Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat

usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini

berdampak pada fisik dan jiwa remaja. Personal hygiene menstruasi

merupakan peningkatan kesehatan melalui implementasi tindakan hygiene

yang dapat dilakukan saat menstruasi. Tujuan dari perawatan selama

menstruasi untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang

dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik

dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesejahteraan (Mohammad,

2017).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan

reproduksi adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi,

tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesnya.

Hampir seluruh negara menjadikan kesehatan reproduksi remaja sebagai

salah satu program Negara (Widya Astuti, 2016).

Menurut WHO, remaja mencakup individu 10 sampai 20 tahun, dan

remaja akhir 15 sampai 20 tahun. Remaja merupakan periode transisi antara

masa anak-anak dengan dewasa, dimana pada masa itu terjadi perubahan

biologis, intelektual, psikososial, dan ekonomi. Selama periode ini, individu

mengalami kematangan fisik dan seksual (Anonim, 2015).

1
2

Berdasarkan data Survei yang dilakukan World Health Organization

(WHO) di beberapa negara, remaja putri berusia 10-14 tahun mempunyai

permasalahan terhadap reproduksinya. Sedangkan data statistik di Indonesia

dari 43,3 juta jiwa remaja putri berusia 10-14 tahun berperilaku hygiene

sangat buruk (Priyitno, 2016).

Ciri utama yang menandai munculnya masa remaja yaitu matangnya

organ seksual yang ditandai dengan menstruasi utama pada anak wanita yang

disebut menarche, masa ini disebut dengan masa pubertas. Ciri yang lain

ditandai dengan perubahan pada bentuk tubuh, seperti tumbuh buah dada,

pinggul membesar, dan tumbuhnya bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak

(BKKBN, 2014).

Remaja pada umumnya, belum banyak mendapatkan informasi dasar

mengenai kesehatan reproduksi. Banyak diantara remaja yang kurang atau

memiliki hubungan yang stabil dengan orang tua atau dengan orang dewasa

lainnya, dengan siapa sebaiknya remaja berbicara tentang masalah-masalah

reproduksi. Informasi merupakan bagian penting tentang bagi proses

pemahaman bagi seseorang. Informasi yang diberikan menyangkut tentang

pemahaman tentang apa yang terjadi pada dirinya dalam hal reproduksi dan

bagaimana organ dan fungsi reproduksinya akan berkembang (Mohammad

2017).

Upaya Peningkatan kesehatan dengan cara meningkatkan pengetahuan

pada remaja sangat penting dilakukan, karena jika remaja tidak mengetahui

cara cara personal hygiene yang benar maka akan timbul beragam masalah
3

seperti 4 pengeluaran cairan vagina flour albus, iritasi, timbulnya masalah

infeksi pada saluran kemih, bau yang tidak menyenangkan, dan infeksi pada

daerah vagina (vaginitis). Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah terganggu

oleh adanya mikroorganisme patogen atau perubahan lingkungan vagina yang

memungkinkan mikroorganisme patogen berkembang biak/ berproliferasi.

Iritasi perineal nonspesifik (vulvovaginitis) pada remaja umumnya

disebabkan karena perineal hygiene yang tidak adekuat (Indah, 2012).

Dalam hal ini anak mendapatkan informasi paling banyak dari orang

tua, disusul informasi dari teman sekolah, dari majalah atau dari buku dan

yang paling sedikit dari guru sekolah. Dalam penelitiannya menunjukkan

sebagian besar 84,8% anak pernah mendapatkan informasi tentang

menstruasi, dan yang belum pernah mendapatkan informasi tentang

menstruasi sebesar 15,2% (Puryatni dan Sadjirnin, 2016). Sumber-sumber

informasi mempunyai pengaruh terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Sumber-sumber informasi diperoleh dari TV (98%), guru (96%), teman

(91%), orang tua (40%), petugas kesehatan (24%), petugas KB (16%), dan

radio (66%) (Rosidah, 2014).

Salah satu kematangan tersebut seperti menstruasi yang datang pada

awal akan menyebabkan munculnya perilaku patologis pada umumya, mereka

memiliki kecemasan-kecemasan berupa ketakutan. Gejala yang sering terjadi

dan sangat mencolok pada haid pertama adalah kecemasan dan ketakutan

diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tadi. Ada banyak

sumber informasi tentang haid, misalnya dari guru sekolah, kalangan medis,
4

buku bacaan dan film pendidikan. Bagi banyak orang tua sumber-sumber

informasi tesebut juga memberikan informasi yang berguna tentang proses

terjadinya haid dan cara menjaga kebersihan selama menstruasi. Menstruasi

yang datangnya sangat awal dalam artian anak gadis tersebut masih sangat

muda mengakibatkan anak kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan

badan pada saat menstruasi sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi

(Suryani dan Zein, 2015).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya

masalah tersebut penting bagi seorang wanita dalam menjaga kebersihan

organ reproduksi, terutama pada saat remaja dimana perubahan fisik dan

hormon yang sangat pesat pada remaja, juga posisi anatomi genitalia

eksternal yang saling berdekatan pada wanita menyebabkan remaja perlu

melakukan personal hygiene yang baik, untuk pemeliharaan kebersihan dan

kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi sehingga

mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat

kesehatan (Kissanti, 2017).

Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang berfungsi untuk

suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi

kelestarian hidupnya atau reproduksi. Secara umum alat atau organ

reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat kelamin atau genitalia luar

dan alat kelamin bagian dalam. Organ genitalia luar terdiri dari vulva, mons

pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, bulbus vestibuli,

introitus vagina dan perineum. Sedangakan organ genitalia bagian dalam


5

vagina atau liang kemaluan, uterus, tuba fallopi dan uterus. evaluasi terhadap

fungsi alat reproduksi wanita lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki

(Wiknjosastro, 2015).

Cepat lambatnya menarche begantung pada faktor gizi, ginetik, dan

psikologis dari remaja tersebut. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

28,9 % siswa mempunyai pengetahuan menstruasi, 28,9% mempunyai

pengetahuan baik tentang menstruasi, 26,9% berpengetahuan cukup dan 44,2

mempunyai pengetahuan kurang. Kurangnya pengetahuan remaja karena dari

segi fisik dan psikologis remaja yang kurang dari orang tua. Dan sulitnya

mencari informasi karena tempat yang tinggal yang jauh dari perkotaan. Oleh

sebab itu siswa perlu meningkatkan minat membaca yang berhubungan

dengan menarche dan meningkatkan pengetahuan tentang masalah kesehatan

(Rosidah, 2014).

Sikap merupakan faktor penting dalam terbentuknya tindakan

seseorang yang mana sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas tetapi merupakan “predisposisi”

tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2015).

Perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan

seseorang, dimana pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal,

termasuk kembali kejadian yang pernah dialami baik sengaja maupun tidak

disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
6

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Mubarak, 2012).

Perilaku hygiene yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan,

komunikasi antar teman sebaya tentang perilaku hygiene selama menstruasi

dan dukungan orangtua serta guru. Personal hygiene selama menstruasi pada

remaja dapat lebih ditingkatkan dengan cara membekali diri sebanyak-

banyaknya dengan pengetahuan yang diperoleh baik dari pencarian informasi

melalui media masa, teman sebaya, orangtua, keluarga dan buku sedangkan

komunikasi teman sebaya dapat dijadikan metode pendidikan kesehatan

dalam meningkatkan personal hygiene selama menstruasi (Emmi, 2016).

Personal hygiene pada saat menstruasi merupakan komponen hygiene

perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan

seseorang termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat

reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah

terinfeksi. Oleh sebab itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena

kuman mudah kali masuk dan menimbulkan infeksi saluran reproduksi

(Nilna, 2018). Maka perlu adanya pemberian informasi yang lengkap dan

terkini kepada remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

mereka akan pentingnya menjaga kelembaban diri terutama organ reproduksi

termasuk resiko bila tidak dijaga khususnya pada saat menstruasi.

Berdasarkan Survey awal yang dilakukan di Desa Meunje Tujuh

Kecamatan Pirak Timu pada tanggal 15 Februari 2021 terdapat 56 orang

remaja yang berusia 10-19 Tahun. Berdasarkan survey awal penelitian di


7

Desa Meunje Tujuh Kecamatan Pirak Timu belum pernah diadakan

penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi. Wawancara peneliti saat

melakukan pra penelitian tentang kebersihan organ kewanitaan saat

menstruasi di Desa Meunje Tujuh Kecamatan Pirak Timu diketahui bahwa

dari 10 orang remaja tersebut, dari 10 remaja didapatkan 4 yang

berpengetahuan baik dan 6 berpengetahuan kurang. 6 diantranya mengganti

pembalut sehari 2 kali dan 4 diantaranya mengganti pembalut sehari 1 sekali

dengan alasan mereka darah kotor yang keluar tidak banyak. 6 sering terasa

gatal dan terkadang berbau tidak sedap, dari 4 orang tersebut juga diketahui

bahwa mereka tidak melakukan kebersihan alat reproduksinya dengan baik

seperti saat mencuci alat reproduksinya setelah buang air kecil biasanya

dilakukan dari arah anus ke vagina, ada juga yang mengatakan tidak

mengelap sampai kering setelah mencucinya bahkan ada yang mengatakan

saat menstruasi mereka jarang mengganti pembalut kecuali sudah merasa

tidak nyaman. Dari hasil wawancara peneliti ini juga diketahui bahwa siswi

tersebut mereka mengatakan kurang mengerti tentang perawatan kebersihan

organ reproduksi mereka terutama saat menstruasi, berapa kali harus

mengganti pembalut dan bagaimana cara mencuci organ reproduksi yang baik

dan benar.

Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dengan Perilaku

Personal Hygiene Di Desa Menje Tujuh Kecamatan Pirak Timu Kabupaten

Aceh Utara.
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian, maka peneliti tertarik untuk

meneliti “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dengan Perilaku

Personal Hygiene Di Desa Menje Tujuh Kecamatan Pirak Timu Kabupaten

Aceh Utara.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja

Dengan Perilaku Personal Hygiene Di Desa Menje Tujuh Kecamatan Pirak

Timu Kabupaten Aceh Utara.

2. Tujuan Khusus .

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja di Desa Menje Tujuh

Kecamatan Pirak Timu Kabupaten Aceh Utara.

b. Untuk mengetahui sikap remaja di Desa Menje Tujuh Kecamatan Pirak

Timu Kabupaten Aceh Utara.

c. Untuk mengetahui perilaku Personal Hygiene di Desa Menje Tujuh

Kecamatan Pirak Timu Kabupaten Aceh Utara.

d. Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan Remaja Dengan Perilaku

Personal Hygiene Di Desa Menje Tujuh Kecamatan Pirak Timu

Kabupaten Aceh Utara.


9

e. Untuk mengetahui hubungan Sikap Remaja Dengan Perilaku Personal

Hygiene Di Desa Menje Tujuh Kecamatan Pirak Timu Kabupaten Aceh

Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Manfaat penelitian bagi responden, yaitu untuk memberikan

informasi tentang bagaimana menjaga personal hygiene, sehingga remaja

putri bisa mengerti mengenai personal hygiene pada saat menstruasi.

2. Bagi Tempat Penelitian

Dapat dijadiakan informasi serta bahan untuk meningkatkan

pengetahuan remaja khususnya tentang personal hygiene.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dengan Perilaku Personal

Hygiene Di Desa Menje Tujuh Kecamatan Pirak Timu Kabupaten Aceh

Utara.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan

khususnya dalam bidang penelitian, serta memberi bahan masukan dan

perbandingan bagi penelitian selanjutnya.


10

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup materi

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah hanya membahas tentang

pengetahuan dan sikap remaja dengan perilaku personal hygiene saat

menstruasi.

2. Ruang lingkup waktu

Waktu penelitian dilakukan pada bulan 19 Maret sampai dengan 18

September 2021

3. Ruang lingkup tempat

Ruang lingkup tempat penelitian yaitu di Desa Meunje Tujuh

Kecamatan Pirak Timu Kabupaten Aceh Utara.

4. Ruang lingkup responden

Ruang lingkup responden meliputi seluruh remaja yang memiliki

usia 10- 19 tahun.

F. Keaslian penelitian

1. Sari, Dianis Wulan (2010). Hubungan Perilaku Higiene Pribadi pada saat

menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 1 Locoret Kabupaten Nganjuk.

Metode penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan

penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

sampai dengan Agustus 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswi SMA Negeri 1 Locoret Kabupaten Nganjuk sebanyak 122 siswi dan

sampel sebagian dari populasi. Sampel diambil dengan cara Simple

Random Sampling didapat sebanyak 93,486 dan dibulatkan menjadi 94


11

siswi. Hasi dari peneitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara Hubungan Perilaku Higiene Pribadi pada saat menstruasi.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang personal

hygiene saat menstruasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian

ini adalah penelitian deskriptif, lokasi penelitian tidak memakai variabel

pengetahuan dan sikap.

2. Indarti, Susi (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang personal

hygiene Pada Remaja Putri saat Menstruasi di SMA Negeri 9 Kota

Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 97 siswi. Hasil

analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang personal hygiene Pada Remaja Putri saat Menstruasi

(p value = 0.007). Persamaan dengan penelitian in adalah sama-sama meneliti

tentang pengetahuan personal hygiene saat menstruasi. Perbedaannya tidak

meakai variabel sikap hanya saja memakai variabel pengetahuan, tempat

penelitian dan waktu penelitian dan uji validitas

3. Suhartini, S (2009). Hubungan Antara pengetahuan Personal Hygiene

Pada saat menstruasi di SMA Negeri 1 Bulus Pesantren Kabupaten

Kebumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

Hubungan Antara Personal Hygiene Pada Siswi Putri Dengan Keputihan

Abnormal dengan menggunakan rumus statistik untuk mencari jarak

interval. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

angket. Teknik analisis data dilakukan dengan perhitungan statistik


12

“Korelasi Product Moment”. Hasil menunjukkan bahwa r hitung = 0,5208

yang berada pada arah yang positif yang berarti memiliki korelasi baik,

sedangkan untuk uji signifikan koefisien korelasi menunjukkan bahwa

rtabel pada taraf signifikan=0,05 sebesar 0,468. Dengan demikian dapat

diketahui rhitung lebih besar daripada r tabel dengan kata lain Ho ditolak

sedangkan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara Personal Hygiene Pada Siswi Putri Dengan Keputihan

Abnormal di SMA Negeri 1 Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen.

Persamaan penelitian variabel pengetahuan personal hygiene. Perbedaan

penelitian tidak ada perilaku personal hygiene, sikap, waktu dan tempat

penelitian.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu, maka penelitian yang akan diteliti oleh peneliti tidak ada

kesamaan persis variabelnya sehingga penelitian ini dapat dikatakan asli.

Anda mungkin juga menyukai