Anda di halaman 1dari 2

a.

Definisi Distribusi
Distribusi obat adalah tahapan farmakokinetika setelah proses absorpsi obat mencapai
sirkulasi sistemik. Obat didistribusikan ke berbagai bagian tubuh melalui aliran darah.
Pada awalnya distribusi obat mengikuti alirah darah menuju jaringan/organ yang
mempunyai perfusi tinggi dengan darah seperti jantung, paru-paru, ginjal, hati sehingga cepat
terjadi keseimbangan dengan sirkulasi sitemik sehingga merupakan kompartemen yang sama
dengan sirkulasi sistemik dan selanjutnya disebut kompartemen sentral.
Obat terdistribusi ke jaringan lemak, tulang, otot, kulit, jaringan ikat yang mempunyai
perfusi lebih rendah. Obat yang tidak larut dalam lemak atau tidak sesuai karakteristiknya
dengan jaringan-jaringan di atas, tidak mengalami distribusi pada tahap ini. Obat yang
termasuk ke dalam golongan ini adalah obat yang bersifat polar, banyak berada dalam
sirkulasi sistemik, selanjutnya dikelompokkan ke dalam obat yang mengikuti model
kompartemen satu. Tetapi pada obat yang mempunyai kelarutan yang cukup dalam lemak,
mempunyai kesesuaian karakteristiknya dengan jaringan/organ tertentu, obat akan
terdistribusi kedalamnya selanjutnya akan terjadi keseimbangan dengan sirkulasi sistemik.
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini dikatakan obat mengikuti model kompartemen
dua dan tiga (Aslam et al., 2003).

c. Pengaruh Ikatan Protein


Obat yang terikat protein merupakan suatu kompleks besar yang tidak dapat melewati
memberan sel dengan mudah sehingga memiliki distribusi yang terbatas serta tidak aktif
secara farmakologis. Sedangkan obat dalam bentuk fraksi bebas yang tidak terikat dengan
protein dapat melewati membrane dan aktif secara farmakologis (Shargel dan Yu, 2005).
Interaksi ikatan obat-protein terjadi bila dua obat berkompetisi untuk berikatan dengan
protein plasma. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan konsentrasi obat bebas (aktif).
Interaksi juga dapat berupa displacement obat yaitu jika suatu obat A berikatan protein
plasma kemudian dibeikan kepada obat B yang memiliki afinitas lebih tinggi untuk berikatan
dengan protein plasma, sehingga obat A didesak dari ikatannya. Contoh obat dengan afinitas
tinggi ikatan protein adalah fenitoin, warfarin dan tolbutamide.
Di dalam tubuh obat terdapat dalam dua bentuk yaitu obat dalam bentuk bebas dan obat
dalam bentuk terikat dengan makro molekul/protein. Pada umumnya obat terikat dengan
protein plasma atau jaringan. Protein yang Sebagian besar berikatan dengan obat adalah
albumin, globulin, α-1-asam glikoprotein, lipoprotein. Obat-obat yang yang sifatnya asam
lemah banyak terikat dengan albumin, tetapi obat-obat yang sifatnya basa lemah dengan α-1-
asam glikoprotein dan lipoprotein. Obat yang dalam bentuk bebas adalah yang aktif secara
farmakologis dan dapat berdifusi keluar dari sirkulasi sistemik sehingga distribusinya lebih
luas, tetapi obat yang terikat dengan protein plasma tidak aktif secara farmakologis dan tidak
dapat berdifusi sehingga banyak berada di sirkulasi sistemik dan distribusinya terbatas.
Ikatan obat-protein secara umum adalah reversible, dapat merupakan ikatan ionic
(kationik, anionic), ikatan hydrogen, gaya van der walls, ikatan lipofilik, tetapi dapat juga
ikatan irreversible (ikatan kovalen). Ikatan obat-protein yang irreversible ini tidak
dikehendaki karena dapat menyebabkan toksisitas bahkan kasus karsinogenik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya ikatan obat-protein adalah :
1. Kualitas protein
2. Kuantitas dan sifat fisiko-kimia obat
3. Interaksi obat
4. Afinitas obat-protein
5. pH lingkungan
6. Status penyakit
Adanya perubahan besar ikatan obat-protein dapat mengakibatkan perubahan volume
distribusi obat dan selanjutnya berakibat pada perubahan konsentrasi obat dalam plasma,
apabila volume distribusi obat meningkat maka konsentrasi obat dalam plasma menjadi kecil
dan sebaliknya.
Ikatan obat-protein secara umum adalah non spesifik artinya satu tempat ikatan obat pada
protein dapat diduduki oleh lebih dari satu obat dan mempunyai kinetika non linear (Aslam et
al., 2003).

Daftar Pustaka :
Aslam, M., Tan, C. K dan Prayitno, A. 2003. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy). Jakarta :
PT Gramedia.
Shargel, L dan Yu, A. B. C. 2005. Applied Biopharmaceutical and Pharmacokinetics, 4th ed.
New York : Appleton and Lange.

Anda mungkin juga menyukai