Anda di halaman 1dari 6

Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
hlm. 289-294
Info Artikel:
Diterima01/01/2013
Direvisi12/01/2013
Dipublikasikan 25/02/2013

HUBUNGAN ANTARA PERLAKUAN ORANGTUA DENGAN


MOTIVASI BELAJAR SISWA DISEKOLAH
Wira Solina1), Erlamsyah2), Syahniar3)

AbstrakParentsmust provide appropriate treatment of child development, so that children can


perceive parenting provided, for motivate learning. Actually many students have not motivated to
learn because of parenting. The research purpose to reveal correlation the parenting with student
learning motivation. Research methods used are descriptive correlational. Result of research show
parenting is quite good, student motivationis quite high andthere is asignificant correlation parenting
with student motivation.

Keyword: Parenting; StudentMotivation

PENDAHULUAN Selanjutnya Prayitno (1989) menjelaskan


Belajar merupakan suatu proses yang bahwa motivasi belajar tidak hanya sebagai
dilakukan individu untuk memperoleh suatu energi yang mengarahkan siswa untuk belajar,
perubahan baru, sebagai hasil pengalaman tapi juga suatu energi yang mengarahkan
individu itu sendiri dalam berinteraksi dalam aktivitas siswa kepada tujuan belajar yang
lingkungan (Wasty Soemanto, 1984). Senada diharapkan.Motivasi belajar siswa berkaitan
dengan ituPurwanto(1995), mendeskripsikan dengan berbagai faktor, seperti materi belajar,
belajar sebagaiproses yang menyebabkan bakat siswa, kemenarikan penyajian oleh guru,
terjadinya suatu perubahan dalam tingkah laku suasana belajar, faktor teman sebaya, dan faktor
yang baru sebagai hasil berinteraksi dengan orangtua.
lingkungan.Belajar sangat diperlukan bagi setiap Menurut Hurlock (1990) orangtua harus
individu untuk mengembangkan potensi diri dan dapat memberikan perlakuan yang tepat sesuai
memperoleh pengetahuan mengenai apa yang dengan perkembangan anaknya, agar anak dapat
dipelajari. Selain itu belajar juga dapat mempersepsikan pola asuh yang diberikan
memperoleh keterampilan dan membentuk sikap kepadanya dengan baik sehingga dapat
siswa menjadi lebih dewasa baik dalam berfikir memotivasi belajarnya. Perlakuan kepada anak
maupun bertingkah laku. adalah tindakan orangtua dalam membimbing
Melalui belajar individu dapat anak-anaknya. Perlakuan orangtua terhadap
mengembangkan potensi yang ada dalam seorang anak akan mempengaruhi bagaimana
dirinya. Oleh karena itu siswa perlu belajar anak itu memandang, menilai, dan juga
dengan sungguh-sungguh, di dasari motivasi mempengaruhi sikap anak tersebut terhadap
untuk mempersiapkan dan mengikuti kegiatan orangtua serta mempengaruhi kualitas hubungan
belajar serta mengerjakan tugas dan menindak yang berkembang di antara mereka.
lanjuti materi pelajaran yang telah dipelajari. Perlakuan pada dasarnya diciptakan oleh
Sardiman(2011) menyatakan bahwa adanya interaksi antara orangtua dan anak dalam
motivasi belajar merupakan faktor psikis yang hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang
bersifat non intelektual. Motivasi berperankhas waktu, sehingga orangtua akan menghasilkan
dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang anak-anak yang senada , karena orangtua tidak
dan semangat untuk belajar. Seseorang yang hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga
memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak dengan contoh-contoh (Shochib, 1998).
energi untuk belajar, menggali pengetahuan
untuk belajar. Kenyataan di lapangan, berdasarkan hasil
wawancara dengan 6 orang siswa pada tanggal

1
WiraSolina, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,
email:wirasolina@ymail.com
2
Erlamsyah, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,
email:erlamsyah1537@gmail.com
3
Syahniar, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,
email:Syahniar9@gmail.com

289
©2012oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
290

25 Juli 2012, terungkap bahwa siswa banyak moment yang diolah dengan program computer
yang kurang termotivasi dalam belajar, SPSS (statistical Product and Service Solution )
karenadalam mengulang pelajaran di rumah relase 17.0 for windows.
anak tidak diperhatikan dan di awasi oleh
orangtua, sehingga siswa menjadi pemalas dan HASIL
asyik bermain sesukanya. Suasana dirumah juga Temuan penelitian tentang perlakuan
tidak nyaman dalam belajar, ada juga orangtua orangtua dan motivasi belajar sebagai berikut:
siswa yang sibuk bekerja seharian dan tidak
mengetahui kapan waktu anak belajar Perlakuan orangtua
dirumah.Kemudian dari hasil wawancara dengan
2 orang guru mata pelajaran pada tanggal 25 Juli Tabel 1. Perlakuan orangtua terhadap anak
2012, dikatakan bahwa motivasi siswa dalam (N = 85)
belajar masih belum memuaskan atau masih
kurang. Di sekolah guru-guru sudah
memberikan motivasi belajar terhadap siswa, Dari tabel di atas terungkap bahwa
seperti; memberikan sokongan, memberikan Perlakuan Orangtua

penghargaan bagi siswa yang terampil dan %


membimbing siswa yang kurang mampu Kategori Skor F

menguasai pelajaran dengan baik. Tetapi Sangat baik ≥ 114 15


17,65
kenyataannya siswa sering juga tidak membuat
30,58
tugas rumah yang telah diberikan guru, sering Baik 108 – 113 26
keluar di jam pelajaran dan bolos sekolah. 43,53
Cukup baik 102 – 107 37
Kemudian dari hasil wawancara dengan 2
orang guru Bimbingan dan Konseling (BK) pada Kurang 8,24
≤ 101 7
baik
tanggal 25 Juli 2012, terungkap bahwa
kurangnya motivasi siswa dalam belajar karena Total 85
100
pada umumnya kesibukan orangtua dalam
bekerja dari pagi sampai sore. Sehingga sebagian besar perlakuan orangtua terhadap anak
kurangnya dorongan, pengawasan dan cukup baik (43,53%), sangat baik (17, 65%),
bimbingan yang di berikan orangtua dalam baik (30,58%), dan kurang baik (8,24%).
belajar serta kurangnya kasih sayang orangtua.
Hal ini membuat sebagian siswa kurang Motivasi belajar
termotivasi dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan yang telah Tabel 2. Ketekunan dalam belajar
ditekemukakan maka fokus dalam penelitian ini (N = 85)
adalah untuk mendeskripsikan 1) Perlakuan
orangtua terhadap anak, 2) Morivasi belajar
Kategori Skor F Persentase
siswa di sekolah, 3) Hubungan antara perlakuan
orangtua dengan motivasi belajar siswa di
Sangat Tinggi
sekolah. ≥ 48 23 27,1

Tinggi
METODOLOGI 44 – 47 33 38,8
Penelitian ini berbentuk penelitian
kuantitatif dengan pendekatan analisis deskriptif CukupTinggi
40 – 43 23 27,1
korelasional yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan antar variabel Rendah
penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, ≤ 39 6 7

yaitu; perlakuan orangtua (X) merupakan


variabel bebas dan motivasi belajar siswa di Jumlah 85 100
sekolah (Y) merupakan variabel terikat.
Populasi penelitian ini adalah siswa SMAN
1 Lubuk Alung kelas XI, XII yang berjumlah
Berdasarkan tabel di atas terungkap bahwa
549 dan jumlah sampel sebanyak 85 orang.
ketekunan siswa dalam belajar sebagaian besar
Penarikan sampel menggunakan teknik
berkategori tinggi (38,8%) , sangat tinggi (27,
proportional random sampling. Alat pengumpul
1%), cukup tinggi (27,1%) dan rendah (7,00%).
data berbentuk angket. Prosedur yang ditempuh
belajar dari aspek ketekunan dalam belajar
dalam pengumpulan data adalah dengan
tinggi.
mengadministrasikan angket kepada sampel
penelitian. Data yang telah terkumpul akan
dianalisis dengan menggunakan teknik
persentase dan menggunakan korelasi product

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2 Nomor 1 Januari 2013


291

Tabel 3. Keuletan dalam menghadapi


kesulitan belajar Selanjutnya untuk melihat hubungan antara
( N = 85) perlakuan orangtua dengan motivasi belajar
siswa, digunakananalisis Pearson Product
Kategori Skor F Persentase
Moment dengan perhitungan menggunakan
Sangat Tinggi ≥ 26 18 21,2 bantuan computer program SSS versi 17.00,
Tinggi 23 – 25 28 32,9 hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel
CukupTinggi berikut:
20 – 22 33 38,8
Rendah ≤ 19 6 7,1

Jumlah 85 100 Tabel 6. Hubungan antara perlakuan


orangtua dengan motivasi belajar.

Hubungan r hitung r table Sig. Kesimpulan


variable

Berdasarkan tabel diatas terungkap bahwa Perlakuan 0, 456 0, 278 0,000 Signifikan
sebagian besar keuletan siswa dalam orangtua
menghadapi kesulitan belajar dengan kategori dengan
motivasi
cukup tinggi (38,8%), sangat tinggi (21,2%), belajar
dan rendah (7,1%).

Tabel 4. Ketekunan mengerjakan tugas Hasil uji dimaksudkan untuk mengetahui


(N = 85) hubungan perlakuan orangtua dengan motivasi
belajar siswa. Analisis Pearson Product Moment
Kategori Skor Frekuensi Persentase
menunjukkan seberapa besar hubungan antara
Sangat Tinggi ≥ 40 16 18,8 perlakuan orangtua dengan motivasi belajar
Tinggi 36 – 39 33 38,8 melalui r hitung=0,456 dengan sig =0.000
Cukup Tinggi
(sig<0,05, dan r table sebesar 0,278, artinya r
32 – 35 18 21,2
hitung lebih besar dari r table sehingga dapat
Rendah ≤ 31 18 21,2 ditafsirkan korelasi positf antara perlakuan
Jumlah 85 100 orangtua dengan motivasi belajar siswa.
Koefisien korelasi tersebut mengindikasikan
adanya hubungan antara variabel perlakuan
Berdasarkan tabel diatas terungkap bahwa orangtua dengan motivasi belajar siswa. Hasil
sebagian besar ketekunan siswa mengerjakan tersebut membuktikanadanya hubungan antara
tugas tinggi (38,85), sangat tinggi (18,8%), perlakuan orangtua dengan motivasi belajar
cukup tinggi (21,2%) dan rendah (21,2). siswa dan dapat diterima.

Tabel 5. Motivasi belajar PEMBAHASAN


(N = 85) Pembahasan ini dilakukan berdasarkan
pertanyaan penelitian yaitu begaimana bentuk
Motivasi Belajar perlakuan orangtua, baik perlakuan otoriter,
demokratis dan permissif. Bagaimana motivasi
%
Kategori Skor F belajar baik dari ketekunan dalam belajar, ulet
Sangat Tinggi 16,47 dalam menghadapi kesulitan belajar dan
≥ 110 14
ketekunan mengerjakan tugas. Apakah terdapat
Tinggi 34,12 hubungan antara perlakuan orangtua dengan
104– 109 29
Cukup Tinggi 42,35
motivasi belajar siswa disekolah.
98 – 103 36
Rendah 7,06 Perlakuan Orangtua
≤ 97 6
Secara keseluruhan hasil penelitian
100 menunjukan bahwa perlakuan orangtua terhadap
Total 85
siswa tergolong cukup baik, dengan persentase
43, 53%. Hal ini dapat dilihat dari aspek
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perlakuan orangtua meliputi perlakuan otoriter,
bahwa secara umum motivasi belajar siswa demokratis dan permisif. Temuan ini
cukup tinggi (42,35% ) motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa perlakuan orangtua siswa
sangat tinggi (16,47%), motivasi belajar siswa berada pada katagori cukup baik.
tinggi (34,12%), dan (7,06%) menunjukkan Perlakuan orangtua kepada anak adalah
motivasi belajar siswa rendah. tindakan orangtua dalam membimbing dan
mengawasi anaknya. Perlakuan orangtua

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2 Nomor 1 Januari 2013


292

terhadap anaknya tentu akan berbeda antara satu dalam belajar cukup tinggi, dengan persentase
keluarga dengan keluarga yang lainnya, ada 38,8%. Ulet berarti tidak mudah putus asa yang
orangtua yang menerapkan perlakuan otoriter, disertai dengan kemauan keras dan usaha dalam
demokratis, dan permissif. Namun pada mencapai tujuan. Siswa yang mempunyai
dasarnya orangtua tidak menerapkan perlakuan tingkat motivasi belajar yang tinggi tidak mudah
yang tunggal terhadap anak karena dalam putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan
kenyataannya ketiga perlakuan tersebut dalam belajar. Ulet dalam menghadapi kesulitan
digunakan secara bersamaan di dalam mendidik, dapat dilihat dari sikap terhadap kesulitan dan
membimbing, dan mengarahkan anaknya, usaha mengatasi kesulitan.
adakalanya orangtua menerapkan perlakuan Siswa yang tidak ulet dalam menghadapi
otoriter, demokratis dan permissif. Perlakuan kesulitan belajar biasanya akan terkendala dalam
yang diterapkan orangtua cenderung mengarah belajar. Karena biasanya gugu- guru saat
pada perlakuan situasional. memberikan latihan dan soal ujian ada tingkat
Hal ini senada dengan apa yang kesulitanya. Ini dilakukan untuk menguji
dikemukakan oleh Agoes Dariyo (2004:98), kemampuan siswa. Jika siswa tidak ulet
bahwa perlakuan yang diterapkan cenderung menghadapi kesulitan belajar maka akan
mengarah pada perlakuan situasional, di mana mengalami kendala dalam mengerjakan latihan
tidak menerapkan salah satu jenis perlakuan dan soal yang sulit.
tertentu, tetapi memungkinkan menerapkan
perlakuan secara fleksibel, luwes, sesuai dengan Ketekunan Mengerjakan Tugas
situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwapada ketekunan mengerjakan tugas
Motivasi Belajar Siswa dikategorikan tinggi, dengan persentase 38,8%.
Ketekunan Dalam Belajar Ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dari aspek ketekunan mengerjakan tugas
pada aspek ketekunan dalam belajar tergolong baik. Berarti siswa dapat mengerjakan
dikategorikan tinggi, dengan persentase 38,8%. tugas- tugas yang diberikan dengan baik, seperti
Ini menunjukkan bahwa adamotivasi siswa dari tugas sekolah, tugas rumah dan soal ujian.
aspek ketekunan dalam belajar, siswa dapat Siswa yang tekun mengrejakan tugas maka
kosentrasi dalam belajar, optimis dalam belajar akan mengerjakan tugas atau latihan- latihan
dan tidak mudah putus asa dalam belajar. yang diberikan guru dengan baik, siswa akan
Ketekunan dalam belajar sangat tabah mengerjakan tugas yang diberikan guru
dibutuhkan, siswa yang tekun dalam dalam meskipun tugas yang diberikan dalam jumlah
belajar biasanya akan mengikuti pelajaran yang banyak. Selain itu siswa yang tekun
dengan baik, memperhatikan guru saat mengerjakan tugas akan mencari sumber-
menerangkan materi, kemudian memusatkan sumber baru untuk menunjang pelajaran.
perhatian disaat proses belajar mengajar dan lain Jika siswa tidak tekun mengerjakan tugas
sebagainya. maka siswa akan terkendala dalam meraih
Siswa yang tekun dalam belajar akan prestasinya. Untuk meraih prestasi selain rajin
meraih prestasi yang baik, karena siswa yang belajar dan ulet menghadapi kesulitan belajar
tekun dalam belajar biasanya tidak mudah putus siswa juga harus tekun dalam belajar.
asa sehingga dia akan terus- menerus belajar Berdasarkan hasil penelitian dapat
dalam situasi yang sulitpun. disimpulkan secara keseluruhan bahwa 42,35%
Siswa yang memiliki ketekunan dalam siswa memiliki motivasi belajar cukup tinggi.
belajar akan selalu berusaha untuk hadir di kelas Motivasi belajar yang rendah dapat
dan mengikuti proses belajar di kelas dengan menyebabkan siswa tidak semangat, bergairah,
sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Di dan merasa senang dalam belajar. Selain itu
samping itu, siswa yang tekun juga akan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
mengulang kembali pelajaran di rumah sehingga tidak dapat mempersiapkan bahan pelajaran di
ia semakin memahami pelajaran tersebut. sekolah dengan baik, tidak mampu mengerjakan
Intensitas kehadiran di kelas, mengikuti proses pekerjaan rumah, mudah putus asa saat
belajar di kelas dengan sungguh-sungguh, dan menjumpai kesulitan dalam membuat tugas dan
mengulang kembali pelajaran di rumah tidak tekun mengikuti pelajaran disekolah.
merupakan bagian dari motivasi belajar. Namun dilapangan masih ditemukan 16,47%
Seorang siswa dapat memperoleh hasil belajar motivasi belajar yang tergolong sangat tinggi.
yang memuaskan dengan adanya ketekunan Siswa yang termotivasi dalam belajar
dalam belajar. mampu mempersiapkan dirinya dengan baik
sebelum belajar, seperti membaca buku
Ulet Dalam Menghadapi Kesulitan Belajar pelajaran, membuat pekerjaan rumah,
Hasil penelitian mengungkapkan mengulang kembali pelajaran, meluangkan
bahwapada keuletan menghadapi kesulitan waktu belajar lebih banyak, tekun dalam belajar,

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2 Nomor 1 Januari 2013


293

terdorong dan tergerak untuk memulai aktivitas Jadi dapat disimpulkan bahwa perlakuan
atas kemauannya sendiri, menyelesaikan tugas orangtua memiliki hubungan yang signifikan
tepat waktu, gigih serta tidak putus asa saat dengan motivasi belajar. Semakin kurang baik
menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas perlakuan orangtua terhadap siswa maka
dan lain-lain. semakin rendah motivasi belaja rsiswa. Namun
Hal ini senanda dengan yang dikemukakan sebaliknya semakin baik perlakuan orangtua
Sardiman (2011:83) tentang ciri ciri siswa yang maka semakin tinggi motivasi belajar siswa
memiliki motivasi belajar sebagai berikut: disekolah.
a)tekun menghadapi tugas ,dapat bekerja terus
menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai, b) ulet menghadapi SIMPULAN DAN SARAN
kesulitan atau tidak lekas putus asa, tidak cepat Berdasarkan hasil penelitian, maka
puas dengan prestasi yang dicapainya, c) penelitian ini dapat disimpulkan bahwa,
menunjukkan minat terhadap bemacam- macam perlakuan orangtua terhadap anakcukup baik,
masalah untuk orang dewasa , d) lebih senang motivasi belajar sisw dikategorikan cukup
bekerja mandiri, e) cepat bosan pada tugas- tinggi, terdapat hubungan yang signifikan antara
tugas yang rutin, f) dapat mempertahankan perlakuan orangtua dengan motivasi belajar
pendapatnya, g) tidak mudah melepaskan hal siswa di sekolahdengan Pearson Correlation
yang diyakini, h) senang mencari dan sebesar 0,456 dan signifikansi 0,000, dengan
memecahkan masalah soal- soal. tingkat hubungan cukup berarti.
Kepala sekolah diharapkan dapat membuat
Hubungan Perlakuan Orangtua dengan kebijakan agar guru- gurudisekolah terutama
Motivasi Belajar guru pembimbing bekerjasama secara baik
Hasil yang diperoleh dari hasil peneltian dengan para orangtua siswa dengan tujuan
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang mempererat hubungan orangtua dengan personil
signifikan antara perlakuan orangtua dengan sekolah dan mempermudah penyelesesaian
motivasi belajar siswa. Hasil tersebut dibuktikan masalah yang di alami siswa. Guru pembimbing
dengan angka koefisien korelasi rxy = 0,456 hendaknya cepat tanggap terhadap permasalahan
dengan sig = 0,000 (sig<0,05). Angka tersebut yang ada pada siswa, terutama masalah belajar.
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang Guru pembimbing harus mampu mengetahui,
signifikan antara variabel perlakuan orangtua memahami dan menganalisis masalah siswa.
dengan motivasi belajar. Kemudian guru pembimbing membantu
Nilai rxy menunjukkan arah hubungan mengentaskan masalah siswa dengan tepat
kedua variabel signifikan, yaitu semakin baik melalui kerjasama yang baik dengan orangtua
perlakuan orangtua maka akan semakin baik siswa, sehingga permasalahan siswa dapat
motivasi belajar siswa. Nilai korelasi sebesar diselesaikan dengan baik dan cepat.Orangtua
0,456 menunjukkan adanya hubungan yang hendaknya bisa memahami dan mengarahkan
cukup berarti antara perlakuan orangtua dengan anak dengan baik sesuia dengan perkembangan
motivasi belajar siswa. Hasil ini sesuai dengan terutama dalam memotivasi abak dalam belajar.
permasalahan yang ditemukan. Dimana terdapat Orangtua juga dapat memperlakukan anan
perlakuan orangtua yang cukup baik terhadap dengan baik sesuia dengan perkembangan,
anak dan juga terungkap bahwa motivasi belajar kebutuhan dan situasi yang di alami anak.
siswa cukup tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa
perlakuan orangtua merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Senada dengan yang dikemukakan Imam
Musbikin (2012: 102) perilaku orangtua
mempengaruhi motivasi belajar anak, orangtua
cendrung menampilkan perilaku yang tidak
memotivasi anak seperti: terlalu membujuk
anak, membantah, menyerah, menuruti semua
kemauan anak dan menjerit kepada anak kecil.
Orangtua merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi anak dalam belajar.
Faktor orangtua yang mempengaruhi motivasi
anak dalam belajar adalah: penyediaan sarana
belajar oleh orangtua, sokongan orangtua,
bantuan orangtua, dan tindakan-tindakan
orangtua dalam membantu anak dalam belajar,
seperti; memberikan kasih sayang, memberikan
perhatian, dan memberikan pujian.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2 Nomor 1 Januari 2013


294

DAFTAR RUJUKAN

Agoes, Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan


Remaja. Jakarta: GhaliaIndonesia.
Hurlock, E.B. 1990. Perkembangan Anak
(Terjemahan Meitasari Tjandrasa).
Jakarta: Erlangga.
Hurlock,
E.B.1997.PsikologiPerkembangan:Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan(terjemahan oleh
Istiwidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga.
Imam, Musbikin. 2012. Mengatasi Anak Mogok
Sekolah+ Malas Belajar. Yogyakarta:
Laksana.
Jhon W, Santrock. 2007. Perkembangan Anak.
Jakarta: Erlangga
Purwanto, M.P., N.M., Drs. 1995. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Singgih D, Gunarsa. 1991. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: BPKGunung Mulia.
Shochib. 1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Syamsu, Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Wasty, Soemanto. 1984. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Bina Aksara.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2 Nomor 1 Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai