Hak Publik Atas Ruang Terbuka Hijau
Hak Publik Atas Ruang Terbuka Hijau
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan subsistem ruang menurut batasan administrasi. Hal ini dapat dipahami
dari sudut pandang negara dan pemerintah dalam arti formal atau statis
wilayah negara. Akan tetapi bila dilihat dari sudut pandang materiel atau dinamis,
yang ada secara nyata hanyalah wilayah kabupaten dan kota yang sudah membagi
habis seluruh wilayah negara. Maka sesuai dengan apa yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) sudah merupakan
daerah.
1
pemerintah yang ada di daerah.1 Kewenangan pemerintah daerah kabupaten dan
pemerintah daerah kota secara umum pada dasarnya sama. Dalam hal ini yaitu sama-
sama memiliki wewenang asli yang dapat ditambah dengan pelimpahan wewenang
dari pemerintah dan pemerintah daerah provinsi dengan mekasisme persyaratan yang
pemerintah daerah yaitu kepala daerah dan DPRD. Dalam Pasal 25 Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pada paragraf kedua bagian
keempat menyatakan secara jelas bahwa salah satu tugas dan wewenang serta
kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah yaitu mengajukan rancangan
peraturan daerah dan menetapkan peraturan daerah yang telah mendapat persetujuan
bersama DPRD. Materi muatan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
yang berbunyi : “Materi muatan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran
muatan peraturan daerah tersebut selain menampung mengenai kondisi daerah juga
Oleh karena itu kewenangan pemerintah daerah kabupaten dalam penyusunan dan
1
Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang, Jakarta : Kencana, 2014, halaman 116.
2
pembentukan peraturan daerah harus mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
sektor, lintas wilayah dan juga pemangku kepentingan sesuai dengan asas
daerah dan juga masyarakat. Dapat dipahami dalam asas keterpaduan penataan ruang
Keterpaduan juga bermakna melibatkan semua pihak terkait dengan penataan ruang
yakni pihak yang terkena dampak penataan ruang baik dampak dari perencanaannya
sampai penegakannya. Sehingga dapat dipahami bahwa hasil dari penataan ruang
secara terperinci tertuang dalam Pasal 11 ayat (1) hingga ayat (6) Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang selanjutnya disebut UUPR,
sebagai berikut: 2
ruang meliputi:
2
Ibid, halaman 124-125.
3
b) Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b)
meliputi:
kabupaten/kota melaksanakan:
indikator utama dari terjaminnya kualitas pelayanan publik (public service) yang
kunci utama karena langsung dengan masyarakat di daerah, oleh karena itu kualitas
3
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan
Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2009, halaman 66.
4
pelayanan publik menjadi program unggulan.4 Masyarakat memiliki hak untuk hidup
sehat dengan ketersediaan infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah. Salah satu
bentuk dari wujud implikasi peningkatan kualitas hidup sehat adalah lewat
penyediaan infrastruktur ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH. Ciri
sebuah kota hijau dapat dilihat dari ketersediaan RTH yang memadai yakni sesuai
dengan ketentuan UUPR. Maka dari itu, masyarakat berhak mendapatkan jaminan
hak publik atas ketersediaan RTH yang salah satunya berupa taman kota sebagai
sarana kegiatan ekonomi, ekologi, sosial, arsitektural maupun kegiatan lain pada
tingkat lingkungan.5
RTH yang ideal sebagai wujud dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) harus
sesuai dengan ketentuan dalam UUPR yang mensyaratkan RTH memiliki luas
minimal 30% dari total keseluruhan luas wilayah. Dengan perincian prosentase RTH
yang dimiliki publik sebesar 20%, sedangkan RTH yang dimiliki privat sebesar 10%.
terpadu sesuai asas keterpaduan agar tidak terjadi perusakan lingkungan yang dapat
merugikan masyarakat. Kota harus disusun dengan sistem jaringan RTH terstruktur
yang meliputi taman atau kebun rumah, taman lingkungan, taman kota, lapangan
air (situ/waduk/danau) dihubungkan koridor pepohonan jalur hijau jalan, jalur pejalan
4
Ibid, halaman 166.
5
Nirwono Joga, Gerakan Kota Hijau, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2013, halaman
54.
5
kaki dan pesepeda, bantaran rel kereta api, hutan lindung kawasan industri, dan
pengolahan sampah ramah lingkungan sebagai bagian dari RTRW. 6 Taman kota
merupakan salah satu perwujudan dari penyediaan RTH bagi publik. Taman kota
penyangga sistem kehidupan dan keamanan. Hal ini yang kemudian harus
diperhatikan karena taman kota sebagai wujud RTH harus memperhatikan aspek
parah disetiap sudut kota. Hal ini yang membuat waktu, energi, dan biaya warga
terbuang sia-sia dan tidak efisien. Perencanaan kota yang baik, termasuk antisipasi
terhadap isu pemanasan global dan perubahan iklim adalah tuntutan utama saat ini.
6
Ibid, halaman 54.
7
Yunus Wahid, Op.cit, halaman 2.
8
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 46.
6
Penduduk yang berurbanisasi dengan jumlah semakin banyak akan
pabrik, dan sarana prasarana umum lainya tentu saja tidak serta merta dapat
kita rasakan adalah timbulnya polusi. Polusi merupakan masuk atau dimasukkanya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya ke dalam air/udara, dan atau
berubahnya tatanan komposisi air/udara akibat dari kegiatan manusia serta proses
alam sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukanya.11 Selain polusi, dampak nyata lainnya yang sering kita
rasakan adalah perubahan iklim secara ekstrim, peningkatan permukaan air laut,
udara semakin panas dan gangguan ekologis yang berdampak pada keadan sosial.
Kenyataannya diberbagai kota-kota besar di Indonesia, RTH baik berupa taman kota
maupun yang lainnya memang ada, akan tetapi kawasan seperti ini telah lama tidak
diurus dan tidak dipelihara dengan baik oleh pemangku kepentingan terkait. Bahkan
7
keterbatasan dana.12 Hal tersebut berbanding lurus dengan realisasi penyediaan RTH
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota (RTRWK) masih banyak yang
Kota hijau harus dibangun dengan mendidik manusia kota yang berinisiatif,
partisipatif, dan bekerja sama dalam melakukan perubahan dan gerakan yang sama.
Penataan kota yang partisipatif dan mengadaptasi modal dan relasi sosial masyarakat
akan menghasilkan penataan RTH kota hijau. Tanpa modal sosial yang kuat, masalah
lingkungan memburuk dan akan diikuti dengan tingkat kesejahteraan yang semakin
menurun. Kota hijau dibangun untuk mendorong inisiatif dan tindakan masyarakat
berbagai pemangku kepentingan perkotaan. Hal ini agar tercipta mekanisme dan
ruang, perencanaan kota,dan tata pemerintahan yang baik agar kota hijau dengan
Kabupaten Rembang sebagai pintu gerbang Jawa Tengah dari arah timur
secara tidak langsung akan memberikan kesan pertama terhadap Jawa Tengah. Oleh
12
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 20.
13
Nirwono Joga, Gerakan Kota Hijau, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013, halaman
48.
8
karena itu diperlukan strategi khusus dalam melakukan penataan perkotaan sehingga
dapat memberikan kesan yang positif terhadap Jawa Tengah. Kabupaten Rembang
karena kondisi geografisnya yang sebagian besar berhadapan langsung dengan lautan.
Abrasi pantai dan kekeringan sering terjadi terutama di wilayah yang resapan airnya
kurang. Dampak negatif dari menurunnya kualitas lingkungan hidup baik karena
terjadinya pencemaran atau terkurasnya sumber daya alam adalah timbulnya ancaman
ekonomi (economic cost), dan terganggunya sistem alami (natural system).14 Maka,
pabrik semen, PLTU Sluke dan sarana prasarana umum lainya tentu saja tidak serta
direncanakan dengan baik. Selain polusi, dampak nyata lainnya yang sering kita
rasakan adalah perubahan iklim secara ekstrim, peningkatan permukaan air laut,
udara semakin panas dan gangguan ekologis yang berdampak pada keadan sosial di
14
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,
2011, halaman 3.
9
kabupaten Rembang, maka dari itu pelaksanan tata ruang harus diwujudkan dengan
kelestarian lingkungan dan kebutuhan mayarakat akan ruang publik. RTH wilayah
perkotaan yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat dijaman modern seperti sekarang
ini adalah ruang terbuka seperti taman kota yang bersifat aktif serta sarana umum
lingkungan masyarakat agar terjaga dengan baik. Oleh karena itu, kini saatnya kota-
perencanaan penataan ruang yang baik agar mampu mengantisipasi, beradaptasi, dan
penjabaran di atas, penulis akan melakukan penelitian terhadap hak publik atas RTH
yang dikomparasikan antara idealitas sebagai suatu yang dicita-citakan (das sollen)
dengan realitas yang terjadi dikenyataan (das sein) dengan judul “HAK PUBLIK
B. Rumusan Masalah
10
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis hendak merumuskan pokok
C. Tujuan Penelitian
telah menetapkan ketentuan bahwa kebutuhan RTH suatu wilayah harus memiliki
luas minimal 30% dari luas keseluruhan wilayah tersebut. Hal tersebut dimaksudkan
1. Untuk mengetahui rencana tata ruang wilayah (RTRW) dalam penyediaan RTH
di kabupaten Rembang.
15
Muhamad Erwin, Op.cit , halaman 152.
11
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan pembangunan taman kota sebagai
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
terkait hak publik atas ruang terbuka hijau antara regulasi dan realita.
ruang.
2. Manfaat Praktis
12
c. Memberikan sumbangan informasi praktis terhadap khazanah ilmu
d. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian program studi strata 1
E. Sistematika Penulisan
ilmiah dalam hal ini adalah penulisan hukum yang akan dilakukan nantinya.
Sistematika penulisan yang dibuat secara ringkas, jelas serta sistematis akan dapat
membantu para pembaca memahami penulisan hukum yang dihasilkan dengan lebih
mudah. Adapun sistematika penulisan yang akan disusun adalah sebagai berikut :
Bab ini berisi tinjauan kepustakaan mengenai rencana tata ruang wilayah
hijau sebagai hak publik, klasifikasi ruang terbuka hijau, ruang terbuka hijau
taman kota.
13
3) BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas dan menguraikan rencana tata ruang wilayah (RTRW)
pembangunan taman kota sebagai salah satu wujud nyata dari RTH di
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan ditarik dari uraian tentang
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
upaya pemanfaatan wilayah negara yang dijadikan strategi untuk perencanaan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Secara sederhana, eksistensi RTRW
persyaratan yang bermanfaat secara ekonomi, sosial budaya dan politik, serta
dirumuskan dengan perencanaan tata ruang wilayah agar pemanfaatan ruang secara
optimal serta efisien bagi kegiatan usaha manusia di wilayah yang berupa
pembangunan sektoral, daerah, swasta atau masyarakat dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Tanpa adanya perencanaan tata ruang wilayah yang matang maka
efisien dan tidak efektif, serta semakin memperlebar jarak perbedaan antara wilayah
maju dengan wilayah tertinggal. Jelasnya tanpa perencanaan RTRW yang matang,
maka dapat mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial berskala besar. Perencanaan
tata ruang yang matang diwujudkan dengan dasar keterpaduan, hal ini hanya dapat
15
berkaitan dan mempertimbangkan aspek lokasi/kawasan secara kebersamaan dalam
satu kesatuan sistem. Artinya, keterpaduan dapat diwujudkan jika didukung oleh
rencana tata ruang yang memadai pada semua tingkatan, karena semua kegiatan yang
Penataan Ruang, tata ruang ialah wujud struktural ruang dan pola ruang. Adapun
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan, sosial, lingkungan buatan yang secara
hirarkis berhubungan satu dengan yang lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja,
industri, pertanian, serta pola penggunaan tanah perkotaan dan pedesaan, di mana tata
ruang tersebut adalah tata ruang yang direncanakan, sedangkan tata ruang yang tidak
direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alami, seperti aliran sungai,
gua, gunung, dan lain.17 Penataan ruang berdasarkan aspek administratif dibagi
kedalam kelompok-kelompok secara vertikal, yakni: (a) ruang wilayah nasional; (b)
penataan ruang tersebut, maka penataan ruang secara garis besar dibagi dalam dua
16
Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang,Jakarta : Kencana, 2014, halaman 184.
17
Juniarso Ridwan dan Ahcmad Sodik, Op.cit, halaman 24.
16
kelompok. Pertama, Rencana Umum Tata Ruang atau RUTR yang tersusun secara
atau PP, dengan penetapan RTRWN ini, maka seluruh ruang wilayah nasional telah
ditentukan peruntukannya berdasarkan fungsi utama kawasan dan aspek lain yang
wewenang penetapan RTRWP melalui peraturan daerah provinsi, serta RTRWK yang
perkembangan yang dihadapi pada saat penataan ruang dilaksanakan. Hal ini
termasuk prioritas yang akan ditempuh selama kurun waktu tertentu bagi RTRW
yang bersangkutan. Kedua, Rencana Rinci Tata Ruang atau RRTR yang terdiri atas:19
nasional;
3. Rencana Detail Tata Ruang atau RDTR kabupaten/kota dan Rencana Tata
17
Dalam hal ini RRTR pada dasarnya merupakan penjabaran dari RUTR. RRTR
merupakan sub bagian rencana yang terkandung didalam RUTR dan tidak dapat
dipisah-pisah dengan RUTR yang bersangkutan. Dengan demikian, maka RTRW ini
berperan sebagai arahan strategi pemanfaatan ruang wilayah kota. Hal ini sesuai
Gambar 1.
Penyusunan RTRW Kabupaten/Kota
RTRW Nasional
20
Ibid, halaman 184.
18
RTRW Provinsi Rencana rinci
Rencana tata ruang
tata ruang
strategis Kabupaten
Kabupaten
RTRW
Rencana teknik ruang Rencana detail tata
Kabupaten ruang Kabupaten
Penyusunan RTRWK harus mengacu pada hierarki rencana tata ruang wilayah
nasional (RTRWN), rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP), pedoman dan
petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang. Selain itu RTRWK juga tidak boleh
lebih tinggi atau bertentangan RTRWK wilayah lainnya, maka dalam perumusan
dijabarkan dalam:21
21
Pasal 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008
19
Selain penjabaran diatas, penyusunan RTRWK juga harus memperhatikan
ruang kabupaten/kota;
Dalam rangka mewujudkan NKRI yang maju dan sejahtera, penataan ruang
keterbukaan; (f) kebersamaan dan kemitraan (g) perlindungan kepentingan umum (h)
Adapun keterangan mengenai maksud atau makna dari masing-masing asas ini,
20
wilayah, dam lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan yang
21
h) Asas kepastian hukum dan keadilan, maksudnya penataan ruang diselenggarakan
masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan
dan ditinjau kembali satu kali dalam lima tahun. RTRWK dapat ditinjau lebih dari
satu kali dalam lima tahun dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten, hal ini
diatur dalam Pasal 26 ayat (3-7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
a. Kegiatan Kawasan
Pasal 5 ayat 4 UUPR menyatakan bahwa jika penataan ruang dilihat berdasarkan
kegiatan kawasan, maka akan terdiri dari penataan ruang kawasan perkotaan dan
penataan ruang kawasan perdesaan. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat 4 UUPR tata
24
Loc.cit.
25
Yunus wahid, Op.cit, halaman 102.
22
Kegiatan tata ruang kawasan perkotaan meliputi tempat pemukiman,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. (Penjelasan Pasal 5 ayat (4) UUPR)
hampir tidak bisa ditemukan lagi jarak pemisah antara pusat-pusat kota
Salah satu aspek yang menjadi gagasan materi muatan konstitusi adalah
23
hukum pengelolaan lingkungan inilah yang oleh Jimly Asshiddiqie disebut dengan
konstitusi hijau atau green constitution. Konstitusi hijau atau green constitution yang
terdapat pada Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
konstitusi atau semakin pantas disebut konstitusi hijau dan demikian pula
sebaliknya.26
Gambar 2.
Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan RTH dalam RTR Kawasan Perkotaan
Remcana Umum
Rencana Rinci
RDTR Kabupaten
Rencana
Penyediaan dan
RTR Kawasan Strategis Kota
Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau
Rencana Rinci
RDTR Kota
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan akhir Rencana Tindak Penataan RTH
Kabupaten Rembang, 2014
dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang rencana rinci tata ruang.
Bupati/Walikota.
25
Pemerintah daerah kabupaten/kota melalui Bupati/Walikotanya mempunyai
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyatakan bahwa perencanaan
tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH
yang luas minimalnya sebesar 30% dari keseluruhan luas wilayah kota. 28 Pemerintah
Kepmen. Rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH selain dimuat dalam RTRWK,
RDTRK, atau RTRK juga dimuat dalam RTRK yang merupakan RRTR
Pekerjaan Umum yang tentunya di setiap kabupaten/kota satu dengan yang lainnya
berbeda.
secara jelas, serasi, terpadu dan berkelanjutan sesuai ketentuan dalam Undang-
kepentingan masyarakat.29
Open Space
28
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
29
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
26
Utility Green Corridor Multi-Use
Open Spaces Open Spaces Open Spaces Classification
WILDERNESS AREAS NATURAL PARK AREAS URBAN PARK AREAS URBAN DEVELOPMENT
OPEN SPACES
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan akhir Rencana Tindak Penataan RTH
Kabupaten Rembang, 2014
Klasifikasi ruang terbuka maupun ruang terbuka hijau didasarkan pada suatu
kriteria di mana penggunaan lahan RTH harus dapat merefleksikan unsur dan struktur
alaminya. Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari ruang terbuka (open space).
Dalam klasifikasi ini ruang terbuka (open space) dibagi dalam 4 (empat) kategori
30
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 9.
27
Klasifikasi ke empat (multi-use classification) adalah lahan yang mengandung
unsur dan struktur alami tetapi dapat berperan dalam beberapa penggunaan. Kriteria
klasifikasi ruang terbuka maupun ruang terbuka hijau didasarkan pada :31
Oleh karena itu RTH merupakan bagian dari ruang terbuka (open space) yang
diklasifikasikan sebagai ruang atau lahan yang mengandung unsur dan struktur alami.
RTH ini dibedakan dalam dua macam yaitu RTH alami dan RTH binaan :32
a. RTH alami terdiri dari daerah hijau yang masih alami (wilderness area), daerah
hijau yang dilindungi agar tetap dalam kondisi alami (protected area), dan
daerah hijau yang difungsikan sebagai taman publik tetapi tetap dengan
b. RTH binaan terdiri dari daerah hijau di perkotaan yang dibangun sebagai taman
kota (urban park areas), daerah hijau yang dibangun dengan fungsi rekreasi bagi
warga kota (recreational areas), dan daerah hijau antar bangunan maupun
31
Loc.cit
32
Ibid, halaman 9.
28
halaman-halaman gedung yang digunakan sebagai area penghijauan (urban
dikembangkan sebagai plaza, square, jalur hijau jalan maupun sabuk hijau kota
(greenbelt).
a. Wilderness Area adalah kawasan yang yang masih murni alami untuk
mempunyai nilai ekologis tinggi. Sebagai habitat satwa liar yang dilindungi,
dan minimal akses kekawasan. Kawasan ini juga ditujukan untuk melindungi
kawasan alami yang unik dan bernilai tinggi, terutama untuk tujuan
c. Natural Park Areas merupakan kawasan alami yang dapat diakses oleh
lingkup ini adalah: National Parks and Forest; State Park; Natural
29
d. Urban Park Areas merupakan kawasan alami yang ada di wilayah kota yang
banyak dikunjungi masrakat. Termasuk dalam hal ini adalah: Lapangan golf,
area atau jalur yang mengandung unsur dan struktur alami yang ditumbuhi berbagai
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak perdu dan pohon
30
atau tanaman tinggi berkayu diatas lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai
ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun.
Sedangkan RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu
wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
Sebagai gambaran, ruang terbuka dapat dibedakan menjadi RTH alami dan
RTH non-alami/binaan. RTH alami berupa kawasan hutan lindung, habitat satwa liar,
kawasan lindung dan taman nasional. Sedangkan RTH binaan adalah taman, lapangan
olahraga, taman makam, jalur hijau jalan dan sebagainya. Di Indonesia Ruang
Terbuka Hijau banyak dikelola oleh instansi pemerintah, yang sering disebut sebagai
RTH Publik, sedangkan RTH yang dikelola oleh masyarakat, swasta dan individu
RTH dapat diklasifikasikan dalam berbagai jenis dan bentuknya, seperti RTH
Pertanian, RTH Kehutanan, RTH Pertamanan, RTH Olahraga, RTH Pemakaman dan
berbagai jenis RTH lainnya. Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, terutama
RTH Publik pada umumnya dikelola oleh instansi pemerintah. Seperti taman-taman
kota, taman lingkungan, dan taman interaksi dikelola oleh Dinas Pertamanan; Hutan
33
Nirwono Joga dan Iwan Ismaun, RTH 30%! Resolusi (kota) Hijau, Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2011, halaman 91.
34
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 14.
31
lindung, hutan kota, hutan rekreasi, taman hutan raya dikelola oleh Dinas Kehutanan;
sedangkan Jalur Hijau dikelola oleh berbagai instansi terkait seperti jalur hijau jalan,
jalur hijau sungai, jalur hijau pantai dan sebagainya. Sedangkan RTH Privat adalah
lahan disekitar bangunan berupa halaman atau pekarangan berupa taman bangunan
1. Kawasan Hijau Lindung, adalah bagian dari kawasan hijau yang memiliki
luar kawasan hijau lindung untuk tujuan penghijauan yang dibina malalui
diperlukan dan didukung fasilitasnya yang diperlukan baik untuk sarana ekologis
maupun sarana sosial kota yang sesuai untuk fungsi penghijauan tersebut.
35
Ibid, halaman 15.
36
Ibid, halaman 8.
32
dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH) sebagai upaya pelestarian fungsi
bergambut, kawasan resapan air, sekitar danau/waduk, sekitar mata air, kawasan
suaka alam, termasuk pada laut dan perairan lainnya, kawasan pantai/bakau, taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam, kawasan cagar budaya dan ilmu
Kota hijau adalah kota yang dibangun dengan memanfaatkan ruang publik
memenuhi kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan pemenuhan hak-hak publik untuk
dapat menikmati dan memanfaatkan RTH sebagai fasilitas publik. Keberadaan RTH
dengan segala fungsinya secara tidak langsung akan mendukung kesehatan manusia
baik sehat secara fisik maupun rohani karena ketersediaan tempat untuk berolahraga,
rekreasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahkan RTH dapat menjadi alat
adalah sebagai bukti bahwa hak masyarakat akan ruang terbuka sudah dipenuhi suatu
37
Yunus Wahid, Op.cit, halaman 97.
38
Ibid, halaman 91.
33
wilayah tersebut. Maka sudah merupakan kewajiban pemerintah daerah
sendiri sebagai pemegang kebijakan dan masyarakat sebagai subjek yang terkena
berupa penyediaan RTH taman kota sebagai salah satu perwujudan pemenuhan hak
publik.40
Hak-hak publik yang berkaitan dengan RTH dalam penataan ruang yakni:41
tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
39
Nirwono Joga, Gerakan Kota Hijau, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2013,
halaman 4.
40
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Op.cit, halaman 66.
41
Pasal 60 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
34
f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin
apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian.
Suasana kota yang padat bangunan dengan dinamika kehidupan yang serba
cepat dan rutinitas pekerjaan sehari-hari membuat warga cepat jenuh. Warga
membutuhkan suasana baru untuk bersantai dan keluar dari rutinitas sehari-hari.
Mereka membutuhkan tempat rekreasi dan wisata alami. Oleh karena itu, keberadaan
RTH mendukung ketersediaan tempat sebagai sarana rekreasi dan interaksi sosial
dampak negatif dari tidak optimalnya RTH dimana RTH kota tersebut tidak
memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas (RTH tidak tersedia, RTH tidak
menurunkan kapasitas lingkungan, alih guna dan fungsi lahan) terjadi terutama
dalam bentuk/kejadian:43
dll);
42
Ibid, halaman 97-101.
43
Nirwono Joga, Greenesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014, halaman 99.
35
c. Menurunkan keindahan alami kota (natural amenities) dan artefak alami sejarah
Untuk mencapai luasan RTH kota sebesar 30% sesuai amanat Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pemerintah daerah perlu
yaitu:44
harus dipreservasi atau dikonservasi agar fungsi lingkungan tetap terjaga, seperti
habitat satwa liar, daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi, daerah genangan
44
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 133-137.
36
dan penampungan air, daerah rawan longsor, tepian sungai/pantai sebagai
2) Kedua, membangun lahan hijau baru. Pemerintah daerah membeli lahan untuk
kota, taman pemakaman, lapangan olahraga, hutan kota, kebun raya, hutan
mangrove, dan situ/danau buatan baru, serta RTH jalur untuk jalur hijau jalan,
tepi sungai, situ, jalur rel kereta api, dan dibawah jalur tegangan tinggi.
sebagai tanggung jawab sosial korporasi (CSR) dalam membangun RTH kota.
3) Ketiga, mengembangkan koridor ruang hijau kota (links). Penataan pohon besar
secara massal untuk menciptakan koridor ruang hijau kota di sepanjang potensi
ruang jalur hijau sempadan sungai, tepian situ dan waduk, jalan tol, sempadan rel
kereta api, saluran umum tegangan tinggi, jalur pipa gas, dan pantai utara. Perlu
dibuat rencana induk RTH sebagai media diskusi saat sosialisasi, koordinasi, dan
4) Keempat, mengakuisisi RTH privat untuk mengejar target RTH privat sebesar
37
berbagai keperluan bangunan. Perlu peraturan ketat terhadap pelaksanaan
koefisien dasar hijau (KDH) dan pemberian kompensasi insentif dan disinsentif.
RTH. Pemerintah daerah harus merevitalisasi situ, danau, waduk, dan hutan
digunakan fungsi lain, seperti SPBU di jalur hijau dan sempadan sungai yang
dinding hijau. Penghijauan bangunan, meski tidak menambah luasan RTH privat
akan tetapi upaya ini patut tetap didukung karena secara ekologis mampu
menurunkan suhu kota, menyerap gas polutan, meredam pemanasan pulau dan
mengurangi krisis pangan, taman atap dapat dijadikan kebun sayuran dan buah-
38
7) Ketujuh, menyusun kebijakan hijau. Meningkatkan keyakinan kepada jajaran
diperlukan karena pada kenyataanya sebagian besar lahan hijau berada dibawah
indah, dan bersih, sebagai sarana lingkungan perkotaan. Pembangunan RTH juga
menciptakan keserasian lingkungan alami dan lingkungan binaan yang berguna untuk
kepentingan masyarakat, dan menciptakan kota yang sehat serta layak huni.45 Hal ini
sesuai dengan prinsip asas keterpaduan yang menjadi landasan dalam penataan ruang
45
Ibid, halaman 97-101.
39
E. Ruang Terbuka Hijau Taman Kota
sebagai tempat rekreasi secara aktif maupun pasif. Secara estetika, keberadaan
yang indah di dalam ruang kota dan efek psikologis berupa tempat rekreasi yang
menimbulkan rasa nyaman dan tentram guna menurunkan tingkat stress akibat
kegiatan sehari-hari.
Selain itu kota juga memiliki peranan penting sebagai paru-paru kota,
pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, serta habitat berbagai flora dan
fauna. Penataan taman kota di suatu kawasan tidak asal jadi, tetapi tujuan penyebaran
tamannya harus jelas dan stategis. Seperti penempatan lokasi, luas taman,
kelengkapan sarana dan prasarana, keamanan dan kenyamanan harus sesuai dengan
kebutuhan standar kota. Apabila luas taman kota dan jumlah taman seimbang, dapat
46
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 130.
40
pepohonan jalur hijau jalan, jalur pejalan kaki dan pesepeda, kali, hutan lindung
ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota.
serta taman-taman interaksi yang ada di kawasan pemukiman penduduk. Taman kota
penyangga sistem kehidupan dan keamanan. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH
lapangan hijau, RTH yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan
dipergunakan dan bersifat terbuka untuk umum. Sebagai contoh kelengkapan taman
Tabel I.
Contoh Kelengkapan Fasilitas Taman Kota
Jenis Taman Ruang hijau Fasilitas Vegetasi
Aktif 60-70% 1. Lapangan terbuka 1. Setidak-tidaknya 25
2. Trek lari dengan lebar 5 m dan pohon (pohon sedang
panjang 325 m dan kecil)
3. WC umum 2. Semak
4. 1 unit kios (jika diperlukan) 3. Perdu
5. Kursi-kursi taman 4. Penutup tanah
Pasif 70-90% 1. Sirkulasi jalur pejalan kaki, lebar 1. Setidak-tidaknya 50
1,5 – 2 m pohon (pohon sedang
2. WC umum dan kecil)
3. 1 unit kios (jika diperlukan) 2. Semak
4. Kursi-kursi taman 3. Perdu
4. Penutup tanah
47
Ibid, halaman 54.
48
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008
41
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Selain sebagai area hijau, taman kota menjadi tempat rekreasi paling mudah
Keberadaan taman kota menjadi sangat penting karena juga berperan sebagai daerah
resapan air hujan, khususnya di kota besar, yang sebagian besar daerah resapan airnya
semakin berkurang. Maka keberadaan taman kota menjadi salah satu bentuk ruang
Taman kota harus dirancang khusus agar siap bermetamorfosis menjadi ruang
evakuasi. Fasilitas di dalam taman haruslah lengkap, yakni menyediakan modul untuk
pemasangan cepat tenda-tenda darurat untuk tempat tinggal sementara, dapur umum,
sekolah dan ruang bermain anak jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Taman
dilengkapi toilet umum, pompa hidran untuk cadangan persediaan air bersih, dan
cadangan listrik berbasis energi surya. Taman dapat menjadi daerah resapan air, paru-
paru kota, dan tempat wisata warga. Taman kota di perkotaan dapat diklasifikasikan
a. Taman aktif
Taman yang memiliki fungsi sebagai tempat bermain, dengan dilengkapi elemen-
elemen pendukung taman bermain antara lain ayunan, patung, dan sebagainya.
b. Taman pasif
49
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 131.
50
Ibid, halaman 36.
42
Taman ini hanya sebagai elemen estetis saja, sehingga kebanyakan untuk menjaga
keindahan tanaman di dalam taman tersebut akan dipasang pagar di sepanjang sisi
luar taman.
nyaman ke berbagai tempat tujuan. Pemerintah kota perlu memperbanyak RTH baru
berupa taman evakuasi bencana di kawasan padat penduduk dan padat bangunan,
taman kota taman makam, lapangan olahraga, dan hutan kota, revitalisasi situ dan
hutan mangrove, penghijauan atap dan dinding bangunan (roof and wall garden),
serta pengembangan pertanian kota. Ada 8 cara untuk mewujudkan sebuah taman
mewujudkan sebuah taman yang ramah lingkungan yaitu untuk mendorong kota
menuju kota hijau (green planning and design), selaras dengan Undang-Undang
pengenalan berbagai jenis pohon dan satwa liar untuk memberikan suasana
belajar mengajar bagi siswa di ruang terbuka. Taman difungsikan sebagai sarana
ekologis yakni sebagai penyerap air, penghasil oksigen, habitat satwa liar yang
51
Nirwono Joga, Greenesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014, halaman 135-137.
43
sangat berguna bagi habitat perkotaan dan taman difungsikan sebagai sarana
pejalan kaki/trotoar, zebra cross, dan jalur sepeda (tipe bike route). Hal ini untuk
melindungi para pejalan kaki dan pesepeda dari bahaya kendaraan bermotor.
Sistem jalur pedestrian yang baik juga akan mengurangi keterikatan masyarakat
bermotor.
4) Pembangunan taman harus diikuti dengan penyediaan pos jaga dan toilet umum
yang dibangun saling berdekatan atau disatukan (untuk hemat lahan, praktis,
keamanan) dirancang memenuhi standar bangunan hijau. Bangunan pos jaga dan
petugas jaga.
terhadap taman, yakni sebagai pengendali banjir, suplai air untuk penyiraman,
dan menurunkan suhu udara sekitar. Selain tersedia polder, kawasan taman
idealnya juga harus mengembangan sistem ekodrainase dan zero runoff yang
dilengkapi sumur resapan air dan lubang biopori yang bertujuan menyerap air
44
sebanyak-banyaknya dengan menampung air hujan dan limbah air bersih ke
organik dan anorganik, serta komposter untuk mengolah sampah organik menjadi
pohon.
7) Taman harus berorientasi pada gerakan hemat energi sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dan Peraturan Pemerintah Nomor
panel-panel surya yang diletakkan di atas pos jaga dan toilet yang bertujuan
untuk menyimpan energi listrik yang disalurkan untuk penerangan taman dan
mengisi ulang baterai telepon genggam dan peralatan elektronik lainnya bagi
8) Taman kota diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekitar,
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Pendekatan penelitian dipakai untuk menentukan dari sisi mana sebuah obyek
penelitian akan dikaji. Metode dalam penulisan hukum ini menggunakan metode
pendekatan yuridis empiris, yaitu pendekatan masalah yang diteliti dengan sifat
hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat,52 atau
dengan kata lain pendekatan yang berdasarkan hukum yang berlaku dan berdasarkan
52
Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,
Bandung : Penerbit Mandar Maju, 1995, halaman 61.
46
kenyataan dalam praktek di lapangan. Yuridis disini karena penulis akan menelaah
dengan penataan ruang yakni Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan RTRW
kabupaten Rembang yakni Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW
menampilkan kondisi realitas hak publik pada taman kota sebagai salah satu wujud
nyata dari penyediaan RTH. Metode penelitian yuridis empiris bertujuan untuk
taman kota dan RTH lainnya untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang
diangkat.53 Oleh karena itu penulis akan mengadakan penelitian langsung di lapangan
dengan maksud mendapatkan data yang obyektif dan valid sebagai bahan hukum
primer.
B. Spesifikasi Penelitian
bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu dan pada saat
tertentu, yang biasanya dalam penelitian ini peneliti sudah mendapatkan data awal
penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis, dan
menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan hak publik
53
Hilman Hadikusuma, Op.cit, halaman 62.
47
atas RTH berdasar Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW
Penarikan sampel merupakan suatu proses dalam memilih suatu bagian yang
representatif dari sebuah populasi. Penelitian sampel merupakan cara penelitian yang
dilakukan hanya terhadap sampel-sampel dari populasi saja, cara ini kerapkali dipilih
karena alasan efisiensi dan efektifitas. Karena sampel itu lebih kecil dari populasi
maka pengumpulan dan pengolahan data dapat dilakukan lebih cepat, selanjutnya
karena sampel merupakan bagian dari populasi maka biaya pengumpulan informasi
menjadi lebih rendah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non
random sampling karena tidak semua individu dalam populasi diberi kesempatan
purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel bertujuan dilakukan dengan cara
mengambil subyek didasarkan pada tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dipilih
Sampel dalam penelitian ini adalah diambil dari populasi pegawai Dinas
54
Gatut, P.S, Tinjauan Yuridis atas Pengadaaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Lembaga
Pengadaan secara Elektronik (Lpse) sesuai Perpres Nomor 70 Tahun 2012 : Studi Kasus di Lpse
Kementerian Keuanganwilayah Jawa Tengah, Skripsi, Semarang : Universitas Diponegoro, 2014.
48
2. Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Rembang.
yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan bahan
hukum yang digunakan ialah teknik pengumpulan bahan hukum primer dan teknik
untuk mencari data-data lengkap dan valid yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti yakni tentang RTH taman kota di kabupaten Rembang. Teknik ini
dilakukan melalui:
a. Wawancara
instansi yang menjadi obyek penelitian dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum
cara wawancara langsung. Salah satu metode pengumpulan data dengan cara
49
komunikasi, yakni melalui kontak antara peneliti (pewawancara) dengan
dengan kondisi dan situasi pada saat wawancara dilakukan agar tidak
dilaksanakan dengan narasumber Suhardi selaku Kepala Seksi dan Ir. Endro
Riyadi, M.M selaku Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertamanan Dinas
b. Metode Observasi
seluruh alat indra.57 Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006, halaman 155.
56
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004, halaman 72.
57
Ibid, halaman 156.
50
melengkapi bahan hukum yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan
a. Penelitian kepustakaan
mendapatkan data yang bersifat sekunder. Sumber data diperoleh melalui studi
literatur, dokumen-dokumen resmi dan tulisan para ahli atau hasil penelitian-
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan RTRW dan RTH. Bahan pustaka
yang juga disebut sebagai bahan hukum sekunder dapat diperoleh dari
perpustakaan.
51
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya seperti kamus dan
ensiklopedia.
Analisis data merupakan tahapan akhir berupa proses pengolahan data untuk
akan berguna dalam penarikan kesimpulan. Data-data yang telah terkumpul tersebut
diteliti dan dianalisis dengan menggunakan metode berpikir induktif, yaitu pola
khusus, kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum untuk mencapai kejelasan
penyusunan karya ilmiah ini menggunakan metode analisis kualitatif dan deskriptif
analitis.
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode kualitatif, yaitu penelaahan data dan fakta di Dinas Pekerjaan Umum
kata-kata dan bersifat deskriptif.58 Pada metode kualitatif tidak perlu diperhitungkan
mewakili keadaan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hasil dari penelitian dan
58
Suharsimi Arikunto, Op.cit, halaman 239.
52
analisis data tersebut akan disusun dalam bentuk laporan yang sistematis berupa
BAB IV
53
Kabupaten Rembang adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Jawa
Tengah. Kota yang dikenal sebagai kota garam ini merupakan kota dengan kondisi
Rembang secara geografis terletak pada koordinat 111º BT – 111º 30’ BT sampai 6º
30’ sampai 7º 60’ LS. Wilayah kabupaten Rembang memiliki jenis iklim tropis
dengan suhu maksimum mencapai 33 ˚C dan suhu rata-rata 23˚C yang dipengaruhi
lautan. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW
tanah sawah dan tanah kering. Tanah kering di kabupaten Rembang mencapai luas
70,45% dari luas wilayah kabupaten Rembang seluruhnya. Beberapa daerah bahkan
diketahui mengandung karst atau kapur yang sekarang sedang dimanfaatkan untuk
investasi pembangunan pabrik semen. Tanah kering paling luas terdapat di kecamatan
59
Bappeda Kabupaten Rembang, Proposal Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) Kabupaten
Rembang, Rembang: 2011, halaman 4.
54
Sale, sedangkan yang paling sedikit terdapat di kecamatan Kaliori. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah di daerah tersebut. Lain halnya dengan
tanah kering, tanah sawah yang paling luas di kabupaten Rembang terdapat di
kecamatan Kaliori dan yang paling sedikit terdapat di kecamatan Gunem. Dari data
Rembang sebagai pusat kegiatan lokal atau yang selanjutnya disebut dengan PKL
kelautan, dan pariwisata. Dalam rangka memenuhi fungsinya diperlukan sarana dan
lahan hijau akibat peningkatan lahan terbangun untuk mendukung fungsi perkotaan
pintu gerbang Jawa Tengah dari arah timur memberikan kesan pertama terhadap Jawa
Tengah. Oleh karena itu diperlukan strategi khusus dalam melakukan penataan
60
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 78.
61
Bappeda Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 60.
55
2. Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang dalam Penataan
RTRW Kabupaten
tentang RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031 yang mengacu pada RTRW
Provinsi Jawa Tengah yakni Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029. Sistem pemerintahan
56
kabupaten/kota lainnya dalam hal penataan ruang dengan mengikut sertakan peran
Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031 ini memuat kebijakan, pola, struktur dan
sebagai berikut:62
1. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang terdapat pada Bab III Pasal 7-
2. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang terdapat pada Bab IV Pasal 12-31
IV dan VII Pasal 41-65 Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun
2011.
2011-2031 yang dibentuk oleh pemerintah daerah kabupaten Rembang ini bisa
62
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011
57
disimpulkan bahwa, secara yuridis telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten.
Penataan ruang di kabupaten Rembang ini juga disusun dan diselenggarakan dengan
memperhatikan asas tidak tertentu pada Pasal 2 UUPR yang bisa dijabarkan sebagai
berikut:63
lintas sektor, lintas wilayah, dam lintas pemangku kepentingan. Sebagai contoh
konkrit dari asas keterpaduan ini terlihat dari Peraturan Daerah Kabupaten
utara dan selatan serta antar sektor yang berwawasan lingkungan dengan
1) Kawasan Budidaya64
63
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011
64
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 23.
58
a. Lokasi hutan produksi hampir tersebar merata di seluruh kecamatan di
dan pemasaran hasil perikanan serta sarana dan prasarana perikanan yang
investasi jangka panjang hal ini diwujudkan dengan pembangunan PLTU Sluke
59
3. Asas keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, penataan ruang dikabupaten
Rembang. Hal ini tertuang dalam Bab VII Peraturan Daerah Kabupaten
penyuluhan dan diskusi seperti Forum Group Disscussion Aspirasi dan Visi Kota
rencana penataan ruang dan realisasi dari perencanaan yang dapat dipertanggung
60
jawabkan, baik prosesnya, pengeluaran atau pembiayaannya, maupun hasilnya.
secara tertib, efisien dan efektif yang terdapat pada penjabaran laporan realisasi
ruang yang dipublikasikan lewat situs web Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Rembang.
sektor pertanian dan sektor kelautan perikanan serta berkelanjutan agar dapat
dijadikan investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka
sektor, daerah, dan masyarakat. Sehingga RTRW ini merupakan arahan investasi
tujuan, sasaran serta arah RTRW Kabupaten Rembang. Secara umum arah
61
pengembangan RTH kabupaten Rembang yang berwawasan lingkungan dan
Arsitektural dan Estetika, Ekologis dan Ekosistem. Arah pengembangan RTH ini agar
dapat meningkatkan peran RTH sebagai salah satu komponen utama pembentuk
ruang kota, meningkatkan peran RTH sebagai sub-sistem Landscape kota. Disamping
itu, arah pengembangan RTH juga untuk pengendali pertumbuhan dan perkembangan
RUANG TERBUKA
(OPEN SPACE)
RTH PERTANIAN
RTH PERTAMANAN RTH OLAH RAGA
RTH KEHUTANAN RTH PEMAKAMAN
Sawah, Kebun, Hutan Lindung, Hutan Kota, Hutan Rekreasi, Taman Hutan Raya RTH LAINNYA
Botanic Park, Zoo Park, Arboretum, Tempat Latihan Militer
infrastructure yang pada umumnya berupa jalan raya, jaringan drainase, jaringan
listrik, infrastruktur sosial seperti rumah sakit, sekolah dan sebagainya. Kini didalam
RTH atau green open space. RTH ini merupakan jaringan ruang terbuka kota untuk
melindungi nilai dan fungsi ekosistem alami yang dapat memberi dukungan pada
kehidupan manusia. Dalam hal ini RTH bisa berupa RTH pertanian RTH kehutanan
sawah, kebun, hutan lindung, hutan kota, hutan rekreasi, taman hutan raya, taman
pemakaman, jaringan yang saling berhubungan antara sungai, lahan basah, hutan,
habitat kehidupan liar dan daerah alami di wilayah perkotaan; jalur hijau, kawasan
hijau dan daerah konservasi; daerah pertanian, perkebunan, dan berbagai jenis RTH
kehidupan warga, keberlanjutan sumber daya air dan udara bersih, yang memberi
63
kontribusi pada kesehatan dan kenyamanan warga kota serta memberikan manfaat
visi dan misi yang diemban, sehingga hasil pembangunan RTH Kabupaten Rembang
akan menciptakan kota yang berkarakter dan berbeda dengan kota lainnya.
Kabupaten Rembang diarahkan menjadi kota jasa dan sekaligus kota pemukiman
yang layak huni, nyaman dan indah. Hal ini sesuai dengan arahan RDTR Kabupaten
Rembang Tahun 2012 yang antara lain menyatakan bahwa pembangunan RTH kota
diarahkan untuk:67
RTH kota menjadi meningkat. Hal yang sama terjadi di kabupaten Rembang, hampir
sedangkan lahan yang ada di wilayah perkotaan Rembang menjadi semakin sempit
66
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 53-54.
67
Ibid, halaman 42.
64
karena berbagai pembangunan infrastruktur kota seperti gedung baru, ruko dan
sehingga misi yang harus dipenuhi pemerintah daerah kabupaten Rembang dalam
RTH yang telah ada. Disamping itu bagaimana pembangunan RTH ini untuk
meningkatkan kualitas perkotaan sehingga setiap unit RTH kota mempunyai fungsi
ganda (ekologis, sosial, estetika) yang berjalan sinergis. Setiap RTH yang ada
maupun yang akan dibangun harus berasaskan prinsip efisiensi dan efektifitas, karena
hal inilah yang menjadi dasar pembangunan dan pengembangan RTH. Kabupaten
dinterpretasikan berdasarkan analisis spasial terdiri dari jenis ruang terbuka hijau,
kepemilikan ruang terbuka hijau, dan fungsi ruang terbuka hijau. Berdasarkan jenis
Tabel 2.
Jenis RTH Kawasan Perkotaan Kabupaten Rembang (Hasil Observasi 2014)
Luasan
No Jenis RTH (Ha)
1. Hutan Kota 703,89 0,3%
2. Taman Kota 59,81 Tambak 3,75%
86,05%
3. Pemakaman Umum 15,82
Hutan Mangrove 1,51%
4. Lapangan Olahraga 12,51 0,83%
4. Jalur Hijau Jalan 220,27 Jalur Hijau Jaringan Listrik
0,84%
Jalur Hijau 2,6%
5. Sempadan Sungai 631,04 Jalur Hijau Jalan 0,91%
68 0,05%
Endro Riyadi, Wawancara, Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertamanan Dinas Pekerjaan
Pemakaman Umum 0,07%
Umum Kabupaten Rembang, 25 Mei 2015 0,25%
69
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 2,89%
Hutan Kota
87.
0 20 40 60 80 100
65
Jalur Hijau Jaringan
6. Listrik 204,53
7. Hutan Lindung 201,49
8. Hutan Mangrove 368,2
9. Pertanian Sawah 20.925,23
10. Tambak 912,35
11. Kavling bangunan 73,74
Jumlah RTH 24328,88
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan Akhir Rencana Tindak Penataan RTH
Kabupaten Rembang,2014
Ruang yang mensyaratkan RTH harus mempunyai luas 30% atau lebih dengan
rincian 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Hal ini berlawanan dengan yang
terjadi di kabupaten Rembang. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa RTH
yang dimiliki oleh masyarakat maupun Lembaga yang berupa pertanian sawah,
tambak dan kavling bangunan atau halaman bangunan. Sehingga dapat disimpulkan
9,9%, sedangkan kontribusi RTH privat yang ada di wilayah perkotaan kabupaten
66
LOKASI/ LUAS JENIS
NO JENIS RTH KONDISI
KELURAHAN (m²) TAMAN
Pemanfaatan Kawasan dan penutup tanah
GOR Kab Rembang
sebagai RTH
Sumber: Bappeda Kabupaten Rembang, Proposal Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) Kabupaten
Rembang, 2011
Gambar 5.
Kondisi Hutan Kota di kabupaten Rembang
Tabel 4.
Kepemilikan RTH Kawasan Perkotaan Kabupaten Rembang (Hasil Observasi 2014)
71
Ibid, halaman 156.
67
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan Akhir Rencana Tindak Penataan RTH
Kabupaten Rembang,2014
dimiliki oleh masyarakat yakni seluas 22.115,85 Ha dan dimiliki oleh lembaga yakni
seluas 201,49 Ha. Hasil perhitungan Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Rembang
14 Tahun 2011 yang mencantumkan lahan pertanian sawah dan tambak dalam
mengakibatkan prosentase antara RTH yang bersifat privat dan publik menjadi tidak
sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yakni sebesar 20% untuk
RTH publik dan 10% untuk RTH privat. Jumlah prosentase RTH privat dan RTH
publik yang tidak sesuai aturan UUPR tersebut sebenarnya masih mungkin bertambah
dengan cara mengakuisisi lahan-lahan yang dimiliki oleh masyarakat dan lembaga
jumlah prosentase RTH yang dimiliki oleh pemerintah daerah kabupaten Rembang,
sehingga prosentase 20% RTH publik dapat dipenuhi oleh pemerintah daerah
kabupaten Rembang.
Wilayah Perkotaan
68
RT Non Hijau
RTH tidak bisa dilepaskan dari pola pemanfaatan ruang yang melingkupi
Dalam hal ini fungsi ekologis dari RTH kota yakni untuk melindungi ekosistem alami
yang terdapat disekitar RTH agar dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia. Fungsi sosial dari RTH kota yakni sebagai ruang interaksi antar warga
memberikan manfaat ekologis dan sosial adanya RTH kota juga bisa memberikan
manfaat ekonomi bagi warga setempat melalui segala aktifitas perdagangan. RTH
kota juga bisa membuat kawasan kota terlihat lebih indah karena manfaat estetika
atau arsitektur dari pembangunan RTH, baik berupa taman kota atau yang lainnya.
keempat unsur diatas (ekologis, soaial, ekonomi dan arsitektur belum terjamin
kawasan budidaya yang berupa lahan pertanian dan tambak sedangkan RTH di
perkotaan kabupaten Rembang yang berupa taman sebagai tempat interaksi kegiatan
warga hanya sebagian kecil dari prosentase RTH kabupaten Rembang (0,25%) yakni
69
seperti Taman Alun-alun kota, Taman Tugu Lilin, Taman Rekreasi Pantai Kartini,
tersebut agar berjalan secara efektif dan maksimal sehingga dapat memberikan timbal
Tabel 5.
Persebaran RTH Publik di Kawasan Kabupaten Rembang
Kebutuhan RTH
Daerah Jumlah RTH Kelebihan RTH
No. Luas Kawasan Publik (20% Luas
Kecamatan Publik Publik
Kaw.Perkotaan)
1.
Rembang 1083,52 216,704 220,466 3,76
2. 224,99 199,55
Kaliori 127,18 25,436
3. 133,96 88,38
Lasem 227,92 45,584
4.
Sluke 122,39 24,478 40,854 16,38
5.
Sarang 162,57 32,514 82,972 50,46
6.
Sedan 343,69 68,738 431,347 362,61
7.
Pamotan 251,52 50,304 443,216 392,91
8.
Bulu 134,17 26,834 279,4 252,57
9.
Pancur 94,38 18,876 52,648 33,77
10.
Sulang 131,11 26,222 100,98 74,76
11.
Sumber 278,66 55,732 61,356 5,62
12.
Kragan 51,37 10,274 10,79 0,52
13.
Sale 74,2 14,84 214,5 199,66
14.
Gunem 132,05 26,41 120,069 93,66
Jumlah
3214,73 642,95 2.417,549 1774,603
72
Suhardi, Wawancara, Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Rembang
, 25 Mei 2015
70
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan Akhir Rencana Tindak Penataan RTH
Kabupaten Rembang,2014
terutama ruang terbuka hijau publik dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil analisis
dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang dengan menggunakan metode luas
wilayah kota (RTH kota minimal mempunyai luas 30% dari wilayah kota dengan
perincian 10% RTH privat dan 20% RTH publik), maka dari tabel diatas menunjukan
lebih besar dibandingkan kebutuhan RTH yang diamanatkan oleh UUPR yakni
sebesar 20%.73
73
Suhardi, Wawancara, Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang,
Rembang , 25 Mei 2015
71
Meskipun sudah sesuai dengan yang diamanatkan UUPR, akan tetapi
implementasi penataan ruang RTH ini sebenarnya belum sesuai dengan rencana
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang yang mencanangkan RTH dengan luas 32%
dengan rincian 22% RTH publik dan 10% RTH privat. Karena pada dasarnya
pembangunan RTH perkotaan dalam hal ini untuk pengadaan lahannya dan
penanaman pohonnya butuh proses, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diatasi
dengan penyediaan lahan yang diajukan tiap desa masing-masing dan penyebaran
bibit pohon yang sudah besar. Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Rembang juga
bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk melakukan pembagian
72
bibit-bibit pohon kesekolah-sekolah guna kepentingan peningkatan lingkungan
hijau.74 Belum terpenuhinya prosentase RTH kabupaten Rembang seluas 32% juga
Rembang yang tak menghiraukan aturan dari tim penataan ruang kabupaten Rembang
yang terdiri dari Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda, dan BLH Kabupaten Rembang. 75
menengah dan jangka pendek guna menunjang rencana jangka panjang seperti
Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-
2031 agar progres pembangunannya dapat dipetakan sehingga apabila tidak mencapai
target rencana tindak penataan ruang sesuai yang direncanakan, maka dapat
diantisipasi agar target yang dicanangkan dapat tercapai. Ditinjau dari hasil
perbandingan antara keberadaan ruang terbuka hijau dengan kebutuhan ruang terbuka
hijau maka rencana tindak yang perlu dilaksanakan adalah penambahan RTH dan
peningkatan kualitas RTH agar kawasan perkotaan kabupaten Rembang ditinjau dari
kualitas kualitas lingkungan, udara, iklim dan resapan air dapat menjadi lebih baik.76
RTH merupakan bagian erat dari dua sisi koin kota, ruang terbangun kota
sebesar 70% dan RTH minimal sebesar 30%. Selaras dengan 3 pilar pembangunan
74
loc. cit.
75
loc. cit.
76
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 254.
73
sektoral. Ada 3 hal yang membuat RTH menjadi sangat penting bagi
keberlangsungan kota yaitu nilai ekologis, ekonomi, sosial. Dari segi ekologis, RTH
memiliki peran ganda yakni sebagai daerah resapan air seperti taman, hutan, kebun
raya, lapangan olahraga, daerah tangkapan air seperti danau, situ, waduk, kolam, dan
menjaga aliran air seperti jalur hijau bantaran sungai, pantai untuk mengatasi
permasalahan banjir. Menurut uraian tersebut maka RTH dapat berfungsi untuk
mengendalikan banjir, limpasan air laut atau rob, konservasi air tanah, dan penurunan
muka tanah. 77
Hasil kajian Nirwono Joga di atas juga dapat dipakai sebagai strategi
kebijakan tata ruang RTH di kabupaten Rembang yang akan dikembangkan untuk
kabupaten Rembang.
keseimbangan ekosistem kota maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan
kabupaten Rembang dengan kondisi cuaca panas dan udara kering, serta sekaligus
77
Nirwono Joga, Gerakan Kota Hijau, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013, halaman
130.
74
terciptanya lingkungan kota yang aman, nyaman, indah (fungsi estetika), terciptanya
kualitas lingkungan yang baik (fungsi ekologis) dan dapat dimanfaatkan sebagai
RTH merupakan paru-paru kota yang berfungsi menyerap gas polutan dan
karbon dioksida, dan memproduksi oksigen yang sangat dibutuhkan bagi setiap
makhluk hidup.79 Itulah sebabnya mengapa RTH harus berada di pusat kota dan
banjir menurun, pencemaran berkurang, udara menjadi lebih bersih dan segar utnuk
mengurangi beban biaya kesehatan bagi masyarakat kota Rembang.80 Dari segi sosial,
RTH merupakan ruang untuk berinteraksi sosial yang murah meriah, demokratis
78
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 86.
79
Ibid, halaman 128.
80
Suhardi, Wawancara, Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang,
Rembang , 25 Mei 2015
75
perwujudan pola ruang wilayah kawasan perlindungan setempat yang diantaranya
meliputi:81
b. Pengadaan lahan dan pembangunan ruang terbuka hijau RTH publik meliputi:
pemakaman umum;
d. Sosialisasi sadar penghijauan pada pekarangan atau RTH privat dan RTH
Publik.
industri dalam keterpaduan pembangunan wilayah utara dan selatan serta antar sektor
wisata pantai dan perikanan laut,sedangkan untuk sentra produksi serta industri
81
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 31.
82
Ibid, halaman 20.
76
Selain itu, kawasan Bahari Rembang juga diarahkan sebagai kawasan wisata
pantai dan perikanan laut (Kawasan Bahari Terpadu Rembang) sebagai sumber
sesuai dengan peranan dan fungsinya bagi perkembangan wilayah sekitarnya bagi
rangka mewujudkan visi kabupaten Rembang yang sejahtera sebagai kawasan pantai
i. Kawasan Lindung 85
83
Loc.cit
84
Yunus Wahid, Op.cit, halaman 15.
85
Bappeda Kabupaten Rembang, Proposal Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) Kabupaten
Rembang, Rembang: 2011, halaman 22.
86
Pasal 14 Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011
77
b. Kawasan sempadan sungaidan Saluran IrigasiSempadan sungai berada
9.888 ha.
Sluke.
Sluke.
f. Kawasan RTH seluas kurang lebih 2.720 Ha yang luasnya 32% dari
a. Ruang terbuka hijau publik, berupa hutan kota, taman kota, jalur
87
Pasal 16 ayat (7) Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011
78
Pamotan; Sarang; Kragan; Sale; Sedan; Pancur; Gunem; Bulu; dan
Sluke.
4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, hutan bakau dan cagar budaya yang
88
Pasal 20 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011
89
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit, halaman 23.
79
1) Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas
kabupaten Rembang;
80
9) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil berupa pengembangan pulau-pulau
kelembagaan pembangunan kota justru jauh tertinggal. Kota yang sejatinya memiliki
arti filosofis sebagai panggung puncak peradaban manusia yang hadir dalam bentuk
perkotaan Rembang merupakan kota dengan banyak taman berskala kecil yang
sosial dan estetis yang mempunyai tujuan sebagai tempat berinteraksi soaial bagi
81
masyarakat kabupaten Rembang. Taman kota dengan penanaman pohon-pohon yang
rekreasi aktif dan pasif, agar terjadinya keseimbangan mental dan fisik manusia,
sebagai berbagai habitat satwa berupa burung dan untuk menjaga keseimbangan
ekosistem. Taman kota pada umumnya dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Rembang melalui Bidang Tata Ruang dan Pertamanan yang salah satu
Rembang yakni Alun-alun kabupaten Rembang. Program dan kegiatan penataan RTH
berikut:90
90
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Op.cit,halaman 162.
91
Loc.cit.
82
b. Monitoring dan Evaluasi pemanfaatan RTH oleh masyarakat;
RTH Publik.
Tabel 6.
Lokasi Taman Kota di Perkotaan Rembang
Terdapat 3 jenis
8. Taman Tugu Adipura Kel. Kutoharjo 147,33 pasif
vegetasi
Terdapat 10 jenis
9. Taman Tugu Lilin Kel. Kutoharjo 660 pasif
vegetasi
Terdapat 21 jenis
10. Taman Jalan Veteran Kel. Kutoharjo 800 pasif
vegetasi
Terdapat 4 jenis
11. Kawasan Bahari Terpadu Desa Tasik Agung 432,5 pasif
vegetasi
83
LOKASI/ LUAS SIFAT
NO JENIS RTH KONDISI
KELURAHAN (m²) TAMAN
Terdapat 8 jenis
12. Taman Mondoteko Desa Mondoteko 205 aktif
vegetasi
Taman Bonang
13. Kel. Bonang 750 aktif Terdapat 19 vegetasi
Binangun
Taman Rekreasi Pantai Terdapat berbagai
14. Kel. Kutoharjo 72,8 pasif
Kartini vegetasi
Kel. Kabongan Terdapat 6 jenis
15. Taman Borotugel 43,8 aktif
Kidul vegetasi
Taman Museum RA Terdapat berbagai
16. Kel. Kutoharjo 425 aktif
Kartini jenis vegetasi
Jumlah 4258.8
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan Akhir Rencana Tindak Penataan RTH
Kabupaten Rembang,2014
penyediaan RTH perkotaan berdasar sifat estetisnya yang indah dan nyaman, maka
Pemberlakuan Car Free Day atau CFD dan berbagai kegiatan di dalamnya pada
hari minggu oleh pemerintah kabupaten Rembang, merupakan salah satu wujud
lintas sektoral berbagai pihak yang berorientasi untuk dapat memberikan keuntungan
dan manfaat untuk kepentingan berbagai pihak. Dalam hal ini antara pemerintah
84
didalamnya. Taman kota Alun-alun Rembang sendiri sudah memenuhi persyaratan
taman kota dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Hal ini dibuktikan dengan adanya pohon-pohon ukuran besar dan sedang yang ada di
area taman dengan jumlah lebih dari 30 pohon. Namun, secara fasilitas belum
memenuhi karena belum ada fasilitas toilet dan kursi-kursi di area taman.
Gambar 8.
Alun-Alun Kabupaten Rembang
Hak publik baik berupa hak fisik maupun rohani dalam hal penyediaan taman
kota oleh pemerintah daerah kabupaten Rembang pada dasarnya sudah terpenuhi
meskipun belum maksimal karena jumlah taman kota yang hanya sebagian kecil dari
prosentase RTH kawasan perkotaan yakni sebesar 0,25%. Taman kota yang berfungsi
sebagai penambah nilai estetika kota atau arsitektural kota seperti Taman Adipura
dan Taman Tugu Lilin. Taman Borotugel dan Taman Tugu Lilin mempunyai ukuran
luas ruang hijau lebih dari 75% dengan sekitar 15 pohon sedang dan 20 pepohonan
85
dilengkapi dengan 2 toilet umum dengan bangunan taman bacaan yang dipergunakan
Gambar 9.
Taman Borotugel dan Taman Tugu Lilin
rekreatif penduduk kota yang mungkin bisa mencapai skala lebih luas dari batas kota.
Taman kota rekreasi umumnya terletak di pinggiran atau perbatasan wilayah antar
kota atau kabupaten, dimana diperlukan ruang yang relatif cukup luas untuk berbagai
kegiatan pemenuhan kebutuhan rekreasi sesuai target yang terkandung dari namanya.
recreation) tanpa dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan
dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air,
pemandangan alam atau kehidupan alam bebas. Taman kota yang difungsikan
sebagai tempat rekreasi yang ada di kawasan perkotaan kabupaten Rembang yakni
Sluke. Dari realisasi tentang kebijakan penyediaan RTH taman kota yang sudah ada
86
oleh pemerintah kabupaten Rembang timbul beberapa permasalahan yang dijabarkan
Tabel 7.
Permasalahan Penyediaan RTH Taman Kota di Kawasan Perkotaan Rembang
SIFAT
NO JENIS RTH JENIS KONDISI PERMASALAHAN
TAMAN
Terdapat 10 jenis
9. Taman Tugu Lilin Taman Kota Sedang Pasif
vegetasi
87
SIFAT
NO JENIS RTH JENIS KONDISI PERMASALAHAN
TAMAN
Terdapat 6 jenis
15. Taman Borotugel Taman Kota Sedang Aktif
vegetasi
Taman Museum Taman Kota Terdapat berbagai
16. Sedang Aktif
RA Kartini Rekreasi jenis vegetasi
Jumlah 4258.8
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan Akhir Rencana Tindak Penataan RTH
Kabupaten Rembang,2014
Gambar 10.
Taman Rekreasi Pantai Kartini dan Taman Bonang-Binangun
pihak terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan BLH yang belum optimal
sehingga mengurangi fungsi maksimal yang bisa diberikan oleh taman-taman RTH.92
Dalam hal ini dibutuhkan komitmen dari pihak-pihak terkait untuk dapat
memecahkan permasalahan RTH tersebut. Jika dikaitkan dengan Pasal 39 ayat (4)
92
Endro Riyadi, Wawancara, Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertamanan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Rembang, Rembang , 25 Mei 2015
88
pembangunan RTH publik memang sudah memenuhi objek yang dimaksudkan yaitu
taman kota, taman kelurahan, taman lingkungan, dan taman pemakaman umum. Akan
tetapi jika dikaji lebih dalam lagi, sebenarnya kewajiban pemerintah daerah tidak
hanya berhenti sampai disitu saja karena pada dasarnya penyediaan RTH baik dalam
bentuk taman kota maupun yang lainnya juga harus diikuti dengan tahap
RTH taman kota yang ideal diperlukan perencanaan yang matang dari Pemerintah
kota Rembang. Untuk mewujudkan RTH taman kota yang ideal juga dibutuhkan
kesadaran diri dan rasa memiliki melalui berbagai kegiatan yang melibatkan langsung
mayarakat kabupaten Rembang seperti penanaman pohon masal dan berbagai forum
diskusi seperti Focus Group Discussion (FGD) agar bisa menjaga dan merawat
Rembang sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 60 UUPR. Masyarakat kabupaten
89
Rembang mempunyai hak untuk mengetahui rencana tata ruang wilayah kabupaten
Rembang.
tersebut. Hal ini terwujud dengan diadakannya berbagai kegiatan diskusi dengan
masyarakat kabupaten Rembang melalui komunitas hijau dan kegiatan festival hijau,
forum diskusi Focus Group Discussion (FGD) Aspirasi dan visi Kota Hijau
informasi sekaligus ikut andil dalam proses peenataan ruang kabupaten Rembang.
bagi masyarakat kabupaten Rembang yang terkena dampak yakni seperti penggantian
90
ketentuan terkait sehingga bisa tercapai keadilan sebagaimana dalam hakikat dari
rumah sakit, pasar, ataupun RTH dalam berbagai wujud seperti taman kota dan
estetika kota. Hal ini untuk menjamin terpenuhinya hak publik masyarakat kabupaten
fisik mereka seperti berolahraga dan kebutuhan rohani seperti berinteraksi dengan
masyarakat lainnya.94
dan lainnya. Begitu juga dengan yang terjadi di kabupaten Rembang, jauh dari rasa
keadilan dan nilai humanis bagi masyarakat kabupaten Rembang sendiri. Sejatinya
93
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang, Laporan Tim Swakelola P2KH Kabupaten
Rembang, halaman 22-25.
94
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 162.
91
berupa jalur pedestrian yang nyaman bagi para pejalan kaki. Jalur pedestrian atau
yang biasa disebut dengan trotoar merupakan fasilitas kota yang wajib disediakan
oleh kota-kota dengan infrastruktur kota yang padat bangunan guna mempermudah
akses pejalan kaki dan membuat kota lebih indah untuk dipandang. Hal tersebut
masih sangat sedikit, bahkan diantaranya dibiarkan kurang terawat dan banyak yang
satu hak publik yang harus dipenuhi oleh pemerintah kabupaten Rembang.
dituntut untuk mempunyai jaringan pedestrian yang tertata dan nyaman guna
Maka, perlu adanya pembenahan dalam urusan fasilitas untuk para pejalan kaki ini
yang haknya dirampas oleh pedagang kaki lima yang menempati berjajar disepanjang
jalur pedestrian kota. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran keberadaan RTH baik
berupa taman ditengah perkotaan ataupun yang lainnya diperlukan untuk menjaga
pemerintah daerah kabupaten Rembang. Diantaranya yang berkaitan dengan hak fisik
92
lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan rohani berupa kegiatan-kegiatan yang
bersifat publik.
penyediaan RTH. Dari data yang didapat oleh penulis maka dapat disimpulkan
bahwa, dalam pelaksanaan RTH kabupaten Rembang secara kualitatif memang sudah
memenuhi ketentuan luas 30% dari keseluruhan luas wilayah meskipun angka
secara kuantitatif dalam hal pelaksanaan penyediaan taman kota yang berkaitan
dengan kewajiban pemenuhan hak publik di kabupaten Rembang belum sesuai aturan
dalam UUPR karena dalam prosentase RTH kabupaten sebagian besar berupa RTH
privat kawasan budidaya pertanian dan juga hutan kota serta jalur hijau kota dengan
prosentase lebih dari 92% sedangkan untuk RTH taman kota hanya sebesar 0,25%.
Hal ini dibenarkan denganpembangunan taman kota yang hanya berjumlah sekitar 16
taman kota di pusat perkotaan serta jalur hijau disepanjang jalan kota yang benar-
benar bisa dikatakan sebagai taman kota, selebihnya taman kota kecil yang sifatnya
hanya sebatas hiasan kota.95 Hal tersebut sangat jauh dari konsep kota taman yang
diungkapkan Nirwono Joga yaitu dalam kota harus terdapat setidaknya 50 taman
95
Endro Riyadi, Wawancara, Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertamanan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Rembang, Rembang , 25 Mei 2015
93
kota.96 Maka perlu adanya evaluasi dari segenap jajaran pemangku kepentingan di
hijau sepanjang jalan dengan taman-taman kota disekitarnya merupakan hal yang
wajib dimiliki kota di era modern seperti kabupaten Rembang sekarang ini.
kehidupan kota. Beberapa kendala yang ditemukan dalam penyediaan RTH taman
1. Kendala Yuridis
a. Tidak ada pedoman aturan minimal jumlah unit taman kota yang harus
satu dengan yang lainnya berbeda. Perbedaan jumlah taman kota ini
96
Nirwono Joga, Op.cit, halaman 147.
97
Suhardi, Wawancara, Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang,
Rembang, 25 Mei 2015
94
disebabkan karena tidak adanya peraturan pemerintah pusat maupun peraturan
pemerintah daerah yang mengaturnya, maka tidak ada kepastian hukum yang
2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang yang tidak mengatur secara khusus
hanya mempunyai taman kota dengan jumlah 16, maka tidak sesuai dengan
konsep kota taman yang diungkapkan oleh Nirwono joga yang menjelaskan
bahwa setidaknya kota modern harus mempunyai 50 taman kota yang berada
di pusat kota.98
ekonomi warga lewat pengelolaan area rekreasi (tiket masuk, parkir kendaraan
98
Nirwono Joga, halaman 147-148.
95
dan perdagangan makanan di area konservasi), ekologis melalui pengelolaan
kelestarian hutan bakau dan segala jenis satwanya yang dipelihara dan diawasi
setiap kurun waktu tertentu maupun manfaat sosial bagi warga Rembang sebagai
a. Penyediaan RTH khususnya taman kota yang masuk dalam visi misi kota
yang maju, mandiri, dinamis dan sejahtera tentu saja harus didukung dengan
taman kota tidak lantas berhenti setelah pembangunan taman kota selesai.
menanam pohon untuk keperluan menuju kota hijau sudah sering dilakukan
bahkan dikelola oleh LSM kota hijau yang bekerjasama dengan pemerintah
96
tersebut, sehingga dengan keterbatasan anggaran ini pihak-pihak terkait
kota- kota lain yang disebabkan oleh warga yang tidak bertanggung jawab.
fasilitas taman kota yang rusak akibat ulah masyarakat sendiri. Padahal
yang tidak sedikit, sehingga hal ini akan membuat pengeluaran anggaran
100
Loc.cit.
97
sosialisasi ke warganya terhadap pentingnya menjaga dan melestarikan
khususnya para pemuda dengan cara dicoret-coret cat pilox. 102 Hal inilah
yang kemudian membuat fungsi estetis taman kota sebagai hiasan kota
muncul kembali.103
101
loc. cit.
102
loc. cit.
103
loc. cit.
98
taman kota yang harus dibangun oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
Hal ini agar ada standar khusus yang menjadi pedoman bagi pemerintah
Indonesia.
didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti tersebut harus mendapat
99
diatas dimaksudkan untuk menekan praktek-praktek penyelewengan APBD
muncul dengan sendirinya karena rasa memiliki bersama. Maka dari itu,
100
BAB V
A. SIMPULAN
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kabupaten Rembang terdiri dari ruang terbangun sebesar 70%, dan ruang terbuka
101
karakteristik RTH di kawasan perkotaan kabupaten Rembang menunjukan bahwa
RTH privat lebih mendominasi hingga mencapai 27% sedangkan kontribusi RTH
Rembang sudah memenuhi ketentuan luas 30% dari keseluruhan luas wilayah,
akan tetapi secara kuantitatif dalam hal pelaksanaan penyediaan taman kota yang
berkaitan dengan kewajiban pemenuhan hak publik (fasilitas, luas, jenis vegetasi)
Masalah Yuridis
a. Tidak ada aturan minimal jumlah taman kota yang harus dibangun
kota.
102
khusus terhadap area taman konservasi mangrove/bakau di desa pasar
mbanggi.
kiara payung, angsana, akasia daun besar, palem raja, pinang jambe, lontar
yang harus ditanam di area RTH khususnya taman kota. Peraturan tersebut
justru bisa menjadi masalah karena tidak semua jenis vegetasi pohon bisa
Rembang.
103
dituntut untuk memiliki rasa memiliki agar timbul kebiasaan menjaga dan
Menteri guna mengatur jumlah taman kota yang harus dibangun oleh
efektif. Hal ini bisa diwujudkan dengan laporan pengeluaran belanja daerah
yang didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti tersebut harus
104
dan pemeliharaan taman-taman kota dan mengadakan forum diskusi seperti
menghijaukan kota.
B. SARAN
Saran yang bisa diberikan penulis berkaitan dengan penyediaan RTH khususnya
1. Menambah jumlah RTH publik berupa taman kota ataupun yang lainnya
mitra kerjasama dengan kabupaten lain ataupun LSM yang didukung dengan
masyarakat.
lingkungan.
105
3. Mengadakan sekaligus memperbanyak kegiatan perawatan RTH taman kota
penduduk untuk fungsi interaksi sosial warga dan ekologis. Hal ini untuk
106