Keto Asidosis Diabetik
Keto Asidosis Diabetik
A. DEFINISI
Keto Asidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relative. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes
mellitus (DM) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresia
osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan dapat sampai menyebabkan syok.
B. ETIOLOGI
Terdapat pada orang yang diketahui diabetes oleh adanya stressor yang meningkatkan
kebutuhan akan insulin, ini dapat terjadi jika diabetes tidak terkontrol karena ketidak
mampuan untuk menjalani terapi yang telah ditentukan. Pencetus yang sering infeksi,
stressor-stersor utama lain yang dapat mencetuskan diabetic ketoasidosis adalah pembedahan,
trauma, terapi dengan steroid dan emosional
C. PATOFISIOLOGI
Adanya defisiensi insulin baik secara relatif maupun absolut yang disertai peningkatan
hormon-hormon kontra regulator yakni : glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth
hormone, menyebabkan hiperglikemia disertai peningkatan lipolisis dan produksi keton,
yakni : asetoasetat, β-hidroksibutirat dan aseton yang merupakan asam kuat dan dapat
menyebabkan asidosis metabolik. Hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik yang
mengakibatkan dehidrasi dan kehilangan mineral dan elektrolit
F. PEMERIKSAAN
1. Kadar glukosa darah: meningkat 200 – 100 mg/dl atau lebih
2. Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan osmolalitas serum.
3. Analisis gas darah, BUN dan kreatinin.
4. Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai gambaran lekositosis), HbA1c, urinalisis (dan
kultur urine bila ada indikasi).
5. Foto polos dada.
6. Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria)
7. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
8. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
9. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan
kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
10. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH < 7,3 dan penurunan pada HCO3 250 mg/dl
G. KOMPLIKASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian akibat KAD adalah:
1. Terlambat didiagnosis karena biasanya penyandang DM dibawa setelah koma.
2. Pasien belum tahu bahwa ia menyandang DM.
3. Sering ditemukan bersama-sama dengan komplikasi lain yang berat, seperti: renjatan
(syok), stroke, dll.
4. Kurangnya fasilitas laboratorium yang menunjang suksesnya penatalaksanaan KAD
Komplikasi yang dapat terjadi akibat KAD yaitu:
1. Oedema paru
2. Hipertrigliserida
3. Infark miokard akut
4. Hipoglikemia
5. Hipokalsemia
6. Hiperkloremia
7. Oedema otak
8. Hipokalemia
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.
Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU
Fase I/Gawat :
1. Rehidrasi
a) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm
selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
b) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
c) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
d) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 – 48 jam).
e) Bila Gula darah < 200, ganti infus dengan D5%
f) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
g) Monitor keseimbangan cairan
2. Insulin
a) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
b) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonik
c) Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali
d) Kecepatan gula darah 100mg%/jam
e) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 250mg%, Perbaikan hidrasi,
Kadar HCO3 15 mEq/L
B. Diagnosa Prioritas
1) Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan faktor metabolic
2) Pola napas tidak efektif berhubungan hiperventilasi
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volum aktif
C. Intervensi
1. Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan factor metabolic
Tujuan :
– Efektifnya jalan nafas
– Pengeluaran secret yang efektif
– Bebas dari dispnea
Intervensi
– Kaji respon pergantian status pernafasan klien (ekspirasi-inspirasi)
– Monitor dispnea dan penurunan RR
– Kaji riwayat klien penyakit kronik pernafasan
– Suction apabila diperlukan
– Kolaborasi dengan klien dan keluarga untuk pemasangan intubasi dan ventilator
– Kolaborasi pemberian analgesic dan sedative jika diperlukan
– Lakukan analisa gas darah, dan tidal volume
– Gunakan komunikasi efektif pada klien
– Jelaskan pada keluarga tentang keadaan klien yang mengalami dispnea, atau gangguan paru
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
Tujuan :
– Pola nafas pasien kembali teratur.
– Respirasi rate pasien kembali normal.
– Pasien mudah untuk bernafas.
Intervensi:
– Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
– Berikan terapi fisik dada termasuk drainase postural.
– Penghisapan untuk pembuangan lendir.
– Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
– Kolaborasi dalam pemberian farmakologi.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volum aktif
Tujuan :
– TTV dalam batas normal
– Pulse perifer dapat teraba
– Turgor kulit dan capillary refill baik
– Keseimbangan urin output
– Kadar elektrolit normal
Intervensi
– Kaji riwayat durasi/intensitas mual, muntah dan berkemih berlebihan
– Monitor vital sign dan perubahan tekanan darah orthostatic
– Monitor perubahan respirasi: kussmaul, bau aceton
– Observasi kualitas nafas, penggunaan otot asesori dan cyanosis
– Observasi ouput dan kualitas urin.
– Timbang BB
– Pertahankan cairan 2500 ml/hari jika diindikasikan
– Ciptakan lingkungan yang nyaman, perhatikan perubahan emosional
– Catat hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung
– Obsevasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak
teratur dan adanya distensi pada vaskuler
Kolaborasi:
a) Pemberian NS dengan atau tanpa dextrosa
b) Albumin, plasma, dextran
c) Pertahankan kateter terpasang
d) Pantau pemeriksaan lab :
o Hematokrit
o BUN/Kreatinin
o Osmolalitas darah
o Natrium
o Kalium
e) Berikan Kalium sesuai indikasi
f) Berikan bikarbonat jika pH <7,0
g) Pasang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi
Daftar pustaka
.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4, jilid III. (2006). Jakarta: FKUI
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
Corwin, Elizaeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Hall, Jasse B., Schmitt, Gregors A.( 2007). Critical Care: Just The Facts. USA: Mc Graw-Hill
Companies inc
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medical Bedah; Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
USA: Mosby
Morton, patricia Gonce dkk. (2005). Critical Care Nursing A Holistik Approach.8th ed. USA:
Lippincot