Anda di halaman 1dari 12

Accelerat ing t he world's research.

KAJIAN LEBAR SEMPADAN SUNGAI


(STUDI KASUS SUNGAI-SUNGAI DI
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA) A Study Of Strea...
Three Two

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

KAJIAN EKOHIDRAULIK SUNGAI MARTAPURA


eriza ulmi

ANALISIS EKOHIDROLIK DALAM PENGENDALIAN BANJIR ST UDI KASUS DI SUNGAI LAWO KABUPAT EN S…
Reposit ory IPB

Nomor Tema : 1 PENGELOLAAN SEMPADAN SUNGAI CODE SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN EKOSIST EM …
sit i angre
KAJIAN LEBAR SEMPADAN SUNGAI
(STUDI KASUS SUNGAI-SUNGAI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

A Study Of Stream buffer Width


(Case Study of Rivers in Daerah Istimewa Yogyakarta Province)
Agus Maryono
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281 ; email : agusmaryono@yahoo.com

ABSTRACT

The implementation of stream buffer or river flood plain regulation is needed in Indonesia. In the conservation and
environment era of river management the comprehensive approach on river stream buffer management which can be
used at various conditions is also strongly needed. Indonesian literatures discussed in explicit manner about the stream
buffer width, is very limited. The width of stream buffer is a sum of the flood plain width, sliding plain width, ecological
buffer width and river safety width. This research investigates comprehensively stream buffer width based on literature
review, existing Indonesian regulations review and field observation. The explored components are river morphology,
river hydraulic and river ecology. The research locations are in Progo River, Opak, Oyo, Code and Gadjah Wong. The
final result is a table of stream buffer width at various conditions which can be used as reference of consideration for
regulation decision about river buffer width in Daerah Istimewa Yogyakarta. This table is developed based on the stream
buffer width table from “Permen PU/62/1993” and therefore can be also used as early reference for other regions which
have similar condition of river morphology, river ecology, and river hydraulic.

Keywords: river, stream buffer width, eco hydraulic.

PENDAHULUAN mengimplementasikan segala sesuatu tanpa


persetujuan masyarakat. Penentuan berdasarkan data
Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber ekologi, morphologi dan hidraulik, dapat lebih
Daya Air, dinyatakan bahwa sungai merupakan salah mudah dimengerti oleh masyarakat, karena batasan
satu bentuk alur air permukaan yang harus dikelola morphologi, ekologi dan hidraulik dapat dilihat
secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan secara langsung di lapangan.
hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber Penelitian diawali dengan dengan inventarisasi
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya dan studi terhadap lebar sempadan sungai yang
kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus bersumber dari berbagai literatur. Sumber ini
dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan selanjutnya disarikan dan dipakai sebagia
fungsi dan kemanfaatannya, dan dikendalikan pertimbangan untuk melakukan penelitian penetapan
dampak negatif terhadap lingkungannya. Dalam lebar sembadapan sungai. Selanjutnya dilakukan
rangka mewujudkan kemanfaatan sungai serta kajian terhadap peraturan-peraturan yang terkait
mengendalikan kerusakan sungai, perlu ditetapkan dengan sempadan sungai. Survei lapangan dilakukan
garis sempadan sungai, yaitu garis batas untuk menemukenali keterkaitan lebar sempadan
perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini sungai dengan morphologi melintang sungai, ekologi
selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam tumbuhan pinggir sungai dan faktor hidraulik muka
kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta air sungai. Hasil akhir penelitian adalah berupa
sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang analisis deduktif-induktif dari studi literatur,
sungai. peraturan-peraturan dan kajian lapangan yang
Lebar sempadan sungai, dapat ditentukan selanjutnya ditampilkan dalam tabel dan butir-butir
berdasarkan hitungan banjir rencana dan berdasarkan ketentuan dasar.
kajian fisik ekologi, hidraulik dan morphologi sungai
langsung di lapangan. Penentuan lebar sempadan LOKASI PENELITIAN
sungai dengan metode banjir rencana pada umumnya
mengalami kesulitan implementasi di masyarakat, Penelitian dilakukan di lima sungai di Daerah
karena masyarakat kesulitan dalam memahami arti Istimewa Yogyakarta; sungai Progo, Opak, Oyo,
hitungan banjir rencana. Sementara di era otonomi, Code dan Gadjah Wong. Pemilihan sungai ini
fihak yang berwenang tidak dapat didasarkan pertimbangan kelengkapan karakteristik

56 Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai..................................... (Agus Maryono)


geometri sungai yang meliputi; sungai besar, sungai Tabel 1. Lebar sempadan sungai untuk berbagai
menengah dan sungai kecil serta sungai di bagian tujuan pada berbagai publikasi
hulu, tengah dan hilir.
Lebar Sempadan (tidak termasuk
bantaran keamanan) dengan tujuan
METODE PENELITIAN Publikasi Lokasi
konservasi

Perbaikan Perbaikan
Penelitian dilakukan dengan tata urutan sebagai Perbaikan
habitat Habitat biota
berikut: kualitas air
aquatik terestrial
1. Identifikasi lebar sempadan sungai berdasarkan CRJC, 2000 Connecticut 30,48 m 30,48 m 91,44 m
studi pustaka. river (kemiringan ≤
2. Identifikasi lebar sempadan sungai berdasarkan 15˚)

peraturan-peraturan pemerintah Indonesia. SCSRP, South (12,19 – - (30,48 -


2004 Carolina 24,38) m 91,44) m
3. Survei lapangan dengan melakukan identifikasi (tergantung
morphologis tampang melintang sungai, kemiringan)
hidraulik muka air sungai dan karakteristik Fischer & - (5 – 30) m (3 – 10) m (30 – 500) m
vegetasi pinggir sungai. Fischenich,
4. Identifikasi tampang melintang sungai dengan 2000

melakukan pembuatan sketsa tampang sungai. Schueler, Urban 30,48 m


1995 rivers
Dengan sketsa tersebut selanjutnyan dapat
dipelajari dan ditentukan dimana letak tepi Resume (5 – 30) m (3 – 30,48) (30 – 500) m
m
sungai dan lebar sempadan sungai.
Sumber: Rancangan Naskah Akademis Lebar Sempadan Sungai,
5. Identifikasi jenis vegetasi, dipakai sebagai bahan Subdinas Pengairan Provinsi DIY, 2006, disempurnakan.
pertimbangan apakah lebar sempadan sungai
yang ditetapkan memenuhi lebar yang diperlukan
bagi vegetasi pinggir sungai.
6. Kajian komprehensif lebar sempadan sungai dan Tabel 2. Lebar sempadan sungai untuk berbagai
penyajian lebar sempadan sungai dalam bentuk tujuan pada berbagai literatur
tabel.
Lebar Sempadan Sungai terkait dengan
perlindungan kualitas air
Publikasi/autor
STUDI PUSTAKA
Lebar
Keterangan
A. Penentuan Lebar Garis Sempadan Sungai Dasar
Beberapa metode penetapan lebar sempadan Dasbonnet et al. 82 ft = Menghilangkan 80% sedimen
sungai yang diperoleh dari studi literatur adalah 1994 25 m
sebagai berikut: 150 ft = Melindungi kualitas air dari sedimen dan
45 m polusi
1. Lebar sempadan yang diperlukan untuk 197 ft = Menghilangkan suspended solid dan
perbaikan fungsi ekologi aquatik dan terestrial, 30 m nitrogin
kualitas air, hidraulik dan morphologi sungai. 279 ft = Menghilangkan 80 % polutan
Hasil studi literatur mengenai sempadan sungai 80 m
berdasarkan fungsi ekologi, kualitas air, hidraulik Wong & 150 ft = Mengurangi angkutan sedimen 90%
dan morphologi serta tujuan ditetapkannya disajikan McCuen, 1991 45 m
dalam
dalam tabel 1, 2 dan 3 berikut ini. Divelbiss, 1994
Jacobs & 15 m Menghilangkan nitrat dari air buangan
Gillram, 1985 pertanian
Resume (15 – 80 Meningkatkan kualitas air
)m
Sumber: Rancangan Naskah Akademis Lebar Sempadan Sungai,
Subdinas Pengairan Provinsi DIY, 2006, disempurnakan.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009 : 56 - 66 57


Tabel 3. Lebar Sempadan Sungai terkait memberikan Lebar sempadan sungai menurut literatur pada
ruang meandering dan perlindungan banjir tabel 1, 2 dan 3 ditentukan secara langsung tanpa
pada berbagai literatur. membagi daerah sempadan sesuai dengan fungsi
bagian-bagianya. Sedang penetapan lebar sempadan
Lebar sempadan sungai terkait pemberian ruang menurut Maryono (2005); didasarkan proses
untuk meandering dan perlindungan banjir
Publikasi/autor
perubahan fisik morphologi, hidraulik, ekologi dan
sosial/keamanan masyarakat. Sempadan sungai
Lebar Dasar Keterangan
selanjutnya dibagi menjadi bantaran banjir (flood
plain), bantaran longsor (sliding plain), bantaran
Smardon & 2 kali lebar Untuk memberikan ruang untuk ekologi penyangga dan bantaran keamanan (Gambar
Felleman, 1996 kanopi pohon meandering 1).
sisi sungai
Verry, 1992
dalam Divelbiss, 150 ft = 45 m Perlindungan banjir
1994
Bertulli, 1981
dan Castelle et al (50-90) m Perlindungan banjir 100 tahunan
, 1994
Lynch & Corbett, 115 ft = 30 m Di daerah hutun dapat mengurangi
1990 peningkatan fluktuasi maka air dan
suhu sungai karena penebangan
hutan.

Lewis,1998 120 ft = 36 m Menjaga stabilitas sistem aquatik


(dua kali sungai di hutan, lebar sempadan
diameter setara dengan dua kali lebar kanopi Gambar 1. Korelasi kedalaman dan lebar sungai menurut
kanopi pohon pohon ( 2x18 m) di sempadan.
= 2x 18 m = Maryono, 2005, dimodifikasi.
36 m).
Resume (5 – 90) m Perlindungan gerakan meander dan
banjir a. Bantaran banjir Lb ; adalah lebar antara titik batas
Sumber: Rancangan Naskah Akademis Lebar Sempadan Sungai, muka air normal sungai dengan titik batas pada
Subdinas Pengairan Provinsi DIY, 2006, disempurnakan.
saat banjir (banjir yang paling sering terjadi).
Lebar bantaran banjir ditentukan dengan
Kajian literatur pada tabel 1, 2 dan 3 tersebut
memeriksa langsung potongan melintang sungai
menunjukkan bahwa ketentuan lebar sempadan
di lapangan. Lebar bantaran banjir untuk masing-
sungai (dalam hal ini sungai kecil dan menengah
masing penggal sungai dapat berbeda tergantung
karena contoh-contoh sungainya adalah sungai kecil
morfologi melintang dan memanjang sungai.
dan menengah) dari berbagai sumber literatur masih
Disamping itu terdapat juga sungai tanpa
sangat bervariasi. Namun dari literatur-lieratur
bantaran banjir dan sungai dengan bantaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat sempadan
banjir relatif sangat lebar dibandingkan dengan
sungai terhadap konservasi sungai (baik ekologi,
tinggi tebing singai.
hidraulik dan morphologinya) sangat signifikan.
b. Bantaran longsor Ll ; ditentukan berdasarkan
Lebar sempadan untuk konservasi perbaikan kualitas
sudut penyebaran beban (gambar 2), yaitu 45
air, dengan manfaat seperti ditunjukkan pada tabel 2,
(tg 45 = 1). Namun, untuk memberi keamanan
adalah 5 m sampai 80 m, untuk konservasi habitat
terhadap keruntuhan dengan angka aman 1,5 (arc
aquatik 3 m sampai 30,48 m dan untuk konservasi
habitat terestrial adalah 30 m sampai 500 m. ctg 1,5 = 33,7 ), maka sudut aman tebing dapat
Sedangkan untuk memberikan ruang meandering dan digunakan 33,7. Lebar bantaran longsor
perlindungan terhadap banjir diperlukan sempadan minimal didapat satu setengah kali ketinggian
sungai 5 m sampai 90 m. Dari literatur tersebut tebing dihitung dari kaki tebing (1,5 H).
dapat disimpulkan bahwa lebar sempadan sungai Bantaran longsor ini sangat penting untuk
yang memenuhi syarat untuk berbagai tujuan seperti memberikan pengertian akan adanya daerah
pada tabel 1, 2 dan 3 adalah antara 3 – 90 m. Khusus potensi longsor di tebing sungai. Untuk sungai
untuk perlindungan vegetasi terestrial diperlukan tanpa tebing, bantaran longsornya tidak ada dan
sempadan sungai dari 3 – 500 m. tebing sungai termasuk dalam bantaran longsor.

2. Penetapan garis sempadan berdasarkan


morphologi melintang dan hidraulik banjir
sungai.

58 Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai..................................... (Agus Maryono)


analisis panjang akar vegetasi, diameter jangkauan
pajang akar kearah samping (Dr) sama dengan 1,5 –3
Dk atau Dr = 2,25 Dk dimana Dk = diameter lebar
33,7° H
45° kanopi vegetasi yang bersangkutan (Morgan, 1995).
Ll = 1,5 H
Selanjutnya panjang akar maksimum vertikal
kedalam tanah (Rv) sama dengan kedalaman garis
muka air tanah (H), karena akar tanaman selalu
Gambar 2. Penentuan bantaran longsor Ll = 1,5 H , H diatas muka air tanah terendah yang berhubungan
adalah tinggi tebing sungai
dengan muka air sungai, maka Rv = H (Morgan,
1995). Pada kondisi dimana struktur tanahnya
c. Bantaran ekologi penyangga Le ; adalah bantaran
homogen dengan tipe akar R-type, maka dapat
ekologi yang terletak di luar bantaran longsor
diasumsikan panjang pertumbuhan akar vertikal
yang fungsinya menjaga ekologi yang berada di
kebawah minimal sama dengan diameter
dalamnya yaitu ekologi di bantaran banjir dan
pertumbuhan akar ke samping ( Rv= Dr atau Dr= H).
bantaran longsor. Besarnya bantaran ekologi
Maka lebar diameter dari dua sampai empat kanopi
penyangga bervariasi tergantung jenis vegetasi
vegetasi (2 Dk sampai 4 Dk) dapat didekati dengan
dan keanekaragaman hayati daerah tersebut.
lebar satu sampai dua kali kedalaman tebing sungai (
4Dk
H sampai 2 H), dengan 4 Dk = (4/2,25) x H => 2 H
(periksa Gambar 3). Karena jenis vegetasi dan
Dk Dk
struktur tanah pinggir sungai bervareasi, maka
pendekatan ini harus disesuaikan dengan kondisi riil
di lapangan dengan cara mengukur lebar kanopi
pohon besar yang ada. Lebar bantaran ekologi
diambil selebar dua sampai empat kali lebar kanopi
R D
H pohon besar diukur dari titik akhir bentaran longsor
33,7°
(periksa Gambar 3).
1 H ≤ Le ≤ 2 H Ll = 1,5 H
d. Bantaran keamanan Lk ; adalah lebar areal
Gambar 3. Labar bantaran ekologi penyangga, untuk yang berfungsi sebagai ruang keamanan sungai
menjamin keberlangsungan organisme kaitannya dengan desakan masyarakat sosial.
aquatik dan memberi kesempatan dinamik Sehingga lebar bantaran keamanan ini sangat
meandering pada sungai ( 1 H ≤ Le ≤ 2 H dipengaruhi oleh situsi sosial pada penggal yang
atau 2 sampai 4 kali lebar kanopi pohon
ditinjau. Lebar bantaran keamanan ditentukan oleh
pinggir sungai).
masyarakat dan pemerintah sendiri. Sampai saat
Berdasarkan pemeriksaan diameter kanopi tulisan ini diturunkan belum ada penelitian tentang
vegetasi besar pada sempadan sungai, maka lebar bantaran keamanan. Sebagai acuan kasar dapat
dipakai lebar bantaran keamanan satu setengah
bantaran ekologi penyangga untuk mempertahankan
fungsi aquatik sungai dan ditambah dengan lebar kedalaman tebing sungai (1,5 H). Dengan asumsi
sempadan guna memberi ruang untuk meandering, bahwa jika terjadi erosi tebing sungai sampai
dapat dipakai dua kali sampai 4 kali lebar diameter mencapai batas luar bantaran ekologi, maka masih
kanopi vegetasi besar (Smardon & Felleman, 1996 terdapat bantaran keamanan yang lebarnya sama
dengan bantaran longsor Ll = 1,5 H (lihat analisis
dan Lewis, 1998 dalam Subdinas Pengairan DIY,
2006). Gambar 3 menjelaskan bahwa berdasarkan bantaran longsor).

Tabel 4. Kriteria penetapan lebar sempadan sungai menurut Permen PU 63/1993


Di luar kawasa perkotaan Di dalam kawasan perkotaan
Tipikal potongan
No Tipe sungai Pasal
melintang sungai
Kriteria Lebar minimal Kriteria Lebar minimal
Sungai bertanggul (diukur
1. dari kaki tanggul sebelah - 5m 3m Pasal 6
luar)
Sungai besar (luas
100 m Kedalaman > 20 m 30 m Pasal 7 & 8
DPS < 500 KM2)
Sungai tak bertanggul Kedalaman 3m sd.
2. 15 m Pasal 7 & 8
(diukur dari tepi sungai) 20 m
Sungai kecil (luas
50 m Kedalaman sd. 3 m 10 m Pasal 7 & 8
DPS < 500 km2)
Sungai yang terpengaruh
5. pasang surut air laut (dari - 100 m - 100 m Pasal 10
tepi sungai)

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009 : 56 - 66 59


3. Lebar sempadan sungai menurut Permen PU PU. Pada penelitian ini pengaruh pasang surut sungai
63/1993: tidak diteliti. Perlu juga dimasukkan faktor kejadian
Penentuan lebar sempadan didasarkan pada Tsunami, sehingga sempadan sungai di daerah muara
lokasi di luar kawasan perkotaan, di dalam kawasan menjadi jauh lebih lebar dari ketentuan yang
perkotaan, sungai besar, sungai kecil, kedalaman ditetapkan pada Permen PU 63/1993.
sungai, sungai bertanggul dan tidak bertanggul, dan
sungai yang terpengaruh pasang surut. Pembagian D. Penentuan Tepi Sungai sebagai Titik Acuan
lebar sempadan sungai berdasarkan geometri Garis Sempadan
tampang melintang sungai yang dijabarkan dalam Kajian literatur mengenahi tepi sungai masih
bentuk tabel merupakan pembagian sempadan sungai sangat terbatas. Menurut Permen PU 63/1993, tepi
yang relatif mudah dipahami dibanding dari berbagai sungai ditetapkan pada titik tertinggi tebing sungai
sumber literatur yang lain. Sampai sejauh ini belum yang berbatasan dengan teras sungai. Tepi sungai
dapat ditemukan kajian akademis penetapan Permen berada di luar bantaran banjir dan masih berada pada
PU 63/1993 ini. Peraturan tersebut disajikan dalam bantaran longsor. Lebar sempadan sungai dihitung
Tabel 4 sebagai berikut. dari tepi sungai ke arah luar. Tepi sungai pada sungai
dengan tepi yang tidak jelas seperti sungai-sungai
B. Penentuan Lebar Sempadan Sungai Menurut dengan tebing landai di daerah pantai, menurut
Luas Daerah Aliran Sungai Permen tersebut tepi sungai ditetapkan berdasarkan
Untuk menentukan lebar sempadan sungai, juga kondisi erosi yang ada dan hitungan banjir rencana.
diperluan penetapan definisi tentang sungai besar, Tepi sungai menurut Maryono (2005) ditetapkan
menengah dan kecil. Heinrich & Hergt (1999) berdasarkan survei tampang melintang sungai. Tepi
mengklasifikasikan sungai bersarkan luas DAS sungai dapat ditentukan di lapangan berdasarkan alur
menjadi sungai besar, menengah dan kali/sungai morphologi sungai dan berdasarkan analisis tampang
kecil, seperti dalam tabel 5. geometri sungai saat dilakukan pemeriksaan. Tepi
Menurut Permen PU 63/1993, sungai dapat sungai dapat ditetapkan pada titik awal bantaran
diklasifikasikan menjadi dua yaitu sungai besar dan banjir, yaitu garis batas air dengan tebing sungai
sungai kecil. Disebut sungai besar jika mempunyai pada saat muka air normal atau ditetapkan pada titik
luas DAS lebih dari 500 km2 (luas DAS  500 km2) atas tebing sungai. Dalam menghitung lebar
dan sungai kecil dengan luas DAS kurang dari 500 sempadan perlu melihat dimana tepi sungai yang
km2 (luas DAS < 500 km2). Masih banyak peneliti ditetapkan.
lain yang mengklasifikasikan besar-kecilnya sungai Tepi sungai untuk daerah yang terpengaruh
berdasarkan lebar sungai, debit dan kecepatan arus. pasang surut dan Tsunami sampai sekarang belum
Dalam penelitian ini akan dipakai kombinasi antara ditemukan literatur dan peraturan yang baku. Hal ini
kriteria luas DAS dari Heinrich & Hergt (1999) baik perlu dilakukan penelitian secara khusus.
untuk sungai kecil, sedang dan besar.

Tabel 5. Klasifikasi sungai besar, menengah dan HASIL DAN PEMBAHASAN


kecil berdasar luas DAS
Nama Luas DAS Lebar Sungai A. Penentuan Daerah Sempadan Sungai
Kali kecil dari mata 0-2 km2 0-1 m Berdasar Kajian Morphologi Tampang
air
Kali kecil 2-50 km2 1-3 m
Melintang Sungai
Sungai sedang 50-300 km2 3-10 m
Guna mengetahui komponen morphologi,
Sungai besar > 300 km2 > 10 m
hidraulik dan ekologi sepanjang sempadan sungai,
Sumber : Heinrich & Hergt, 1999. maka dilakukan survei lapangan di berbagai alur
sungai; alur sungai besar, sungai menengah/sungai
C. Penentuan Sempadan Sungai yang kecil, bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
Terpengaruh Pasang Surut Hasil survei kondisi riil sempadan sungai disajikan
Ketentuan lebar sempadan sungai pada sungai- dalam tabel 6. Data kondisi sempadan sungai hasil
sungai yang terpengaruh pasang-surut dapat survei ini selanjutnya digunakan untuk mempelajari
ditemukan pada Permen PU 63/1993. Lebar karakteristik bantaran banjir, bantaran longsor dan
sempadan sungai untuk sungai-sungai yang bantaran ekologi penyangga. Dalam penelitian ini
terpengaruh pasang surut selebar 100 m dihitung dari hanya dilakukan pemeriksaan kualititif, tidak
tepi sungai dan berlaku baik untuk kawasan dilakukan pengukuran secara detail lebar bantaran-
perkotaan maupun di luar kawasan perkotaan. Untuk bantaran tersebut.
kawasan semi perkotaan tidak diatur dalam Permen

60 Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai..................................... (Agus Maryono)


Tabel 6. Segmen Sempadan Sungai
No Sungai Segmen Nama Lokasi Foto Lokasi Tengah Jembatan Siluk
1 Progo Hulu Jembatan Desa
(sungai Ngapak, Selopamioro,
besar) Desa Kembang, Kecamatan
Kecamatan Imogiri, Kab.
Nanggulan,Kab Bantul.
.Kulonprogo Kawasan luar
Kawasan luar perkotaan.
perkotaan. Hilir Tempuran
Sungai Opak
Tengah Jembatan dan Sungai
Bantar, Oyo
Desa Sentolo, Sebelah barat
Kecamatan Desa
Sentolo, Kab. Srihardono,
Kulonprogo. Kecamatan
Kawasan luar Pundong, Kab.
perkotaan. Bantul.
Hilir Jembatan
Srandakan, 4 Code Tengah Kota
Desa Brosot, (sungai Yogyakakarta.
Kecamatan menen Kawasan
Galur, Kab. gah – perkotaan.
Kulonprogo. kecil)
Kawasan luar
perkotaan
2 Opak Hulu Randusari, 5 Winon Hulu Kota
(sungai Kecamatan go kota Yogyakarta.
menen Prambanan, (sungai Kawasan sub-
gah) Kab. Sleman. menen urban.
Kawasan luar gah-
perkotaan. kecil)
Tengah Dusun
Sepetmadu, 6 Gadjah Hulu Jetis, Kab.
Desa Wong kota Sleman, DIY
Tamanmartani, (sungai Kawasan luar
Kecamatan menen perkotaan
Kalasan, Kab. gah-
Sleman. kecil)
Kawasan luar
perkotaan Hulu UIN (IAIN),
Hilir Desa kota Kab. Sleman
Wukirsari, DIY. Kawasan
Kecamatan perkotaan
Imogiri, Kab.
Bantul.
Kawasan luar
perkotaan.
3 Oyo Hulu Desa Bunder, Sumber : Hasil penelitian, 2006
(sungai Kecamatan
menen Patuk, Kab.
gah) Gunung Kidul.
Kawasan luar
perkotaan.

Untuk menganalisis bentang melintang Berikut ini disajikan hasil kajian sempadan dan
morphologi bantaran sungai dipilih cara membagi tepi sungai berdasarkan tampang melintang sungai di
sempadan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, berbagai lokasi penelitian dengan tipe-tipe sempadan
sehingga akan memudahkan dalam menganalisis sungainya yang berbeda antara satu dengan lainnya
lebar sempadan yang dibutuhkan pada setiap seperti juga disajikan pada tabel 6.
tampang melintang suatu sungai. Sedang lebar
sempadan yang didasarkan pada konservasi kualitas 1. Sungai yang langsung bersinggungan dengan
air, gerakan meander, menanggulangi banjir dll., tebing vertikal (kemiringan tebing  45) dan
seperti dalam literatur pada table 1,2 dan 3 tidak terdapat bantaran banjir, maka sempadan
digunakan sebagai ketentuan pengontrol. Dalam sungai dibagi menjadi tiga daerah yaitu bantaran
menentukan tepi sungai dilakukan berdasarkan cara longsor, bantaran ekologi penyangga dan bantaran
penentuan tepi sungai menurut Permen PU 63/1993, keamanan.
karena cara ini lebih mudah dilakukan di lapangan.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009 : 56 - 66 61


Gambar 4. Potongan melintang sungai dengan tebing relatif vertikal pada kedua sisi
2. Jika salah satu sisi berbatasan dengan tebing bantaran banjir, bantaran ekologi penyangga dan
berkemiringan  45 dan sisi yang lain bantaran keamanan.
berbatasan dengan tebing berkemiringan  45,
maka pada sisi dengan tebing berkemiringan 
45 perlu ada bantaran longsor yang diikuti
dengan bantaran ekologi penyangga dan bantaran
keamanan. Sedangkan pada sisi yang lain,
bantaran dibagi menjadi tiga daerah yaitu

Gambar 5. Potongan melintang sungai dengan tebing landai sampai curam di kedua sisi.

3. Sungai yang memiliki bantaran banjir pada satu penyangga dan bantaran keamanan. Pada sisi
sisi dan tebing yang curam (kemiringan  33,7) yang lain daerah sempadan mencakup bantaran
pada sisi yang lain, maka pada sisi dengan banjir, bantaran ekologi penyangga dan bantaran
tebing curam bantaran dibagi menjadi tiga keamanan.
daerah yaitu bantaran longsor, bantaran ekologi

62 Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai..................................... (Agus Maryono)


Gambar 6. Potongan melintang sungai dengan tebing curam (kemiringan  33,7) pada satu sisi
dan landai pada sisi lain dengan bantaran banjir.

4. Sungai yang memiliki bantaran banjir sebagai bantaran banjir, bantaran longsor, bantaran
akibat dari penurunan lahan di tepi sungai, dan ekologi penyangga dan bantaran keamanan.
tebing sisi luar bantaran banjir. Pembagian
daerah sempadan terdiri dari empat daerah, yaitu

Gambar 7. Sungai dengan bantaran banjir dan tebing longsor pada kedua sisinya.

5. Sungai yang memiliki tebing dengan wilayah yaitu, bantaran banjir, bantaran ekologi
kemiringan  33,7 pada kedua sisi, maka penyangga dan bantaran keamanan.
daerah sempadan ditentukan menjadi tiga

Gambar 8. Sungai dengan kemiringan  33,7 pada kedua sisi.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009 : 56 - 66 63


Dari hasil analisis tampang melintang sungai, B. Penentuan Kategori Sungai
maka dapat disimpulkan bahwa pembagian daerah Untuk pemakaian di DIY, dimana terdapat
sempadan menurut Maryono (2005) dapat diterapkan sungai besar misal Progo dan Oya; sungai menengah
pada bergai kondisi morphologi melintang sungai. misalnya sungai Opak, Code, Winongo; dan sungai
Sedang penentuan tepi sungai, dapat dilakukan kecil misalnya sungai Kuning dan Widuri, maka
langsung di lapangan menggunakan cara dari Permen klasifikasi sungai direkomendasikan menggunakan
PU 63/1993. Perbandingan lebar sempadan sungai klasifikasi sungai menurut Heinrich & Hergt (1999);
berdasarkan permen PU 63/1993 dengan Maryono dimana sungai besar dengan luas DAS  300 km2,
(2005) dapat disajian dalam tabel berikut ini. sungai sedang dengan luas DAS antara 50 km2
sampai dengan 300 km2 (50 < luas DAS  300 km2),
Tabel 7. Perbandingan lebar sempadan menurut dan sungai kecil dengan luas DAS < 50 km2.
Permen PU 63/1993 dan Maryono, 2005. Ketentuan tersebut sesuia dengan kondisi di Daerah
Perbandingan lebar Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Sedang untuk
Kriteria Kedalaman Lebar Sempadan dan sempadan menurut
Sungai (H) Bantaran Sungai Permen PU 63/1993
daerah lainnya seperti di Kalimantan dan Irian Jaya
dan Maryono, 2005 perlu penelitian lebih lanjut.
H3m L≥3H 3 H < Ltotal < 7 H
diukur dari tepi
3 m < H < 20 m 1HL7H sungai,
C. Penentuan Tepi Sungai
Titik acuan sempadan sungai menurut permen
L7H
(Permen PU
H > 20 m
63/1993) PU 63/1993 adalah tepi sungai, ditentukan melalui
Bantaran banjir Lb = tergantung 4 H  Ltotal  6 H kajian terhadap morfologi tampang melintang sungai,
morphologi sungai ditambah Lb , diukur
Bantaran longsor 1,5 H < Ll (didasarkan dari tepi sungai khususnya untuk sungai yang masih alami (tidak
pada sudut penyebaran pada tinggi muka air bertalud). Sedangkan untuk sungai bertalud, titik
beban dengan angka tata-rata diluar
aman 1,5) bantaran banjir,
acuan tepi sungai belum terdapat literatur pendukung
Bantaran ekologi 1 H ≤ Le ≤ 2 H diferifikasi dengan maupun peraturan yang berlaku. Oleh karena itu titik
(atau dipakai dua sampai kondisi lapangan acuan ditentukan berdasarkan pendekatan historis
empat kali diameter (studi pustaka Tabel
kanopi pohon besar yang 1,2, 3 dan 6 serta tebing sungai sebelum dibangun talud. Hasil survey
ada) Gambar 4-8) lapangan yang disajikan pada tabel 6 selanjutnya
Bantaran keamanan 1,5 H < Lk digambarkan potongan melintang sungainya. Tepi
(berdasarkan analisis
bantaran longsor atau sungai dapat ditentukan berdasarkan studi kualitatif
ditentukan oleh geometri tampang melintang sungai tersebut.
masyarakat) 1. Sungai dengan tampang berbentuk “V” tanpa
Sumber : Hasil analisis data penelitian dan literatur
bantaran banjir. Tepi sungai adalah titik
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan dari bidang tebing ke teras.
ketentuan lebar sempadan sungai menurut Permen
PU 63/1993 (3 H < Lebar sempadan sungai < 7H)
relatif bersesuaian dengan lebar sempadan sungai
menurut Maryono ( 4 H < Lebar sempadan sungai <
6 H).
Kriteria lebar sempadan berdasarkan wilayah
perkotaan dan luar perkotaan seperti pada Permen
PU 63/1993, dalam penelitian ini dapat dikebangkan Gambar 9. Tipikal tepi sungai berbentuk tampang-V
menjadi daerah urban (perkotaan), sub-urban (peri-
urban) dan rural (pedesaan). Hal ini karena terdapat 2. Sungai dengan tampang-V dengan tebing curam
perbedaan yang segnifikan antara ketiga daerah dan dengan sedikit atau tanpa bantaran banjir.
tersebut seperti ditunjukkan pada tabel 6. Berdasar Tepi sungai adalah pada titik sudut perubahan
pengamatan sempadan sungai di lapangan secara tebung ke teras sungai seperti gambar berikut
langsung, diperoleh hasil kualitatif bahwa tingkat ini:
kepadatan dan penetrasi ke sempadan sungai di
daerah peri urban lebih rendah dari daerah perkotaan
dan lebih tinggi dibanding daerah pedesaan. Maka
lebar sempadan daerah peri-urban sebagai
pendekatan awal dapat didekati dengan interpolasi
antara lebar sempadan daerah urban dan daerah Gambar 10. Tipikal tepi sungai pada tampang sungai yang
pedesaan. memiliki sedikit bantaran banjir

64 Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai..................................... (Agus Maryono)


3. Sungai yang memiliki bantaran banjir pada satu
sisi dan tebing yang curam pada sisi yang lain,
tepi sungai ditentukan pada sudut bagian atas
tebing. Sedang tepi sungai lainnya adalah pada
berbatasan bantaran banjir.
Gambar 12. Tepi sungai pada bagian atas tebing diluar
bantaran banjir

D. Hasil Kajian Lebar Sempadan Sungai


Berdasarkan kajian literatur, Permen PU, survei
lapangan dan metode interpolasi, lebar sempadan
Gambar 11. Tipikal tepi sungai pada tampang sungai
berbatasan langsung dengan tebing curam sungai (Ls) disajikan pada tabel 8. Untuk
pada satu sisi dan terdapat bantaran banjir di mendapatkan besaran lebar sempadan sungai untuk
sisi yang lain kawasan peri urban dilakukan interpolasi linier
antara besaran sempadan sungai di kawasan
4. Sungai yang memiliki bantaran banjir sebagai pedesaan dan perkotaan. Demikian juga lebar
akibat dari penurunan lahan di tepi sungai, dan sempadan pada sungai sedang merupakan interpolasi
membentuk bantaran banjir dengan elevasi yang linier lebar sempadan sungai besar dan sungai kecil.
lebih rendah, maka tepi sungai adalah titik
bagian atas tebing diluar bantaran banjir.

Tabel 8. Hasil kajian lebar sempadan sungai


Kawasan
Peri Urban
Kawasan Perdesaan (interpolasi antara Kawasan Perkotaan
Lebar Sempadan kawasan pedesaan
Sungai (Ls) dan perkotaan

Kriteria Ls Kriteria Ls Kriteria Ls

Sungai
Bertanggul Dari kaki
Dari kaki tanggul
(mengacu 5m tanggul 4m Dari kaki tanggul luar 3m
luar
Permen PU luar
63/1993)
Kedalaman (H) Sungai,
Lebar (L) Sungai mengacu mengacu Tabel 2,3,4, 5 dan
Kriteria Identik literatur pada tabel. 5 modifikasi Permen PU
Sungai didak Kriteria Identik dengan
dengan Permen PU 63/1993
bertanggul Permen PU 63/1993
63/1993 Kriteria Kriteria
(identik Permen Lebar Lebar
lebar tinggi
PU 63/1993 dan sempadan (Ls) sempadan (Ls)
sungai (L) tebing (H)
mengacu litertur
50 m
pada tabel 6,7 Sungai besar, DAS > 300
100 m 75 m L >15 m 50 m H > 15 m (3 H < Ls <7,5
dan 8. Interpolasi DAS > 300 km2 km2
H)
untuk luasan
3mL 3mH
DAS menengah Sungai sedang, 50
50 < DAS 25 m (3 H
dan kawasan peri < DAS < 300 75 m 50 m 25 m
< 300 km2 15 m 15 m <Ls< 7,5 H)
urban) km2 (interpolasi)

L3m H3m
Sungai kecil, DAS < 50 10 m (3 H <
50 m 30 m 10 m
DAS < 50 km2 km2 Ls< 7,5 H)

Tepi sungai Tepi sungai dapat ditetapkan bersama masyarakat dengan ketentuan sesuai dengan Gambar 9, 10, 11, 12.

Sungai
terpengaruh Belum dapat direkomendasikan, perlu penelitian khusus sempadan sungai pada daerah terpengaruh pasang surut dan
pasang surut dan tsunami
tsunami

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009 : 56 - 66 65


KESIMPULAN DAN SARAN 6. Penelitian ini dapat diperluas untuk sungai-
sungai di luar DIY dengan pengembangan
Dari hasil-hasil tersebut, dapat ditarik
metode dan diarahkan kepada penelitian
kesimpulan dan saran sebagai berikut ini :
kuantitatif.
1. Hasil kajian lebar sempadan sungai dapat
disajikan seperti pada Tabel 8. Penyajian lebar
sempadan dengan tabel dapat lebih memudahkan DAFTAR PUSTAKA
dalam implementasi di lapangan.
2. Ketentuan tepi sungai dapat ditentukan langsung Heinrich & Hergt, 1999, Atlas Oekologie, Deutsche
di lapangan dengan kriteria seperti dijelaskan Verlag, Muenchen, Jerman.
pada Gambar 9, 10, 11,12. Maryono, A, 2005, Menangani Banjir, Kekeringan
3. Pembagian lebar sempadan sungai menjadi dan Lingkungan, Gama Press, 2005.
bagian-perbagian dapat memberikan gambaran Morgan R. P.C, 1995, Slope Stabilization and
situasi dan fungsi masing-masing bagian dengan Erosion Control: A Bioengineering Approach, E
jelas (Gambar 4, 5, 6, 7 dan 8). & FN SPON, London
4. Lebar sempadan sungai pada daerah yang Permen PU, No. 63, 1993, Peraturan Menteri PU
terpengaruh pasang-surut dan Tsunami serta No. 63, tahun 1993. Departemen Pekerjaan
lebar keamanan tidak bisa ditetapkan dengan Umum, Jakarta.
penelitian ini, diperlukan penelitian lanjutan Subdin Pengairan, DIY, 2006, Rancangan Naskah
khusus untuk masalah ini. Akademik, Peraturan Sempadan Sungai, 2006.
5. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian Dinas Pekerjaan Umum, DIY, Yogyakarta.
kualitatif lapangan guna memperbaiki hasil
sebelumnya.

66 Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai..................................... (Agus Maryono)

Anda mungkin juga menyukai