi total O = Ovule /bunga
adalah 15,8 ± 1,1 m; 12,11 ± 1,52 m; 10,5 ± 1,7
m. Bahan lain yang digunakan adalah larutan
FAA (Formalin Acetic Acid) yang terdiri dari III. HASIL DAN PEMBAHASAN
alkohol 70 %, asam cuka, formalin serta aquades.
Alat-alat yang digunakan adalah tangga, golok, A. Hasil
gunting stek, kamera, label kertas, plastik, peng-
1. Tahapan perkembangan bunga-buah
garis dan alat-alat tulis lainnya.
Secara umum, tahapan perkembangan organ
generatif A. pavonina (bunga-buah) terbagi da-
C. Metode Penelitian
lam 5 fase yaitu (1) pembentukan bunga; (2) pe-
1. Pengamatan tahapan perkembangan bunga nyerbukan dan pembentukan buah/benih; (3) per-
Pengamatan dilakukan terhadap calon bunga tumbuhan buah; (4) pemasakan buah/benih; dan
yang terdapat pada 3-4 dahan produktif dari 7 (5) penyebaran (dispersal). Hasil pengamatan
pohon sampel yang dilakukan secara acak. Taha- terhadap perkembangan bunga-buah pada pohon
pan yang diamati mulai dari terlihatnya tunas bu- A. pavonina mulai dari bunga kuncup hingga
nga hingga bunga mekar (anthesis). Pengamatan terbentuknya buah (polong) masak dapat dilihat
yang dilakukan meliputi perubahan warna, ben- pada Tabel 2 dan Gambar 1.
tuk dan ukuran serta menghitung jangka waktu
perubahan setiap tersebut. Pengamatan juga dila- 2. Keberhasilan reproduksi (KR)
kukan terhadap karakterteristik organ reproduksi Keberhasilan reproduksi menunjukkan per-
jantan (stamen dan polen) dan organ reproduksi sentase keberhasilan bunga yang terserbuki un-
betina (stylus, ovarium dan stigma). Pengamatan tuk berkembang hingga menjadi buah masak.
dilakukan setiap hari (untuk mengetahui jangka Rata-rata nilai keberhasilan reproduksi A. pavo-
waktu dan lamanya masing-masing tahap per- nina yang terdapat di Bogor, Cikampek dan Yog-
kembangan bunga dan buah) yakarta disajikan pada Tabel 3.
2. Pengamatan tahapan perkembangan buah Dari pengamatan perkembangan pembunga-
Pengamatan perkembangan pembuahan mu- an pembuahan yang dilakukan di Desa Babakan,
lai dari terlihatnya tanda bakal buah (tunas gene- Kecamatan Bogor Tengah, diketahui bahwa pem-
ratif), terjadinya buah, buah muda, hingga buah bungan mulai terjadi pada akhir bulan Maret dan
masak. Pengamatan yang dilakukan meliputi per- musim buah matang pada bulan Juni. Namun ber-
ubahan warna, bentuk dan ukuran serta meng- beda halnya dengan musim pembungaan pem-
hitung jangka waktu perubahan setiap tersebut. buahan tanaman A. pavonina yang berada di
Desa Kamojing Cikampek, dimana pada waktu
3. Pengamatan keberhasilan reproduksi yang sama (bulan Juni) hampir sebagian besar
Untuk kegiatan Pengamatan Keberhasilan Re- tanaman saga di daerah tersebut dalam fase mulai
produksi ini pengamatan dilakukan di 3 lokasi
berbunga mekar. Sehingga apabila berdasarkan
yang berbeda yaitu Bogor, Cikampek dan Yog-
hasil dari tahap perkembangan bunga di Bogor,
jakarta. Pengamatan dilakukan pada 3 - 4 ranting
diperkirakan di Cikampek buah masak akan ter-
dari beberapa pohon yang sedang berbunga pada
setiap tegakan sampel. Jumlah ranting dan jum- jadi September Oktober. Akan tetapi ternyata pa-
lah pohon yang diamati sama dengan pengama- da bulan Oktober diketahui bahwa musim buah
tan jumlah bunga. Pada masing-masing pohon telah lewat. Informasi penduduk setempat diper-
sampel dilakukan penghitungan rata-rata jumlah kirakan bahwa musim buah terjadi pada bulan
bunga per ranting dan jumlah ovule per bunga. Agustus-September atau tepatnya 2–3 bulan lebih
Keberhasilan reproduksi (Reproductive Success/ cepat.
149
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.3, September 2013, 147 - 154
Perkembangan buah masak Polong berisi benih lunak hingga berisi benih padat
(Seed maturation) (Pods containing soft seed up to pods containing hard 9 (7 – 12)
seed )
Polong berisi benih padat berwarna hijau hingga polong
berwarna hitam 26 (21 – 30)
(Green pods containing hard seed up to black pods)
Penyebaran (Dispersal) Polong hitam hingga polong pecah
17 (15 – 21)
(Black pods up to opened pods)
Total 89 (69 – 104)
Gambar (Figure) 1. Perkembangan pembungaan pembuahan tanaman A. pavonina mulai (a) bunga
kuncup sampai bunga mekar; (b) bunga yang telah diserbuki; (c) buah/polong muda;
(d) polong yang telah berisi benih; (e) polong masak (The developmental of flowering
and fruiting of A. pavonina (a) flower bud and flower burst; (b) pollinated flowers;(c)
young fruits; (d) fruits with developed seeds;(e) mature fruit)
150
Perkembangan Bunga, Buah dan Keberhasilan
Reproduksi Jenis Saga (Adenanthera pavonina L.)
Kurniawati Purwaka Putri dan Agus Astho Pramono
Tabel (Table) 3. Keberhasilan Reproduksi A. pavonina di Bogor, Cikampek dan Yogyakarta (The
reproductive success of A. pavonina at Bogor, Cikampek and Yogyakarta)
Jumlah
polong/ Jumlah ovul/ Jumlah benih/ Keberhasilan
Pembentuka Pembentukan
Lokasi Jumlah bunga/ Malai Polong polong reproduksi
n buah benih
(Location) malai (Number of (Number of (Number of (Number of (Reproductive
(Fruit set) (Seed set)
flowers/panicle) fruits/ ovuls/fruit) seed/fruit) success)
(%) (%)
panicle) (%)
Bogor 278,43 ± 130,62 2,0 ± 1,1 1,11 10,8 ± 1,9 9,2 ± 2,1 85,05 0,94
Yogyakarta 254,75 ± 27,58 2,42 ± 0,77 0,95 10,85 ± 0,67 10,27 ± 0,92 94,48 0,93
Cikampek 305,7 2,48± 1,93 0,81 10,10 ± 2,21 10,05 ± 2,22 99,99 0,81
benang sari
mahkota
kelopak
151
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.3, September 2013, 147 - 154
Pada tanaman A. pavonina tata letak bunga berhasilan reproduksi A. pavonina sebesar 0,89 %.
betina (putik) lebih tinggi dibandingkan bunga Berdasarkan nilai klasifikasi Owens (1993) hasil
jantan (benang sari). Perpanjangan putik tersebut tersebut termasuk kategori rendah karena berada
merupakan salah satu mekanisme memperlancar di bawah 30 %. Salah satu penyebab rendahnya
terjadinya outcossing, dengan cara menjauhkan produksi benih A. pavonina adalah rendahnya
anther dan kepala putik pada tahap perkembang- persentase keberhasilan bunga untuk berkem-
an organ betina (Moncur dan Boland, 1989). Oleh bang menjadi buah (fruit set) yang diduga dipe-
karena itu untuk proses penyerbukan diperlukan ngaruhi oleh rendahnya keberhasilan penyerbu-
bantuan agen penyerbuk atau polinator. Berda- kan atau rendahnya kawin silang (cross pollina-
sarkan struktur bunga yang berbentuk malai dan tion). Hal tersebut dapat dilihat dari perbandi-
jumlah bunga yang banyak serta dengan bau dan ngan jumlah buah/malai, benih/buah dan ovul/
warna mencolok, maka diduga polinator tanaman buah yang dilakukan di Bogor dan Yogyakarta
A. pavonina adalah serangga. (Tabel 3). Rendahnya pembentukan buah karena
Fase penyerbukan dan pembentukan buah/ penyerbukan sendiri (self pollination) pernah di-
benih dimulai sejak terjadi penyerbukan atau me- teliti pada pohon argan (Argan spinosa) yaitu se-
nempelnya benang sari (pollen) pada kepala putik besar 0,51% pada self pollination dan 6,47%
(stigma). Bunga A. pavonina yang telah terser- pada cross pollination (Nerd et al., 1998). Self
buki dapat dibedakan dari mahkota bunganya pollination yang terjadi pada bunga, dan gugur-
yang berwarna orange. Proses perkembangan ter- nya buah muda dapat dikurangi melalui peng-
sebut terjadi selama 8–15 hari atau rata-rata 12 aturan jarak tanam dan peningkatan jumlah polli-
hari. nator (Owens, 1993). Pada kasus jenis A. pavo-
Setelah terjadi penyerbukan maka dimulailah nina ini faktor yang mempengaruhi penyerbukan
fase pertumbuhan buah/benih. Buah A. pavonina diduga karena saga tidak ditanam dalam bentuk
berbentuk polong. Rata-rata ukuran panjang po- hutan tanaman yang rapat, A. pavonina pada umum-
long yang masih kecil adalah 0,8 cm. Polong A. nya ditemukan dalam populasi yang kecil dan ter-
pavonina tumbuh dan berkembang hingga men- pencar dengan jarak tanam yang jauh sehingga
jadi polong yang berisi benih lunak, dan kemudi- kemungkinan terjadinya self pollination tinggi.
an berubah menjadi polong yang padat dan ber- Kisaran jumlah polong per malai di Yogya-
warna hijau segar. Setiap polong berisi 10–12 karta adalah 1–9 polong/malai, di Bogor 1–7 po-
butir biji. Periode waktu yang dibutuhkan selama long, dan Cikampek 1–7/polong. Namun demi-
fase ini sangat panjang yaitu 47 hari (38–56 hari) kian terlihat adanya peluang bahwa produksi biji
karena terjadinya proses pertumbuhan polong saga dapat ditingkatkan karena kondisi fruit set di
mulai dari berukuran panjang 0,8 cm hingga ak- semua tegakan yang diamati belum optimal. U-
hirnya mencapai panjang 15–20 cm dengan kon- paya-upaya yang dapat mendukung peningkatan
disi mulai belum berisi ovul atau benih hingga fruit set seperti peningkatan jumlah pohon, kera-
berisi benih padat. Kemudian polong yang ber- gaman genetik dan kerapatan pohon perlu dila-
warna hijau berangsur-angsur berubah warna kukan dalam pengembangan A. pavonina seba-
menjadi hitam. Rata-rata waktu yang dibutuhkan gai penghasil benih atau sebagai penghasil biji.
hingga menjadi polong berwarna hitam adalah 17 Keragaman genetik dan kerapatan yang tinggi
hari (15–21 hari). akan mendukung terjadinya perkawinan silang
Tahapan akhir dari proses perkembangan bu- pada tanaman. Populasi tanaman yang tinggi juga
nga buah saga adalah fase penyebaran benih (dis- akan mendorong peningkatan populasi serangga
persal). Tahapan ini ditandainya dengan polong penyerbuk sehingga meningkatan keberhasilan
kering berwarna coklat kehitaman dan pecah de- penyerbukan. Hal ini diperkuat Murawski et al.
ngan sendirinya. Rata-rata waktu yang dibutuh- (1994) dalam Kartikawati (2008) yaitu pada jenis
kan dari polong utuh hingga polong mulai pecah tanaman Shorea megistophylla dimana tegakan
selama 17 hari. Sehingga waktu yang diperlukan dengan kerapatan tinggi memiliki nilai penyer-
dari mulai terbentuknya kuncup bunga yang ber- bukan silang (outcrossing rate) yang lebih tinggi
bentuk bulir hingga polong pecah mencapai 69– dibandingkan pada tegakan yang telah dijarangi.
104 hari atau sekitar 2–3,5 bulan dengan rata-rata Finkeldey dan Hattemer (2007) menyebutkan
89 hari atau sekitar 3 bulan. bahwa selain faktor dari dalam (fisiologis dan ge-
2. Keberhasilan reproduksi (KR) netis tanaman) nilai outcrossing dipengaruhi oleh
Pada hasil penelitian ini rata-rata tingkat ke- faktor luar seperti kehadiran agen penyerbuk de-
152
Perkembangan Bunga, Buah dan Keberhasilan
Reproduksi Jenis Saga (Adenanthera pavonina L.)
Kurniawati Purwaka Putri dan Agus Astho Pramono
153
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.3, September 2013, 147 - 154
Tanaman Melaleuca cajuputi subsp Cajuputi. Owen, J.N., P. Samsathapornkul dan S. Tangmitcharon.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5 (2) : 1991. Manual Studying Flowering and Seed
099 - 107. Ontogeny in Tropical Forest Seed. ASEAN -
Canada Tree Seed Centre. Muak-Lek Saraburi
Khan M.L., P. Bhuyan dan R.S. Tripathi. 2005. Ef-
18180. Thailand.
fects of Forest Disturbance on Fruit Set Seed
Dispersal and Predation of Rudraksh (Elae- Owens, J.N. 1993. Biological Constraints to Seed Pro-
cocarpus ganitrus Roxb.) in Northeast India. duction in Tropical Forest Trees. In Procee-
Current Science Vol 88 No 1. dings International Symposium on Genetic
Conservation and Production of Tropical Fo-
Kozlowski, T.T. 1971. Growth and Development of
rest Tree Seed. R.M. Drysdale, S.E.T John and
Trees. Vol II. Cambial Growth, Root Growth
A.C. Yapa eds. ASEAN-CANADA Forest Tree
and Reproductive Growth. Academic Press.
Seed Centre. Muak-Lek, Saraburi, Thailand. P
New York and London.
40 - 51.
Kurniaty, R., A.A. Pramono., K.P. Putri dan R.U.
Sedgley, M. dan A.R. Griffin. 1989. Sexual Reproduc-
Sianturi. 2011. Laporan Hasil Penelitian
tion of Tree Crops. Academic Press, London.
Program Insentif Peningkatan Kemampuan
Peneliti dan Perekayasa Kementerian Riset dan Shore, J.S., and S.C.H. Barret. 1984. The Effect of
Teknologi Tahun 2011. Tidak diterbitkan. Pollination Intensity and Incompatible Pollen
on Seed Set in Turnera ulmifolia (Turnera-
Lembaga Kimia Nasional. 1983. Hasil Analisis Asam
ceae). Canada Journal Botany 621298-1303.
Lemak dari Minyak Biji Saga Pohon. Lembaga
Kimia Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Singh, K.P dan C.P Kushwaha. 2006. Diversity of Flo-
Indonesia. Bandung. wering and Fruiting Phenology of Trees in A
Tropical Deciduous Forest in India. Annals of
Moncur, M.W. dan D.J. Boland. 1989. Floral Morpho-
Botany 97 : 265 - 276.
logy of Eucalyptus melliodora A. Cunn. Ex
Schau. and Comparisons With Other Eucalyp- Timnas Pengembangan Bahan Bakar Minyak Nabati.
tus Spesies. Australian Journal of Botany 37 : 2008. Bahan Bakar Nabati, Bahan Bakar Al-
125 - 135. ternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Mi-
nyak Bumi dan Gas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nerd, A., V. Irijimovich dan Y. Mizrahi. 1998. Pheno-
Pp. 164.
logy, Breeding System and Fruit Development
of Argan (Argania spinosa, Sapotaceae) Culti-
vated in Israel. Economic Botany 52(2):161-
167.
154
View publication stats