Saat ini pengguna media sosial sangat tinggi jumlahnya dan hal tersebut tentunya
banyak menumbuhkan manfaat positif dalam keberlangsungan hidup. Namun, hal
tersebut juga tak hanya menumbuhkan hal yang positif tetapi juga mengundang hal-
hal negatif seperti halnya meningkatnya serangan siber di Indonesia yang terus
meningkat tiap tahunnya.
Serangan siber tersebut tentunya menjadi ancaman yang serius mengingat pengguna
media sosial saat ini banyak yang masih dibawah umur dan banyak orang yang belum
bijak dalam menggunakan media sosial. Seperti halnya yang sering dibahas dan tak
asing lagi bahwa pengguna media sosial atau seringkali disebut ‘netizen’ Indonesia
sering di cap tak sopan, karena banyaknya orang yang menggunakan media sosial
dengan tak bijak dan tanpa sadar mengancam dan menyakiti hidup seseorang.
Dampak negatif dari penggunaan media sosial tak hanya itu, saat ini banyak sekali
beredar hoaks atau diberita yang tak bisa dibuktikan kebenarannya. Beberapa survei
pun telah melakukan riset bahwa masyarakat sekitar 50% cuek dan 50% sulit
mendeteksi berita hoaks tersebut, dengan persentase tertinggi ada pada rentang usia
20-25 tahun.
Merujuk pada Carolyn Wilson, dkk (2011) dalam Herlina (2019), UNESCO
merumuskan tujuh hasil pembelajaran literasi informasi, yaitu:
Mendefinisikan dan mengartikulasikan kebutuhan informasi
Menemukan dan mengakses informasi
Mengakses informasi
Mengorganisasi informasi
Menggunakan informasi secara etis
Mengomunikasikan informasi
Menggunakan keterampilan TIK dalam pemrosesan informasi
Dalam bermedia dan membuat konten kita harus berhati-hati dan melakukannya
dengan etika yang benar. Dalam bermedia sosial tentunya setiap orang memiliki
pemikiran serta pendapat yang berbeda-beda untuk itu penting halnya kita saling
menghargai agar tak menimbulkan perpecahan.
Dalam bermedia sosial kita harus membuat konten-konten yang positif yang tentunya
memiliki banyak manfaat bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang sekitar.
Berikut ini ciri-ciri konten positif :
Pendidikan (edukasi)
Solutif
Inspirasi
Hiburan
Manfaat
Mengarah kebaikan
Saat ini para pengguna media sosial termasuk para influencer dan selebriti seringkali
melakukan kolaborasi dalam menyebarkan konten-konten mereka, dengan bertujuan
agar konten yang telah dibuat dapat lebih dijangkau oleh banyak orang dan mendapat
feedback yang memuaskan dan dapat lebih menebarkan hal-hal positif kepada
masyarakat.
Fact-checking
Kabar dusta/fake news adalah narasi palsu yang dipublikasikan dan dipromosikan
seolah-olah itu benar.
Bahaya Hoaks :
- Hoaks Studi terbukti bisa membunuh. Studi American Journal of Tropical Medicine
and Hygiene menyebut, setidaknya 800 orang diperkirakan meninggal akibat
misinformasi terkait COVID-19 pada tiga bulan pertama di tahun 2020. Sementara
5.800 lainnya dilarikan ke rumah sakit.
- Kabar dusta dibuat untuk mengubah keyakinan, sikap, atau persepsi masyarakat,
sehingga pada akhirnya akan mengubah perilaku mereka.
- Pertimbangkan sumbernya
Klik lebih jauh dalam berita untuk menyelidiki situs, misinya, dan info kontaknya.
- Cek penulisnya
Melakukan pencarian pada penulis. Apakah mereka kredibel? Apakah mereka nyata?
- Cek tanggalnya
Memposting ulang postingan lama tidak berarti mereka relevan dengan peristiwa
terkini.
- Cek sumber pendukung
Klik tautan-tautan itu. Menentukan apakah info yang diberikan benar-benar
mendukung cerita.
- Apakah itu lelucon?
Jika terlalu aneh, itu mungkin sindiran. Lakukan penelitian pada situs dan penulis
untuk memastikan.
- Tanyakan pada ahlinya.
Bertanya kepada pustakawan, atau berkonsultasi dengan menggunakan web Fast-
checker.
Pertanyaan dasar: Apakah konten yang saya lihat terkait dengan peristiwa yang benar-
benar terjadi?
Dan cari bukti sebanyak-banyaknya.
TIPS:
1. Berpikir kritis.
2. Carilah informasi dasar, seperti siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan
bagaimana.
3. Ambil gambar tangkapan layar (screenshot) dari video dan unggah ke layanan
pencarian gambar.
4. Gunakan tools verifikasi seperti InViD, VLC, YouTube Data Viewer.
5. Unduh video dan cek metadata untuk mengetahui asal usulnya.
6. Cari tahu lokasinya. Pakai Google Earth atau Wikimapia.
7. Jangan lewatkan detailnya.
8. Periksa waktu ketika video difilmkan.
9. Lakukan pencarian dengan kata kunci terkait video.
10. Jika sebuah video sudah viral, minta bantuan audiens atau sesama pengguna
media sosial untuk mengidentifikasinya.
TANTANGAN:
Dari semua jenis misinformasi, video adalah salah satu yang paling sulit untuk dicek
fakta. Beda dengan teks atau foto, video tidak bisa di-copy paste.
1. Liputan6.com https://www.liputan6.com/cek-fakta
2. Tirto https://tirto.id/q/periksa-data-gqo/
3. Kompas https://www.kompas.com/cek-fakta/
4. Tempo https://cekfakta.tempo.co/
5. Suara https://www.suara.com/cekfakta
6. Mafindo https://turnbackhoax.id/