Anda di halaman 1dari 4

NASKAH LOMBA BERCERITA TAHUN 2022

JUDUL CERITA : RADEN AYU SARASWATI DAN BUAYA PUTIH

PENGARANG : EDY SANTOSA DAN JAROT SETYONO

PENERBIT : PT GRASINDO, JAKARTA TAHUN 2005

PEMBAWA CERITA : ……………………….

ASAL SEKOLAH : SDN 2 BENDOAGUNG

KELAS : V ( LIMA )
RADEN AYU SARASWATI DAN BUAYA PUTIH

Dahulu kala disebelah barat bumi perdikan Sendang Kamulyan terdapat sebuah
Padepokan. Padepokan itu Bernama Padepokan Sinawang yang telah menganut ajaran agama Islam.
Padepokan tersebut berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Waktu itu Kerajaan Majapahit
Sedang dirundung duka, karena putri satu-satunya sedang sakit . Sakitnya sang putri sangat aneh karena
dari tubuhnya mengeluarkan bau amis yang sangat menyengat.

Raja telah mendatangkan semua ahli pengobatan yang ada di wilayah kerajaannya tetapi tak
satupun yang membuahkan hasil. Kemudian sang Raja meminta bantuan Paman Patih Kerajaan. Paman
patih berpendapat agar sang putri dititipkan untuk sementara di Padepokan Sinawang. Mungkin disana
nanti sang Putri menemukan jalan untuk kesembuhan.

Usulan Paman Patih disetujui oleh sang Raja. Keesokan harinya Paman Patih mengantarkan
Raden Ayu Saraswati ke Padepokan Sinawang. Ki Ageng Sinawang menyambut kedatangan Paman
Patih dan Raden Ayu Saraswati dengan penuh hormat begitu pula para murid-murid padepokan
Sinawang
Namun semua murid-murid selalu menutup lubang hidungnya karena mencium bau amis dari tubuh
Sang Putri.

Paman patih segera mengutarakan maksud kedatangannya. Maafkan saya Ki Ageng saya Patih
Kerajaan Majapahit dan sebelah kiri saya ini putri Baginda Raja Namanya Raden Ayu Saraswati.
Namun Saat ini tuan putri sedang sakit, sakitnya sangat aneh dari tubuhnya mengeluarkan bau amis
yang sangat menyengat. Baginda Raja ingin menitipkan Tuan Putri di sini agar Ki Ageng membantu
mengobatinya. Kami dengan senang hati akan menerima Tuan Putri untuk tinggal di sisi Bersama
murid-murid saya –yang lain jawab Ki Ageng Sinawang.

Banyak murid padepokan Sinawang yang menutup hidungnya Ketika bertemu Raden Ayu
Saraswati. Mereka saling berpandangan dan berbisik. Raden Ayu Saraswati diberijulukan Rara Amis.

Raden Ayu Saraswati tak mempedulikan julukan yang diberikan padanya. Ia mengikutti
petunjuk Ki Ageng Sinawang agar penyakitnya cepat sembuh. Oleh Ki Ageng Sinawang Raden Ayu
Saraswati disuruh berendam di Sungai Bagong setiap pagi.

Pagi itu adalah hari yang keempat puluh Raden Ayu Saraswati berendam di Sungai Bagong.
Namun bau amis dari tubuhnya takkurang sedikitpun, bahkan bertambah parah. Raden Ayu Saraswati
Hamper putus asa, untung Ki Ageng Sinawang pandai memberikan semangat.
Suatu hari Ketika Raden Ayu Saraswati berendam munculah laki-laki tampan berenang
mendekatinya. Oh maafkan aku Nini ! aku tidak tahu kalua ada seorang Wanita sedang berendam di
sini. Tapi mengapa disini baunya amis sekali ya ? kata pemuda tampan itu sambal membau udara amis
sampai hidungnya kembang kempis.
Aku minta maaf Tuan ! Akulah yang menyebabkan bau amis di sini. Entah mengapa tubuhku
mengeluarkan bau amis. Aku berendam di sungai ini untuk mengobati sakit ku ini.! Kata Raden Ayu
Saraswati Terus terang. Jadi tubuh Nona yang mengeluarkan bau amis ? Kalau aku dapat
menghilangkan bau amis Dari tubuh Nona, bersediakah Nona menjadi istriku ? Tanya pemuda tampan
itu.
Aku sudah hamper putus asa dengan penyakit ku ini. Kalau Tuan bisa menyembuhkannya , aku
akan menuruti kemauan Tuan. Nona sudah berjanji maka janji itu harus Nona tepati. Pemuda tampan
mulai mengobati sang Putri. Dengan berdiri tegak sambal mengangkat keduatangannya kemudian
memasukan kedua telapak tangannya kedalam air sungai. Secara perlahan air sungai bergolak seperti
mendidih namun anehnya air itu terasa sejuk di tubuh Raden Ayu Saraswati.

Tak lama kemudian Sang Pemuda Tampan menarik kedua telapak tangannya dari dalam air.
Seketika air sungai menjadi tenang kembali. Pemuda tampan itu meneruskan pengobatanya dengan
menjilat-jilat tubuh Raden Ayu Saraswati. Beberapa saat kemudian selesailah pengobatan itu.. Ternyata
benar tubuh Raden Ayu Saraswati tidak amis lagi justru sebaliknya tubuhnya mengeluarkan bau yang
sangat harum sekali.

Sekarang bau amis di tubuh Nona sudah hilang “Nona harus mau menjadi istriku” kata pemuda
tampan. .”Tuan , aku Saraswati akan menurut menjadi istri Tuan”. Jawab Raden Ayu Saraswati penuh
rasa gembira. Baiklah, Saraswati ! aku Sraba ingin segera melamarmu. Ayo tunjukkaan dimana
rumahmu.

Raden Ayu Saraswati mengajak untuk menghadap Ki Ageng Sinawang. Ki Ageng Sinawang
pun Merestui keduanya untuk menikah. Kemudian ki Ageng Sinawang mengutus salah satu muridnya
untuk Mengabarkan pernikahan Raden Ayu Saraswati ke Kerajaan Majapahit.

Pernikahan Raden Ayu Saraswati dan Sraba dilakukan secara sederhana. Sang Raja pun hadir
untuk merestui pernikahan Putri kesayangannya. Setelah menikah Raden Ayu Saraswati meminta pada
ayah andanya agar diijinkan untuk hidup berumahtangga di padepokan Ki Ageng Sinawang. Rajapun
takkeberatan jika putrinya membangun rumah tangga di Padepokan Sinawang.

Tak lama kemudian , Raden Ayu Saraswati hamil. Selama istrinya hamil Sraba ingin bertapa
agar kelak anaknya lahir nanti menjadi manusia yang berguna bagi orang banyak dan Kerajaannya.
Sebelum memulai bertapa Sraba berpesan pada istrinya “ Istriku selama kandunganmu belum lahir,
jangan mengambil jemuran sebelum senja tiba dan jangan masuk kamar pertapaanku sebelum aku
sendiri yang keluar “.Baiklah, Kakanda aku akan ingat –ingat pesan Kakanda. Mula-mula Raden Ayu
Saraswati memegang teguh janji suaminya. Namun Ketika mendekati hari kelahiran anaknya Raden
Ayu Saraswati -mulai melanggar pesan suaminya. Setelah melanggar janji itu perasaan Raden ayu
Saraswati tidak menentu dan ingin bertemu suaminya. Dengan nekat ia berjalan mengendap-endap
kemudian membuka pintu kamar pertapaan suaminya.
Raden Ayu Saraswati sangat kaget Ketika melihat seekor buaya putih di kamarnya pertapaan
suaminya. ”Bu…..bu…..buaya ! Mengapa ada buaya disini ? ”Teriak Raden Ayu Saraswati.” Jangan
takut Dinda Saraswati ! Aku adalah Sraba suamimu.” Karena engkau telah melanggar pesanku maka
aku Kembali kewujud asliku! Aku sebenarnya buaya putih penguasa sungai Bagong. Hari ini juga aku
akan Kembali kesungai Bagong. Pesan terakhirku, kelak anakku lahir laki-laki berilah nama ”Menak
Sopal!” Setelah berpesan buaya putihpun merayap meninggalkan Raden Ayu Saraswati menuju Sungai
Bagong.
Beberapa bulan kemudian, Raden Ayu Saraswati benar-benar melahirkan bayi laki-laki. Sesuai
Pesan buaya putih jelmaan suaminya bayi laki-laki itu diberinama ”MenakSopal “

Pesan moral dariceritasayaadalah:


1.Kita harus bersikap sabar apabila mendapat cobaan dari Yang Maha Kuasa.
2.Kita harus bersikap sabar/ lapang dada jika mendapat cemooh dari orang lain.
3.Kita tidak boleh mudah menyerah jika mendapatkan suatu kesulitan
4.Kita harus menepati janji yang kita ucapkan atau yang diucapkan oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai