Teori Sosiologi Klasik
Teori Sosiologi Klasik
BAB I
A. PERUBAHAN SOSIAL EROPA DAN PERKEMBANGAN TEORI SOSIOLOGI
Perubahan sistem politik, ekonomi, dan budaya yang terjadi pada
masyarakat Eropa pada awal abad 18 dan 19 telah mengundang beberapa
ahli sosiolog untuk melakukan riset, seperti Auguste Comte (Perancis), Karl
Marx (Jerman), Max Weber (Inggris), Emile Durkheim (Perancis), dan George
Simmel. Beberapa peristiwa penting yang terjadi di Eropa, antara lain;
1. Revolusi Politik (Perancis)
Rentetan panjang revolusi politik yang dihantarkan oleh Revolusi Perancis
1789 dan revolusi yang berlangsung sepanjang abad 19 merupakan faktor
yang paling besar perannya dalam perkembangan teori sosiologi. Dampak
revolusi politik terhadap masyarakat sangat dahsyat dan banyak
perubahan positif yang telah dihasilkannya. Tetapi, yang menjadi sasaran
perhatian kebanyakan ahli teori itu bukan konsekuensi positifnya, tetapi
efek negatifnya. Para pemikir merasa prihatin dengan munculnya chaos
dan kekacauan yang ditimbulkan revolusi, terutama di Perancis. Mereka
bertekad untuk berupaya memulihkan ketertiban masyarakat. Sejumlah
pemikir yang lebih ekstrem saat itu benar-benar ingin kembali ke keadaan
seperti Abad Pertengahan yang penuh kedamaian dan ketertiban. Pemikir
yang lebih canggih menyadari bahwa ada kemungkinan untuk
menciptakan perubahan sosial yang dapat mengembalikan kepada
keadaan yang didambakan itu. Oleh karenanya mereka mencoba
menemukan landasan tatanan baru dalam masyarakat yang telah
dijungkirbalikkan oleh revolusi politik abad 18 dan 19. Perhatian terhadap
masalah ketertiban sosial ini menjadi salah satu perhatian utama teoritisi
sosiologi klasik, terutama Comte dan Durkheim.
2. Revolusi Industri (Inggris) dan kemunculan kapitalisme
Revolusi industri yang melanda masyarakat Eropa terutama abad 19 dan
awal abad 20 merupakan faktor langsung yang memunculkan teori
sosiologi. Setelah Revolusi Industri banyak orang meninggalkan usaha
pertanian dan beralih ke pekerjaan industri yang ditawarkan oleh pabrik
yang berkembang. Dipihak lain kekuatan kapitalisme semakin menguat
dalam menguasai pasar dengan produknya, sementara buruh semakin
dieksploitasi tenaganya;upah rendah, PHK. Kondisi ini mendorong
lahirnya pergolakan kaum buruh terhadap kapitalisme.
3. Kemunculan Sosialisme
4. Jerman
Di Jerman pun, industrialisasi dan pergolakan politik menambah usaha
orang untuk mengerti masyarakat dan perubahan sosial. Suatu segi yang
penting dalam perubahan sosial yang menarik perhatian seoarng ahli
teori Jerman, yakni Max Weber adalah pengaruhnya yang semakin
bertambah dari bentuk-bentuk organisasi sosial hirarkis yang rasional
sifatnya.
Perubahan-perubahan sosial tersebut memunculkan cara baru dalam
melihat dunia dan dalam memperoleh pengetahuan mengenai dunia,
terutama adanya suatu orientasi ilmiah yang sedang menggantikan
orientasi agama. Akumulasi dan analisa mengenai data empirik
menggantikan kepercayaan akan wahyu supranatural dan tradisi-tradisi
yang sudah mapan sebagai sumber utama untuk kebenaran dan
pengetahuan.
KEDUDUKAN TEORI
Dalam memahami pendidikan Habermas membagi paradigma ilmu sosial dalam
tiga jenis. Pertama, ilmu sosial sebagai instrumental knowledge, pengetahuan lebih
dimaksudkan untuk menaklukkan dan mendominasi objeknya. Ilmu sosial diperlakukan
sebagai ilmu alam, yang menganut positivisme, mensyaratkan pemisahan fakta dan nilai
dalam rangka menuju pada pemahaman objektif atas realitas sosial. Kedua, hermeneutic
knowledge, ilmu sosial yang dimaksudkan untuk memahami realitas sosial secara
sungguh-sungguh, jadi lebih kepada kajian filosofis. Ketiga, critical/emancipatory
knowledge, ilmu sosial dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia
dari ketidakadilan.
PERAN SOSIOLOG
Kalau Durkheim dan Marx, misalnya, secara berturutan menganjurkan sosiolog
untuk berperan sebagai “insinyur sosial” (social engineer) dan pembela bagi yang
tertindas (advocate for the oppressed), Weber lebih menginginkan agar sosiolog menjadi
seorang ilmuwan yang sejauh mungkin terbebas dari misi politik dan aktivitas lain yang
berhubungan langsung dengan perubahan sosial dalam masyarakat (Arvidson, 2005).
Sejarah juga menyaksikan bahwa bila sebagian besar sosiolog Eropa dini berasal dari
bidangbidang ilmu murni, seperti sejarah, ekonomi politik atau filsafat, kebanyakan
sosiolog Amerika beranjak atau berkaitan dengan ranah praktis, seperti pekerja sosial
(social worker) dan pendeta, dan hampir semuanya berasal dari perdesaan (Horton dan
Hunt, 1984).
makro. Model yang digunakan teoritisi fakta sosial adalah karya Emile
Durkheim, terutama The Rules of Sociological Method dan Suicide.
Durkheim menyatakan bahwa fakta sosial sosial terdiri atas dua tipe, yaitu
struktur sosial (social structure) dan pranata sosial (social institution).
“tindakan yang penuh arti” itu ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan
kausal. Untuk mempelajari tindakan sosial, Weber menganjurkan metode
kartu kredit.
Kritik Multi-Paradigma Ritzer
Ritzer bermula dari pengabaian terhadap gejolak filsafat ilmu di abad ke-
20. Pengabaian inilah yang menyebabkan adanya kontradiksi antar teori
dalam satu paradigma, dan di sisi lain, menempatkan secara terpisah antar
teori yang berakar pada filsafat yang sama, misalnya; antara
sosial.
Meta teori Ritzer tak mampu menampung tumbuhnya berbagai teori
teori saat ini. Kemunculan teori kritis juga semakin menampakkan bahwa
pendekatan tripartit (konflik, struktural-fungsional, dan interaksi sombolik)
tak lagi relevan.
Jurgen Habermas; Empiris-analitis, Historis-hermeneutis, dan
Emansipatorik Habermas membagi menjadi tiga aliran –berdasarkan
Kant). Sedangkan kritis, bermula dari upaya mencari jalan keluar dari
perdebatan panjang positivisme dan humanisme ilmu sosial (Felix Weil,
Positivisme
ilmu sosial.12 Sosiologi yang bebas nilai adalah ciri utama pemikiran
Comte. Karena itu, positivisme ilmu mengandaikan suatu ilmu yang bebas
nilai, obyektif, terlepas dari praktik sosial dan moralitas. Pengetahuan harus
terlepas dari kepentingan praktis. Teori untuk teori –bukan praksis. Dengan
terpisahnya teori dari praksis, ilmu pengetahuan akan menjadi suci dan
universal, dan tercapailah pengetahuan yang excellent. Selain Comte,
tindakan sosial pada level makna –yang relatif, plural, dan dinamis.
Semestinya, sosiologi bukan mencoba untuk menjadi mirip fisika sosial,
merupakan khas manusia, dan tak dapat dijangkau oleh ilmu-ilmu alam.
Karena itu, sosiologi perlu menekuni realitas kehidupan manusia, dengan
Teori Kritis
Kunci dari teori kritis terletak pada upaya pembebasan (pencerahan).
perubahan sosial. Karena itu, teori kritis menolak tegas positivisme, dan
ilmuwan sosial wajib mengkritisi masyarakat, serta mengajak masyarakat
diungkap dan diperangi. Selain itu, ciri lain dari studi kritis adalah
interdispliner. Ben Agger menyebutkan ciri-ciri teori kritik sebagai berikut:
a. Teori kritis berlawanan dengan positivisme. Pengetahuan bukanlah
refleksi atas dunia statis “di luar sana”, namun konstruksi aktif oleh
ilmuwan dan teori yang membuat asumsi tertentu tentang dunia
b. Teori sosial kritis membedakan masa lalu dan masa kini, yang secara
umum ditandai oleh dominasi, eksploitasi, dan penindasan. Oleh
d. Pada level struktur itu, teori sosial kritis yakin bahwa struktur
didominasi oleh kesadaran palsu manusia, dilanggengkan oleh
survai sebagai turunan dari positivis lebih sebagai ilmu sosial yang
bermazhab ilmu fisika prediktif, sehingga hal itu melanggar prinsip inti
Neo-Kantianisme.
Jauh berbeda dengan Mazhab Iowa, Denzin dan Patricia Clough
adalah cabang dari teori kritis. Clough –juga Smith (1987)- melacak
keterkaitan antara kehidupan sehari-hari dan struktur sosial politik.
Metodologi
Epistemologi yang berbeda menjadikan setiap aliran memiliki
mencari titik temu gagasan Marx, Durkheim dan Weber. Benang merah itu
bertemu pada; historisitas. Selain itu, benang merah itu yang kemudian
Hal ini senada dengan Poloma yang menempatkan teori konstruksi sosial
Berger dalam corak interpretatif atau humanis. Hanya saja, pengambilan
tidak tercampuri oleh sosiolog lain. Karena itu yang lebih tepat dilakukan
adalah dengan mencari jaringan pemikiran (teori) antar sosiolog, bukan
disinggung di atas): Max Weber, Emile Durkheim, Karl Marx, dan Schutz,
serta George Herbert Mead. Pengaruh Weber nampak pada penjelasannya
akan makna subyektif yang tak bisa diacuhkan ketika mengkaji gejala yang
manusiawi. Tentang dialektika (individu adalah produk masyarakat,
peter-l-berger/
BAB II
TEORI SOSIOLOGI KLASIK
f. Herbert Spencer
Pemikir teori sosiologi klasik lainya ; Herbert Spencer ( 1820-
1903). Spencer lahir di Derby, Inggris, 27 April 1820. Salah satu
karya spencer adalah prinsip-prinsip Sosiologi (Prinsiples of
sociology/1896). Spencer tertarik pada teori evolusi organisnya
Darwin dan ia melihat adanya persamaan dengan teori ovolusi
sosial-peralihan masyarakat melalui serangkaian tahap yang
berawal dari tahap kelompok suku yang homogen dan sederhana
ke tahap masyarakat modern yang kompleks. Spencer
menerapkan konsep yang konsep bahwa yang terkuatlah yang
akan menang. Spencer menamakan prinsip ini “kelangsungan
hidup mereka yang sepadan ( survival of the fittest”).
Untuk itu menurut Spencer kehidupan masyarakat itu harus
dibiarkan berkembang sendiri, lepas dari campur tangan yang
hanya akan memperburuk keadaan. Ia menerima pandangan
bahwa institusi sosial, sebagaimana tumbuh-tumbuhan dan
binatang, mampu beradaptasi secara progresif dan positif
terhadap lingkungan sosialnya.
Dalam mengembangkan teorinya dengan membangun dua
perspektif, yaitu :
1. Peningkatan ukuran ( size )
Yakni masyarakat tumbuh melalui perkembangbiakan individu
dan penyatuan kelompok-kelompok (compounding).
Peningkatan ukuran masyarakat menyebabkan stukturnya
makin meluas dan makin terdiferensiasi serta meningkatkanya
diferensiasi fungsi yang dilakukanya. Disamping itu
pertumbuhan ukurannya masyarakat berubah melalui
penggabungan, yakni makin lama makin menyatukan
kelompok-kelompok yang berdampingan. Dalam pembahasan
ini Spencer berbicara tentang gerak evolusioner dari
masyarakat yang sederhana ke penggabungan tiga kali lipat
(doubly-compund) dan penggabungan tiga kali lipat (trebly-
compound).
2. Perkembangan masyarakat militan ke masyarakat industri
Pada mulanya, masyarakat militan dijelasakan sebagai
masyarakat terstruktur guna melakukan perang, baik yang
bersifat defensif maupun ofensif. Walaupun Spencer kritis
terhadap peperangan, namun ia menduga pada periode awal
peperangan berfungsi mengumpulkan masyarakat (misalnya,
melalui invasi militer) menjadi kumpulan masyarakat baru
dengan kuantitas yang dibutuhkan untuk membangun
maasyarakat industri. Bagaimanapun juga, sejalan dengan
semakin tumbuhnya masyarakat industri, maka fungsi perang
sebagai agen perubahan berakhir dan berubah menjadi
penghambat proses selanjutnya dari evolusi. Masyarakat
industri didasarkan pada persahabatan, tidak egois elaborasi
spesialisasi, penghargaan terhadap prestasi-bukan pada
karakteristik, bawaan seseorang, dan berdisiplin tinggi.
Masyarakat seperti ini disatukan oleh kontrak relasi sukarela
dan yang lebih penting lag kualitas moral yang sama. Peran
pemerintah hanya di batasi dan difokuskan pada apa yang
seharusnya todak dilakukan masyarakat.
g. Ferdinand Tonnies
Ia adalah sosiolog berkebangsaan Jerman (1855-1936).
Tonnies tertarik pada bentuk – bentuk kehidupan sosial. Kajianya
mengenai bagaimana warga suatu kelompok mengadakan
hubungan dengan sesamanya. Artinya, dasar hubungan tersebut
yang menentukan bentuk kehidupan sosila.
Tonnies berpendapat bahwa dasar hubungan tersebut disatu
pihak adalah faktor perasaan, simpati pribadi dan kepentingan
bersama. Dipihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan
rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya. Bentuk
kehidupan sosial yang pertama dinamakanya paguban
(gemeinschaft), sedangkan yang kedua adalah patembayan
(gesellschaft).
Paguyuban (gemeinschaft) adalah bentuk kehidupan
bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar
hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang juga
nyata dan organis. Bentuk paguyuban (gemeinschaft), dapat
ditemukan dalam kehidupan keluarga, kelompok kekerabatan,
rukun tetangga
Sedangkan patembayan (gesellschaft), merupakan bentuk
kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat
ikatan pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek,
strukturnya bersifat mekanis. Bentuk gesellschaft, misalnya
terdapat pada organisasi pedagang, organisasi suatu pabrik atau
organisasi industri.