Anda di halaman 1dari 39

Pembelajaran modul 2

Sekarang, Anda telah memahami mengenai asesmen diagnosis, tujuan dan manfaatnya.
Asesmen diagnosis yang dilakukan di awal pembelajaran jarak jauh, dilakukan untuk 
melihat kondisi siswa baik secara non kognitif maupun secara kognitif.

Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran diberikan pada siswa untuk
mengetahui:

1. Kesejahteraan psikologi dan emosional siswa


2. Aktivitas siswa selama belajar di rumah
3. Kondisi keluarga siswa
Dalam melaksanakan asesmen diagnosis di awal pembelajaran, Anda perlu melakukan
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Terkait persiapan dan
pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif, keterampilan guru untuk  bertanya dan
membuat pertanyaan dapat membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif
dan cukup mendalam. Berikut ini Anda dapat mempelajari tips bagaimana strategi tanya
jawab bersama murid dalam asesmen diagnosis non-kognitif.
 Kemampuan untuk melakukan strategi bertanya sangat membantu guru dalam
melakukan asesmen diagnosis awal non kognitif.

Nah lalu bagaimana dengan asesmen diagnosis kognitif?

Asesmen diagnosis kognitif di sisi lain digunakan untuk:

1. Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa


2. Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa
3. Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa dengan kompetensi di
bawah rata-rata.
Seperti halnya asesmen diagnosis non kognitif, asesmen diagnosis kognitif juga melalui
tahapan persiapan, pelaksanaan, dan  tindak lanjut. Bagaimana penjelasannya? Silakan
cermati infografis berikut ini.
Tiga Kategori Asesmen Pembelajaran
Tahap 1: Bimtek Guru Belajar seri Masa Pandemi Covid-19 (Angkatan IV)  Konsep Asesmen Diagnosis Berkala  Tiga
Kategori Asesmen Pembelajaran
IN PROGRESS
Seperti yang Anda ketahui, asesmen dalam pembelajaran bertujuan mengumpulkan dan
mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Dalam hal ini,
mengukur seberapa jauh kemajuan belajar siswa berarti akan mengukur kemajuan belajar
guru. Mengapa demikian? Jika guru mampu mendiagnosis kebutuhan belajar siswa, apa
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan berarti secara langsung guru dapat merefleksikan
pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil asesmen yang diperoleh dapat digunakan untuk
menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
belajar siswa. 

Lantas, asesmen seperti apa yang dibutuhkan guru? Apakah asesmen hanya berupa tes
tertulis? Miskonsepsi yang sering terjadi asesmen dilakukan secara terbatas dalam tes
tertulis di akhir pembelajaran. Padahal asesmen tidak hanya dilakukan di akhir materi
pembelajaran. Bagaimana bisa? Kita perlu mengetahui bahwa asesmen pembelajaran
dikategorikan dalam tiga jenis, diantaranya:

1. Asesmen terhadap pembelajaran (assessment of learning)


2. Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning)
3. Asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning) 
Bagaimana penjelasan setiap kategori asesmen tersebut? Silakan cermati infografis
berikut.




Langkah-Langkah Merancang Asesmen
Diagnosis Berkala
Tahap 1: Bimtek Guru Belajar seri Masa Pandemi Covid-19 (Angkatan IV)  Konsep Asesmen Diagnosis
Berkala  Langkah-Langkah Merancang Asesmen Diagnosis Berkala
IN PROGRESS

Bagaimana Bapak Ibu? Apa Anda sudah memahami mengapa asesmen formatif dapat
pula dikatakan sebagai asesmen diagnosis berkala?

Sebagaimana yang Anda ketahui, kemampuan dan kompetensi siswa dalam menguasai
suatu materi berbeda-beda. Setiap siswa memiliki keunikan yang menjadi identitas pada
dirinya. Ada siswa tertentu yang cepat menguasai suatu topik pembelajaran, tapi belum
tentu menguasai pada topik yang lain. Maka dari itu, asesmen diagnosis berkala
diperlukan guna memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat. Dalam hal
ini, asesmen diagnosis berkala dapat digunakan untuk mengetahui siapa saja yang sudah
paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian,
Anda dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa. Terutama
pada kondisi pembelajaran jarak jauh saat ini, penting bagi guru untuk melakukan
asesmen diagnosis berkala agar kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi walaupun
dilakukan secara jarak jauh. 

Lantas, bagaimana merancang asesmen diagnosis berkala? Asesmen diagnosis berkala


dapat dirancang melalui tiga tahapan, yaitu:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Tindak lanjut 
Bagaimana penjelasan setiap tahapannya? Silakan pelajari infografis berikut dan cermati
setiap tahapan yang dipaparkan. Kemudian, Anda dapat memulai untuk merancang
asesmen diagnosis berkala sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa Anda.





Dengan terbiasanya siswa menjalani proses asesmen formatif sebagai asesmen
diagnostik berkala, siswa akan lebih fokus dan mempunyai rasa memiliki terhadap proses
belajarnya sendiri, terbiasa melihat kualitas pekerjaan melalui umpan balik, dan
memperbaiki kekurangan dirinya. Siswa tidak akan lagi berfokus pada capaian nilai saja,
yang cenderung mendorong mereka menggunakan berbagai cara, bahkan cara yang
kurang jujur.  
Cara pandang lama yang beranggapan bahwa kombinasi pengetahuan pedagogi (P) dan pengetahuan konten (K) saja cukup dimiliki
guru, sedikit demi sedikit mulai berubah. Pada tahun 1980-an dunia pendidikan mulai mengalami perubahan besar, dimana teknologi
mulai menjadi bagian yang terdepan dalam pendidikan. Hal ini terjadi terutama terjadi karena berkembangnya inovasi teknologi digital
yang menggabungkan perangkat keras dan lunak seperti komputer, game dan internet, serta aplikasi yang mendukungnya.
Perkembangan teknologi ini kemudian dimanfaatkan dalam pembelajaran. Ini terlihat dengan munculnya berbagai game pendidikan.

Perubahan pendidikan yang dinamis mulai beralih pada integrasi pengetahuan pedagogi (P), pengetahuan konten (K), dan
pengetahuan teknologi (T), yang mulai diterapkan dalam pembelajaran. Pengetahuan  pedagogi merupakan pengetahuan mengenai
proses dan praktik atau metode belajar-mengajar. Pengetahuan konten adalah pengetahuan mengenai mata pelajaran yang akan
dipelajari. Sementara, pengetahuan teknologi adalah pengetahuan mengenai standar teknologi mulai dari buku, kapur dan papan tulis,
atau teknologi yang lebih canggih seperti internet dan video digital.

Integrasi pengetahuan pedagogi (P), pengetahuan konten (K), dan pengetahuan teknologi (T) menciptakan pengetahuan Konten


Pedagogis Teknologi (KPT). Pengetahuan ini:

1. Merupakan dasar pembelajaran menggunakan teknologi. 


2. Memberikan pemahaman untuk menampilkan konsep menggunakan teknologi.
3. Memberikan pemahaman mengenai bagaimana teknologi melibatkan cara-cara pedagogis yang konstruktif untuk mengajarkan
konten. 
Silakan pelajari ilustrasi berikut ini:
Jadi sesuai pula dengan pemaparan AECT: Association for Educational Communications and Technology (2004), mengintegrasikan
teknologi dalam pendidikan merupakan upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan,
menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap
untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) serta meningkatkan kinerja.
Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber, baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam
belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. 

Sumber belajar dapat memberikan informasi yang diperlukan murid dalam proses pembelajaran, serta memberikan kesempatan
belajar seketika, dimana siswa dapat menerima informasi langsung. Selain itu sumber belajar juga dapat mengurangi kesenjangan
antara informasi yang bersifat verbal dan abstrak dengan informasi yang konkrit dan sesuai realitas.

Sumber-sumber belajar dapat berupa:


1. Pesan. Misalnya informasi, cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya 
2. Orang. Misalnya guru, instruktur, siswa, ahli, narasumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya
3. Bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya
4. Alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat
listrik, obeng dan sebagainya
5. Pendekatan/ metode/ teknik, seperti diskusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi,
debat, talkshow dan sejenisnya
6. Lingkungan berupa; ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun atau pasar
Lalu bagaimana Anda mengelola Sumber belajar?

Sekarang Bapak dan Ibu guru sudah dapat menghubungkan bagaimana media dan sumber belajar terkait dengan teknologi dalam
pembelajaran. Apakah anda akan merancang sumber belajar atau menggunakan sumber belajar yang telah tersedia ? Tulis di kolom
komentar

Memilih Teknologi dan Media


Pembelajaran
Tahap 1: Bimtek Guru Belajar seri Masa Pandemi Covid-19 (Angkatan IV)  Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran Jarak Jauh  Memilih Teknologi dan Media Pembelajaran
IN PROGRESS

Pada sesi-sesi sebelumnya telah disebutkan beberapa dasar pertimbangan yang diperlukan untuk memilih teknologi dan media
pembelajaran di kelas Bapak dan Ibu guru, terutama dalam konteks pembelajaran jarak jauh seperti saat ini. Diantaranya adalah;
tujuan belajar, dan pengalaman belajar siswa. Pertimbangan apa lagi yang menjadi dasar pemilihan teknologi dan media pembelajaran?
Silahkan membaca infografik berikut ini.

Integrasi teknologi dalam pembelajaran juga diharapkan dapat mengubah pola pembelajaran, yaitu:

1. Pola pembelajaran siswa pasif menjadi pola pembelajaran siswa aktif 


2. Pola pembelajaran satu arah menjadi pola pembelajaran yang interaktif
3. Pola pembelajaran terisolasi – tekstual menjadi pola pembelajaran jejaring – kontekstual
4. Pola pembelajaran tanpa melibatkan orangtua menjadi pola pembelajaran dengan melibatkan orangtua.

Sekarang mari kita lihat bersama bagaimana memilih teknologi pembelajaran dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang sudah
kita diskusikan. Silahkan pelajari Infografis Alur Memilih Teknologi untuk Pembelajaran Jarak Jauh. 

Anda mungkin juga menyukai