Anda di halaman 1dari 9

A.

Definisi Hipokalemia
Kalium merupakan salah satu dari banyak elektrolit dalam tubuh Anda. Hal ini
ditemukan di dalam sel. Tingkat normal kalium sangat penting untuk pemeliharaan jantung,
dan fungsi sistem saraf.
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada konsentrasi
dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan
kalium total. (Brunner dan Suddarth, 2015).
Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang kurang dari 3,5mEq/L.
(Price & Wilson, 2016).
B. Anatomi Fisiologi

C. Etiologi
Menurut Price & Wilson (2015) Penyebab hipokalemia meliputi:
1. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh Anda.
2. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan
hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain
termasuk steroid, licorice, kadang - kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
3. Ginjal (ginjal) disfungsi -ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi
yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak
kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
4. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat.
5. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) - aldosteron
adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin,
seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium.
6. Miskin diet asupan kalium.
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulang - ulang,
diare kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan obat - obat diuretic.
D. Patofisiologi
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh
(3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam
pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat
berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian
terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalammenahan cairan di dalam
sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipunhanya merupakan bagian kecil
dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalamfungsi neuromuscular.
Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu
pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF
adalah penentuan utama potensial membran selpada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti
otot jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan
potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh
lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel,sel hingga sedikit perubahan pada
kompartemen ECF akanmengubah rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya
perubahan kalium ICF dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.
Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperka lemia berat yang dapat
dikurangikegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium dari ECF ke ICF. Selain
berperan penting dalam mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal, kalium
adalahsuatu kofaktor yang penting dalam sejumlah proses metabolik.Homeostasis kalium
tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF,juga keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran.
Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini,
termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa.Pada orang dewasa yang
sehat, asupan kalium harian adalah sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium
diabsorpsi akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang
terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil (lebih kecil
dari20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium
kedalam sel setelah makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal merupakan
rangkaian mekanisme yang penting untuk mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi
kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju
pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapai
tubulus distal dan peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan bila kadarnya
menurun.
Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan di reabsorpsi pada
tubulus proksimal. Aldosteron yang meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang
terekskresi kedalam tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+.
Kalium yang terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus
distal juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan jumlah cairan yang
terbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi
kalium.Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhi distribusi kalium
antaraECF dan ICF. Asidosis cenderung untuk memindahkan kalium keluar dari sel,
sedangkan alkalosis cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini
akan meingkat jika terjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada alkalosis
dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon juga berpengaruh terhadap pemindahan
kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke
dalam sel. Sebaliknya, agonis alfa-adrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel.
Hal ini berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik (Price &
Wilson,2016).
E. Manifestasi klinik
1. CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
2. Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
3. Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah\
Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
4. .Ginjal; poliuria,nokturia. (Price & Wilson, 2016).
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (2015) Pemeriksaan Diagnostik Pada pasien dengan hipokalemia adalah:
1. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
2. Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
3. Glukosa serum : agak tinggi.
4. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
5. Osmolalitas urine : menurun
6. GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik).
G. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan menurut Brunner & Suddarth (2015) penyakit hipokalemia yang
paling baik adalah pencegahan. Berikut adalah contoh-contoh penatalaksanaannya :

1. Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L.


2. Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari
(contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat,
kacang-kacangan, dan kentang).
3. Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol infus.
4. Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan melalui
jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian
kalium tidak lebih dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam
ini pasien harus dipantua melalui elektrokardigram (EKG) dan diobservasi dengan ketat
terhadap tanda-tanda lain seperti perubahan pada kekuatan otot.
H. Pengobatan
1. Pemberian K melalui oral atau Intravena untuk penderita berat.
2. Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
3. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan
pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L. Bila ada
intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum > 3
mEq/L, koreksi K cukup per oral.
4. Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada
pemberian secara intravena.
5. Pemberian K intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar
dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau kelumpuhan otot
pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20
mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.
6. Acetazolamide untuk mencegah serangan.
7. Triamterene atau spironolactone apabila acetazolamide tidak memberikan efek
8. pada orang tertentu.
I. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Marilyn E. Doenges (2015) pengakjian pada pasien dengan hipokalemia
Adalah:
1) Aktifitas atau istirahat
2) Gejala : kelemahan umum, latergi
2.Sirkulasi
Tanda :
a) Hipotensi
b) Nadi lemah atau menurun, tidak teratur.
c) Bunyi jantung jauh.
d) Perubahan karakteristik EKG.
e) Disritmis, PVC, takikardia / fibrasi ventrikel
3) Eliminasi
Tanda :
a) Nokturia, poliuria bila faktor pemberat pada hipokalemia meliputi
GJK atau DM.
b) Penurunan bising usus, penurunan mortilitas, usus, ilues paralitik.
c) Distensi abdomen.
4) Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah.

5) Neurosensori
Gejala : parestesia
Tanda :
a) Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka
rangsangan, koma,hiporefleksia, tetani, paralisis.
b) Penurunan bising usus, penurunan mortilitas, usus, ileus paralitik.
Distensi abdomen.
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri / kram otot
7) Pernapasan
Tanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena kelemahan atau
paralisis otot diafragma.
karena hipokalemia dapat mengancam jiwa,penting artinya untuk memantau
timbulnya hipokalemia pad pasien-pasien yang beresiko. Adanya keletihan,
anoreksia, kelemahan otot, penurunan mortilitas usus, parestesia, atau disritmia
harus mendorong perawat untuk memeriksa konsentrasi kalium serum. Jika
tersedia, elektrokardiogram dapat memberikan informasi yang bernmanfaat. Pasien-
pasien yang menerima digitalis yang berisiko mengalami defisiensi kalium harus
dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda terjadinya toksisitas digitalis karena
hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter biasanya
memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L (SI
: 3,5 mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima digitalis. (Brunner & Suddarth,
2015).

B. .Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anoreksia dan diare

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Penurunan curah Setelah di lakukan 1.Observasi TTV 1. tanda tanda vital
jantung berhubungan tindakan keperawatan merupakan data
dengan disfungsi 1 X 24 jam diharapkan awal dalam
konduksi listrik EKG menunjukkan melakukan
Ditandai oleh: konfigurasi dan tindakan
Ds : frekuensi jantung selanjutnya
Kegelisahan dalam batasan
2.pantau frekuensi 2.pemeriksaan
Peningkatan suhu normal. Dengan
dan keteraturan
tubuh kriteria:
keteraturan jantung jantung
Perubahan status suhu tubuh pada merupakan data
mental normal setiap pemeriksaan. untuk
KU tenang
Do : Pola nafas normal melakukan
 tidakan
Kelemahan selanjutnya.

3.kaji EKG pada 3.EKG
Nafas pendek
pasien merupakan hasil
dengan pemantauan pemeriksaan
EKG kontinu jantung
pada pasien
4.pantau pasien yang 4.
menggunakan Pemeantauan
digitalis pasien
terhadap distrimia yang
menggunakan
digitalis terhadap
distrimia

2 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1.Anjurkan makan 1.Untuk


kebutuhan tindakan sedikit tapi sering mencegah
berhubungan keperawatan di terjadinya mual
dengan harapkan volume dan muntah
anoreksia, ditanda cairan dapat
dengan: terpenuhi, dengan 2.Ajarkan pasien 2.Untuk
Do : kriteria : tentang makanan meningkatkan
Turgor Kulit Buruk Turgor kulit baik tinggi kandungan kadar kalium
K.U Lemah Nafsu makan kalium dan anjurkan dam darah
meningkat masukan makanan
Menolak Untuk
ini.
Makan Tanda Tanda
Konjungtiva Dan Vital normal
3.obat dengan 3.Pemberian obat
Membrane Keadaan umum antiemetik sesuai Farmakologi
Mukosa Pucat baik program
Ds : 4.Libatkan pasien, 4.Untuk dapat
Perubahan sensasi orang terdekat, dan memenuhi
rasa ahli gizi pada kebutuhan
Merasa kenyang perencanaan nutrisi klien
segera Setelah makanan yang
mengingesti makanan sesuai

5.berikan hygiene 5.Kebersihan


oral sebelum makan mulut dapat
untuk meningkatkan meningkatkan
nafsu nafsu makan
makan klien
3 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1.pantau frekuensi 1.Kehilangan
cairan berhubungan tindakan keperawatan kehilangan cairan cairan yang
dengan di harapkan volume berlebihan dapat
anoreksia dan diare. cairan dapat terpenuhi, mengakibatkan
Ds : dengan kriteria : dehidrasi
Biasanya pasien Tidak merasa haus,
merasa lemas dan lemas, status mental 2.observasi 2.Kehilangan
Haus membaik, khususnya tehadap cairan yang
kehilangan cairan berlebihan dapat
Tanda Tanda Vital
Do : yang tinggi elektrolit mengakibatkan
dalam batas norma
Biasanya pasien dehidrasi
mengalami
3. 3.Mencegah
perubahan
anjurak pasien untuk terjadinya
status mental
menginformasikan Dehidrasi
Haluran cairan yang kepada perawat bila
tidak seimbang haus

4.catat intake-output 4.Keseimbangan


cairan intake dan output
sangatbaik
bagi pasien
5.atur posisi klien 5.Memberikan
senyaman mungkin kenyamanan
kepada pasien
6.Kolaborasi dengan 6.Pemeberian
tim medis dalam obat farmakologi
pemberian obat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, M. E.,Moorhouse, M. F., dan Geissler, A. C. (2015). Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3. EGC: Jakarta.
2. Muttaqin, Arif. (2017) Buku Ajaran: Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
3. Nurarif, A.H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. MediAction Publishing.
Jogjakarta.
4. Suyono,Selamet.2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Jakarta:Balai penerbit
FKUI
5. Sudart and Brunner.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, edisi
8 .Jakarta:EGC
6. Wilkinson, M Judith.2017. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai