Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................1
Kata Pengantar........................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................5
Tujuan Makalah......................................................................................................6
Manfaat Makalah....................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka.....................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN
Pembahasan dan Analisis......................................................................................12
BAB IV PENUTUP
Penutup..................................................................................................................17
Daftar Pustaka.......................................................................................................18

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak
hanya ada di dalam masyarakat1. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada
suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang
mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan
hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup masing-
masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban dari individu yang
bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah
untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan
seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.
Pada mulanya pajak bukan merupakan suatu pungutan melainkan hanya
berupa pemberian secara sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara
kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum,
membayar gaji pegawai dan lain-lain. Bagi penduduk yang tidak melakukan
penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan
umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan
atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resources).Dua
sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada
negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga
mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan,
kesejahteraan dan sebagainya. Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat, disana
timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum.

1
Rochmat Soemitro, “Pengantar Singkat Hukum Pajak”, Eresco, Bandung, 1892

2
Pungutan pajak memang pada dasarnya mengurangi penghasilan ataupun
kekayaan individu akan tetapi sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang
kemudian di kembalikan lagi kepada masyarakat, melaui pengeluaran-pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali lagi kepada seluruh
masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun tidak. Seperti
yang dikatakan oleh Rohmat Soemitro bahwa membayar pajak itu tidak saja berarti
kewajiban ikut serta memikul beban negara (pengeluaran negara), tetapi juga
merupakan hak untuk serta memikul sebagian dari beban negara, sesuai dengan
kemampuannya.2
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,
khususnya didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan
negara untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan.
Sistem pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang
berarti wajib pajak diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan,
dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara
Self Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding
system). Withholding System merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan
pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak untuk
melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini maka
pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu
harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu,
tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan
demikian para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak
adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat
subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru
menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah
apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak karena
menyangkut

2
Ibid, hlm. 87

3
apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek dimaksud, sehingga
dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa yang menjadi objek
setiap jenis pajak.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah-masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :


1. Apa dasar hukum dari subjek pajak penghasilan?
2. Apa definisi dari pajak penghasilan?
3. Siapa saja yang menjadi subjek pajak?

C. TUJUAN MAKALAH

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apa saja yang menjadi dasar hukum dari subjek pajak penghasilan
2. Definisi dari pajak penghasilan
3. Siapa saja yang berhak menjadi subjek pajak

D. MANFAAT MAKALAH

1. Dapat mengetahui secara lebih jelas tentang subjek pajak dan pengertian dari
pajak penghasilan serta dasar hukum yang menjadi landasan bagi subjek pajak
penghasilan tersebut

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum membahas tentang Pajak Penghasilan, ada baiknya kita mengatahui


tentang arti dari kata pajak itu sendiri. Karena dengan memahami tentang arti dari
pajak itu sendiri, kita akan lebih mudah mempelajari dan mengerti tentang seluk-
beluk perpajakan di Indonesia.
Pengertian pajak sendiri menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Adapun di dalam pajak terdapat 5 unsur pokok dalam definisi pajak yaitu:
1. Iuran / pungutan
2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3. Pajak dapat dipaksakan
4. Tidak menerima kontra prestasi
5. Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah

Jenis-jenis Pajak:
Secara umum jenis pajak dibedakan menjadi pajak pusat dan pajak daerah.
Contoh dari
pajak pusat adalah:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

5
Akan tetapi sejak tahun 2012, khusus untuk jenis pajak Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), pengelolaan terhadap jenis pajak ini sebagian dialihkan kepada
Pemerintah Daerah (Pemda).

B. Pengertian Pajak

Kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual,

dimana tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan

pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau

Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal

dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan

yang berguna bagi kepentingan bersama. Pembebanan pajak oleh pemerintah yang

berbentuk pemungutan pajak terhadap wajib pajak, pada hakikatnya merupakan

perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk langsung

dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk

pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.

Namun satu hal yang harus diingat bahwa pajak bukanlah merupakan iuran yang

sifatnya sukarela, akan tetapi iuran yang dapat dipaksakan, sehingga kelalaian dalam

memenuhi kewajiban perpajakan dapat merugikan wajib pajak yang bersangkutan,

dengan kemungkinan-kemungkinan surat paksa, sita dan lelang serta sanksi-sanksi

pidana yang dapat diancam dengan pidana kurungan atau penjara. Membayar pajak

bukanlah merupakan tindakan sederhana tetapi terdapat banyak hal yang bersifat

emosional. Pada dasarnya, tidak seorangpun yang senang membayar pajak dan

bertahan terhadap pembayaran pajak.

6
Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

dengan kebijakan-kebijakan dibidang pajak, oleh karena itu pajak merupakan

fenomena yang selalu berkembang dimasyarakat. Apabila membahas pengertian pajak

banyak para ahli yang memberikan batasan mengenai pajak.

Menurut Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana mengatakan bahwa harta

kekayaan rakyat yang berdasarkan Undang-undang sebagian wajib pajak diberikan

oleh rakyat kepada Negara, tanpa mendapat kontraprestasi yang diterima rakyat

secara individual dan langsung dari negara serta bukan merupakan penalti, yang

berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan Negara, dari sisanya jika ada

digunakan untuk pembangunan serta berfungsi sebagai instrumen untuk mengatur

kehidupan sosial ekonomi masyarakat.3

Menurut Rochmat Soemitro mengungkapkan bahwa pajak adalah iuran rakyat

kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 4

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak, adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang

sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual

oleh pemerintah.

3
Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana, Pajak Penghasilan, 2002 hlm. 9
4
Rochmat Soemitro, Perpajakan Teori dan Kasus, 2004 hlm. 613

7
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public

investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter yaitu mengatur.

C. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

 Muda Markus dan Lalu Hendry Yujana

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diperolehnya dalam satu tahun pajak

D. Pengertian Subjek Pajak

Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh Undang-undang untuk

dikenakan pajak. Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan terhadap subjek pajak

berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Sedangkan menurut Waluyo dan Wirawan yang dimaksud dengan subjek pajak

adalah:

1. Orang Pribadi

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

3. Badan

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)5

E. Dasar Hukum

5
Waluyo dan Wirawan, Perpajakan Indonesia, 2000;42

8
Pajak Penghasilan sendiri telah diatur serta memiliki kekuatan hukum yang tertuang

di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Adapun

Undang-Undang ini terlah beberapa kali mengalami perubahan, dan yang terakhir

diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perbuahan Keempat

Atas Undang-Undang Nomor 7 Thaun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (UU PPh)

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/KMK.04/2000 yang telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
601/KMK.03/2005 tentang Organisasi-organisasi Internasional dan Pejabat
Perwakilan Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk sebagai Subjek Pajak
Penghasilan

Adapun undang-undang yang masih berlaku yaitu Undang- Undang 36 Tahun


2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan merupakan perubahan keempat dari Undang-Undang
Pajak Penghasilan yang pertama yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan.

B. Definisi Pajak Penghasilan

1. Pajak Penghasilan
Definisi dari pajak penghasilan ini tercantum di dalam Pasal 1 Undang- Undang
Nomor 10 Tahun 1994 yang berbunyi: “Pajak Penghasilan dikenakan terhadap
Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
Pajak.”
2. Berkenaan dengan penghasilan yang diterima
Di dalam penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2008 dijelaskan
bahwa berkenaan dengan penghasilan yang diterima dinyatakan bahwa:
a. Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak.

10
Undang-Undang ini mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek
pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak
b. Apabila menerima atau memperolah penghasilan, subjek pajak tersebut
dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan
c. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam UU ini
disebut dengan Wajib Pajak
d. Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun
pajak/ dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak,
Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila
kewajiban pajak subjektinya dimulai atau berakhir dalan tahun pajak
e. Tahun Pajak dan Tahun Buku , yang dimaksud dengan Tahun Pajak dalam
Undang-Undang ini adalah tahun kalender, tetapi WP dapat menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender, sepanjang tahun buku
tersebut meliputi jangka waktu 12 ( dua belas) bulan.

C. Subjek Pajak

Secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan)
yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang akan
dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-
syarat objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak. Dengan perkataan lain. Setiap
wajib pajak adalah subjek pajak.
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia.
Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk
menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma,
perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat

11
menjadi subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur
dapat menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang
atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-
kewajibannya.

a. Subjek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh)


Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak.
Secara praktik termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi dan
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, Subjek pajak tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1) Orang Pribadi dan Warisan yang Belum Terbagi sebagai Satu
Kesatuan Menggantikan yang Berhak
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau
berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Orang pribadi tidak melihat batasan
umur dan juga jenjang sosial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk semua
(non dicrimination).
Sedangkan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan menggantikan mereka yang
berhak yaitu ahli waris. Penunjukan ahli warisan tersebut dimaksudkan agar
pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat
dilakasanakan, demikian juga dengan tindakan penagihan selanjutnya.
2) Badan
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha atau tidak melakukan usaha yang meliputi :
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Komanditer
3. Perseroan atau perkumpulan lainnya
4. Badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD)
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
5. Firma
6. Kongsi

12
7. Koperasi
8. Dana pensiun
9. Persekutuan
10. Yayasan
11. Organisasi massa
12. Organisasi sosial politik
13. Bentuk usaha tetap
14. Bentuk usaha lainnya.

3) BUMN dan BUMD


Badan Usaha Milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek
pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu
dari badan pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.
4) Perkumpulan
Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan,
perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang
sama.
5) Bentuk Usaha Tetap
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang digunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam dalam jangka waktu 12 bulan, atau juga badan yang
didirkan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :
1. Tempat kedudukan manajemen
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel

13
7. Pertambangan dan penggalian sumber alam
8. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
9. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
10. Gudang
11. Ruang untuk promosi atau penjualan
12. Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
13. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau oleh orang lain
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi atau menanggung
resiko di Indonesia
16. Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki sewa atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.

14
BAB IV
PENUTUP

Dari penjelasan yang ditelah disampaikan oleh makalah ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dasar hukum bagi pajak penghasilan (PPh) pada awalnya adalah Undang-
Undang Nomor 73 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, akan tetapi
seiring dengan perkembangan zaman maka undang- undang ini mengalami
pembaharuan sebanyak empat kali. Sehingga dasar hukum bagi pajak
penghasilan yang berlaku hingga sekarang adalah Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
2. Definisi dari Pajak Penghasilan tercantum didalam Pasal 1 Undang- undang
Nomor 10 Tahun 1994 yang berbunyi bahwa dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak
3. Subjek Pajak
Yang menjadi subjek pajak adalah:
1. Orang pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
3. Badan
4. BUMN dan BUMD
5. Perkumpulan
6. Bentuk Usaha Tetap

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Soemitro, Rochmat. 1892. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung: Eresco


2. Soemitro, Rochmat. 1991
3. http:forum.kompas.com
4. Markus, Muda., dan Hendry Yujana. 2002. Pajak Penghasilan
5. Soemitro, Rochmat. 2004. Perpajakan Teori dan Kasus. Bandung:Eresco

16

Anda mungkin juga menyukai